Anda di halaman 1dari 2

Tugas Mid Semester Homelitika 1 Nama NIM Mata Kuliah Dosen Pengampu : Boston David Malau : 09.

2404 : Homelitika 1 : Pdt. J. Simaremare, M.Th

Menelusuri akar-akar Khotbah dari Alkitab (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) Dan membandingkannya dengan konteks khotbah pada masa kini.

1.

Menelusuri akar khotbah dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru !

Khotbah adalah sarana utama Tuhan untuk menyampaikan atau membertikan Injil-Nya. Berbagai cara atau metode kerap kali dipakai untuk menyampaikan makna khotbahnya supaya para pendengarnya betul-betul memahami dan mampu menenerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun khotbah tidak hanya sebatas bagaimana cara penyampaiannya tetapi bagaimana para pengkhotbah atau pemberita Firman tersebut haruslah mampu mengetahui secara jelas akar-akar khotbahnya baik dari Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru karena khotbah adalah Firman Allah yang telah dituliskan dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.

Hal utama yang harus disampaikan oleh para pengkhotbah ialah khotbah bersumber dari Allah. Allah telah memutus manusia sebagai pilihanNya untuk mengungkapkan diriNya kepada umatNya. Dalam Perjanjian Lama akar berkhotbah adalah menyampaikan Firman Allah yang disampaikan oleh para Nabi. Seorang Nabi bernubuat karena atas dorongan dari ilahi (lih. Ul. 13:1; 18:20) dan (lih. Yer. 23:21; Bil. 11:25-29). Para Nabi dalam Perjanjian Lama dipakai dalam dua istilah Ibrani yakni Hozeh yang berarti berkilauan atau menghangat (Am. 7:12) Roeh berarti orang yang melihat (1 Taw. 29:29 dan Yes. 30:10) kedua istilah ini menunjukkan bahwa seorang Nabi adalah seorang yang hatinya dihangatkan oleh sesuatu yang dilihatnya atas seizin Allah.
1

Khotbah juga dapat ditelusuri kembali sebagai tindakan

Allah untuk menyelamatkan umat manusia. Kata Ibrani yang dipakai adalah Basar yang
1

Jerry Vines and Jim Shaddix, Homelitika : Kuasa dalam berkhotbah, Indonesia : Gandum Mas, 2002, hlm. 23.

Tugas Mid Semester Homelitika 1 artinya segar atau penuh atau menyampaikan kabar sukacita (Yes. 61:1 dan Maz. 40:9). Para utusan Tuhan adalah orang-orang yang membawa kabar baik. Kata yang sejajar dengan Perjanjian Lama yang merupakan akar dari Perjanjian Baru ialah euangelizo yang artinya mengumumkan kabar gembira kata ini khusus ditujukkan pada kabar baik tentang penebusan Allah bagi manusia yang dilaksanakan melalui Yesus Kristus. Pesan tentang kabar baik berpusat pada Kristus sendiri. Pada awal pelayananNya Yesus berkata, Yesus mengatakan kepada pendengarNya: Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya (Mat. 5:17).2 Akar-akar khotbah tersebut yang berasal dari Alkitabiah (PL dan PB) berfungsi membangkitan beberapa istilah kata kunci yang menjadi kerangka kerja bagi pengembangan falsafah berkhotbah yang tepat. Akar-akar khotbah ini berfungsi untuk memperkuat teologi dalam berkhotbah yang praksis.

2.

Bandingkan antara khotbah masa kini dengan kotbah dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru !

Edwin Charles Dargan mengatakan bahwa perkembangan penyampaian modern sangat dipengaruhi oleh tiga faktor: Oratoria dan retorika kuno, nubuat Ibrani. Nubuat Ibrani memberikan dasar-dasar mengenai Allah dalam soal pesan dan motivasi penyampaian khotbah, kemudian Injil Kristus menyediakan muatan yang spesifik dan menjadikan penyampaian khotbah sebagai sebagai sarana pewartaan yang utama. 3 Hal-hal yang termasuk dalam tiga faktor khotbah ini sangat mempengaruhi perkembangan bentuk khotbah. Bila kita melihat lagi konteks khotbah masa kini khotbah banyak para Pengkotbah kurang mempersiapkan khotbahnya dengan baik dan benar dengan pembelaan yang mengatakan bahwa ia berkotbah atas karunia Roh Kudus saja yang mendampingi ia ketika menyampaikan Firman Tuhan atau berkhotbah, serta tidak menggali lebih dalam apa akar-akar khotbah dengan lebih dalam seperti para pengkotbah pada masa Perjanjian Lama yang berdasarkan Firman Allah yang langsung berasal dari Allah dan pada masa Perjanjian Baru yang berdasarkan Yesus Kristus untuk diberitakan kepada pendengarnya.
2

C. H. Dodd, The Apostolic Preaching and Its Development, New York, Harper and Row, 1964, hlm. 17 3 Edwin Charles Dargan, A History of Preaching, Jilid 2, New York : George H. Doran, 1905, hlm. 14

Anda mungkin juga menyukai