Anda di halaman 1dari 3

1

TRANSISTOR (D3)
Saiful Abidin, Suudi Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: namakuanimail@gmail.com
Abstrak Telah dilakukan percobaan mengenai transistor dengan tujuan untuk mengetahui besar konstanta penguatan arus, hfe pada transistor serta untuk mengetahui karakteristik transistor melalui perbandingan antara (I C) dan tegangan antara kolektor dan emitor (VCE).Peralatan dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah transistor BD 139, 2 buah potensiometer, power supply DC, kabel penjepit buaya, voltmeter DC, ampermeter. Percobaan dilakukan dengan merangkai peralatan seperti pada skema rangkaian lalu mengatur tegangan 2 potensiometer pada posisi 0 v, lalu VR1 diputar sehingga timbul arus IB sebesar 20 A, kemudian VR2 diputar dan diamati perubahan pada A2 dan V dengan pengulangan 10 kali,lalu dibuat grafik antara A2 dan V. Variasi arus IB yang digunakan adalah 20 A, 30 A, dan 40 A. Hasil percobaan menunjukkan bahwa untuk mengetahui besar konstanta penguatan arus () maka dilakukan perhitungan dengan membagi arus output (IC) dengan arus input (IB) pada masing-masing A2 dan V yang terukur. Nilai beta sebanding dengan nilai IC dan berbanding terbalik dengan nilai IB, untuk nilai IB dan IC berbanding terbalik. Nilai arus penguat pada rangkaian dengan Ib sebesar 20 A adalah sebesar adalah 0,041, pada 30 A adalah 0,043 dan pada 40 A adalah 0,042. Kata KunciTransistor, konstanta penguat arus, karakteristik transistor

inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber listriknya. Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal, yaitu Basis (B), Emitor (E) dan Kolektor (C). Tegangan yang di satu terminalnya, misalnya Emitor dapat dipakai untuk mengatur arus dan tegangan yang lebih besar daripada arus input Basis, yaitu pada keluaran tegangan dan arus output Kolektor. Salah satu jenis transistor adalah transistor BJT atau dwi kutub. Transistor ini sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu NPN dan PNP.

Gambar 2.1 Transistor NPN dan PNP

I.

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari, transistor sangat berperan sebagai salah satu komponen dalam rangkaian listrik. Transistor merupakan suatu komponen aktif yang dibuat dari bahan semikonduktor. Fungsi transistor untuk memperkuat sinyal input yang lemah agar dihasilkan sinyal output yang besar. Terdapat 2 macam transistor yaitu transistor dwikutub (bipolar) dan transistor efek medan. Transistor digunakan didalam rangkaian untuk memperkuat isyarat, artinya isyarat lemah pada masukan diubah menjadi isyarat yang kuat pada keluaran. Pada masa kini transistor ada di dalam setiap peralatan elektronika. jika memahami dasar kerja transistor niscaya kita akan lebih mudah mempelajari cara kerja berbagai peralatan elektronika Transistor digunakan didalam rangkaian untuk memperkuat isyarat, artinya isyarat lemah pada masukan diubah menjadi isyarat yang kuat pada keluaran. Pada masa kini transistor ada di dalam setiap peralatan elektronika. jika memahami dasar kerja transistor niscaya kita akan lebih mudah mempelajari cara kerja berbagai peralatan elektronika.[1] Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau sebagai fungsi lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau tegangan

Prinsip kerja dari transistor NPN adalah: arus akan mengalir dari kolektor ke emitor jika basisnya dihubungkan ke ground (negatif). Arus yang mengalir dari basis harus lebih kecil daripada arus yang mengalir dari kolektor ke emitor, oleh sebab itu maka ada baiknya jika pada pin basis dipasang sebuah resistor. Prinsip kerja dari transistor PNP adalah arus akan mengalir dari emitter menuju ke kolektor jika pada pin basis dihubungkan ke sumber tegangan (diberi logika 1). Arus yang mengalir ke basis harus lebih kecil daripada arus yang mengalir dari emitor ke kolektor, oleh sebab itu maka ada baiknya jika pada pin basis dipasang sebuah resistor. Pada transistor dwikutub sambungan p-n antara emitor dan basis diberi panjar maju sehingga arus mengalir dari emitor ke basis. Panjar adalah tegangan dan arus DC yang harus lebih dahulu dipasang agar rangkaian transistor bekerja. Seperti lazimnya, arus listrik ditentukan mempunyai arah seperti gerak muatan positif. Terdapat dua jenis kontruksi dasar BJT, yaitu jenis n-p-n dan jenis p-n-p. Untuk jenis n-p-n, BJT terbuat dari lapisan tipis semikonduktor tipe-p dengan tingkat doping yang relatif rendah, yang diapit oleh dua lapisan semikonduktor tipe-n. Karena alasan sejarah pembuatannya, bagian di tengah disebut basis, salah satu bagian tipe-n (biasanya mempunyai dimensi yang kecil) disebut emitor dan yang lainya sebagai kolektor. Secara skematik kedua jenis transistor diperlihatkan pada gambar 2.1. Tanda panah pada gambar 2.1 menunjukkan kaki emitor dan titik dari material tipe-p ke material tipe-n. Perhatikan bahwa untuk jenis n-p-n, transistor terdiri dari dua sambungan p-n yang berperilaku seperti diode. Setiap diode dapat diberi panjar maju atau berpanjar mundur, sehingga transistor dapat memiliki empat modus pengoperasian.

2 Salah satu modus yang banyak digunakan disebut modus normal, yaitu sambungan emitor-basis berpanjar maju dan sambungan kolektor-basis berpanjar mundur. Modus ini juga sering disebut sebagai pengoperasian transistor pada daerah aktif. Karakteristik transistor adalah karakteristik masukan, yaitu hubungan eksponensial I-V pada sambungan emitorbasis. Karakteristik masukan pada konfigurasi basis bersama adalah hubungan antara Vbe dengan Ie, sedangkan pada konfigurasi emitor-bersama adalah hubungan antara Vbe dengan Ib . Konfigurasi emitor-bersama lebih sering digunakan sebagai penguat arus. Sesuai dengan namanya emitor dipakai bersama sebagai terminal masukan maupun keluaran. Dalam percobaan transistor ini akan dicari nilai konstanta penguatan arus pada transistor melalui perbandingan antara sinyal output dengan sinyal input serta megetahui karakteristik transistor melalui perbandingan antara (IC) dan tegangan antara kolektor dan emitor (VCE) berdasarkan grafik yang telah kita buat. II. METODE Langkah awal dalam percobaan ini adalah menyiapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan yakni transistor BD 139, potensiometer (VR1) 50k ohm, potensiometer (VR2) 10k ohm, power supply DC 4.05 volt, kabel dengan penjepit buaya, voltmeter DC serta 2 buah ampermeter DC. Langkah kedua yakni alatdirangkai seperti pada gambar kemudian langkah ketiga diatur tegangan VR1 dan VR2 pada posisi 0 V, langkah keempat VR1 diputar sehingga pada A1 timbul arus IB sebesar 20 A, langkah kelima yaitu VR2 diputar dan diamati perubahan pada A2 dan V, pemutaran dilakukan sebanyak 10 kali kemudian dicatat nilai yang terbaca pada A2 dan V2 pada tiap-tiap pemutaran VR2. Langkah keenam yakni dibuat grafik dari hasil pembacaan pada A2 dan V, dengan A2 pada sumbu y dan V pada sumbu x, langkah ketujuh yakni langkah keempat hingga langkah keenam diulangi dengan variasi nilai IB=30 A dan 40 A.

Gambar 1 Skema alat percobaan

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah melakukan percobaan didapat data hasil percobaan yakni nilai A2 dan V pada masing-masing arus basis IB yang digunakan setelah itu dapat dihitung nilai penguatan arus (beta) pada masing-masing IB yang digunakan dengan membagi sinyal output (IC) dengan sinyal input (IB) .

3 DAFTAR PUSTAKA
[1] Giancoli, Douglas. 2002,Fisika Universitas,Jakarta:Erlangga. [2] Sutrisno, ELEKTRONIKA 1, Bandung, ITB , 1986. [3] Saadat,H, Power System Analysis, International Edition EPRI, Mc Graw- Hill, New york

Dari data nilai A2 dan V yang terukur pada masing-masing nilai IB yang digunakan yakni 20 A, 30 A, dan 50 A maka dapat dihitung besarnya nilai penguatan arus () pada tiap-tiap nilai A2 dan V dan nilai arus output (IC) yang berbeda dengan menggunakan persamaan di bawah ini: Hfe = = (4.1)

Berdasarkan perhitungan nilai beta terbukti bahwa nilai beta sebanding dengan nilai arus output (IC), dari data hasil perhitungan semakin besar nilai IC maka nilai beta juga semakin besar. Sedangkan nilai beta berbanding terbalik dengan arus input (IB), dari data hasil perhitungan semakin besar nilai IB maka nilai beta semakin kecil. Untuk nilai IB dan IC berbanding terbalik, setelah dilakukan perhitungan semakin besar nilai IB maka nilai IC semakin kecil. Grafik 3.4 menjelaskan hubungan antara I C dan V CE dengan variasi IB yang digunakan yakni 20 A, 30 A, dan 40 A. Dari ketiga grafik tersebut terlihat bahwa semakin besar nilai VCE maka nilai IC juga semakin besar dan tidak mencapai nilai VCE yang konstan pada saat tertentu. Seharusnya untuk mengetahui karakteristik transistor grafik antara VCE dan IC saat mencapai nilai IC tertentu maka nilai VCE akan konstan. IV. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan transistor yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui besar konstanta penguatan arus () maka dilakukan perhitungan dengan membagi arus output (IC) dengan arus input (IB) pada masing-masing A2 dan V yang terukur. Nilai beta sebanding dengan nilai IC dan berbanding terbalik dengan nilai IB, untuk nilai IB dan IC berbanding terbalik. Nilai arus penguat pada rangkaian dengan Ib sebesar 20 A adalah sebesar adalah 0,041, pada 30 A adalah 0,043 dan pada 40 A adalah 0,042.

Anda mungkin juga menyukai