DEPARTEMEN KIMPRASWIL
UUD 1945 UU NO.7 TAHUN 2004 TTG PSDA PP NO. 82 TAHUN 2001 TTG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN
PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PP NO. 42 TAHUN 2008 TTG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PP NO. 43 TAHUN 2008 TTG AIR TANAH PP NO. 37 TAHUN 2010 TTG BENDUNGAN KEPPRES NO. 6 TAHUN 2009 TTG DEWAN SUMBER DAYA AIR NASIONAL PERMENLH, PERMENTAN, PERMPU, PERMENDAGRI, DLL PERDA PERDES PERATURAN ADAT
SISI KETERSEDIAAN:
1. Ketersediaan air relatif konstan.
Air dan sumber-sumber air perlu: DILINDUNGI DAN DIJAGA KELESTARIANNYA agar dapat DIDAYA-GUNAKAN secara berkelanjutan
UUD 1945 Pasal 33 ayat (3) Tap MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN
VISI PENGELOLAAN SDA Terwujudnya kemanfaatan sumber daya air bagi kesejahteraan seluruh rakyat LIMA MISI PENGELOLAAN SDA KONSERVASI sumber daya air. PENDAYAGUNAAN sumber daya air. PENGENDALIAN daya rusak air. PEMBERDAYAAN dan peningkatan peran masyarakat, dunia usaha, dan pemerintah. Peningkatan ketersediaan dan keterbukaan data serta INFORMASI SDA
1. 2. 3. 4. 5.
TUJUH ASAS PENGELOLAAN SDA: Kelestarian, Keseimbangan, Kemanfaatan Umum, Keterpaduan dan keserasian, Keadilan, Kemandirian, Transparansi dan akuntabilitas
SEKNEG
9
PRESIDEN
8 Okt 2002
DPR
2
8
Redaksi
5 6
Substansi
3a
TIMUS
PANJA
7
Komisi IV
3b
Konsultasi Publik
FILOSOFIS
1. Sumber daya air adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa. 2. Air adalah SUMBER KEHIDUPAN dan SUMBER PENGHIDUPAN.
LANDASAN PENGATURAN
YURIDIS
Pasal 33 ayat (3) UUD 1945: Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
TEKNIS
1. Air merupakan sumber daya yg terbaharui. 2. Jumlahnya tetap, namun tergantung kondisi alam lokal. keterdapatannya
3. Air permukaan & Air Tanah saling berkaitan satu sama lain dalam siklus hidrologi. 4. Secara alami mengalir dinamis dari tempat tinggi ketempat yg lebih rendah.
PERSANDINGAN SISTEMATIKA
Cakupan Air diperluas = UU 11/1974 + air laut yg berada didarat. (Ps 1) Substansi pengaturan lebih komprehensif, meliputi DOMAIN pengelolaan (Konservasi SDA, Pendayagunaan SDA, Pengendalian & Penanggulangan daya rusak air) dan PROSES pengelolaannya. Menegaskan hak dan peran masyarakat dalam keseluruhan proses pengelolaan SDA. (Ps 11 ay 3, Ps 41 ay 3- 4, Ps 62, Ps 64 ay 5, Ps 75 ay 2- 3, Ps 82- 84) Menyatakan bahwa air untuk KEBUTUHAN POKOK adalah HAK SETIAP ORANG yg dijamin oleh Negara. (Ps 5, Ps 8 ay 1, Ps 16 huruf h, Ps 29 ay 3, Ps
80 ay 1)
Hak Guna Air untuk kebutuhan pokok sehari-hari dan pertanian rakyat, serta kpd pemegang Izin mendapat jaminan pemerintah. (Ps 8-9) Mengakui hak ulayat masyarakat hukum adat atas SDA. (Ps 6 ) Pola dan Rencana Pengelolaan SDA didasarkan atas Wilayah Sungai (Ps 11 ay 2), implementasi penggelolaannya dapat dilakukan multi instansi dan multi daerah secara terkoordinasi. (Ps 26 ay 4) Asas KETERBUKAAN diakomodasi melalui SISTEM KOORDINASI PENGELOLAAN SDA di Tk. Nasional, Tk. Propinsi, Tk. Kab/Kota, dan Tk. Wilayah Sungai. ( Bab XII )
EKONOMI yang diselenggarakan dan diwujudkan secara selaras untuk melindungi kepentingan penduduk yg berkemampuan ekonomi lemah. (Ps 4, Ps 26 ay 2, Ps 26 ay 7, Ps 80 ) 13. Mengadopsi prinsip penggunaan air hujan, air permukaan dan air tanah secara conjunctive. (Ps 26 ay 5) 14. Menekankan asas keseimbangan antara upaya pendayagunaan dengan konservasi, termasuk pemberian sistem insentif kepada pelaku konservasi. (Ps 11 ay 4, Ps 77 ay 1 dan 2 )
19. Mengakomodasi penyelesaian sengketa dan gugatan masyarakat. (Bab XIV ) 20. Memperhatikan perkembangan lingk. global, a.l. tentang pengelolaan SDA pada Wilayah Sungai lintas negara. (Ps 13 ay
3, Ps 14, Ps 49 )
Ps 11 ay 2, Ps 59 ay 3, Ps 62 ay 6
KEGIATAN
PENDAYAGUNAAN SDA
Pengendalian daya rusak air
Penetapan WS dilakukan oleh Presiden dg memperhatikan pertimbangan Dewan SDA Nasional. (pasal 13 ayat 2) Prinsip penyusunan Pola Pengelolaan SDA: (pasal 11 ayat 2 dan 4) 1) Keterpaduan antara air permukaan dan air tanah 2) Keseimbangan antara upaya Konservasi dan Pendayagunaan Proses penyusunannya melibatkan peran masyarakat. (pasal 11 ayat 3)
PEMERINTAH PROVINSI
Pengelolaan SDA yang terletak pada Wil. Sungai: - Lintas Kabupaten/ Kota
Pasal 15
PEMERINTAH KAB/KOTA
Pengelolaan SDA yang terletak pada Wil. Sungai: - dalam Kabupaten/ Kota.
Pasal 16
Sebagian wewenang Pemerintah (Pusat) dalam pengelolaan SDA dapat diselenggarakan oleh pemerintah daerah sesuai dg peraturan per-UU-an.
(Pasal 18)
Pem. Provinsi
T.P
untuk dan
(pasal 1
5. HGP Air dan HGU Air tidak sama artinya dg HGP dan HGU Tanah (karena
pengertian Hak dalam UUPA berarti memberi wewenang misalnya tidak hanya memanfaatkan tanah ybs, tetapi juga menguasai dan memiliki).
(3/3)
6. Penyebutan HGU dalam UU SDA terbatas pada pengukuhan dalam memperoleh/memanfaatkan AIR untuk diusahakan lebih lanjut
(BUKAN HAK MEMILIKI).
Lihat Penjelasan Umum angka 2.
8. Hak Guna Usaha Air, wajib dilakukan melalui IZIN penggunaan air dari pemerintah.
UNTUK APA
PERSYARATAN
Tanpa Izin
Pasal 8 ayat 1
Perorangan
Dengan Izin
Pasal 8 ayat 2
Kelompok
Dengan Izin
2. PENGUSAHAAN SDA berarti sebagai suatu upaya pemanfaatan SDA untuk tujuan USAHA atau menunjang suatu kegiatan usaha. 3. PENGUSAHAAN SDA dapat dilakukan melalui berbagai jenis/bentuk usaha, a.l : (Penjelasan Umum angka 10)
Pemanfaatan air alam SEBAGAI BAHAN BAKU DALAM PROSES PRODUKSI (misalnya : industri tekstil, pabrik gula, petrokimia, agroindustri, industri pengolahan makanan dan lain-lain). Pemanfaatan air alam SEBAGAI BAHAN BAKU UTAMA SUATU PRODUK (misalnya: produk PDAM, Air Mineral). Pemanfaatan air, sumber air dan daya air, (misalnya usaha PLTA, usaha arung jeram, usaha wisata air, usaha pelayaran di sungai dan usaha pengapungan). Pemanfaatan air SEBAGAI MEDIA atau PENDUKUNG kegiatan usaha tertentu, (misalnya: usaha perikanan, usaha perhotelan, usaha real estate, untuk pendinginan mesin pabrik, pencucian bahan tambang).
9. Pengaturan mengenai Pengusahaan SDA dalam UU ini lebih menekankan pada substansi pengaturan ALOKASI air baku (alam) untuk suatu jenis kegiatan usaha tertentu.
10. Pada prinsipnya UU No.7/ 2004 tentang Sumber Daya Air mengatur Pengusahaan SDA jauh lebih ketat daripada UU 11/1974 tentang Pengairan.
Melalui konsultasi publik (ps 47 ayat 4) Dilarang ditransfer keluar WS, kecuali SDA pada WS ybs surplus. (ps 48 ay 1)
Tidak mengatur
1.
2.
3.
Memperhatikan fungsi sosial dan kelestariannya (ps 45 ayat 1) Wajib ikut serta melakukan konservasi dan meningkatkan kesejahteraan masy di sekitarnya. (ps 47 ayat 3) Mendorong keikut sertaan UKM (ps 47
ayat 5)
Tidak mengatur
1.
2.
EKSPOR AIR ?
2. Kelayakan mendistribusikan air untuk negara lain HARUS DIDASARKAN pada rencana pengelolaan sumber daya air WS yang akan diambil airnya, serta MEMPERHATIKAN KEPENTINGAN daerah di sekitarnya. (Psl 49 ayat 2) 3. Rencana pengusahaan air untuk negara lain dilakukan melalui proses KONSULTASI PUBLIK oleh pemerintah sesuai dengan kewenangannya. (Ps 49 ayat 3) 4. Pengusahaan air untuk negara lain WAJIB mendapat izin dari Pemerintah berdasarkan rekomendasi dari pemerintah daerah dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (Pasal 49 ayat 4)
BATASAN KEBUTUHAN POKOK SEHARI-HARI dan PERTANIAN RAKYAT KEBUTUHAN POKOK SEHARI-HARI (akan air) adalah
kebutuhan air untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari guna mencapai kehidupan yang sehat, bersih dan produktif, misalnya untuk keperluan ibadah, minum, masak, mandi, cuci dan peturasan. (Penjelasan pasal 8 ayat 1)
dg
5. Pelaksanaan OP sistem irigasi primer dan sekunder menjadi TJ Pemerintah dan Pemda. (pasal 64 ayat 6 huruf a)
7. Pengguna SDA untuk memenuhi kebutuhan pokok seharihari dan untuk pertanian rakyat TIDAK DIBEBANI BIAYA jasa pengelolaan SDA. (pasal 80 ayat 1) 8. Masyarakat mempunyai kesempatan yg sama untuk berperan dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan thd pengelolaan SDA. (pasal 84 ayat 1) 9. Masyarakat yg dirugikan akibat berbagai masalah pengelolaan SDA berhak mengajukan gugatan perwakilan ke pengadilan. (pasal 90)
5. Penetapan zona pemanfaatan sumber daya air dilakukan dengan : a) mengalokasikan zona untuk fungsi lindung dan budidaya; b) ..dst (Pasal 27 ayat 3)
6. Penetapan peruntukan air pada sumber air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) di setiap wilayah sungai dan cekungan air tanah dilakukan dengan memperhatikan : a). daya dukung sumber air; b). .. dst. (Pasal 28 ayat 1).
13. Pengelolaan sumber daya air mencakup kepentingan lintas sektoral dan lintas wilayah yang memerlukan keterpaduan tindak untuk menjaga kelangsungan fungsi dan manfaat air dan sumber air. (pasal 85 ayat 1). 14. Instansi pemerintah yang membidangi sumber daya air bertindak untuk kepentingan masyarakat apabila terdapat indikasi masyarakat menderita akibat pencemaran dan atau kerusakan sumber air yang mempengaruhi kehidupan pokok masyarakat (pasal 91)
19. Dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000 (satu miliar rupiah): Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan penggunaan air yang mengakibatkan kerugian terhadap orang atau pihak lain dan kerusakan fungsi sumber air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3) , (pasal 94 ayat 2)
KETENTUAN MENGENAI
IRIGASI
3. Pelaksanaan O&P sistem irigasi PRIMER dan SEKUNDER menjadi wewenang dan TJ Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. (pasal 64 ayat 6 huruf a) 4. Pengelolaan irigasi PRIMER dan SEKUNDER:
(penjelasan pasal 41 ayat 2)
a. DI luas< 1.000ha (DI Kecil) DAN berada dalam satu kabupaten/kota menjadi wewenang dan TJ pem. kab/kota. b. DI luas 1.000 ha s/d 3.000 ha (DI Sedang), ATAU DI Kecil lintas kab/kota menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah provinsi. c. DI luas >3.000 ha, ATAU (DI Sedang) Lintas Prov menjadi wewenang dan TJ Pemerintah Pusat. 4. Pelaksanaan O&P sistem irigasi TERSIER menjadi hak dan TJ masyarakat petani pemakai air. (pasal 64 ayat 6 huruf b)
menjadi
wewenang
dan
tanggung
jawab
dengan
4. Pengembangan sistem irigasi PRIMER dan SEKUNDER dapat dilakukan oleh perkumpulan petani pemakai air atau pihak lain sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. (pasal 41
ayat 5)
5. Pengembangan sistem irigasi TERSIER menjadi hak dan tanggung jawab perkumpulan petani pemakai air. (pasal 41
ayat 3)
2. Menjadi tanggung jawab Pemerintah, pemerintah daerah, serta pengelola sumber daya air wilayah sungai dan masyarakat. (pasal 51 ayat 3)
3. Mengutamakan upaya PENCEGAHAN melalui perencanaan pengendalian daya rusak air yang disusun secara terpadu dan menyeluruh dalam POLA pengelolaan sumber daya air.
(pasal 51 ayat 2)
4. Upaya PENCEGAHAN lebih diutamakan pada KEGIATAN NONFISIK. (pasal 53 ayat 2) 5. Kegiatan NONFISIK adalah kegiatan penyusunan dan/atau penerapan piranti lunak yang meliputi antara lain pengaturan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian.
(penjelasan pasal 53 ayat 2)
2. Penyerahan ke atas:
Dalam hal Pemda BELUM DAPAT dapat melaksanakan sebagian wewenangnya, Pemda ybs dapat menyerahkan wewenang tersebut kepada pemerintah di atasnya sesuai dengan peraturan perundangundangan. (pasal 19 ayat 1)
4. Menetapkan Pola, Rencana, dan Program, serta melaksanakan Pengelolaan SDA pada WS yg menjadi kewenangannya. (pasal 14, pasal 15, pasal 16) 5. Mengatur, menetapkan, dan memberi izin penggunaan dan pengusahaan SDA yg menjadi wewenang dan TJ-nya. (pasal
14, pasal 15, pasal 16) 16).
6. Membentuk wadah koordinasi SDA. (pasal 14, pasal 15, pasal 7. Menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan SDA yg menjadi wewenang dan TJ-nya. (pasal 14, pasal 15, pasal 16).
11. Membantu pembiayaan O&P sistem irigasi TERSIER menjadi TJ petani. (pasal 78 ayat 3 huruf c)
12. Bertanggung jawab dalam pengembangan sistem irigasi PRIMER dan SEKUNDER. (pasal 41 ayat 2)
13. Menyediakan informasi SDA bagi semua pihak berkepentingan dalam bidang SDA. (pasal 67 ayat 1)
yg
14. Bertanggung jawab menjamin keakuratan, kebenaran, dan ketepatan waktu atas informasi SDA. (pasal 67 ayat 3)