Anda di halaman 1dari 19

I. a.

Pendahuluan Latar Belakang

Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan (alimentar), yaitu tuba muskular panjang yang merentang dari mulut sampai anus, dan organ-organ aksesoris, seperti gigi, lidah, kelenjar saliva, hati, kandung erapedu, dan pankreas. Saluran pencernaan yang terletak di bawah area diafragma disebut saluran gastrointestinal (GI) Fungsi utama sistem pencernaan (sistem alimenter) adalah untuk memindahkan zat gizi atau nutrien (setelah memodifikasinya), air, dan elektrolit dari makanan yang kita makan ke dalam lingkungan internal tubuh. Makanan yang dimakan penting sebagai sumber energi yang kemudian digunakan oleh sel dalam menghasilkan ATP untuk menjalankan berbagai aktivitas bergantung-energi, misalnya transportasi aktif, kontraksi, sintesis, dan sekresi. Makanan juga merupakan sumber bahan untuk perbaikan, pembaruan, dan penambahan jaringan tubuh. Tindakan makan tidak secara otomatis menyebabkan molekul organik yang terdapat di makanan tersedia bagi sel untuk digunakan sebagai sumber bahan bakar atau sebagai bahan pembangun. Mula-mula makanan harus dicerna atau diuraikan menjadi molekul-molekul kecil-ringkas yang dapat diserap dari saluran pencernaan ke dalam sistem sirkulasi untuk didistribusikan ke sel-sel. Dalam keadaan normal, sekitar 95% dari makanan yang masuk tersedia untuk digunakan oleh tubuh. Mula-mula kita akan membahas secara singkat sistem pencernaan, menelaah ciri-ciri umum berbagai komponen sistem, sebelum memulai perjalanan rinci menelusuri saluran tersebut dari awal hingga akhir.1 b. i. ii. iii. Tujuan Untuk mengetahui proses mekanisme kerja pencernaan. Untuk mengetahui proses pengendalian kerja hati dan empedu. Untuk mengetahui aktivitas pencernaan.

II. a.

Isi Mind Mapping

b.

Skenario

Seorang ibu berusia 56 tahun, dengan perawakan gemuk sering mengalami nyeri perut kanan atas, mual. Kemudian ia berobat ke dokter dan setelah dilakukan pemeriksaan, dokter menyatakan bahwa ibu tersebut menderita gangguan pada kandung empedu.

c.

Hipotesis

Mekanisme pencernaan yang terganggu dapat menyebabkan gangguan pencernaan.

d. A. a.

Pembahasan Struktur hepar dan kandung empedu Struktur makroskopis

1. Pankreas a. Anatomi

(1) Pankreas adalah kelenjar terelongasi berukuran besar di balik kurvatur besar lambung. Selsel endokrin (pulau-pulau Langer-hans) pankreas mensekresi hormon insulin dan glukagon. Sel-sel eksokrin (asinar) mensekresi enzim-enzim pencernaan dan larutan berair yang mengandung ion bikarbonat dalam konsentrasi tinggi. (2) Produk gabungan sel-sel asinar mengalir melalui duktus pankreas, yang menyatu dengan duktus empedu komunis dan masuk ke duodenum di titik ampula hepatopankreas, walaupun duktus pankreas dan duktus empedu komunis membuka secara terpisah pada duodenum. Sfingter Oddi secara normal mempertahankah keadaan mulut duktus agar tetap tertutup. b. Kendali pada sekresi pankreas. Sekresi eksokrin pancreas dipengaruhi oleh aktivitas refleks saraf selama tahap sefalik dan lambung pada sekresi lambung. Walaupun demikian, kendali utama terletak pada hormon duodenum yang diabsorbsi ke dalam aliran darah untuk mencapai pankreas. (1)diabsorpsi ke dalam darah untuk mencapai pankreas. Sekretin akan dilepas jika kimus asam memasuki usus dan mengeluarkan sejumlah besar cairan berair yang mengandung natrium bikarbonat. Bikarbonat menetralisir asam dan membentuk lingkungan basa untuk kerja enzim pankreas dan usus. (2) CCK diproduksi oleh sel-sel mukosa duodenum sebagai respons terhadap lemak dan protein separuh tercerna yang masuk dari lambung. CCK ini menstimulasi sekresi sejumlah besar enzim pankreas. c. Komposisi cairan pankreas. Cairan pankreas mengandung enzim-enzim untuk mencerna protein, karbohidrat, dan lemak. (1) Enzim proteolitik pankreas (protease) (a) Tripsinogen yang disekresi pankreas diaktivasi menjadi tripsin oleh enterokinase yang diproduksi usus halus. Tripsin mencerna protein dan polipeptida besar untuk embentuk polipeptida dan peptida yang lebih kecil. (b) Kimotripsin teraktivasi dari kimotripsinogen oleh tripsin. Kimotripsin memiliki fungsi yang sama seperti tripsin terhadap protein.

(c) Karboksipeptidase, aminopeptidase, dan dipeptidase adalah enzim yang melanjutkan proses pencernaan protein untuk menghasilkan asam-asam amino bebas. (2) Lipase pankreas menghidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol setelah lemak diemulsi oleh garam-garam empedu. (3) Amilase pankreas menghidrolisis zat tepung yang tidak tercema oleh amilase saliva menjadi disakarida (maltosa, sukrosa, dan laktosa). (4) Ribonuklease dan deoksiribonuklease menghidrolisis RNA dan DNA menjadi blok-blok pembentuk nukleotidanya.2 2. Hati dan sekresi empedu a. Anatomi hati. Hati adalah organ viseral terbesar dan terletak di bawah kerangka iga. Beratnya 1,500 g (3 lbs) dan pada kondisi hidup berwarna merah tua karena kaya akan persediaan darah. Hati menerima darah teroksigenasi dari arteri hepatika dan darah yang tidak teroksigenasi tetapi kaya akan nutrien dari vena portal hepatika. Hati terbagi menjadi lobus kanan dan kiri. (1) Lobus kanan hati lebih besar dari lobus kirinya dan memiliki tiga bagian utama: lobus kanan atas, lobus kaudatus, dan lobus kuadratus. (2) Ligamen falsiform memisahkan lobus kanan dari lobus kiri. Di antara kedua lobus terdapat porta hepatis. jalur masuk dan keluar pembuluh darah, saraf dan duktus. (3) Dalam lobus lempengan sel-sel hati bercabang dan beranastomosis untuk membentuk jaringan tiga dimensi. Ruang-ruang darah sinu-soid terletak di antara lempeng-lempeng sel. Saluran portal, masing-masing berisi sebuah cabang vena portal, arteri hepatika, dan duktus empedu, membentuk sebuah lobulus portal. b. Fungsi utama hati (1) (2) Sekresi. Hati memproduksi empedu yang berperan dalam emul-sifikasi dan absorpsi lemak. Metabolisme. Hati memetabolis protein, lemak, dan karbo-hidrat tercerna.

(a) Hati berperan penting dalam mempertahankan homeostatik gula darah. Hati menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen dan mengubahnya kembali menjadi glukosa jika diperlukan tubuh. (b) Hati mengurai protein dari sel-sel tubuh dan sel darah merah yang rusak. Organ ini membentuk urea dari asam amino berlebih dan sisa nitrogen. (c) Hati menyintesis lemak dari karbohidrat dan protein, dan terlibat dalam penyimpanan dan pemakaian lemak. (d) Hati menyintesis unsur-unsur pokok membran sel (lipoprotein, kolesterol. dan fosfolipid).

(e) Hati menyintesis protein plasma dan faktor-faktor pembekuan darah. Organ ini juga menyintesis bilirubin dari produk pe-nguraian hemoglobin dan mensekresinya ke dalam empedu.

(3) Penyimpanan. Hati menyimpan mineral, seperti zat besi dan tembaga, serta vitamin larut lemak (A. D. E, dan K), dan hati menyimpan toksin tertentu (contohnya pestisida) serta obat yang tidak dapat diuraikan dan diekskresikan. (4) Detoksifikasi. Hati melakukan inaktivasi hormon dan dekto-sifikasi toksin dan obat. Hati memfagosit eritrosit dan zat a ing yang terdistintegrasi dalam darah. (5) Produksi panas. Berbagai aktivitas kimia dalam hati menjadikan hati sebagai sumfaer utama panas tubuh, terutama saat tidur. (6) Penyimpanan darah. Hati merupakan reservoar untuk sekitar 30% curah jantung dan, bersama dengan limpa, mengatur volume darah yang diperlukan tubuh. 2 c. Empedu (1) Anatomi sekresi empedu

a. Empedu yang diproduksi oleh sel-sel hati memasuki kanalikuli empedu yang kemudian menjadi duktus hepatika kanan dan kiri. b. Duktus hepatika menyatu untuk membentuk duktus hepatik komunis yang kemudian menyatu dengan duktus sistikus dari kandung empedu dan keluar dari hati sebagai duktus c. Duktus empedu komunis, bersama dengan duktus pankreas bermuara di duodenum atau dialihkan untuk penyimpanah di kandung empedu. (2) Komposisi empedu. Empedu adalah larutan berwarna kuning kehijauan terdiri dari 97% air. pigmen empedu, dan garam-garam empedu. a. Pigmen empedu terdiri dari biliverdin (hijau) dan bilirubin (kuning). Pigmen ini merupakan hasil penguraian hemoglobin yang dilepas dari sel darah merah terdisintegrasi. i. Pigmen utamanya adalah bilirubin yang memberikan warna kuning pada urine dan feses.

ii. Jaundice, atau warna kekuningan pada jaringan, merupakan akibat dari peningkatan kadar bilirubin darah. Ini merupakan indikasi kerusakan fungsi hati dan dapat disebabkan oleh kerusakan sel hati (hepatitis), peningkatan dekstruksi sel darah merah, atau obstruksi duktus empedu oleh batu empedu. b. Gar am-garam empedu terbentuk dari asam empedu yang berikatan dengan kolesterol dan asam amino. Setelah disekresi ke dalam usus, garam tersebut direabsorpsi dari ileum bagian bawah kembali ke hati dan di daur ulang kembali. Peristiwa ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatika garam empedu. c. Fungsi garam empedu dalam usus halus.

i. Emulsifikasi lemak. Garam empedu mengemulsi globulus lemak besar dalam usus halus yang kemudian menghasilkan globulus lemak lebih kecil dan area permukaan yang lebih luas untuk kerja enzim. ii. Absorpsi lemak. Garam empedu membantu absorpsi zat terlarut lemak dengan cara memfasilitasi jalurnya menembus membran sel. iii. Pengeluaran kolesterol dari tubuh. Garam empedu berikatan dengan kolesterol dan lesitin untuk membentuk agregasi kecil disebut micelle yang akan dibuang melalui feses. d. Kendali pada sekresi dan aliran empedu. Sekresi empedu diatur oleh faktor saraf (impuls parasimpatis) dan hormon (sekretin dan CCK) yang sama dengan yang mengatur sekresi cairan pankreas. Saat asam lemak dan asam amino mencapai usus halus, CCK dilepas untuk mengkontraksi otot kandung empedu dan me- relaksasi sfingter Oddi. Cairan empedu kemudian didorong ke dalam duodenum. 2 (3). Kandung empedu a. Anatomi. Kandung empedu adalah kantong muskular hijau me-

nyerupai pir dengan panjang 10 cm. Organ ini terletak di lekukan di bawah lobus kanan hati. Kapasitas total kandung empedu kurang lebih 30 ml sampai 60 ml. b. Fungsi

(1) Kandung empedu menyimpan cairan empedu yang secara terus-menerus disekresi oleh selsel hati. sampai diperlukan dalam duodenum. Di antara waktu makan, sfingter Oddi menutup dan cairan empedu mengalir ke dalam kandung empedu yang relaks. Pelepasan cairan ini dirangsang oleh CCK. (2) Kandung empedu mengkonsentrasi cairannya dengan cara mereabsorpsi air dan elektrolit. Dengan demikian, kandung ini mampu menampung hasil 12 jam sekresi empedu hati. 2

Vesica Vellea Vesica fellea diliputi peritoneum, kecuali bagian yang melekat pada hepar. Bagian-bagian: fundus vesica fellea corpus vesica fellea collum vesica fellea

Saluran empedu: ductus cysticus Mucosa ductus cysticus mempunyai lipatan berbentuk spiral = valvula spiralis Heisteri

Ductus cysticus bersama-sama saluran empedu intrahepatal membentuk ductus choledochus. Ductus choledochus berjalan dalam lig. hepatoduodenale bersama-sama v. porta dan a. hepatica propia. 2

Pendarahan a. cystica, sebuah end artery yang merupakan cabang a. hepatica dextra2

b. i.

Struktur Mikroskopis Hati

Yang di pelajari di sini adalah lobulus klasik hati yang biasanya pada sajian histologi berbentuk bidang persegi banyak (poligonal). Sisi bidang ini merupakan batas lobulus yang dibentuk oleh jaringan ikat jarang (jaringan interlobularis), yang pada hati babi jaringan ini sangat jelas terlihat tetapi pada hati manusia batas atau jaringan ini tidak begitu jelas.3 Di luar vena sentralis ini terdapat deretan sel-sel hati yang tersusun bak jari-jari mengarah ke jaringan interlobularis. Diantara deretan sel hati tersebut terdapat sinusoid hati yang bermuara kedalam vena sentralis tadi. Muara ini tidak selalu terlihat jelas karena selalu terpotong. Dinding sinusoid berupa selapis sel endotel yang terlihat melekat pada deretan sel-sel hati. Sel endotel ini berbentuk gepeng dengan inti yang gepeng pula dan mempunyai kromatin padat. Pada beberapa sajian di lihat adanya suatu sel dengan inti yang berkromatin tidak terlalu padat, bila terlihat, tampak sitoplasmanya bercabang-cabang dan menempel pada dinding sinusoid yang berseberangan. Di dalam sitoplasmanya dapat dilihat benda-benda asing yang telah dilahapnya (fagositosis). Sel ini disebut sel Kuppfer. Tanpa adanya benda asing ini sulit untuk memastikan adanya sel Kuppfer. Sel hati berbentuk poligonal dengan inti bulat atau sedikit lonjong dan kromatin agak padat. Kadang dapat dilihat sel hati dengan inti ganda. Dengan pembesaran kuat (45 x) kadang dapat dilihat kanalikuli biliaris di antara dua dinding sel hati yang berhimpitan, yang terlihat sebagai bintik atau lubang kecil saja. Saluran Herring merupakan duktus biliaris intralobular. Letaknya ditepi lobulus. Dindingnya sebagian di batasi oleh sel hati dan sebagian lagi oleh epitel selapis kubis. Saluran ini pendek sehingga agak sulit dicari. Di dalam jaringan interlobular dapat ditemukan duktus biliaris yang dindingnya dilapisi epitel selapis atau berlapis kubis tergantung dari besarnya saluran. Pada salah satu sudut jaringan interlobularis biasanya dapat ditemukan duktus biliaris, A rteriol cabang A.hepatika, venul cabang V.porta Daerah ini disebut segitiga Kiernan. Di sini kadang-kadang dapat pula ditemukan pembuluh limf kecil. Pada beberapa sajian dapat ditemukan vena yang lebih besar yang disebut V.sublobularis.

ii.

Vesica Fellea

Lapis mukosa. Dilapisi epitel silindris yang biasanya tidak mempunyai sel piala. Epitel bersama lamina propia membentuk lipatan mirip vilus intestinalis. Di dalam lamina propia terdapat bangunanbangunan bulat atau lonjong yang dilapisi epitel sama dengan epitel mukosa. Ini sebenarnya potongan lipatan mukosa dan disebut sinus Rokitansky Ashoff. Tidak di jumpai lapis otot mukosa. Lapis otot. Terdiri atas berkas-berkas otot polos yang tidak seteratur pada dinding usus. Lapis serosa. Terdiri atas jaringan penyambung jarang. Pada daerah yang berhadapan dengan jaringan hati kadang-kadang dapat di jumpai sisa-sisa saluran keluar empedu yang rudimenter dan disebut duktus aberans Luschka. 3

iii.

Kelenjar pankreas

Kelenjar pankreas merupakan kelenjar ganda, terdiri atas bagian eksokrin dan endokrin. Bagian eksokrin. Bagian ini mirip dengan kelenjar parotis. Memang pars terminalis kelenjar berupa asinus. Di dalam asinus sering dapat dijumpai sel sentroasineryang membatasi lumen asinus. Sel ini tidak ada pada kelenjar parotis. Sel ini sebenarnya merupakan awal duktus interkalaris, yaitu saluran keluar kelenjar yang terkecil yang dilapisi oleh epitel selapis kubis atau kubis rendah. Duktus sekretorius (intralobularis) jarang atau sedikit jumlahnya walaupun selalu ada. Bagian Endokrin. Disebut juga pulau-pulau Langerhans yang terdiri atas sekelompok sel-sel yang berwarna lebih pucat di bandingkan sel-sel asinus di sekitarnya (bagian eksokrin). Sel-sel disini juga lebih kecil kecil dan batasnya tidak jelas satu sama lain. Kelompokan sel inipun tidak mempunyai simpai jaringan ikat yang jelas. Dengan pulasan H.E sulit membedakan adanya sel alfa dan beta yang ada didalamnya. 3

B. a.

Fungsi Organ Pencernaan Mulut

Mulut adalah jalan masuk menuju sistem pencernaan dan berisi organ aksesori yang berfungsi dalam proses awal pencernaan. Rongga vestibulum (bukal) terletak di antara gigi dan, bibir dan pipi sebagai batas luarnya. Rongga oral utama dibatasi gigi dan gusi di bagian depan, palatum lunak dan keras di bagian atas, lidah di bagian bawah, dan orofaring di bagian belakang. 4 b. Lambung

Fungsi lambung 1. Penyimpanan makanan. Kapasitas lambung normal memungkinkan adanya interval waktu yang panjang antara saat makan dan kemampuan menyimpan makanan dalam jumlah besar sampai makanan ini dapat terakomodasi di bagian bawah saluran. Lambung tidak memiliki peran mendasar dalam kehidupan dan dapat diangkat, asalkan makanan yang dimakan sedikit dan sering.

2. Produksi kimus. Aktivitas lambung mengakibatkan terbentuknya kimus (massa homogen setengah cair, berkadar asam tinggi yang berasal dari bolus) dan mendorongnya ke dalam duodenom. 3. Digesti protein. Lambung memulai digesti protein melalui sekresi tripsin dan asam kiorida.

4. Produksi mukus. Mukus yang dihasilkan dari kelenjar membentuk barier setebal 1 mm untuk melindungi lambung terhadap aksi pencernaan dari sekresinya sendiri. 5. Absorpsi. Absorpsi nutrien yang berlangsung -dalam lambung hanya sedikit. Beberapa obat larut lemak (aspirin) dan alkohol diabsorpsi pada dinding lambung. Zat terlarut dalam air terabsorpsi dalam jumlah yang tidak jelas. 4

6. a. b.

Produksi faktor intrinsic Faktor intrinsik adalah glikoprotein yang disekresi sel parietal. Vitamin B12, didapat dari makanan yang dicerna di lambung, terikat

pada faktor intrinsik. Kompleks faktor intrinsik vitamin B12 dibawa ke ileum usus halus. tempat vitamin B12 diabsorbsi. 4

c.

Fungsi usus halus

i. Usus halus mengakhiri proses pencernaan makanan yang dimulai di mulut dan di lambung. Proses ini diselesaikan oleh enzim usus dan enzim pankreas serta dibantu empedu dalam hati. ii. Usus halus secara selektif mengabsorbsi produk digesti. 4

d. Fungsi hati dapat dibagi menjadi dua kategori umum. Pertama, hati terlibat dalam proses zat-zat yang diabsorpsi, baik nutrien maupun toksin. Dengan kata lain, hati bertanggung jawab terhadap metabolisme berbagai zat yang dihasilkan dari pencernaan dan absorpsi makanan dari usus. Kedua, hati memiliki fungsi eksokrin penting yang terlibat dalam: 1. Produksi asam empedu dan cairan alkali yang digunakan untuk pencernaan dan absorpsi lemak dan untuk netralisasi asam lambung di usus 2. Pemecahan dan produksi produk buangan metabolisme setelah pencernaan; (iii) detoksifikasi zat-zat beracun/berbahaya 3. Ekskresi produk buangan dan detoksifikasi zat-zat di empedu4

C.

Mekanisme Kerja

Proses sistem pencernaan dalam tubuh manusia terjadi dalam saluran pencernaan dimulai dari mulut tempat makanan dan minuman masuk sampai pada usus besar. Secara umum proses dalam saluran pencernnan terbagi atas motilitas, sekresi, pencernaan itu sendiri dan penyerapan yang terjadi sesuai dengan mekanisme yang akan dijalankan bagian saluran. Motilitas mengacu pada kontrkasi otot yang mencampur dan mendorong isi saluran pencernaan. Sekresi berhubungan dengan pelepasan sejumlah getah pencernaan yang dilepaskan oleh kelenjar eksokrin sepanjang rute, masing-masing dengan produk sekretoriknya sendiri. Pencernaan mengacu pada proses penguraian makanan dari yang strukturnya kompleks diubah menjadi satuan-satuan lebih kecil yang dapat diserap enzimenzim dalam saluran pencernaan. Dan penyerapan adalah proses diserapnya satuan kecil hasil pencernaan bersama ait, vitamin dan elektrolit lalu dipindahkan dari lumen pencernaan ke dalam darah atau limfe2. 1

1.

Mulut

Adalah pintu masuk ke saluran pencernaan. Dalam rongga mulut terdapat alat seperti lidah yang berfungsi membantu melalui pergerakannya dalam mengunyah dan menelan makanan, serta melalui papil-papil pengecapnya menghantarkan rangsang berupa rasa makanan yang dimakan. Gigi bertanggung jawab unutk mengunyah (mastikasi) menghancurkan makanan dan mencampurnya dengan air liur. Di mulut saliva diproduksi oleh tiga pasangan kelenjar saliva utama: kelenjar sublingual, submandibula, dan parotis yang terletak di luar rongga mulut, dan menyalurkan air liur melalui duktus-duktus pendek ke dalam mulut. Selain itu terdapat kelenjar air liur minior, yakni kelenjar bukal dilapisan mukosa pipi. Saliva terdiri 95% H2O serta 0,5% protein dan elektrolit. Protein air liur terpenting: amilase, mukus, dan lizosim. Air liur memulai penernaan karbohidrat di mulut melalui kerja amilase liur, suatu enzim yang memecah polisakarida menjadi disakarida. Air liur mempermudah proses menelan dengan membasahi partikel makanan sehingga mereka menyatu serta dengan menghasilkan pelumasan karena adanya mukus yang kental dan licin Air liur juga memiliki efek antibakteri melalui efek ganda pertama oleh lizozim, suatu enzim yang melisiskan atau menghancurkan bakteri tertentu dan kedua dengan membilas bahan yang mungkin digunakan bakteri sebagai sumber makanan. 1 2. Esofagus

Makanan yang telah hancur dan bercampur dengan saliva atau disebut bolus selanjutnnya akan menuju faring, sebagai saluran bersama pernapasan dan pencernaan kemudian akan menuju esofagus. Di esofagus terjadi proses menelan (deglutition) yang melibatkan pusat menelan di medula. Menelan dimulai secara volunter tetapi prose tersebut tidak dapat dihentikan setelah dimulai. Pusat menelan memulai gelombang peristaltik primer yang mengalir dari pangkal ke ujung esofagus, mendorong bolus di depannya melewati esofagus ke lambung. Peristaltis mengacu kepada kontraksi berbentuk cincin otot polos sirkuler yang bergerak secara progresif ke depan dengan gerakan mengosongkan, mendorong bolus di depan kontraksi. Dengan demikian, pendorongan makanan melalui esofagus adalah proses aktif yang tidak mengandalkan gravitasi. Makanan dapat terdorong ke lambung bahkan dalam posisi kepala di bawah. Gelombang peristaltik berlangsung sekitar 5-9 detik mencapai ujung bawah esofagus. Kemajuan gelombang tersebut dikontrol oleh pusat menelan, melaui persarafan vagus. Cairan, yang tidak tertahan oelh friksi dinding esofagus, dengan cepat

turun ke sfingter esofagus bawah akibat gravitasi, dan kemudian harus menunggu sekitar 5 detik sampai gelombang peristalsis primer akhirnya sampai sebelum cairan tersebut dapat melalui sfringter gastroesofagus. Apabila bolus berukuran besar atau lengket tertelan dan tidak dapat terdorong ke lambung oleh gelombang peristaltik primer, bolus tertahan tersebut akan merengkan esofagus dan memicu reseptor tekanan di dalam dinding esofagus, menimbulkan gelombang peristaltik kedua yang lebih kuat yang diperantarai oleh pleksus saraf intrinsik di tempat peregangan. Gelombang peristaltik sekunder ini tidak melibatkan pusat menelan, dan orang yang bersangkutan juga tidak menyadari keberadaannya. Peregangan esofagus juga secara refleks meningkatkan sekresi air liur. Bolus yang terperangkap tersebut akhirnya di lepaskan dan digerakan ke depan melalui kombinasi lubrikasi air liur tambahan dan gelombang peristaltik sekunder yang kuat. 1

3.

Lambung

Lambung melakukan beberapa fungsi dimana yang terpenting adalah menyimpan makanan yang masuk sampai disalurkan ke usus halus dengan kecepatan yang sesuai dengan pencernaan dan penyerapan yang optimal. Karena usus halus adalah tempat utama perncernaan dan penyerapan, lambung perlu menyimpan makanan dan menyalurkan sedikit demi sedikit ke duodenum dengan kecepatan yang tidak melebihi kapasitas usus, fungsi lainya adalah unutk mensekresikan asam hidroklorida (HCl) dan enzim-enzim yang memulai pencernaan protein. Akhirnya, melalui gerakan mencampur lambung dengan sekresi lambung, makanan yang masuk dihaluskan dan dicampur dengan sekresi lambung unutk menghasilkan campuran kental yang dikenal sebagai kimus. Terdapat 4 aspek motilitas lambung: 1) pengisian, 2) penyimpanan, 3) pencampuran, dan 4) pengosongan lambung.1

Pengisian lambung. Jika kosong, lambung memiliki volume sekitar 50 ml, tetapi organ ini dapat mengembang hingga kapasitasnya mencapai sekitar 1 liter (1000 ml) ketika makan. Akomodasi perubahan volume yang besarnya hingga 20 kali lipat menimbulkan ketegangan pada dinding lambung dan sangat meningkatkan tekanan intralambung dan sangat meningkatkan tekanan intralambung jika tidak terdapat plastisitas otot polos lambung dan relaksasi reseptif lambung pada saat ia terisi. Plastisitas mengacu pada kemampuan otot polos mempertahankan ketegangan konstan dalam rentang panjang yang lebar, tidak seperti otot rangka dan otot jantung, yang memperlihatkan hubungan panjang ketegangan. Dengan demikian pada saat serat otot polos lambung teregang pada pengisian lambung, serat-serat itu melemas tanpa menyebabkan peningkatan ketegangan otot. Namun, peregangan yang melebihi batas tertentu akan memicu kontraksi yang dapat menutupi perilaku plastisitas yang pasif tersebut. Peregangan dalam tingkat tertentu menyebabkan depolarisasi sel-sel pemacu, sehingga sel-sel itu mendekati potensial istirahat yang membuat potensial gelombang lambat mampu mencapai ambang dan mencetuskan aktivitas kontraktil. Sifat dasar otot polos itu diperkuat relaksasi refleks lambung saat terisi. Interior lambung membentuk lipatan yang disebut rugae yang selama makan akan mengecil dan mendatar saat lambung perlahan melemas terisi, disebut relaksasi reseptif, dimana relaksasi ini meningkatkan kemampuan lambung mengakomodasi

volume makanan tambahan dengan sedikit saja penaikan tekanan. Bila makanan yang masuk lebih dari 1 liter maka seseorang akan tidak nyaman, relaksasi reseptif diperantarai saraf vagus. 1

Penyimpanan lambung. Sebagian sel otot polos lambung dapat mengalami depolarisasi parsial yang otonom dan berirama, sel ini terletak di fundus bagian atas dari gaster. Sel-sel ini menghasilkan potensial gelombang lambat yang menyapu ke bawah sepanjang lambung menuju sfingter pilorus dengan kecepatan 3 gelombang per menit. Pola depolarisasi ini atau BER (basic electrical rhythm) lambung, berlangsung secara terus menerus dan mungkin disertai kontraksi lapisan otot polossirkuler lambung. Bergantung pada tingkat eksitabilitas otot polos, BER dapat dibawa ke ambang oleh aliran arus dan mengambil potensial aksi, yang kemudian memulai kontraksi otot yang dikenal sebagai gelombang peristaltik yang menyapu isi lambung dengan kecepatan BER, 3 kali per menit. Gelombang peristaltik kemudian menyebar ke seluruh fundus dan korpus melalui anthrum dan sfingter pilorus. Karena lapisan otot lapisan otot di fundus dan korpus tipis, kontraksi peristaltik di kedua daerah tersebut lemah. Saat sampai di anthrum gelombang menjadi jauh lebih tebal. Karena di fundus dan korpus gerakan mencampur yang terjadi kurang kuat, makanan yang masuk ke lambung tersimpan tenang tanpa mengalami pencampuran. Daerah fundus biasanya tidak menyimpan makanan tapi hanya berisi sejumlah gas. Makanan secara bertahap disalurkan dari korpus ke anthrum tempat berlangsung pencampuran makanan. 1

Pencampuran lambung. Kontraksi peristaltik lambung yang kuat merupakan penyebab makanan bercampur dengan sekresi lambung dan menghasilkan kimus. Setiap gelombang peristaltik antrum mendorong kimus ke depan ke arah sfingter pilorus. Kontraksi tonik sfingter polirus dalam keadaan normal menjaga sfingter hampir tertutup rapat. Lubang sisa yang tersedia cukup unutk air dan cairan lain lewat, tetapi terlalu kecil unutk kimus yang kental, kecuali kimus terdorong oleh gerakan peristaltik yang kuat. Walupun demikian dari 30 ml kimus yang ditampung antrum hanya beberapa mililiter isi yang akan terdorong ke duodenum setiap gelombang peristaltik.

Sebelum lebih banyak kimus dapat diperas diperas keluar, gelombang sudah mencapai sfingter pilorus mengakibatkan kontraksi kuat sfingter menutup pintu dan menghambat aliran kimus. Bagian terbesar kimus antrum yang terdorong ke depan dan tertolak kembali saat gelombang baru datang disebut gerakan retropulsi menyebabkan kimus bercampur merata di antrum. 1

Pengosongan lambung. Kontraksi peristaltik antrum selain menyebabkan pencampuran lambung juga menghasilkan gaya pendorong unutk mengosongkan lambung. Jumlah kimus yang lolos ke duodenum pada setiap gelombang peristaltik sebelum sfingter tertutup erat terutama bergantung pada kekuatan peristalsis.

Intensitas peristaltis antrum dapat sangat bervariasi di bawah pengaruh berbagai sinyal dari lambung dan duodenum; sehingga pengosongan lambung diatur oleh faktor lambung dan duodenum. Dengan sedikit menimbulkan depolarisasi atau hiperpolaisasi otot polos lambung, faktor-faktor tersebut mempengaruhi ekstabilitas, semakin sering BER menghasilkan potensial aksi, semakin besar aktivitas peristaltik di antrum, dan semakin cepat pengosongan lambung.

Kantung lambung merupakan sumber eksresi getah lambung. Setiap hari lambung mengeluarkan sekitar 2 liter getah lambung. Sel-sel yang bertanggung jawab untuk mensekresinya adalah mukosa oksintik yang melapisi kospus dan fundun, daerah kelenjar pilorik (PGA: pyloric gland area) melapisi antrum. dalam dilapisi oleh sel-sel utama (chief cell), pada bagian luar kantung lambung tidak berkontak dengan lumen terdapat sel parietal. Sel leher mukosa cepat membelah dan berfungsii sebagai sel induk bagi semua sel baru mukosa lambung. Sel baru yang dihasilkan dari pembelahan akan bermigrasi ke luar lambung menjadi sel epitel permukaan atau ke bawah berdifernsiasi menjadi sel utama atau sel parietal. 1 Motilitas Motilitas mengacu pada kontraksi otot yang mencampur dan mendorong isi saluran pencernaan. Seperti otot polos vaskuler, otot polos di dinding saluran pencernaan terus menerus berkontraksi dengan kekuatan rendah yang dikenal sebagai tonus. Tonus penting untuk mempertahankan agar tekanan pada isi saluran pencernaan tetap serta untuk mencegah dinding saluran pencernaan melebar secara permanen setelah mengalami distensi (peregangan). bahwa motilitas di kedua ujung saluranmulut sampai bagian awal esofagus dan sfingter anus eksternus di-akhirmelibatkan aktivitas otot rangka dan bukan otot polos. Dengan demikian, tindakan mengunyah, menelan, dan defekasi memiliki komponen volunter karena otot-otot rangka berada di bawah kontrol kesadaran, sedang-kan motilitas yang dilakukan oleh otot polos di bagian saluran pencernaan lainnya dikontrol oleh mekanisme involunter yang kompleks. 1

Sekresi Sejumlah getah pencernaan disekresikan ke dalam lumen saluran pencernaan oleh kelenjar-kelenjar eksokrin yang terletak di sepanjang rute, masing-masing dengan produk sekretorik spesifiknya sendiri. Setiap sekresi pencernaan terdiri dari air, elektrolit, dan konstituen organik spesifik yang penting dalam proses pencernaan, seperti enzim, garam empedu. atau mukus. Sel-sel sekretorik mengekstraksi dari plasma sejumlah besar air dan bahan-bahan mentah yang penting untuk menghasilkan produk sekretorik mereka. Sekresi semua getah pencernaan memerlu-kan energi, baik untuk transportasi aktif sebagian bahan mentah ke dalam sel (sebagian berdifusi secara pasif) maupun untuk sintesis produk sekretorik oleh retikulum endoplasma. Sel-sel eksokrin ini memiliki banyak mito-kondria untuk menunjang tingginya kebutuhan energi yang diperlukan dalam proses sekresi. Sekresi tersebut dikeluarkan ke dalam lumen saluran pencernaan karena adanya rangsangan saraf atau hormon yang sesuai. Dalam keadaan normal, sekresi pencernaan direabsorpsi dalam satu bentuk atau bentuk lain untuk dikembalikan ke darah setelah produk sekresi tersebut ikut serta

dalam proses pencernaan. Kegagalan proses reabsorpsi ini (misalnya akibat diare atau muntah) menyebabkan hilangnya cairan yang dipinjam dari plasma tersebut. 1

Pencernaan Pencernaan mengacu pada proses peng-uraian makanan dari yang strukturnya kompleks diubah menjadi satuan-satuan lebih kecil yang dapat diserap oleh enzim-enzim yang diproduksi di dalam sistem pencernaan. Manusia mengkonsumsi tiga kategori bio-kimiawi makanan kaya-energi; karbohidrat, protein, dan lemak. Molekul-molekul besar tersebut tidak mampu menembus membran plasma utuh untuk diserap dari lumen saluran pencernaan ke dalam darah atau limfe. Proses pencernaan menguraikan molekul-molekul makanan besar ini menjadi molekul nutrien yang lebih kecil yang dapat diserap Bentuk karbohidrat paling sederhana adalah gula sederhana atau monosakarida (molekul satu gula), misalnya glukosa, fruktosa, dan galaktosa, yang dalam keadaan normal jumlahnya sangat sedikit dalam makanan. Sebagian besar karbohidrat yang dimakan adalah dalam bentuk polisakarida (molekul banyak gula), yang terdiri dari rantai-rantai molekul glukosa yang saling berhubungan. Polisakarida yang paling banyak dikonsumsi adalah tepung kanji (starch) yang berasal dari makanan nabati. Selain itu, daging mengan-dung glikogen, bentuk simpanan glukosa di dalam otot. Selulosa, polisakarida makanan lain yang ditemukan pada dinding tumbuhan, tidak dapat dicerna menjadi konstituen-konstituen monosakaridanya oleh getah pencernaan yang disekresi oleh manusia; dengan demikian, bahan ini membentuk serat yang tidak tercerna atau bulk dalam makanan kita. Selain polisakarida, sumber karbohidrat makanan lainnya dalam jumlah yang lebih sedikit adalah karbohidrat dalam bentuk disakarida (molekul dua gula), termasuk sukrosa (gula pasir, yang terdiri dari satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa) dan laktosa (gula susu yang terdiri dari satu molekul glukosa dan satu molekul galaktosa). 5 Kanji, glikogen, dan disakarida diubah melalui proses pencernaan menjadi konstituen-konstituen monosakarida mereka, terutama glukosa dengan sedikit fruktosa dan galaktosa. Berbagai monosakarida ini merupakan satuan (unit) karbohidrat yang dapat diserap. 1

Kategori kedua makanan adalah protein, yang terdiri dari berbagai kombinasi asam amino yang disatukan oleh ikatan peptida. Melalui proses pencernaan, protein diuraikan terutama menjadi konstituen mereka, yaitu asam amino-serta beberapa polipeptida kecil (beberapa asam amino yang disatukan oleh ikatan peptida), keduanya merupakan satuan protein yang dapat diserap. Lemak merupakan kategori ketiga makanan. Sebagian besar lemak dalam makanan berada dalam bentuk trigli-serida, yaitu lemak netral, yang masing-masing terdiri dari kombinasi gliserol dengan tiga (trt berarti tiga) molekul asam lemak melekat padanya. Selama pencernaan, dua molekul asam lemak dipisahkan, me-ninggalkan sebuah monogliserol, satu molekul gliserol dengan satu (mono berarti satu) molekul asam lemak melekat padanya. Dengan demikian, produk akhir pencernaan lemak adalah monogliserida dan asam lemak, yang merupakan satuan lemak yang dapat diserap.

Pencernaan dilakukan melalui proses hidrolisis (penguraian oleh air) enzimatik. Dengan menambahkan H20 di tempat ikatan, enzim dalam sekresi pencernaan1

Penyerapan Pencernaan diselesaikan dan sebagian besar penyerapan terjadi di usus halus. Melalui proses penyerapan (absorpsi), satuan-satuan kecil yang dapat diserap yang dihasilkan dari proses pencernaan tersebut, bersama dengan air, vitamin, dan elektrolit, dipindahkan dari lumen saluran pencernaan ke dalam darah atau limfe. 5 Absorpsi dalam usus halus 1. Digesti oleh enzim usus. Enzim-enzim usus melengkapi proses pencernaan kimus sehingga produk tersebut dapat langsung dan dengan mudah terserap. Enzim-enzim usus cara kerjanya antara lain a. Enterokinase mengaktivasi tripsinogen pankreas menjadi tripsin, yang kemudian mengurai protein dan peptida menjadi peptida yang lebih kecil. b. Aminopeptidase, tetrapeptidase, tripeptidase. dan dipeptidase mengurai peptida menjadi asam amino bebas. Amilase usus menghidrolisis zat tepung menjadi disakarida (maltosa, sukrosa, dan laktosa). c. Maltase, isomaltase, laktase, dan sukrase memecah disakarida maltosa, laktosa, dan sukrosa, menjadi monosakarida (gula sederhana). d. Lipase usus memecah monogliserida menjadi asam lemak dan gliserol.

2. Jalur absorbtif. Produk-produk digesti (monosakarida, asam amino, asam lemak, dan gliserdlt juga air, elektrolit, vitamin, dan cairan pencernaan diabsorpsi menembus membran sel epitel duodenum dan yeyunum. Hanya sedikit absorpsi yang berlangsung daJam ileum kecuali untuk garam-garam empedu dan vitamin B12. 3. Mekanisme transpor absoipsi meliputi difusi, difusi terfasilitasi, transport aktif, dan pinositosis. Mekanisme utama adalah transpor aktif. Zat-zat yang ditranspor dari lumen usus ke darah atau limfe harus menembus sel-sel dan cairan interselular berikut: a. b. c. Membran plasma sel epitelial kolumnar pada vilus, sitoplasmanya, dan membran dasarnya. Jaringan ikat di antara sel epitel dan kapilar atau lakteal dalam vilus. Dinding kapilar atau lakteal yang terletak dalam inti vilus.

4. Absorpsi karbohidrat. Setiap gula sederhana dipercaya memiliki mekanisme transpornya sendiri. Gula bergerak dari usus menuju jaring-jaring kapilar vilus dan dibawa menuju hati oleh vena portal hepatika.

a. b. c.

Absorpsi glukosa terjadi bersamaan dengan transpor aktif ion natrium (ko-transpor). Fruktosa ditranspor melalui difusi terfasilitasi yang diperantarai carrier. Monosakarida lain dapat diabsorpsi melalui difusi sederhana.

5. Absorpsi protein. Transpor aktif asam amino ke dalam sel-sel usus Juga berlangsung bersamaan dengan transpor aktif natrium, dengan system carrier yang terpisah untuk asam amino berbeda. Dari kapilar vilus, asam amino dibawa ke hati. 6. Absorpsi lemak. Asam lemak larut lipid dan gKserol-diabsorpsi dalam bentuk micelle, yaitu suatu globulus sferikal garam empedu yang mengelilingi bagian berlemak. Micelle membawa asam lemak dan monoglikoserida menuju sel epitelial, tempatnya dilepas dan diabsorpsi melalui difusi pasif menuju membran sel usus. a. Asam lemak berantai karbon pendek (kurang dari 10 sampai 12 atom karbon) merupakan molekul kecil yang bergerak ke dalam kapilar vilus bersama asam amino dan monosakarida. b. Asam lemak berantai karbon panjang (mencapai 90% lebih dari asam lemak yang ada) dan molekul gliserol bergerak ke reticulum endoplasma, kemudian disintesis ulang menjadi trigliserida, berikatan dengan lipoprotein, fosfolipid, dan kolesterol, serta terbebas sebagai kilomikron dari tepi lateral sel usus c. Kilomikron menembus lakteal sentral vilus menuju sistem limfatik dan sirkulasi sistemik, sebelumnya melintasi [bypassing) hati. 7. Absorpsi air, elektrolit, dan vitamin

a. Hanya 0,5 L dari 5 L sampai 10 L cairan yang ada dalam usus halus yang mencapai usus besar. Air diabsorpsi secara pasif melalui hukum osmosis setelah absorpsi elektrolit dan makanan tercerna. b. Ion dan zat renik diabsorpsi melalui difusi atau transpor aktif.

i. Absorpsi kalsium bervariasi sesuai dengan asupan makanan. kadar plasma, dan kebutuhan tubuh serta diatur oleh hormon paratiroid dan ingesti vitamin D. ii. Absorpsi zat besi ditentukan sesuai kebutuhan metabolik. Zat besi terikat pada globulin (transferin) dalam darah dan tersimpan pada tubuh dalam bentuk feritin yang akan dilepas jika dibutuhkan. iii. Vitamin larut air (C dan B) diabsorpsi melalui difusi. Vitamin larut lemak (A, D, E dan K) diabsorpsi bersama lemak. Absorpsi vitamin B12 bergantung pada faktor intrinsik lambung dan berlangsung dalam ileum. 5

D.

Enzim Pencernaan

Enzim adalah substansi dengan dasar protein yang terdapat pada manusia, hewan, maupun tumbuhan. Enzim membantu proses metabolisme tubuh yang memungkinkan proses kehidupan dapat berjalan. Salah satu jenis enzim yang mempunyai peranan penting adalah enzim pencernaan. Enzim ini merupakan bagian integral dari proses pencernaan. Enzim pencernaan sudah mulai bekerja dari saat makanan masuk ke dalam mulut sampai makanan masuk ke dalam lambung, usus halus dan usus besar. Enzim berguna untuk memecah makanan menjadi bagian yang lebih kecil. Bagian yang lebih kecil inilah yang akan diserap melalui dinding usus. Enzim pencernaan berasal dari 2 sumber, yaitu : enzim dari makanan & enzim yang dihasilkan oleh tubuh sendiri. Kebanyakan enzim dalam makanan akan dirusak oleh suhu saat memasak & proses memasaknya, akibatnya dapat menimbulkan gangguan pencernaan, sehingga makanan menjadi sulit untuk diserap.Konsekuensi dari gangguan penyerapan berupa: gangguan imunitas (sistem kekebalan tubuh), reaksi alergi, gangguan penyembuhan luka, gangguan kulit & gangguan mood.Salah satu cara untuk memperbaiki fungsi pencernaan adalah mengkonsumsi suplemen enzim yang mengandung enzim proteolitik (untuk menghancurkan protein), karbohidrolitik (untuk menghancurkan karbohidrat), & lipolitik (untuk menghancurkan lemak), ditambah dengan enzim cellulosa yang membantu pencernaan serat. Secara umum enzim memiliki sifat : bekerja pada substrat tertentu, memerlukan suhu tertentu dan keasaman (pH) tertentu pula. Suatu enzim tidak dapat bekerja pada substrat lain. Molekul enzim juga akan rusak oleh suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Demikian pula enzim yang bekerja pada keadaan asam tidak akan bekerja pada suasana basa dan sebaliknya. Macam-macam enzim pencernaan yaitu 8: 1. Enzim ptialin

Enzim ptialin terdapat di dalam air ludah, dihasilkan oleh kelenjar ludah. Fungsi enzim ptialin untuk mengubah amilum (zat tepung) menjadi glukosa. 2. Enzim amilase

Enzim amilase dihasilkan oleh kelenjar ludah (parotis) di mulut dan kelenjar pankreas. Kerja enzim amilase yaitu : Amilum sering dikenal dengan sebutan zat tepung atau pati. Amilum merupakan karbohidrat atau sakarida yang memiliki molekul kompleks. Enzim amilase memecah molekul amilum ini menjadi sakarida dengan molekul yang lebih sederhana yaitu maltosa. 3. Enzim maltase

Enzim maltase terdapat di usus dua belas jari, berfungsi memecah molekul maltosa menjadi molekul glukosa. Glukosa merupakan sakarida sederhana (monosakarida). Molekul glukosa berukuran kecil dan lebih ringan dari pada maltosa, sehingga darah dapat mengangkut glukosa untuk dibawa ke seluruh sel yang membutuhkan. 4. Enzim pepsin

Enzim pepsin dihasilkan oleh kelenjar di lambung berupa pepsinogen. Selanjutnya pepsinogen bereaksi dengan asam lambung menjadi pepsin. Cara kerja enzim pepsin yaitu : Enzim pepsin

memecah molekul protein yang kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana yaitu pepton. Molekul pepton perlu dipecah lagi agar dapat diangkut oleh darah. 5. Enzim tripsin

Enzim tripsin dihasilkan oleh kelenjar pancreas dan dialirkan ke dalam usus dua belas jari (duodenum). Cara kerja enzim tripsin yaitu : Asam amino memiliki molekul yang lebih sederhana jika dibanding molekul pepton. Molekul asam amino inilah yang diangkut darah dan dibawa ke seluruh sel yang membutuhkan. Selanjutnya sel akan merakit kembali asam amino-asam amino membentuk protein untuk berbagai kebutuhan sel. 6. Enzim renin

Enzim renin dihasilkan oleh kelenjar di dinding lambung. Fungsi enzim renin untuk mengendapkan kasein dari air susu. Kasein merupakan protein susu, sering disebut keju. Setelah kasein diendapkan dari air susu maka zat dalam air susu dapat dicerna. 7. Asam khlorida (HCl)

Asam khlorida (HCl) sering dikenal dengan sebutan asam lambung, dihasilkan oleh kelenjar didalam dinding lambung. Asam khlorida berfungsi untuk membunuh mikroorganisme tertentu yang masuk bersama-sama makanan. Produksi asam khlorida yang tidak stabil dan cenderung berlebih, dapat menyebabkan radang lambung yang sering disebut penyakit mag. 8. Cairan empedu

Cairan empedu dihasilkan oleh hati dan ditampung dalam kantong empedu. Empedu mengandung zat warna bilirubin dan biliverdin yang menyebabkan kotoran sisa pencernaan berwarna kekuningan. Empedu berasal dari rombakan sel darah merah (erithrosit) yang tua atau telah rusak dan tidak digunakan untuk membentuk sel darah merah yang baru. Fungsi empedu yaitu memecah molekul lemak menjadi butiran-butiran yang lebih halus sehingga membentuk suatu emulsi. Lemak yang sudah berwujud emulsi ini selanjutnya akan dicerna menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana lagi. 9. Enzim lipase

Enzim lipase dihasilkan oleh kelenjar pankreas dan kemudian dialirkan ke dalam usus dua belas jari (duodenum). Enzim lipase juga dihasilkan oleh lambung, tetapi jumlahnya sangat sedikit. Cara kerja enzim lipase yaitu : Lipid (seperti lemak dan minyak) merupakan senyawa dengan molekul kompleks yang berukuran besar. Molekul lipid tidak dapat diangkut oleh cairan getah bening, sehingga perlu dipecah lebih dahulu menjadi molekul yang lebih kecil. Enzim lipase memecah molekul lipid menjadi asam lemak dan gliserol yang memiliki molekul lebih sederhana dan lebih kecil. Asam lemak dan gliserol tidak larut dalam air, maka pengangkutannya dilakukan oleh cairan getah bening (limfe). 5

III.

Mual dan Muntah

a. Mual Mual adalah perasaan tidak enak di dalam perut yang sering berakhir dengan muntah.Mual dan muntah disebabkan oleh pengaktivan pusat muntah di otak. Penyebab mual yang sering adalah peregangan atau iritasi duodenum dan usus halus bagian bawah. Bila hal ini terjadi, usus halus berkontraksi dengan kuat, sedangkan lambung relaksasi, jadi memungkinkan isi usus halus refluks(mengalir kembali) masuk lambung. Ini merupakan pendahulu muntah yang sering menyertainya.6

b. Muntah dan mekanismenya2 Muntah /emesis yaitu ekspulsi secara paksa isi lambung keluar melalui mulut.Gaya utama yang mendorong keluar isi lambung,secara mengejutkan,dating dari kontraksi otot-otot pernapasan yaitu diafragma (otot inspirasi utama) dan otot abdomen (otot ekspirasi aktif). Muntah diawali oleh inspirasi dalam dan penutupan glottis. Diafragma yang berkontraksi turun menekan lambung sementara kontraksi otot-otot abdomen secara simultan menekan rongga abdomen,sehingga tekanan intra abdomen meningkat dan isi abdomen terdorong ke atas. Karena lambung yang lunak itu tertekan antara diafragma dari atas dan tekanan rongga abdomen dari bawah,isi lambung terdorong kedalam esofagus dan keluar mulut. Glotis tertutup, sehingga muntahan tidak masuk ke saluran pernapasan.uvula juga terangkat untuk menutup rongga hidung. 6 Kadang-kadang pada waktu isi muntah pertama kali memasuki esofagus, sfingter faringesofagus sering masih tertutup, sehingga tidak ada isi lambung yang masuk ke mulut. Peregangan esofagus oleh vomitus menginduksi gelombang peristaltic sekunder yang mendorong isi lambung ke dalam lambung.Silus tersebut berulang-ulang sendiri pada saat isi lambung kembali terperas naik ke dalam esofagus. Rangkaian keadaan ini adalah tindakan retching atau dorongan (heaves). Setelah serangkaian dorongan,pada saat tekanan sudah cukup besar,yang bersangkutan menyorongkan rahangnya mebuka sfingter faringesofagus.Isi lambung kemudian terdorong melalui esofagus,melewati sfingter faringesofagus,dan keluar melalui mulut.Selama waktu tersebut,duodenum berkontraksi secara kuat,yang mungkin mendorong sebagian isi usus ke dalam lambung dan keluar bersama muntah. Dengan demikian, bahan yang dimuntahkan dapat berwarna kekuningan akibat adanya empedu yang masuk ke usus halus dari hati dan kantung empedu. Tindakan muntah yang kompleks tersebut dikoordinasikan oleh pusat muntah di medula. Mual, retching dan muntah dapat dimulai oleh masukan aferen ke pusat muntah dari sejumlah resptor di seluruh tubuh. Pada muntah yang berlebihan,tubuh mengalami pengeluaran berlebihan cairan dan asam yang dalam keadaan normak direabsorpsi. Penurunan volume plasma yang terjadi dapat menimbulkan dehidrasi dan masalah sirkulasi, sementara keluarnya asam dari tubuh dapat menyebabkan alkalosis metabolik. 6

IV.

Penutup

Sistem digestif atau pencernaan adalah sistem yang penting dalam tubuh. Sistem ini melakukan proses mekanisme kerjanya sepanjang saluran pencernaan dari mulut sampai pada usus besar, dan

sisa proses yang tidak terpakai dikeluarkan melalui rektum-anus. Di sepanjang saluran pencernaan proses motilitas, sekresi, pencernaan dan penyerapan berlangsung sesuai dengan bagian organ masing-masing.Sistem pencernaan satiap tahapan dan prosesnya saling berkesimanbungan, sehingga apabila terjadi gangguan pada suatu bagian atau proses maka akan mengganggu bagian lain yang satu sama lain saling berhubungan. Mekanisme pencernaan yang terganggu dapat menyebabkan gangguan pencernaan.

Daftar Pustaka 1. 2. 3. 4. 5. Sherwood L. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Ed.6. Jakarta: EGC, 2011. Snell R.S. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Ed. 6. Jakarta:EGC, 2006.h.83-115 Unqueira, Luiz Carlos. Histologi dasar : teks dan atlas. Jakarta : EGC, 2007. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC, 2003. Hall, John E. Buku saku fisiologi kedokteran Guyton & Hall. Edisi 11. Jakarta : EGC, 2009.

6. Mual dan Muntah. 2008. Diunduh dari: http://www.klikdokter.com/p3k/detail/10. 26 Juli. 2010.

Anda mungkin juga menyukai