Anda di halaman 1dari 18

Tutorial Klinik

ILMU KESEHATAN MATA

Oleh: Rigan Ndaru Sili Putri Adisti Yuyun Rindiastuti Arini Rahmawati Dominikus Yudha Sanny Kusuma Sary Cristofer Andra Selvy Agustina G0004185 G0005023 G0005028 G0007043 G0007059 G0007153 G0007189 G0007226

Pembimbing : dr. Rita Hendrawati, Sp. M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA 2011

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS Nama Umur Jenis Kelamin Agama Pekerjaan Alamat Tgl pemeriksaan No. CM : Ny. G : 64 tahun : Perempuan : Islam : Ibu Rumah Tangga : Grogol, Sukoharjo : 23 September 2011 : 01087330

II. ANAMNESIS A. Keluhan utama : mata kanan tidak jelas untuk melihat

B. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke poliklinik mata RS Dr. Moewardi dengan keluhan mata kanannya tidak jelas untuk melihat. Keluhan ini dirasakan oleh pasien sejak4 bulan yang lalu, pasien mengeluhkan mata kanan tidak jelas untuk melihat, baik untuk melihat dekat maupun untuk melihat jauh..Penderita tidak mengeluhkan pusing, mual dan muntah, silau jika melihat cahaya (-), mata nrocos (-), blobokan (-), mata merah (-), nyeri (-), mata ngganjel (-) baik saat ini maupun saat sebelum pandangannya mulai kabur. Pasien tidak dapat menjelaskan asal mula bagaimana

pandangannya menjadi kabur, awalnya pendangan berkabut, lalu pandangan kabur sampai tidak bisa melihat sama sekali. Pasien juga tidak pernah merasa kelilipan atau gatal. Pasien juga mengaku tidak pernah mempunyai riwayat trauma pada matanya. Pasien belum pernah memeriksakan diri ke dokter atau puskesmas.Pasien merasakan keluhannya semakin memberat maka ia memeriksakan diri ke RSDM.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat Hipertensi : disangkal

Riwayat DM Riwayat trauma Riwayat alergi

: disangkal : disangkal : disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga R. Hipertensi R. DM R. sakit serupa : disangkal : disangkal : disangkal

E. Kesimpulan Anamnesis OD Proses Lokalisasi Sebab Perjalanan Komplikasi Degenerasi Susp media refrakta Usia lanjut Kronis Belum ditemukan

III. PEMERIKSAAN FISIK A. Kesan Umum Keadaan umum baik, compos mentis. T = tidak dilakukan N = 88x/1menit Rr = 20x/1menit S = afebril

B. Pemeriksaan subyektif Visus sentralis jauh Pinhole Koreksi Refraksi Visus Perifer Konfrontasi test Proyeksi sinar

OD 1/~6/12 tidak ada perbaikan non koreksi non refraksi

OS

tidak ada perbaikan non koreksi non refraksi

tidak dilakukan baik

tidak dilakukan baik

Persepsi warna Merah Hijau baik baik baik baik

C. Pemeriksaan Obyektif Sekitar mata Tanda radang Luka Parut Kelainan warna Kelainan bentuk Supercilium Warna Tumbuhnya Kulit Geraknya hitam normal sawo matang dalam batas normal hitam normal sawo matang dalam batas normal tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

Pasangan Bola Mata dalam Orbita Heteroforia Strabismus Pseudostrabismus Exophtalmus Enophtalmus Anopthalmus Ukuran bola mata Mikrophtalmus Makrophtalmus Ptisis bulbi Atrofi bulbi Buftalmus Megalokornea Gerakan Bola Mata Temporal superior normal normal tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

Temporal inferior Temporal Nasal Nasal superior Nasal inferior Kelopak Mata Gerakannya Lebar rima Blefarokalasis Tepi kelopak mata Oedem Margo intermarginalis Hiperemis Entropion Ekstropion Sekitar saccus lakrimalis Oedem Hiperemis Sekitar Glandula lakrimalis Odem Hiperemis Tekanan Intra Okuler Palpasi Tonometer Schiotz Konjungtiva Konjungtiva palpebra Oedem Hiperemis Sikatrik Konjungtiva Fornix Oedem

normal normal normal normal normal

normal normal normal normal normal

dalam batas normal 10 mm tidak ada

dalam batas normal

10 mm tidak ada

tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

tidak ada tidak ada

tidak ada tidak ada

tidak ada tidak ada

tidak ada tidak ada

normal tidak dilakukan

normal tidak dilakukan

tidak ada tidak ada tidak ada

tidak ada tidak ada tidak ada

tidak ada

tidak ada

Hiperemis Sikatrik Konjungtiva Bulbi Pterigium Oedem Hiperemis Sikatrik Injeksi siliar

tidak ada tidak ada

tidak ada tidak ada

tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

Caruncula dan Plika Semilunaris Oedem Hiperemis Sikatrik Sklera Warna Penonjolan Cornea Ukuran Limbus Permukaan Sensibilitas Medium Belakang Keratoskop (Placido) Fluoresin Test Kamera Okuli Anterior Isi Kedalaman jernih normal jernih dangkal 12 mm jernih rata, mengkilap normal dalam batas normal dalam batas normal tidak dilakukan tidak dilakukan 12 mm jernih rata, mengkilap normal dalam batas normal dalam batas normal tidak dilakukan tidak dilakukan putih tidak ada putih tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

Iris Warna Gambaran coklat spongious coklat spongious

Bentuk Sinekia Anterior Sinekia Posterior Pupil Ukuran Bentuk Tempat Reflek direct Reflek indirect Reflek konvergensi Lensa Ada/tidak Kejernihan Letak Shadow test Corpus vitreum Kejernihan

bulat tidak ada tidak ada

bulat tidak ada tidak ada

3 mm bulat sentral (+) (+) (+)

3 mm bulat sentral (+) (+) (+)

ada keruh sentral (-)

ada keruh sentral (+)

tidak dilakukan

tidak dilakukan

IV. KESIMPULAN PEMERIKSAAN OD Visus sentralis jauh Pinhole Koreksi Refraksi non-refraksi 1/~ tidak ada perbaikan non-correction non-refraksi tidak dilakukan tidak dilakukan dalam batas normal dalam batas normal 6/12 tidak ada perbaikan non-correction OS

Visus sentralis dekat Sekitar mata Supercilium Pasangan bola mata dalam orbita Ukuran bola mata

dalam batas normal dalam batas normal

dalam batas normaldalam batas normal

dalam batas normaldalam batas normal

Gerakan bola mata Kelopak mata

dalam batas normal

dalam batas normal

dalam batas normaldalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal pterigium (-) dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal pterigium(-) dalam batas normal

Sekitar saccus lakrimalis Sekitar glandula lakrimalis Tekanan IntraOkuler Konjunctiva bulbi Sklera Kornea Arcus senilis (+) (+)

Camera oculi anterior Kedalaman Iris Pupil Lensa Kejernihan Letak Shadow test Corpus vitreum keruh sentral (-) tidak dilakukan keruh sentral (+) tidak dilakukan dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal

V. DIAGNOSIS BANDING - Katarak senilis matur - Katarak senilis hipermatur -Glaukoma simpleks - Kelainan refraksi VI. DIAGNOSIS OD katarak senilismatur

VII. PLANNING Pemeriksaan lab darah Pemeriksaan slit lamp

Biometri Konsul jantung

VIII. TERAPI OD Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler + IOL

IX. PROGNOSIS OD Ad vitam Ad sanam Ad fungsionam Ad kosmetikum bonam dubia ad bonam dubia ad bonam dubia ad bonam OS bonam dubia ad bonam dubia ad bonam dubia ad bonam

X. GAMBAR

OD

OS

TINJAUAN PUSTAKA KATARAK


A. Anatomi dan Fisiologi Lensa Mata Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadi akomodasi. Lensa berbentuk cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata belakang. Pada keadaan normal, cahaya atau gambar yang masuk akan diterima olehlensa mata, kemudian akan diteruskan ke retina, selanjutnya rangsangan cahaya atau gambartadi akan diubah menjadi sinyal / impuls yang akan diteruskan ke otak melalui saraf penglihatandan akhirnya akan diterjemahkan sehingga dapat dipahami. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa membentuk serat lensa secara terus-menerus sehingga mengakibatkan memadatnya seat di bagian sentral sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang paling tua. Di bagian luar nukleus terdapat serat yang lebih muda disebut korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus disebut korteks anterior, sedangkan yang di belakang nukleus disebut korteks posterior. Nukleus memiliki konsistensi yang lebih keras dibandingkan korteks. Di bagian perifer kapsul lensa terdapat Zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh equatornya pada badan siliar. Secara fisiologik, lensa memiliki sifat tertentu: 1. Kenyal atau lentur karena memegang peranan penting dalam akomodasi untuk menjadi cembung 2. Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan 3. Terletak di tempatnya

Keadaan patologik lensa dapat berupa:


1. Kekenyalan berkurang pada orang tua sehingga mengakibatkan presbiopi 2. Keruh atau disebut katarak 3. Tidak berada di tempatnya atau subluksasi atau luksasi

10

B. Katarak

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi lensa, denaturasi protein lensa, atau kedua-duanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu yang lama. Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, tapi dapat juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Bermacammacam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat berhubungan dengan penyakit intraokular lainnya. Katarak juga dapat disebabkan oleh bahan toksik ataupu obatobatan seperti eserin (0.25-0.5%), kortikosteroid, ergot dan antikolinesterase topikal. Kelainan sistemik atau metabolik yang dapat menimbulkan katarak, seperti : diabetes melitus, galaktosemia dan distrofi miotonik. Katarak dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Fisik Kimia Penyakit predisposisi Genetik dan gangguan perkembangan Infeksi virus di masa pertumbuhan janin Usia

Pasien dengan katarak mengeluh penglihatan seperti berasap dan tajam penglihatan menurun secara progresif. Kekeruhan lensa mengakibatkan lensa tidak transparan, sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu. Pada mata akan tampak kekeruhan lensa dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat.

11

Kekeruhan juga dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi di lens seperti korteks dan nukleus. Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan slit lamp, funduskopi pada kedua mata bila mungkin. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan sebelum dilakukan pembedahan untuk melihat apakah kekeruhan sebanding dengan turunnya tajam penglihatan. Pada katarak nuklear tipis dengan miopia tinggi akan terlihat tajam penglihatan yang tidak sesuai, sehingga mungkin penglihatan yang turun akibat kelainan pada retina dan bila dilakukan pembedahan akan memberikan hasil tajam penglihatan pasca bedah yang tidak memuaskan. Sebaliknya pada katarak kortikal posterior yang kecil, akan mengaibatkan penurunan tajam penglihatan yang sabgat berat pada penerangan yang sedang ataupun keras akan tetapi bila pasien berada di tempat gelap maka tajam penglihatan akan memperlihatkan banyak kemajuan. Pengobatan katarak adalah tindakan pembedahan. Setelah pembedahan lensa diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa intraokular.
C. Katarak Senilis Telah diketahui bahwa katarak senil ada hubungannya dengan bertambahnya umur dan berkaitan dengan proses ketuaan yang terjadi di dalam lensa. Perubahan yang tampak adalah bertambah tebalnya nukleus dengan berkembangnya lapisan korteks lensa. Secara klinik, proses ketuaan lensa sudah tampak sejak terjadi pengurangan kekuatan lensa akibat mulai terjadinya sklerosis lensa yang timbul pada usia dekade 4 dalam bentuk keluhan presbiopi. Dikenal 3 bentuk katarak senil, yaitu katarak nuklear, kortikal dan kupuliform. 1. Katarak nuklear Inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi sklerotik. Lama kelamaan inti lensa yang mulanya menjadi putih kekuning-kuningan menjadi coklat dan kemudian menjadi kehitam-hitaman. Keadaan ini disebut katarak brunesen atau nigra. 2. Katarak kortikal

12

Pada katarak kortikal terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi cembung dan terjadi miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa. 3. Katarak kupuliform Katarak kupuliform dapat terlihat pada stadium dini katarak kortikal atau nuklear. Kekeruhan terletak di lapis korteks posterior dan dapat memberikan gambaran piring. Makin dekat letaknya terhadap kapsul makin cepat bertambahnya katarak. Katarak ini sering sukar dibedakan dengan katarak komplikata.

Perbedaan stadium katarak senil


Insipien Kekeruhan Cairan lensa Iris Ringan Normal Normal Imatur Sebagian Bertambah Terdorong depan COA Sudut bilik mata Shadow test Penyulit (-) Tidak ada (+) Glaukoma fakotopik fakomorfik / (-) Tidak ada (-) Glaukoma fakolitik, uveitis fakotoksik Normal Normal Dangkal Sempit Normal Normal Dalam Terbuka Matur Seluruh Normal ke Normal Hipermatur Masif Berkurang Normal

1. Stadium katarak senil a. Katarak insipien Pada stadium ini kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk gerigi menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal).Katarak subkapsular posterior, dimana kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks jaringan berisi jaringan degeneratif (benda morgagni) pada katarak insipien. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini

13

kadang-kadang menetap dalam waktu yang lama. Pemeriksaan shadow test negatif. b. Katarak imatur Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa.Volume lensa bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil sehingga terjadi glaukoma sekunder. Pemeriksaan shadow test positif. c. Katarak matur Pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat deposit ion Ca yang menyeluruh. Cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran normal kembali. Pemeriksaan shadow test negatif. d. Katarak hipermatur Stadium ini telah mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan dengan slit lamp terlihat bilik mata dalam dan adanya lipatan kapsul lensa. Bila proses katarak progresif disertai dengan kapsul lensa yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk seperti kantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak morgagni.

2. Penatalaksanaan Terapi definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa.Beberapa tahun terakhir bermacam-macam teknik operasi telah dikembangkan dari tulisan teknik kuno sampai teknik terbaru fakoemulsi. Berdasarkan integritas dari capsula posterior lensa, 2 tipe utama bedah lensa adalah intracapsular catarak extraction (ICCE) dan extracapsular cataract extraction ( ECCE). a. Ekstraksi katarak intrakapsular

14

Sebelum adanya instrumen bedah mikro yang lebih modern dan IOL yang baik, ICCE merupakan metode yang lebih disukai untuk pengangkatan katarak.Teknik ini melibatkan mengangkat seluruh lensa termasuk kapsula posterior.Dalam melakukan teknik ini tidak perlu khawatir terhadap perkembangan selanjutnya dan penanganan dari opasitas kapsul.Teknik ini dapat dilakukan dengan alat alat yang sedikit canggih dan di daerah dimana tidak terdapat mikroskop operasi dan sistem irigasi. Bagaimanapun sejumlah kerugian dan komplikasi post operasi, insisi limbus yang lebar sering 160o-180o dikaitkan dengan beberapa faktor risiko yang mengikutinya seperti penyembuhan yang terlambat,

keterlambatan perbaikan visus, timbulnya astigmatismat, inkarserasi iris, luka operasi yang bocor, inkarserasi vitreus. Edem kornea merupakan suatu keadaan yang umum terjadi saat operasi dan komplikasi post operasi. Meskipun banyak komplikasi post operasi, namun ICCE masih dapat digunakan pada kasus-kasus dimana zonular rusak berat, sehingga dapat dilakukan pengangkatan lensa dengan sukses. ICCE merupakan kontraindikasi absolut pada anak-anak dan dewasa muda dengan katarak dan kasus-kasus dengan trauma ruptur

kapsular.Kontraindikasi relatif adalah miopia tinggi, sindrom marfan, katarak morgagni, dan adanya vitreus di bilik mata depan.
b. Ekstraksi katarak ekstrakapsular

Berbeda dengan ICCE, ECCE melibatkan pengangkatan nukleus lensa dengan membuka kapsula anterior dan meninggalkan kapsula posterior. ECCE mempunyai sejumlah keuntungan dibandingkan ICCE, yang berhubungan dengan intaknya kapsula posterior, yaitu :

1) Insisi yang kecil pada ECCE dan sedikit trauma dari endotel kornea 2) Komplikasi
cepat dan lambat dari vitreus sampai kornea, iris dapat diminimalisasi atau dieliminasi

3) Tempat anatomi yang baik terhadap IOL bila kapsula posterior masih intak

15

4) Sebaliknya,

kapsula yang intak menyebabkan masuknya bakteri dan

mikroorganisme lain ke dalam kamera okuli anterior selama proses pembedahan, yang bisa mencapai rongga vitreus posterior dan dapat menyebabkan endoptalmitis

3. Komplikasi

Berikut ini adalah komplikasi besar intraoperatif yang ditemukan selama operasi katarak, yaitu : a. Kamera okuli anterior dangkal atau datar b. Ruptur kapsul c. Edem kornea d. Perdarahan atau efusi suprakoroid e. Perdarahan koroid yang ekspulsif f. Tertahannya material lensa g. Gangguan vitreous dan inkarserasi ke dalam luka h. Iridodialisis

Berikut ini merupakan komplikasi besar post operatif yang ditemukan segera selama operasi katarak, yang sering terlihat dalam beberapa hari atau minggu setelah operasi, yaitu : a. Kamera okuli anterior datar atau dangkal karena luka robek b. Terlepasnya koroid c. Hambatan pupil d. Hambatan korpus siliar e. Perdarahan suprakoroid f. Edem stroma dan epitel g. Hipotoni h. Sindrom Brown-Mc. Lean (edem kornea perifer dengan kornea sentral jernih sangat sering terlihat mengikuti ICCE) i. Perlekatan vitreokornea dan edem kornea yang persisten j. Perdarahan koroid yang lambat

16

k. Hifema l. Tekanan intraokuler yang meningkat (sering karena tertahannya viskoelastis) m. Edem makular kistoid n. Terlepasnya retina o. Endoptalmitis akut p. Sindrom uveitis-glaukoma-hifema (UGH)

Berikut ini adalah komplikasi besar post operatif yang lambat, terlihat dalam beberapa minggu atau bulan setelah operasi katarak : a. Jahitan yang menginduksi astigmatismus b. Desentrasi dan dislokasi IOL c. Edem kornea dan keratopati bullous pseudopakia d. Uveitis kronis e. Endoptalmitis kronis f. Kesalahan penggunaan kekuatan IOL

17

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, Sidarta. 2008. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakulta Kedokteran Universitas Indonesia. Ilyas, S., Mailangkay, HHB., Taim, H., Saman, R., Simarwata, M., Widodo, PS. (eds). 2010. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: Sagung Seto. Razi. 2011. Katarak Senilis.

http://razimaulana.wordpress.com/2011/03/24/katarak-senilis/

18

Anda mungkin juga menyukai