Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI

TUMOR GANAS

Oleh : Kelompok 3 Kelas : Ganjil 2011 Dosen: 1. drg. Resti Iswani,Sp.RKG 2. drg. Yenita Alamsyah,M.kes 3. drg. Widyawati,M.kes,Sp.KG

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah Padang 2013

Anggota
Yannes Asri Ravenska Mutia Jasmin Igul Hendra M Miftahul Rahmah Izzaty Hasan Erfa Septrina Mira Novita Irawan Elsya Octavianti Maiyani Lestari Uswatun Nisa Trinanda Akasuma Fitria Manda Sari : 1110070110049 : 1110070110051 : 1110070110053 : 1110070110055 : 1110070110057 : 1110070110059 : 1110070110061 : 1110070110063 : 1110070110065 : 1110070110067 : 1110070110069 : 1110070110071

KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia sehingga penulis dapat merampungkan Makalah Radiologi Kedoktera Gigi I ini. Penulis berkesempatan membahas materi tersebut yang merupakan salah satu materi yang ditujukan untuk menunjang perkuliahan Mata Kuliah Radiologi Kedokteran Gigi I. Dalam pembahasannya, dibicarakan defenisi tumor , cirri cirri tumor ganas , klasifikasi tumor ganas , cirri utama radiografik tumor ganas , dan sinus penjelasan sinus paranasal lainnya. Pada kesempatan ini, penulis dengan rendah hati mengucapkan terimah kasih dan rasa hormat kepada , drg.Resti Iswani,Sp.RKG ,drg. Yenita Alamsyah,M.kes , dan drg. Widyawati,M.kes,Sp.KG. Penulisan Makalah Radiologi kedokteran gigi I dapat terwujud karena dukungan berbagai pihak terutama dukungan moral dan material dari rekan rekan kelompok D1 kelas ganjil angkatan 2011, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Baiturrahmah. Penulis menyadari bahwa dalam Makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk kesempurnaannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita dalam usaha meningkatkan ilmu dalam mata perkuliahan Radiologi Kedokteran Gigi I.

Padang, 11 Juni 2013

Penulis

Daftar Isi Kata Pengantar ....1 Daftar Isi ...2 Bab I Pendahuluan 1.1.Latar Belakang .....3 1.2.Rumusan Masalah .4 1.3.Tujuan Penulisan ...4 1.4.Manfaat penulisan .4 Bab II Pembahasan 2.1 Defenisi.14 2.2 ciri- cirri tumor ganas14 2.3 klasifikasi tumor ganas 2.4 ciri utama radiografik tumor ganas 2.5 sinus paranasal lain Bab IV Penuntup 4.1 Kesimpulan 4.2 Saran Daftar Pustaka

BAB I PENDAHULUAN

1.1.1 LATAR BELAKANG

Tumor adalah sebutan untuk neoplasma atau lesi padat yang terbentuk akibat pertumbuhan sel tubuh yang tidak semestinya, yang mirip dengan simtoma bengkak.tumor berasal dari bahasa latin yaitu tumere yang berarti bengkak.pertumbuhannya dapat digolongkan sebagai ganas (malignan ) dan jinak ( benign ) Tumor ganas disebut kanker. Kanker memiliki potensi untuk menyerang dan merusak jaringan yang berdekatan dan menciptakan metastasis Berdasarkan asalnya tumor ganas terbagi atas : 1. Tumor berasal dari jaringan ephitelial Squamous ephitelium Transitional ephitelium Basal cell ( hanya dikulit ) Glandular ephitelium : squamous cell carcinoma : transitional cell carcinoma : basal cell carcinoma : adenocarsinoma

Tubules ephitelium ( ginjal ) : renal cell carcinoma Hepatosit Bile ducts ephitelium Melanosit : hepatocellular carcinoma : cholangiocellular carcinoma : melignan melanoma

2. Tumor berasal dari jaringan mesenchymal Fibrosarcoma Osteosarcoma Chondrosarcoma Liposarcoma

3. Tumor berasal dari jaringan endothel Hemangiosarcoma Lymphangiosarcoma

Tumor yang berasal dari jaringan ephitelial dianggap ganas apabila dia menembus basal lamina. Tumor disebabkan oleh mutasi dalam DNA sel.sebuah penimbunan mutasi dibutuhkan untuk tumor muncul. Mutasi yang mengaktifkan onkogen atau menekan gen penahan tumor dapat akhirnya menyebabkan tumor. Mutasi yang menahan gen untuk mekanisme ini dapat juga menyebabkan kanker. 1.1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apakah defenisi dari tumor? 2. Apakah cirri cirri tumor ganas ? 3. Bagaimanakah klasifikasi tumor ganas ? 4. Bagaimanakah cirri utama radiografik tumor ganas ? 5. Bagaimanakah penjelasan tentang sinus paranasal lainnya ?

1.1.3 TUJUAN MASALAH 1. Mengetahui defenisi dari tumor 2. Menegetahui cirri cirri tumor ganas 3. Mengetahui klasifikasi tumor ganas 4. Mengetahui cirri utama radiografik tumor ganas 5. Mengetahui penjelasan tentang sinus paranasal lainnya

1.1.4 MANFAAT Dalam pembuatan makalah ini , dapat diambil berbagai manfaat untuk menambah ilmu pengetahuan kita tentang penjelasan dari tumor ganas.

BAB II PEMBAHASAN

2.2.1 defenisi

Tumor adalah suatu benjolan yang disebabkan oleh pertumbuhan sel. 2.2.2. cirri cirri tumor ganas Tidak mempunyai bentuk. Pertumbuhannya cepat dan tidak terbatas serta melewati batas anatominya. Tidak mempunyai simpai. Mempunyai anak sebar ( metastasis ). Menyebabkan kematian bila tidak ditangani secara dini.

2.2.3

klasifikasi Tumor ganas

2.3 intrinsik Squamous cell carcinoma dan adenocarcinoma jarang terjadi, tapi tumor ini pertumbuhannya sangat cepat, massa jaringan lunak yang agresif dalam antrum menyebabkan kehancuran dari satu atau lebih dari dinding antrum. A. Ciri-ciri radiografik dari lesi awal yang kecil

Tidak spesifik, berbatas jelas, jaringan lunak yang bulat opak dalam antrum Kerusakan variabel dari dinding tulang antrum

B. Ciri-ciri radiografik dari lesi lanjutan yang besar Kavitas antrum yang opak tidak ada tanda infeksi atau trauma, antrum yang opak disebabkan oleh hal yang serius dan perlu investigasi yang lebih jauh lagi.

Kehancuran satu atau lebih dari dinding antum, sebab itu diperlukan pandangan yang lengkap dan investigasi yang berbeda untuk menunjukkan dinding antrum yang bervariasi (Gb 27.19).

Invasi dari jaringan lunak dan keras, oleh karena itu diperlukan untuk tomografi dan atau CT (Gb 27.20). Perpindahan atau resopsi dari gigi yang berdekatan

2.4 Tumor Eksrinsik Semua tumor yang dapat mempengaruhi maksila apakah jinak atau lunak dapat mempunyai efek pada antrum dengan tipe perubahan tulang yang spesifik. Tumor ini jarang terjadi, tetapi ada dua yang penting yaitu: A. Ameloblastoma Ini merupakan tumor yang agresif namun tidak bermetastase, yang berasal dari sisa epitel odontogenik dari enamel dan lamina dura. Usia puncak : Orang dewasa, berusia sekitar 40 tahun. Frekuensi : Jarang, namun masih menjadi tumor odontogenik yang paling biasa terjadi. Tempat : Badan posterior/sudut/ramus mandibula, sangat jarang melibatkan maksila. Ukuran : Sangat bervariasi tergantung pada usia dari lesi tersebut, dapat menjadi sangat meluas jika diabaikan dan dapat menyebabkan wajah asimetri yang mengerikan. Bentuk : - Multilokuler, septa (sekat) yang jelas memisahkan lesi ke dalam beberapa bagian (ruangan) dengan luas, area yang berlainan dengan sangat jelas di pusat dan dengan area yang lebih kecil pada bagian perifer. - Kadang-kadang monolokuler pada tahap awal. - Jarang ditemui gambaran seperti Honeycomb (sarang lebah) atau soap bubble (busa sabun) atau multicystic bentuk bervariasi dengan bermacam macam subtipe histologis. Outline : - Halus dan berlekuk-lekuk - Berbatas jelas.

- Terkortikasi dengan baik. Radiodensitas : Radiolusen dengan septa internal radiopak. Efek : - Geligi yang berdekatan mengalami perpindahan tempat, longgar, seringkali resorbsi. - Ekspansi yang luas di semua dimensi. - Lesi pada maksila dapat meluas ke dalam sinus paranasal, orbita, atau dasar dari tengkorak.

Catatan : Yang dinamakan dengan unicystic ameloblastoma terdapat sekitar 10-15% dari seluruh ameloblastoma. Biasanya hadir sebagai radiolusen yang monolokuler dihubungkan dengan mahkota gigi molar ketiga bawah yang tidak dapat erupsi, menyerupai dentigerous cyst, atau sebagai radiolusen yang monolokuler pada daerah apical gigi, menyerupai kista radikular. Sejak bermacam-macam ameloblastoma dapat meniru banyak macam lesi radiolusen lainnya, kemungkinan ini harus selalu ada dalam pikiran ketika merumuskan diagnosa banding untuk suatu gambaran radiologi.

Gambar 25.9A Bagian dari DPT memperlihatkan gambaran multilokuler yang khas dari ameloblastoma yang besar pada sudut mandibula, dengan ekspansi yang luas (panah pada) dan resorpsi dari gigi yang berdekatan (panah terbuka).

B. Sisi kanan dari DPT memperlihatkan ameloblastoma yang sangat meluas (diberi tanda panah) dengan sedikit gambaran multilokuler tapi masih dapat menyebabkan ekspansi yang dapat dipertimbangkan dan perpindahan tempat dari gigi 48. C. Sisi kiri dari DPT memperlihatkan ameloblastoma bilokuler yang lebih kecil (diberi tanda panah)di sebelah distal molar ketiga. D. Bagian dari DPT memperlihatkan ameloblastoma dalam bentuk posisi anterior yang lebih tidak biasa menyebabkan perpindahan tempat dari gigi yang berdekatan dan. E. Oklusal rahang bawah dari pasien yang sama memperlihatkan perluasan lesi dibuko-lingual (diberi tanda panah)

2.5 Osteosarkoma Jarang , tumor ganas dengan kerusakan tulang yang cepat. Dari gambaran radiografi , terdapat 3 jenis utama : Osteolitiktidak ada pembentukan neoplastik tulang Osteosklerotikterbentuk neoplastic osteoid dan tulang Campuran litik dan sklerotikterbentuk potongan neoplastic tulang

Gambaran awal: Tidak spesifik, daerah radiolusen tidak tegas sekitar 1 atau lebih gigi Pelebaran ligament periodontal

Gambaran selanjutnya:

Lesi osteolitik :-monolokuler, daerah radiolusen yang tidak rata - tidak tegas,mouth eaten outline - disebut juga resorpsi spiking dan atau kehilangan gigi yang terlibat

Lesi osteosklerotik dan campuran: Area radiolusen tidak tegas Radiopak internal yang bervariasi dengan kehilangan pola trabekula yang normal Perforasi dan ekspansi tepi kortikal dengan tarikan periosteum menghasilkan classical, tapi jarang penampakan sunray/sunburst Resorbsi spiking dan atau kehilanagn gigi yang bersangkutan Distorsi alveolar ridge

Gambar 26.13 A. Sisi kanan PA rahang dari anak usia 7 tahun menunjukkan osteosarcoma pada ramus mandibula atas. Penampakan sunray/sunburst nyata pada tengah dan lateral (ditunjuk tanda panah ) B. Oblique lateral menunjukkan osteosarcoma osteogenic yang sangat luas pada mandibula dengan formasi sunray/sunburst yang nyata dari tulang. C. sisi kiri dari DPT menunjukkan bentuk yang tidak beraturan, area radiopak yang tidak tegas (ditunjuk tanda panah ) pada korpus mandibula. B. Oklusal 90 derajat dari arah bawah pada pasien yang sama menunjukkan perluasan formasi tulang bukal dan lingual yang abnormal (ditunjuk tanda panah) dari osteosarcoma, osteogenic yang lain. 2.2.4 Ciri-ciri utama radiografik yang mengindentifikasikan tumor ganas: Radiopak total/sebagian. Kerusakan satu atau lebih dari dinding antrum Ekspansi dari maksila Perpindahan atau resopsi dan kehilangan gigi yang berdekatan

Gambar 27.21

Osteosarcoma pada maksila bagian kiri yang melibatkan antrum. A. Kerusakan semua anatomi normal, temasuk lantai antrum; B. Axial CT scan menunjukkan lesi yang sangat luas (panah).

2.2.5 Sinus paranasal yang lain Kanker rongga hidung dan sinus paranasal adalah tumor ganas yang dimulai darisinusparanasaldisekitar hidung.Ronggahidung merupakan sebuah ruang di belakang hidung di mana udara yang melewatinya masuk ke tenggorokan.

Sinusparanasaladalahdaerahyangdipenuhiudara yangmengelilingirongga hidungpadapipi (sinusmaksila),diatasdandiantaramata(sinus etmoid dansinus frontal),dan dibelakangetmoid(sinussfenoid). Kanker sinus maksila merupakan tipe paling sering kanker sinus paranasal.

Faktor resiko yaitu :

Tembakau Infeksi imunitas rendah riwayat kanker terhirup sebuk gergaji.

Gejala dan tanda yang paling umum adalah: obstruksihidung, masalahpernafasan, nyeri local pembengkakan leher dan wajah masalah persarafan metastasis.

2.2.6. ETIOLOGI

Faktor resiko untuk keganasan pada sinus paranasal sudah lama diteliti.Penyebabnya rumit, multifaktorial dan agak kontroversial. Diperkirakan penyebabsquamous cell carcinoma dan adenocarcinoma pada suatu daerah berhubunganpaparan debu nikel, gas mustard, thorotrast, isopropil oil, diklorodietil sulfida.Paparan debu kayu khususnya dapat meningkatkan resiko squamous cell carcinoma21 kali dan adenocarcinoma 874 kali. Banyak dari faktor-faktor ini ditemukan padaindustri furnitur, industri pengolahan kulit hewan, dan industri tekstil. 2.6 Squamous cell carcinoma

Squamous cell carcinoma merupakan 80% dari seluruh keganasan yang ada di cavum nasi dan sinus paranasal. Mencakup juga karsinoma verrucous, basaloidsquamous cell carcinoma, spindle cell carcinoma, dan transitional atau cylindricalcell carcinoma. Terminologi dari squamous cell carcinoma digunakan untuk menunjukkan keganasan yang merupakan gambaran standar yang diketahui untuk mewakili keadaan ini.Gambaran yang tampak sangat variatif dan dapat

mencakup massa nasal atauobstruksi, rinorrhea, epistaxis, neuripati, atau nyeri. Lesi ini dapat membedakangambaran wajah yang dapat dideteksi menyebabkan ketidaksimetrisan atauproptosis. Sering juga terjadi gangguan penglihatan dan parestesia.

Gambar 27.19 Foto oksipitomental menunjukkan kerusakan dinding lateral pada antrum sebelah kanan (panah) yang disebabkan oleh squamous cell carcinoma.

Gambar 27.20

A. Foto oksipitomental menunjukkan gambaran radiopak total pada antrum sebelah kanan yang disebabkan squamous cell carcinoma, dengan kerusakan dinding lateral antrum (panah besar) dan zigoma (panah kecil); B. Axial CT scan menunjukkan kerusakan dinding posterior antrum (panah putih) dan meluas sampai fosa pterigopalatina (panah hitam terbuka) yang disebabkan squamous cell carcinoma. Bandingkan dengan antrum kiri yang normal.

2.7 Adenocarsinoma

Adenokarsinoma pada cavum nasi dan sinus paranasal sangat lah penting danberhubungan dengan factor resiok tertentu termasuk paparan terhadap debu, danmateri organic lainnya.Adenocarcinoma, baik yang grade ringan maupun berat dan menyebabkangejala obstruktif, rinorea, atau epistaxis. Namun, nyeri, parestesis, dan ulkus dirongga mulut lebih sering ditemikan pada grade yang berat.

Seperti yang disebutkan di atas, sinus frontal,etmoidal, dan sphenoidal penting dalam kedokteran gigi. Banyak kondisi yang menyebabkan antrum maksila dapat mempengaruhi sinus paranasal yang lain dan menghasilkan gambaran radiografik yang sama. Bagaimanapun, keharusan bagi dokter untuk mengetahui suspek satu atau lebih dari sinus paranasal ini (sebagai contoh fraktur dari 2/3 tulang fasial), mereka perlu tahu yang mana proyeksi radiografik yang dapat digunakan untuk menunjukkan itu. Informasi ini disimpulkan pada tabel 27.2.

Tabel 27.2 Sinus Frontal

Pemeriksaan yang dapat digunakan untuk melihat sinus paranasal Pemeriksaan 00 occipitomental (00 OM) PA skull True lateral Skull Tomografy CT MRI

Sphenoidal

00 occipitomental (dengan buka mulut) True lateral skull Submento-vertex (SMV) Tomografi CT MRI

Ethmoidal

00 occipitomental 300 occipitomental PA skull True lateral Skull

Tomografy CT MRI

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN sinus paranasal adalah sebuah kondisi yangsangat mematikan dan terutama tidak nyaman dengan pembawaannya yang jelasbaik bagi pasien maupun bagi keluarganya. Keganasan pada hidung dan sinusparanasal ini lebih sering ditemukan pada laki-laki dibanding perempuan denganperbandingan 2 : 1.Etiologi diakibatkan pemaparan terhadap lingkungan pekerjaan. Pekerjanikel memiliki peningkatan 100-870 kali angka normal karsinoma sel skuamosa.Jenis histologis yang paling umum adalah karsinoma sel skuamosa, mewakili sekitar 80% kasus. Gejala klinis yang paling sering, obstruksi hidung dan epistaksis.Diagnosis suatu tumor dibuat berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi biopsitumor.Kebanyakan pakar berpendapat bahwa satu macam cara pengobatan sajahasilnya buruk, sehingga mereka mengajukan cara terapi kombinasi antara operasi,radioterapi dan kemoterapi. Pada umumnya prognosis kurang baik

B. SARAN DAFTAR PUSTAKA http://www.scribd.com/doc/50510130/Gambaran-Radiologi-Tumor-Sinus-Paranasal

Anda mungkin juga menyukai