Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TIGA KATEGORI BELAJAR FILSAFAT HISTORIS berdasar kurun waktu tertentu SISTEMATIS spesialisasi cabang-cabang filsafat ttt PRINSIP-PRINSIP FILSAFAT pola yang digunakan
MENGASAH FILSAFAT
Diskusi, Mailing List, dsb Studi Literatur (Topik & Tokoh) Hadap Masalah Permenungan Menulis Mengajar
Philosophia philein (mencintai) + sophos (bijaksana) philos (teman) + sophia (kebijaksanaan) Pythagoras (572-497 SM) philosophos (lover of wisdom) Filosof bukan orang yang sudah mencapai & memiliki kebenaran, tetapi selalu mengejar & mencintai kebenaran
TERMINOLOGI FILSAFAT
Berfilsafat berarti berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh Filsafat merupakan ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu Dengan filsafat, manusia berusaha menangkap makna, hikmah dari tiap pemikiran, realitas, dan kejadian Filsafat mengantarkan manusia untuk lebih jernih dan bijaksana dalam berpikir, bersikap, berkata, dan berbuat.
Immanual Kant: filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu: apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika); apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika); sampai di manakah pengharapan kita? (dijawab oleh antropologi) Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami atau mendalami secara radikal dan integral serta sistematis hakikat sarwa yang ada, yaitu: hakikat tuhan, hakikat alam semesta, dan hakikat manusia, serta sikap manusia sebagai konsekuensi dari paham tersebut
Filsafat: kegiatan/hasil pemikiran/permenungan yang menyelidiki sekaligus mendasari segala sesuatu yang berfokus pada makna di balik kenyataan/teori yang ada untuk disusun dalam sebuah sistem pengetahuan rasional.... Permenungan Kefilsafatan: percobaan utk menyusun sebuah sistem pengetahuan rasional yang memadai utk memahami dunia maupun diri sendiri. Berpikir didefinisikan sebagai kemampuan manusia untuk mencari arti bagi realitas yang muncul di hadapan kesadarannya dalam pengalaman dan pengertian
FILSAFAT-FILSAFAT KHUSUS
1. Filsafat Politik 2. Filsafat Ekonomi 3. Filsafat Kebudayaan 4. Filsafat Pendidikan 5. Filsafat Hukum 6. Filsafat Bahasa 7. Filsafat Seni 8. Filsafat Ilmu 9. ...dll
FILSAFAT KEILMUAN
Filsafat Ilmu Umum Filsafat Ilmu-ilmu Khusus 1. Filsafat Matematika 2. Filsafat Ilmu-ilmu Fisik 3. Filsafat Biologi 4. Filsafat Psikologi 5. Filsafat Linguistik 6. Filsafat Ilmu Sosial 7. dll.
OBJEK FILSAFAT
Objek Material : Segala sesuatu yang ada 1. Tipikal / sungguh-sungguh ada 2. Dalam kemungkinan 3. Dalam pikiran/konsep Objek Formal : Hakikat terdalam / substansi / esensi / intisari
Ketr. O.M. = Sesuatu hal yg dijadikan sasaran pemikiran (Gegenstand), yg diselidiki, yg dipelajari. O.F. = Cara memandang, meninjau, seorang peneliti terhadap OM-nya serta prinsip-prinsip yang digunakan. OF Memberi keutuhan suatu ilmu Membedakannya dengan bidang ilmu lain 1 OM = sekian OF
Keberadaan (being) atau eksistensi (exixtence) cab. Metafisika Pengetahuan (knowledge) atau kebenaran (truth) cab. Epistemologi & Logika Nilai-Nilai (values) cab. Etika (kebaikan) & Estetika (keindahan)
METAFISIKA
Merupakanstuditerdalamdarikenyataan/keberadaan
EPISTEMOLOGI
Pelajariasal/sumber,struktur,metode,&validitaspengetahuan
PersoalanOntologis
Theory of knowledge Episteme = pengetahuan + logos = ilmu Apa yang dapat saya ketahui? Bagaimana manusia dapat mengetahui sesuatu? Perbedaan pengetahuan apriori dengan aposteriori
PersoalanKosmologis
9 Asal mula, perkembangan, struktur/susunan alam 9 Hubungan kausalitas 9 Permasalahan ruang dan waktu
PersoalanAntropologis
Hubungan tubuh dan jiwa Kesadaran, kebebasan
LOGIKA
Ilmu,kecakapan,alatuntukberpikirsecaralurus Logos = nalar, kata, teori, uraian, ilmu OM = pemikiran OF = kelurusan berpikir Pengertian, putusan, penyimpulan, silogisme Bagaimana manusia berpikir secara lurus? Perbedaan logika material dan formal Penerapan logika induksi dan deduksi Macam-macam sesat pikir
ETIKA
FilsafatMoral Ethos = watak; Mores = kebiasaaan; kesusilaan OM = perilaku secara sadar dan bebas; OF = baik dan buruk Syarat baik-buruknya perilaku Hubungan kebebasan berkehendak dengan perbuatan susila Kesadaran moral, hati nurani Pertimbangan moral dan pertimbangan yang bukan moral
ESTETIKA
FilsafatKeindahan Estetika berasal dari kata Yunani aisthesis = cerapan indera Arti keindahan Subjektivitas, objektivitas, dan ukuran keindahan Peranan keindahan dalam kehidupan Hubungan keindahan dengan kebenaran
ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT
1. Persoalan Keberadaan
A. Dari segi jumlah Monisme = satu kenyataan fundamental Dualisme = dua substansi Pluralisme = banyak substansi B. Dari Segi Kualitas spiritualisme = roh ~ idealisme Materialisme = materi C. Dari Segi Proses, Kejadian/Perubahan Mekanisme = asas-asas mekanik Teleologi = alam diarahkan ke suatu tujuan Vitalisme = kehidupan tidak semata-mata fisik-kimiawi Organisisme = hidup adl struktur dinamis, sistem yg teratur
...
2. Persoalan Pengetahuan
A. Sumber Rasionalisme = akal ~ deduksi Empirisme = indera Realisme = objek nyata dalam dirinya sendiri Kritisisme = Pengamatan indera dan Pengolahan akal B. Hakikat Idealisme = proses mental/psikologis ~ subjektif Empirisme = pengalaman Positivisme = pengetahuan faktawi Pragmatisme = guna pengetahuan
...
2. Persoalan Etika/Nilai-Nilai
Idealisme etis ideal Deontologisme etis kewajiban Etika Teleologis = tujuan Hedonisme = kenikmatan Utilitarisme = Kebahagiaan sebesar2nya utk man sebanyak2nya.
Perbedaannya, filsafat dengan metodenya mampu mempertanyakan keabsahan dan kebenaran ilmu, sedangkan ilmu tidak mempu mempertanyakan asumsi, kebenaran, metode, dan keabsahannya sendiri. Ilmu lebih bersifat ekslusif, menyelidiki bidang-bidang yang terbatas, sedangkan filsafat lebih bersifat inklusif. Dengan demikian filsafat berusaha mendapatkan pandangan yang lebih komprehensif tentang fakta-fakta. Ilmu dalam pendekatannya lebih bersifat analitik dan deskriptif: menganalisis keseluruhan unsur-unsur yang mnjadi bagian kajiannya, sedangkan filsafat lebih sintetik atau sinoptik menghadapi objek kajiannya sebagai keseluruhan. Filsafat berusaha mencari arti fakta-fakta. Jika ilmu condong menghilangkan faktor-faktor subjektivitas dan menganggap sepi nilai-nilai demi menghasilkan objektivitas, maka filsafat mementingkan personalitas, nilai-nilai dan bidang pengalaman
Filsafat itu tidak salah satu ilmu di antara ilmu-ilmu lain. "Filsafat itu pemeriksaan ('survey') dari ilmu-ilmu, dan tujuan khusus dari filsafat itu menyelaraskan ilmu-ilmu dan melengkapinya." Filsafat mempunyai dua tugas: menekankan bahwa abstraksi-abstraksi dari ilmuilmu betul-betul hanya bersifat abstraksi (maka tidak merupakan keterangan yang menyeluruh), dan melengkapi ilmu-ilmu dengan cara ini: membandingkan hasil ilmu-ilmu dengan pengetahuan intuitif mengenai alam raya, pengetahuan yang lebih konkret, sambil mendukung pembentukan skema-skema berpikir yang lebih menyeluruh. Hubungan ilmu dengan filsafat bersifat interaksi. Perkembangan-perkembangan ilmiah teoritis selalu berkaitan dengan pemikiran filsafati, dan suatu perubahan besar dalam hasil dan metode ilmu tercermin dalam filsafat. Ilmu merupakan masalah yang hidup bagi filsafat. Ilmu membekali filsafat dengan bahan-bahan deskriptif dan faktual yang sangat perlu untuk membangun filsafat. Tiap filsafat dari suatu periode condong merefleksikan pandangan ilmiah di periode itu. Ilmu melakukan cek terhadap filsafat dengan membantu menghilangkan ide-ide yang tidak sesuai dengan pengetahuan ilmiah. Sedangkan filsafat memberikan kritik tentang asumsi dan postulat ilmu serta analisa kritik tentang istilah-istilah yang dipakai
Filsafat dapat memperlancar integrasi antara ilmu-ilmu yang dibutuhkan. Searah dengan spesialisasi ilmu maka banyak ilmuwan yang hanya menguasai suatu wilayah sempit dan hampir tidak tahu menahu apa yang dikerjakan di wilayah ilmu lainnya. Filsafat bertugas untuk tetap memperhatikan keseluruhan dan tidak berhenti pada detil-detilnya. Filsafat adalah meta ilmu, refleksinya mendorong peninjauan kembali ideide dan interpretasi baik dari ilmu maupun bidang-bidang lain. Filsafat pada masa-masa awal kelahirannya dianggap sebagai mater scientiarum, induknya ilmu. Seiring dengan spesialisasi ilmu sampai dengan akhir-akhir ini, kekhususan setiap ilmu menimbulkan batas-batas yang tegas antara masing-masing ilmu. Tidak ada bidang pengetahuan lain yang menjadi penghubung ilmu-ilmu yang terpisah itu. Di sinilah filsafat berusaha mengatasi spesialisasi dengan mengintegrasikan masing-masing ilmu dan/dengan merumuskan pandangan hidup yang didasarkan atas pengalaman kemanusiaan yang luas.
Seni dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan manusia yang menjelajahi dan menciptakan realitas baru serta menyajikannya secara kiasan. Manusia membutuhkan seni, sebagaimana manusia membutuhkan filsafat dan ilmu, karena melalui seni manusia dapat mengekspresikan dan menanamkan apresiasi dalam pengalamannya. Seni tidak bertujuan untuk mencari pengetahuan dan pemahaman sebagaimana filsafat, juga bukan seperti ilmu yang bertujuan mengadakan deskripsi, prediksi, eksperimentasi, dan kontrol, tetapi seni bertujuan untuk mewujudkan kreativitas, kesempurnaan, bentuk, keindahan, komunikasi, dan ekspresi.
Filsafat bukan agama, meskipun banyak juga manusia dari berbagai belahan dunia yang menjadikan filsafat (dalam arti pandangan hidup) sebagai agama, misalnya filsafat konfusianisme. Tujuan agama lebih dari sekedar pengetahuan, yakni untuk mencari keharmonisan, keselamatan, dan perdamaian. Agama yang matang dan kokoh akan mencantumkan latar belakang filsafat dan sekaligus menimba dan menyaring informasi dari ilmu. Ini diperlukan agama dalam rangka memberi jawaban komprehensif, integral, dan berwibawa (dalam arti tidak asal menjawab) terhadap berbagai pertanyaan dan gugatan. Kasus-kasus yang membawa-bawa agama seperti terorisme, tentu bisa dirunut pada latar belakang filsafat dari agama tersebut, misalnya bagaimana pandangan agama tersebut terhadap kekerasan, keadilan, dan kemanusiaan. Seperti kata Einstein, tanpa ilmu (dan filsafat), agama akan lumpuh.
o o
Problem ontologi ilmu; perkembangan dan kebenaran ilmu sesungguhnya bertumpu pada landasan ontologis (apa yang terjadi - eksistensi suatu entitas) Problem epistemologi; adalah bahasan tentang asal muasal, sifat alami, batasan (konsep), asumsi, landasan berfikir, validitas, reliabilitas sampai soal kebenaran (bagaimana ilmu diturunkan - metoda untuk menghasilkan kebenaran) Problem aksiologi; implikasi etis, aspek estetis, pemaparan serta penafsiran mengenai peranan (manfaat) ilmu dalam peradaban manusia
Ketiganyadigunakanjugasebagai landasanpenelaahanilmu
Ternyata perkembangan ilmu tidak semata-mata mengandalkan rasio atau empiris saja, tetapi merupakan suatu petualangan yang tak habis-habisnya (an unending adventure), yang selalu hadir di ambang ketakpastian (uncertainty) dan menuntut tindakan keputusan (act of judgment). Diperlukan penerobosan (penetration) antara kehidupan berpikir (rasio), berbuat (pengalaman = empiri), dan intuisi (sebagai pemahaman tertinggi terhadap masalah itu sebagai keseluruhan), suatu interpenetrasi yang interaktif yang melahirkan ilham untuk mewujudkan tindakan kreatif. Oleh karena itu, ilmu tidak semata-mata disusun secara logis rasional (menekankan fungsi akal) atau bersifat empiris (menekankan fungsi pengalaman/indera) atau rasionalistis kritis (dalam arti Kantian), ataupun konstruktivistis (penekanan keseluruhan konteks, rasional maupun empiris), tetapi merupakan sistem terbuka yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan kehidupan manusiawi dengan seluruh aspek pembangunan masyarakat spiritual maupun material ataupun dalam kaitan dengan konteks ilmu itu sendiri. Tanggung jawab etis kemudian menjadi tuntutannya (dalam hal inilah value bond-nya ilmu dalam konteks aksiologi). Bertitik tolak dari hal ini, filsafat ilmu bisa dirumuskan sebagai ilmu yang berbicara tentang dinamika ilmu pengetahuan itu sendiri, dan bisa disebut sebagai meta-science yang berarti ilmunya ilmu lainnya
Sering disebutkan, kesepakatan antara para ilmuwan dan filsuf dengan tegas menunjuk empiris sebagai ciri ilmu, baik menyangkut metode, observasi, ataupun analisis yang digunakan ilmuilmusosial maupun ilmuilmualam. Namun tidak semua kenyataan kehidupan dapat dijawab oleh kedua golongan ilmu ini. Ilmuilmu humaniora merupakan wadah bagi hal tersebut. Berbagai peri kehidupan manusia yang paling esensial dalam kawasan perkembangan manusiawi seperti kebebasan berpikir, keadilan, kelurusan moral, ataupun ketegaran nilai, jauh lebih luas jangkauannya untuk dapat disederhanakan dan direduksikan menjadi persamaan atau teori sosial tanpa kehilangan maknanya
Nilai penting filsafat ilmu untuk seharusnya diajarkan di semua universitas tidak hanya sebagai komplemen semata dari pendidikan keilmuan suatu fakultas keilmuan, tetapi juga terkait dengan kebutuhan akan keterbukaan cakrawala pengetahuan ilmiah disiplin ilmu yang semakin lama semakin terspesialisasi. Spesialisasi ilmu ini memerlukan jembatan atau penghubung yang menghubungkan struktur keilmuan suatu disiplin ilmu khusus dengan informasi-informasi dan kritik-kritik ilmiah aspekaspek di luar bahasan disiplin keilmuan tersebut (meskipun tentu saja dibatasi pada aspek-aspek keumumannya).
WHO AM I..
Nama Kantor : Made Pramono, S.S., M.Hum. : Kampus FIK UNESA Lidah Wetan Surabaya 031-7532571 : philein_truth@yahoo.co.id. : Philosophy & Computer E-mail Bidang Ilmu/ Ketertarikan Riwayat Pddk Buku
NOMOTHETIC IDIOGRAPHIC REALITA EMPIRIK REALITA SIMBOLIK DEDUKSI INDUKSI KONSEPTUALISASI OPERASIONALISASI
GENERALIZED MEANING
OBYEK
L O G I K A I L M U
: S1&S2 Filsafat UGM : 1. Epistemologi Kiri (2004, kolaborasi) 2. Dance of God (2004, kolaborasi) 3. Filsafat Olahraga (2005) 4. Filsafat Ilmu (2005) 5. Aplikasi MS Office Fundamental (2006)
4.
Pemateri
: # Diskusi GAMA, KBM, BEMJ/U, HMI, dll # Pelatihan, Pembimbingan, Juri LKTM, MAWAPRES, dll pada Mhs FIK UNESA # Pelatihan Komputer Peserta Magang Industri OR Nas # Seminar Internasional, Nasional, Regional tentang Filsafat, Pendidikan, Olahraga, Budaya, Politik
10