Anda di halaman 1dari 15

MM XXXX BUSINESS LAW

Final Exam Assignment A Joint Venture

YP47B Ayu Eka Putri (29112070)

MASTER OF BUSINESS ADMINISTRATION SCHOOL OF BUSINESS AND MANAGEMENT INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2013

EXECUTIVE SUMMARY
PT Sulu Permai Perkasa merupakan perusahaan joint venture yang dimiliki oleh PT Maju Sentosa Sulu (40%), PT Selaras Indah Nirwana (35%) dan PT Sulu Investama (25%). Perusahaan ini didirikan di Jakarta dengan Akta Nomor 2 tanggal 7 Agustus 2005 dan telah disahkan oleh Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU-46156.AH.01.01 Tahun 2005 tanggal 24 Agustus 2005. Akta atau anggaran dasar (Anggaran Ditempatkan) menetapkan mineral (batubara) eksplorasi, pertambangan dan industri pengolahan sebagai lapangan perusahaan bisnis. Pengaturan lebih lanjut mengenai hak dan kewajiban masing-masing organ perusahaan. PT Sulu Permai Perkasa mengoperasikan dan memegang konsesi (Izin Usaha Pertambangan) dari Tapian Daya tambang batubara yang terletak di wilayah barat daya dari Sulu Tenggara, provinsi ke-36 Indonesia. Tapian Daya tambang batubara telah mulai beroperasi sejak 1 April 2006. Sulu Permai Perkasa bertanggung jawab atas kerja langsung lebih dari 3.000 orang. Pada bulan Februari 2008, Erman Rahman, direktur PT Sulu Permai Perkasa, terlibat dalam diskusi dengan Windu Kisworo, direktur PT Daya Angkut Nusantara. Diskusi menyebabkan kesepakatan untuk menunjuk PT Daya Angkut Nusantara sebagai transporter resmi Sulu Permai Perkasa. Erman dan Windu menyepakati tingkat harga, tetapi tidak pada periode waktu dan ketentuan lainnya. Tidak ada kontrak tertulis secara formal dibuat, tetapi pengaturan berlangsung selama beberapa tahun berikutnya. Pada Januari 2013, PT Sulu Permai Perkasa menyetujui akuisisi PT Sulu Tangguh Sejahtera, yang memegang konsesi tambang di Sulu Utara. Pada saat keputusan akuisisi dicapai dan kemudian mengumumkan, Sulu Perkasa Permai mengadakan pangsa pasar 4,915%, sebesar 678,6 juta ton cadangan batu bara, dan Sulu Tangguh Sejahtera diadakan 0.813% dari pangsa pasar, sebesar 112,3 juta ton cadangan batubara. Pada April 2013, Erman membuat keputusan untuk memperluas bisnis perusahaan. Pada 20 April 2013, Dia melakukan bisnis langkah ambisius dengan menandatangani Rp 20 miliar persetujuan pinjaman dengan PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk untuk terlibat dalam pakaian (fashion) bisnis. Dia menggunakan beberapa aset perusahaan sebagai jaminan (hak tanggungan), dibayar dengan bunga pada bulan April 2018. Kemudian, atas nama perusahaan, Erman menandatangani kontrak dengan H & M Indonesia, untuk membuka 2nd H & M di pabrik Sulu Tenggara pada tanggal 29 April 2013. Kontrak tidak menetapkan hukum yang mengatur spesifik, tetapi berisi klausul arbitrase yang menandakan niat pihak untuk menyelesaikan sengketa di SIAC (Singapore International Arbitration Center).

Erman dan dewan direksi telah memberitahu dewan komisaris dalam menulis tentang persetujuan dan kontrak dengan H & M pada tanggal 2 Mei 2013. I. Objective Makalah ini akan menjelaskan beberapa masalah yang dihadapi oleh PT. Sulu Permai Perkasa sebagai perusahaan joint venture, bagaimana kegiatan mereka dan isu-isu terkait menurut pendekatan hukum bisnis. II. Analysis

Peran atas Hukum Berdasarkan Keputusan Hakim Sebelumnya di Indonesia Di Indonesia aturan keputusan sebelumnya tidak pernah diterapkan, meskipun dalam Belanda dan Hindia Belanda (sebelum kemerdekaan) penilaian para hakim selalu disusun dan dibahas oleh para ahli. Sejak Kemerdekaan, meskipun, tidak ada kompilasi penilaian regular yang diterbitkan dan prinsip independensi seorang hakim sangat ketat ditaati. Akibatnya, para hakim tidak berpikir mereka berkewajiban untuk mengikuti keputusan sebelumnya dalam membuat pertimbangan seperti keputusan dari hakim sebelumnya atau hakim dari pengadilan yang lebih tinggi. Ini adalah alasan mengapa hukum atau kasus hukum berdasarkan keputusan hakim tidak menjadi sumber hukum dalam arti sebenarnya dari kata tersebut, seperti di negara-negara lain, termasuk Belanda dan mantan Hindia Belanda. Selain itu, banyak dari para hakim, pengacara pemerintah dan pengacara tidak hanya melihat undang-undang sebagai sumber yang paling penting dari hukum, tetapi ada kecenderungan bahwa mereka juga menafsirkan hukum dan peraturan cara yang sangat ketat dan formal sesuai hukum. Itulah sebabnya model hukum seperti yang dikembangkan oleh UNIDROIT dan UNCITRAL adalah sangat membantu dalam penyusunan undang-undang baru, dan dalam penafsiran kontrak dan hukum lama agar penerapan dan pelaksanaan hukum akan menjadi lebih adil dan lebih sesuai dengan tuntutan masa kini mengenai keadilan dan kepastian hukum.1 Kasus dalam makalah ini merupakan business law yang membahas mengenai perikatan. Di Indonesia sendiri sumber hukum yang digunakan untuk membahas masalah perikatan adalah Indonesian Civil Code atau Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW). Perikatan dalam Kita UndangUndang Hukum Perdata dibahas di buku ketiga KUHP, yang selanjutnya akan banyak dipakai untuk membahas isu-isu dalam kasus pada makalah ini sebagai dasar sumber hukum tertinggi di Indonesia.

Sunaryati Hartono, Setiawan dan Taryana Sunandar, The Indonesian Law on Contract, IDE-JETRO, Japan, March, 2001.

A. Validitas Kontrak (PT. Sulu Permai Perkasa versus PT. Daya Angkut Nusantara) Facts Setelah 7 tahun menyediakan layanan untuk mengangkut batubara untuk PT Sulu Permai Perkasa, PT Daya Angkut Nusantara diusulkan pada tingkat baru karena kenaikan harga BBM. Daya Angkut Nusantara berpendapat bahwa pengaturan sebelumnya tidak lagi layak secara finansial untuk Daya Angkut Nusantara. Sulu Permai Perkasa menolak usulan baru dan Daya Angkut Nusantara memutuskan untuk mengakhiri persetujuan. Sulu Permai Perkasa mengindikasikan akan mengajukan gugatan terhadap Daya Angkut Nusantara untuk pelanggaran kontrak dan pemutusan kontrak tidak valid. Daya Angkut Nusantara menjawab dengan mengatakan bahwa mungkin tidak ada kontrak yang pernah dimulai dengan mengingat tidak ada dokumen yang pernah diproduksi. Issue Apakah persetujuan antara Sulu Permai Perkasa dan Daya Angkut Nusantara adalah kontrak yang sah? Rules Persetujuan antara Sulu Permai Perkasa dan Daya Angkut Nusantara terjadi, pihak yang bersepakat serta pokok persoalan yang disepakati terdapat di Indonesia, maka dasar hukum yang akan digunakan adalah hukum Indonesia. Menurut hukum Indonesia, aturan kontrak yang relevan terhadap hukum adalah Burgerlijk Wetboek voor Indonesie (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata), KUHD, Doktrin dan keputusan sebelumnya dari masalah yang sama. Dalam Undang-Undang Hukum Perdata, perikatan dibahas pada buku ketiga. Menurut kitab undang-undang hukum perdata, buku ke III, bab I, bagian I, pasal 1233 perikatan lahir karena suatu persetujuan atau undang-undang. Berdasarkan pasal 1234 perikatan ditujukan untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu. Buku ke III KUHP, bab I, bagian III, pasal 1239-1242 membahas Perikatan Untuk Berbuat Sesuatu atau Untuk Tidak Berbuat Sesuatu. Persetujuan antara Sulu Permai dan Daya Angkut Nusantara tergolong perikatan untuk berbuat sesuatu. Bab II dalam buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata membahas mengenai perikatan yang lahir dari kontrak atau persetujuan. Menurut pasal 1313 KUHP, suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih. Bagian II dalam buku III KUHP ini membahs menegenai syarat-syarat terjadinya suatu persetujuan yang sah. Pasal 1320 KUHP secara spesifik mengatur bahwa ada empat syarat yang harus dipenuhi agar suatu persetujuan dikatakan sah.

Pasal 1320 Supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi empat syarat; 1. kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya; 2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3. suatu pokok persoalan tertentu; 4. suatu sebab yang tidak terlarang. Pasal 1321-1328 membahas hal-hal atau kondisi dimana hal atau kondisi tersebut menyebabkan batalnya perikatan secara otomotis. Poin kedua dalam pasal 1320 yaitu kecakapakan untuk membuat suatu perikatan dibahas lebih lanjut dalam pasal 1333 dan 1336 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pasal 1333 Yang tak cakap untuk membuat persetujuan adalah; 1. anak yang belum dewasa; 2. orang yang ditaruh di bawah pengampuan; 3. perempuan yang telah kawin dalam hal-hal yang ditentukan undang-undang dan pada umumnya semua. Pasal 1336 Jika tidak dinyatakan suatu sebab, tetapi memang ada sebab yang tidak terlarang, atau jika ada sebab lain yang tidak terlarang selain dan yang dinyatakan itu, persetujuan itu adalah sah. Analysis Berdasarkan peraturan atas dasar hukum yang berlaku di Indonesia yang telah dijabarkan sebelumnya, persetujuan antara Sulu Permai Perkasa dan Daya Angkut Nusantara termasuk perikatan untuk berbuat sesuatu. Dari uraian diatas maka dapat dibuat perbandingan untuk mengetahui keabsahan persetujuan antara PT. Sulu Permai Perkasa dan Daya Angkut Nusantara.

Pasal 1330 1 anak yang belum dewasa;

Fakta persetujuan 1 Pihak yang melakukan persetujuan adalah direktur masing-masing perusahaan yang telah cukup dewasa. 2 Kedua direktur tidak dalam masa dibawah pengampunan

2 orang yang ditaruh di bawah pengampuan;

3 perempuan yang telah kawin dalam hal-hal 3 Kedua direktur adalah laki-laki yang ditentukan undang-undang dan pada umumnya semua orang yang oleh undangundang dilarang untuk membuat persetujuan tertentu

Pasal 1320 Fakta persetujuan 1 kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya; 1 Daya Angkut Nusantara sebagai transporter resmi Sulu Permai Perkasa dengan kesepakatan tingkat harga yang disetujui kedua belah pihak 2 kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 2 kedua direktur memenuhi semua syarat kecakapan 3 suatu pokok persoalan tertentu; 4 suatu sebab yang tidak terlarang. 3 Daya Angkut Nusantara sebagai transporter resmi Sulu Permai Perkasa 4 Kesepakatan hanya antara dua perusahaan dan untuk masing-masing keuntungan perusahaan, tanpa ada sebab atau akibat yang merugikan pihak diluar kedua perusahaan

Pasal 1336 Suatu kontrak dapat diucapkan dalam kata-kata atau kontrak tertulis. Dalam hal komplikasi hukum, tidak ada perbedaan efek antara hukum kontrak yang dibuat dalam format tertulis atau katakata. Persetujuan antara Sulu Permai dan Daya Angkut tidak dinyatakan dalam dokumen tetapi Daya Angkut menjadi transporter utama Sulu Permai dan dengan harga yang disepakati telah berjalan selama 7 tahun. Persetujuan ini tidak memiliki sebab yang tidak terlarang karena ini merupakan persetujuan pribadi untuk kepentingan masing-masing perusahaan tanpa ada unsur lainnya. Conclusion

(Perikatan)

CONTRACT (BW)

(Rights & Obligations)

Statutory

Arising from Agreement

Mere Statutory

Statutory based on Action

Nominaat

Innominaat

TORT (PMH)

Untuk menjawab issue mengenai validitas persetujuan antara Sulu Permai dan Daya Angkut Nusantara, maka dilakukan analisa berdasarkan fakta kesepakatan dan dasar hukum persetujuan yang belaku di Indonesia. Dasar Hukum yang digunakan dalam melakukan analisa ini adalah kitab undangundang hukum perdata (BW) pasal 1320, pasal 1330 dan pasal 1336. Menurut pasal 1330 kedua belah pihak yang melakukan persetujuan memiliki kecapakan untuk membuat suatu perikatan, dan berdasarkan pasal 1320 dan dikuatkan dengan pasal 1336 perikatan antara Sulu Permai dan Daya Angkut Nusantara merupakan perikatan yang sah walaupun tidak memiliki dokumen tertulis. B. Kewajiban kontrak (PT. Sulu Permai Vs H&M Indonesia & Erman Rahman, BODs of Sulu Permai Vs PT. Sulu Investama) Facts Pada Mei 2016, operasi H & M di pabrik Sulu Tenggara mengalami masalah. Sulu Permai Perkasa tidak mampu memenuhi kewajibannya sesuai dengan kontrak dengan H & M Indonesia. Kedua perusahaan gagal mencapai penyelesaian damai melalui negosiasi. H & M Indonesia mencoba mengajukan klausul arbitrase untuk membatalkan kontrak dan memulihkan kerugian keuangan. Sulu Permai Perkasa di sisi lain, mengajukan kasus di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Issues 1. Proses penyelesaian sengketa yang manakah yang harus dilakukan? 2. PT Sulu Investama berpendapat bahwa persetujuan pinjaman dengan Bank Danamon dan kontrak dengan H & M Indonesia tidak mengikat Sulu Permai Perkasa, dan karena itu semua kewajiban yang timbul berdasarkan kontrak menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari Erman Rahman dan dewan direksi. Apakah PT Sulu Investama memiliki argumen yang sah? Dapatkah direksi dapat dimintai tanggung jawab secara pribadi? Rules 1. Penentuan Proses Penyelesaian Sengketa Hapusnya Perikatan Bab I, Bagian I, Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1243-1252 membahas tentang Penggantian Biaya, Kerugian dan Bunga Karena Tidak Dipenuhinya Suatu Perikatan, penggantian bisa berupa biaya, bunga, kerugian atau kombinasi dari hal tersebut. Pada bagian, bab dan buku yang sama pasal 1267 menjelaskan kemungkinan pilihan yang dapat diminta kreditur kepada debitur sebagai perbaikan atas terjadinya penghapusan perikatan. Pasal 1450 menyatakan bahwa

pembatalan perikatan dapat dilaksanakan jika pihak yang terlibat dalam kontrak merasa dirugikan. Pembatalan suatu perikatan dapat diajukan jika pihak yang memiliki kewajiban (debitur) tidak dapat memenuhi kewajiban yang telah telah ditentukan didalam kontrak perjanjian sehingga pihak yang menikmati hasil atas kewajiban pihak lain (debitur) merasa dirugikan. Menurut pasal 1243 pembatalan karena tidak terpenuhinya kewajiban ini dapat terjadi dalam beberapa kondisi: Tidak adanya pelaksanaan kewajiban. Ketidakmampuan menyelesaikan kewajiban. Kesalahan dalam pelaksanaan kewajiban. Penundaan dalam pelaksanaan kewajiban. Pasal 1267 Pihak yang terhadapnya perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih; memaksa pihak yang lain untuk memenuhi persetujuan, jika hal itu masih dapat dilakukan, atau menuntut pembatalan persetujuan, dengan penggantian biaya, kerugian dan bunga. Bab IV, Bagian I, Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata membahas mengenai Hapusnya Keterikatan. Pasal 1381 menjabarkan hal-hal yang menyebabkan terhapusnya suatu keterikatan. Bagian VIII, pasal 1446-1456 dalam bab, bagian buku yang sama membahas mengenai perikatan yang hapus karena kebatalan atau pembatalan.. Pasal 1381 Perikatan hapus: karena pembayaran; karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan; karena pembaruan utang; karena perjumpaan utang atau kompensasi; karena percampuran utang; karena pembebasan utang; karena musnahnya barang yang terutang; karena kebatalan atau pembatalan; karena berlakunya suatu syarat pembatalan, yang diatur dalam Bab I buku ini; dan karena lewat waktu, yang akan diatur dalam suatu bab sendiri. Pasal 1450 Dengan alasan telah dirugikan, orang-orang dewasa, dan juga anak-anak yang belum dewasa bila mereka dapat dianggap sebagai orang dewasa, hanyalah dapat menuntut pembatalan pengikatan yang telah mereka buat dalam hal-hal khusus yang ditetapkan undang-undang.

Proses Penyelesaian Sengketa Bab II, Bagian III, Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pasal 1338-1341 membahas mengenai hal-hal akibat persetujuan. Pasal 1338 Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh undang-undang. Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik. Pasal 1339 Persetujuan tidak hanya mengikat apa yang dengan tegas ditentukan di dalamnya, melainkan juga segala sesuatu yang menurut sifatnya persetujuan dituntut berdasarkan keadilan, kebiasaan, atau undang-undang. Sebagaimana telah diungkapkan pada pasal 1338, maka dalam melakukan kontrak, pihak-pihak yang terlibat dan proses pelaksanaan kontrak memenuhi azas kebebasan dalam bekontrak, dimana masyrakat diberikan kebebasan seluas-luasnya dalam berkontrak mengesampingkan KUHP tetapi tidak boleh menyimpang dari KUHP oleh karena itu azas ini memiliki batas dimana azas ini masih harus sesuai pada hal-hal yang telah ditetapkan pada pasal 1339 yang menuntut persetujuan berdasarkan keadilan, kebiasaan, atau undang-undang. Azas kebebasan dalam berkontrak ini memberikan kebebasan kepada para pihak yang terlibat dalam kontrak untuk memilih 2 hal sebagai berikut: Choice of Law, dimana para pihak yang terlibat dalam kontrak diberikan kebebasan untuk memilih secara spesifik kekuasaan hukum yang akan digunakan sebagai sumber hukum perjanjian mereka. Choice of Forum, dimana para pihak yang terlibat dalam kontrak diberikan kebebasan untuk memilih secara spesifik forum atau kekuasaan hukum yang akan digunakan dalam penyelesaian sengketa. Analysis Hapusnya Perikatan PT. Sulu Permai Perkasa tidak dapat menyelesaikan kewajibannya kepada H & M Indonesia karena operasi pabrik Sulu Tenggara mengalami masalah operasional. H & M merasa dirugikan dan mengajukan arbitrase untuk membatalkan perikatan dan menuntut pemulihan kerugian yang terjadi akibat ketidakmampuan Sulu Permai Perkasa dalam memenuhi kewajibannya untuk memproduksi produk H & M Indonesia.

Sesuai dengan penjelasan sebelumnya mengenai sumber hukum yang relevan mengenai pembatalan kontrak maka tindakan H & M untuk mengajukan pembatalan perikatan dapat dibenarkan karena relevan dengan pasal 1243 yaitu ketidakmampuan menyelesaikan kewajiban sehingga H & M Indonesia mengalami kerugian dan dapat meminta ganti rugi atas kerugian tersebut sebagaimana dijelaskan sebelumnya dapat berupa biaya, bunga dan kerugian atau kombinasi dari ketiga hal tersebut yang diatur pada pasal 1244-1252 dan beberapa alternative pada pasal 1267 yang dapat diminta H & M Indonesia kepada Sulu Permai Perkasa akibat dari ketidakmampuan dalam menyelesaikan kewajiban. Menurut pasal 1450 pihak yang merasa dirugikan hanya dapat menuntut hal-hal yang ditentukan oleh undang-undang saja. Perikatan antara Sulu Permai Perkasa dan H & M Indonesia menggunakan azas kebebasan dalam berkontrak dan didalam perikatan antara keduabelah pihak tidak menetapkan hukum yang mengatur spesifik, tetapi berisi klausul arbitrase yang menandakan niat pihak untuk menyelesaikan sengketa di SIAC (Singapore International Arbitration Center). Hal ini berarti jika terjadi sengketa didalam perikatan maka keduabelah pihak akan menggunakan SIAC sebagai forum penyelesaian masalah. Menurut pasal 1338 dan pasal 1339 yang telah dibahas sebelumnya, undang-undang kontrak yang telah ditetapkan oleh pihak yang terlibat dalam kontrak hukumnya mengikat, harus dipatuhi dan dihormati oleh pihak yang terlibat dalam kontrak. Perikatan antara Sulu Permai dan H & M Indonesia telah menyepakati untuk melakukan arbitrase dengan menunjuk SIAC sebagai forum penyelesaian sengketa. Maka proses penyelesaian sengketa yang harus dilakukan adalah arbitrase melalui SIAC karena SIAC memiliki wewenang sebagai forum arbitrase sesuai kontrak yang telah disepakati oleh kedua belah pihak dan menggunakan hukum yang berlaku dalam SIAC dan hasil keputusan penyelesaian sengketa yang valid hanyalah hasil keputusan arbitrase melalui SIAC. Dengan demikian, PT. Sulu Permai Perkasa tidak bisa mengajukan proses penyelesaian sengketa di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan karena Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tidak memiliki wewenang untuk penyelesaian sengketa perikatan antara Sulu Permai Perkasan dan H & M Indonesia. Conclusion Berdasarkan pasal 1338 yang melahirkan azas kebebasan dalam berkontrak serta 1339 yang lebih menekankan bahwa kesepakatan mengenai dasar hukum yang digunakan dalam kontrak bersifat mengikat dan harus dipatuhi. Dengan demikian proses penyelesaian sengketa antara PT. Sulu Permai Perkasa dan H & M Indonesia adalah dengan melalui arbitrase melalui SIAC sebagai forum yang telah diberi wewenang yang telah disepakati kedua belah pihak.

2. Kewajiban pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak Joint Venture Rules Joint Venture Agreement jika ditinjau berdasarkan hukum perjanjian yang berlaku di Indonesia, sekurang-kurangnya memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam buku ke III KUHPerdata. Diantaranya menyangkut Subjek Perjanjian, Objek Perjanjian, Tujuan Perjanjian dan Pelaksanaan Perjanjian. Joint Venture Agreement dalam rangka penanaman modal asing di Indonesia, adalah langka awal untuk membentuk sebuah perusahaan patungan (joint venture company) yang diharuskan bagi investor asing yang merencanakan berinvestasi di Indonesia. Ketentuan tersebut merupakan syarat yang ditegaskan pasal 5 ayat 3 Udang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal (UUPM). Perusahaan patungan yang dibentuk harus berbadan hukum perseroan terbatas (PT) dan berkedudukan di wilayah hukum Republik Indonesia. Para pihak yang ada dalam joint venture agreement, menetapkan klausa untuk membuat joint venture company dengan status perseroan, klausa tersebut mengatur segi permodalan (sero), peran para pihak, nama, tempat dan jangka waktu berdirinya perusahaan, serta klausa-klausa lain sehingga perusahaan yang diharapkan dapat terbentuk. Pembentukan perseroan terbatas sebagai sebuah badan hukum tunduk pada hukum perusahaan (company law), yaitu Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan terbatas. Dengan kata lain, peraturan yang berlaku untuk joint venture company sama dengan peraturan yang berlaku untuk Perseroan Terbatas pada umumnya di Indonesia. Perseroan Terbatas secara tegas dirumuskan secara tersurat dinyatakan sebagai badan hukum, hal ini ternyata di dalam pasal 1 angka 1 yang menyatakan Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal didirikan berdasarkan perjanjian,

melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Keberadaan perseroan terbatas sebagai badan hukum dikarenakan kebutuhan manusia sebagai subjek hukum akan suatu tiruan yang juga dapat menjadi subjek hukum selain manusia itu sendiri sehingga mempunyai kedudukan hukum, walaupun tidak berwujud seperti halnya manusia, namun oleh hukum diakui juga sebagai pengemban hak dan kewajiban dalam lapangan hukum perdata. Walaupun Perseroan Terbatas adalah subjek hukum yang dapat melakukan hubungan hukum, memiliki kekayaan, dapat dituntut dan menuntut di hadapan pengadilan atas nama dirinya sendiri, namun tidak sebagaimana manusia, Perseroan Terbatas sebagai badan hukum tidak memiliki daya pikir, kehendak, dan kesadaran sendiri. Perseroan terbatas tidak mungkin melakukan sesuatu apabila tidak mempunyai daya pikir dan kehendak serta kesadaran sendiri, suatu perseroan terbatas sudah pasti memiliki maksud dan tujuan oleh karena itu harus melakukan kegiatan untuk mencapai maksud dan tujuan itu, namun dalam melaksanakan daya pikir, kehendak, dan maksud dalam mencapai tujuan itu, hal itu harus dilakukan oleh orang ataupun manusia sebenarnya yang menjadi bagian di dalam perseroan terbatas tersebut yang disebut organ perseroan terbatas. Organ ini tidak hanya melakukan pengurusan perseroan terbatas tetapi juga melakukan hubungan hukum dengan pihak ketiga untuk dan atas nama perseroan terbatas tersebut. Organ yang melakukan pengurusan terhadap suatu perseroan terbatas untuk mencapai maksud dan tujuan perseroan terbatas tersebut dikenal dengan Direksi di dalam UndangUndang Perseroan Terbatas. Perseroan terbatas tidak dapat melakukan hubungan hukum sendiri, harus melalui perantara manusia alamiah yang melakukan tindakan pengurusan, namun bukan untuk kepentingan dirinya, melainkan sematamata untuk dan atas nama serta menjadi tanggung jawab perseroan terbatas, dengan kata lain semata-mata untuk kepentingan dan keuntungan perseroan terbatas.2 Indonesia sebagai salah satu negara yang menggunakan Model struktur corporate governance yang berikutnya adalah the Continental European model atau Civil Law model juga melakukan pemisahan antara fungsi pengawasan dengan fungsi pengurusan perseroan. Hal ini terlihat dari organ perseroan yang ditentukan dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas pada pasal 1 angka 2 yang menyatakan organ perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi, dan Dewan Komisaris, meskipun tidak dinyatakan secara tegas, namun organ yang dimaksud dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas harus ada sebagai bagian dari kelangsungan Perseroan Terbatas. Undang-Undang Perseroan
2

Kristanto, Analisis Pemahaman, FH-UI, 2010, Jakarta

Terbatas menyatakan Perseroan Terbatas memiliki tiga organ, yakni rapat umum pemegang saham, direksi, dan dewan komisaris, dimana pemisahan fungsi tersebut terlihat dari angka 6 pasal yang sama yang menyatakan bahwa Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi.

RUPS

Perseroan Terbatas

Direksi

Komisaris

Menurut UU PT No. 40 Tahun 2007, Pemegang Saham Perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas komitmen yang dibuat atas nama Perusahaan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perusahaan melebihi dari saham yang dimiliki. Ayat (2), ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak akan berlaku di kejadian berikut: a. Persyaratan Perseroan sebagai badan hukum belum pernah atau tidak terpenuhi; b. Para Pemegang Saham yang bersangkutan baik secara langsung atau tidak langsung memanfaatkan Perusahaan demi itikad buruk untuk kepentingan pribadi; c. Para Pemegang Saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Perseroan, atau d. Para Pemegang Saham yang bersangkutan baik secara langsung maupun tidak langsung secara melawan hukum menggunakan aset perusahaan yang mengakibatkan tidak memadainya aset perusahaan untuk melunasi utangnya. Pemegang Saham bertanggung jawab secara pribadi jika persyaratan Perseroan sebagai badan hukum masih dalam proses atau tidak terpenuhi.3
3

Erman Gukguk, New Indonesian Limited Liabilty Company Law.

Pasal 1 angka (5) Undang-Undang Perseroan Terbatas telah memberikan rumusan yang jelas mengenai kewenangan Direksi, yaitu melakukan tindakan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan yang telah ditentukan dalam Anggaran Dasar Perseroan. Direksi juga diberi wewenang untuk mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan yang diatur di dalam Anggaran Dasar. Di samping menjalankan tugas pengurusan Perseroan sebagaimana yang ditentukan dalam Anggaran Dasar Perseroan, Direksi juga berwenang melakukan pengurusan sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat, tanpa melampaui batas yang ditentukan Undang-Undang Perseroan Terbatas maupun Anggaran Dasar Perseroan. Selain kewenangan yang diberikan Undang-Undang Perseroan Terbatas kepada Direksi selaku organ perseroan yang melaksanakan tugas pengurusan perseroan, Undang-Undang Perseroan Terbatas juga memberikan tugas kepada Direksi yang wajib dilakukan sebagai bagian dari diberinya kewenangan Direksi tersebut yang berkaitan dengan pengurusan terhadap Perseroan. Selain pasal 1 yang telah dijelaskan sebelumnya, pasal-pasal yang dapat dirumuskan sebagai kewajiban Direksi di dalam pengurusan Perseroan Terbatas diantaranya adalah : a. Pasal 44 ayat (2) Undang-Undang Perseroan Terbatas; b. Pasal 50 Undang-Undang Perseroan Terbatas; c. Pasal 56 ayat (3) Undang-Undang Perseroan Terbatas; d. Pasal 66 Undang-Undang Perseroan Terbatas; e. Pasal 68 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas; f. Pasal 79 Undang-Undang Perseroan Terbatas; g. Pasal 97 Undang-Undang Perseroan Terbatas; h. Pasal 100 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas; i. Pasal 101 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas; j. Pasal 102 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas.

I.

Conclusion and Recommendation

3.1 Conclusion Give your conclusion based on your analysis

3.2 Recommendation : Give your recommendation based on your analysis and conclusion

http://www.iseas.edu.sg/documents/publication/ef42002.pdf

Anda mungkin juga menyukai