Anda di halaman 1dari 4

Prof. Dr. Charles Sands- Carpe Diem Asian Pharmacists!

Carpe Diem Farmasis Asia


Laporan dari The 9th Asian Conference on Clinical Pharmacy
Seoul, 26-28 September 2009 Yulia Trisna
Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
CARPE DIEM, mungkin tidak banyak orang mengetahui arti ungkapan yang berasal dari Bahasa Latin ini. Jika diterjemahkan secara bebas, artinya adalah Raihlah hari atau Gunakan kesempatan. Ungkapan Carpe Diem dikemukakan oleh Prof. Dr. Charles D. Sands III Dekan McWhorter School of Pharmacy, Samford University, Amerika Serikat, pada ceramah pembuka acara Asian Conference on Clinical Pharmacy (ACCP) ke-9 yang berlangsung di COEX Convention Center, Seoul, Korea Selatan 26-28 September 2009 lalu. Dalam ceramahnya yang berjudul A New Denition of the Role of the Pharmacist: A Great Opportunity for Asian Pharmacy, beliau menyampaikan bahwa farmasis saat ini diharapkan menjadi profesional kesehatan yang bertanggung jawab dalam menjamin hasil terapi obat yang optimal untuk pasien. Menurutnya, perubahan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kefarmasian merupakan tantangan bagi farmasis di Asia untuk mendenisikan kembali perannya, dimana peran yang berfokus pada produk sudah saatnya beralih menjadi berfokus pada pasien. Prof. Sands yang merupakan salah satu penggagas sejak awal kegiatan ACCP juga mengingatkan bahwa perubahan peran farmasis di Asia hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Asia. Kita perlu menilai apa yang dibutuhkan masyarakat, apakah kemudahan akses akan obat yang bermutu? Keamanan penggunaan obat? Kerasionalan penggunaan obat? Optimalisasi hasil terapi obat? Dll. Tampaknya ungkapan Carpem Diem memang selaras dengan tema dari ACCP tahun ini, yaitu: For Dynamic Acting, For Dynamic

MEDIA INFORMASI FARMASI INDONESIA/EDISI 8/OKTOBER - NOVEMBER 2009

25

Pharmacy Service, For Asian Patients. Topiktopik yang ditampilkan baik pada sidang pleno (plenary session) maupun presentasi makalah oral dan poster menggambarkan tindakan yang dinamis dari para farmasis Asia menggunakan kesempatan yang ada untuk meningkatkan perannya dalam pelayanan yang berfokus pada pasien. Acara ACCP ke-9 tahun ini diikuti sekitar 600 peserta dari 14 negara: Brunei, Cina, Hongkong, Indonesia, Jepang, Korea, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, Kanada dan Amerika Serikat. Di luar peserta dari tuan rumah, Cina merupakan kontingen terbesar. Sedangkan jum-

Pada hari pertama setelah acara pembukaan, digelar sidang pleno bidang Pendidikan Farmasi yang menampilkan 7 pemakalah. Pembicara pertama dari Amerika Serikat menjelaskan mengenai peluang dan tantangan bagi farmasis Asia yang berminat untuk mengikuti program Pharmacy Residency Training di Amerika Serikat. Namun sayangnya, yang lebih banyak ditayangkan adalah kesulitannya ketimbang kemudahannya, sehingga terkesan seperti susah sekali bagi farmasis Asia untuk bisa menjalani program tersebut. Pembicara kedua dari Kanada yang menyampaikan kebijakan baru di British Columbia Kanada

learning) ketimbang menunggu pembimbing untuk memberikan informasi. Selain itu mahasiswa juga hendaknya dilatih untuk memberikan pelayanan kefarmasian berbasis bukti. Seyogianya PKL dapat memberikan manfaat bagi kedua belah pihak, baik bagi rumah sakit maupun bagi mahasiswa sendiri. Dalam kondisi dimana rumah sakit kekurangan tenaga farmasis, mahasiswa di bawah supervisi farmasis rumah sakit dapat dimanfaatkan untuk membantu pelayanan dan sebagai timbal baliknya mahasiswa mendapatkan manfaat berupa pengalaman di dunia kerja nyata. Farmasis rumah sakit berperan sebagai

Penulis berpartisipasi dalam sidang pleno

lah peserta dari Indonesia sekitar 30 orang terdiri dari akademisi, farmasis praktisi di rumah sakit, komunitas dan regulator (Departemen Kesehatan dan Badan POM). Sidang pleno menampilkan 28 pemakalah yang dibagi menjadi 4 bagian, yaitu: Pendidikan Farmasi, Farmakoterapi Imunomodulasi, Manajemen Penyakit Kronik dan Perkembangan Terkini Farmasi Klinik. Untuk mengisi acara sidang pleno, 2 orang wakil dari Indonesia turut diberi kesempatan presentasi. Atas rekomendasi Dr. Suharjono, MS, Apt. dan Yunita, M.Pharm. Apt. dari Universitas Airlangga selaku perwakilan Indonesia di ACCP, maka Junaidi Khotib, Ph.D. dari Universitas Airlangga tampil pada sesi Manajemen Penyakit Kronik dengan membawakan makalah yang berjudul The Role of Pharmacist in the Management of Chronic Pain in Degenerative Disease, sementara saya sendiri menyampaikan makalah The role of Hospital Pharmacist to Support Clinical Pharmacy Education and Research pada sesi Pendidikan Farmasi.

terkait diberikannya wewenang kepada farmasis untuk mengubah resep dan memberikan obat resep ulangan (rell prescription) untuk obat rutin. Selain itu dijelaskan pula adanya kebijakan pemberian insentif bagi farmasis yang memberikan pelayanan farmasi klinik. Pembicara berikutnya adalah saya sendiri yang menceritakan peran farmasis rumah sakit, terutama yang bekerja di rumah sakit pendidikan, dalam mendukung kegiatan pendidikan dan penelitian di bidang farmasi klinik. Dalam kegiatan pendidikan, farmasis rumah sakit dapat memberikan kontribusi yang bermakna melalui perbaikan metode belajar-mengajar baik dalam kelas maupun dalam praktik kerja lapangan (PKL) mahasiswa. Sebagai praktisi, farmasis rumah sakit menjumpai banyak kasus nyata yang menarik untuk dibahas bersama dengan mahasiswa. Metode pembelajaran yang interaktif, problem based learning dan simulasi kasus nyata merupakan metode yang bisa diterapkan. Selama masa PKL, mahasiswa perlu dimotivasi untuk belajar mandiri (self-directed

pembim-bing yang mengarahkan, mengajar dan sebagai role model dalam membentuk sikap, perilaku dan etika mahasiswa. Sebagai role model, farmasis rumah sakit harus menunjukkan komitmen, dedikasi dan in-tegritasnya terhadap profesi farmasi dalam bekerja khususnya dalam pelayanan farmasi klinik, misalnya: memberi contoh kepada mahasiswa bagaimana seorang farmasis mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilannya, berkomunikasi secara efektif dengan profesional kesehatan lain atau dengan pasien dan keluarganya; bagaimana cara mengidentikasi masalah terkait obat (DRP= drug related problem) dan bagaimana mengatasi/mencegah DRP. Dengan cara demikian diharapkan nanti setelah lulus mereka akan melakukan apa yang dicontohkan dalam berpraktik, bahkan dengan cara yang lebih baik lagi. Dalam upaya menjadi pembimbing yang baik dan bermutu, farmasis rumah sakit menghadapi banyak tantangan, antara lain: beban kerja utama yang sudah menyita waktu sehingga kekurangan waktu

26

MEDIA INFORMASI FARMASI INDONESIA/EDISI 8/OKTOBER - NOVEMBER 2009

2
Ket.Gambar: 1. Kontingen Indonesia berpoco-poco, 2. Tarian tradisional Korea pada acara Gala Dinner, 3. Berkunjung ke Seoul National University Bundang Hospital

...perubahan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kefarmasian merupakan tantangan bagi farmasis di Asia untuk mendenisikan kembali perannya, dimana peran yang berfokus pada produk sudah saatnya beralih menjadi berfokus pada pasien.
untuk berdiskusi dengan mahasiswa dan untuk memutakhirkan pengetahuannya; tidak adanya pelatihan khusus untuk pembimbing; tidak adanya standarisasi dari universitas mengenai PKL, banyak universitas yang menyerahkan sepenuhnya program PKL kepada pihak rumah sakit sehingga mutu PKL bervariasi tergantung program yang diberikan oleh rumah sakit. Dalam kegiatan penelitian, kontribusi farmasis rumah sakit antara lain adalah melakukan penelitian yang berkaitan dengan evaluasi manfaat pelayanan farmasi klinik. Penelitian hendaknya dirancang dengan baik sehingga dapat ditunjukkan apakah pelayanan farmasi klinik menghasilkan perubahan positif terhadap patient outcome, baik yang bersifat klinikal, ekonomis, maupun humanistik. Selain itu perlu juga dilakukan penelitian tentang cara-cara baru agar farmasis rumah sakit dapat lebih esien dan efektif dalam mendeteksi, mengatasi dan mencegah masalah terkait obat, misalnya melalui pemanfaatan teknologi informasi. Setelah istirahat makan siang, sidang pleno dilanjutkan dengan topik-topik di bidang Farmakoterapi Imunomodulasi yang menampilkan makalah-makalah perkembangan farmakoterapi di bidang onkologi dan transplantasi. Hari kedua penyelenggaraan ACCP dibuka oleh ceramah dari James E. Tisdale, Ketua Terpilih American College of Clinical Pharmacy mengenai Medication Safety, dilanjutkan dengan sidang pleno yang menampilkan makalah-makalah terkait penyakit kardiovaskuler, psikiatri dan diabetes mellitus. Sedangkan pada sidang pleno terakhir ditampilkan makalah-makalah menarik seperti peran farmasis pada Olimpiade 2008 di Beijing, perkembangan farmakoepidemiologi di Asia dan pengem-

MEDIA INFORMASI FARMASI INDONESIA/EDISI 8/OKTOBER - NOVEMBER 2009

27

Kontingen Indonesia berwisata ke Nami Island

farmasi kombinasi Timur-Barat dan Seoul National University Bundang Hospital dengan Electronic Medical Record (EMR). Saya dan beberapa teman sejawat memilih untuk mengunjungi Bundang Hospital yang menurut Prof. Wan Gyoon Shin dari Seoul National University merupakan rumah sakit pertama dan satu-satunya di dunia saat ini yang menerapkan EMR secara penuh, sehingga dapat dikatakan rumah sakit ini menerapkan paperless medical record. Untuk pelayanan farmasi klinik, mereka juga mengembangkan sistem IT yang dapat mendukung keputusan klinik (clinical decision support system). Secara umum kami melihat Bundang Hospital merupakan rumah sakit yang sangat mewah menurut ukuran orang Indonesia, karena dari bangunan sik dan interiornya tampak layaknya sebuah mal. Demikian pula kecanggihan fasilitas pelayanannya tampak berkualitas internasional. Berakhir sudah penyelenggaraan ACCP ke-9 tahun ini di Seoul, kota cantik yang merupakan jantung politik, ekonomi, sosial dan budaya Korea Selatan. Selama 5 hari berada di Seoul, rombongan peserta dari Indonesia yang berjumlah sekitar 30 orang berkesempatan pula menikmati keindahan alam dan budaya Korea, antara lain me-

Farmasis rumah sakit berperan sebagai pembimbing yang mengarahkan, mengajar dan sebagai role model dalam membentuk sikap, perilaku dan etika mahasiswa. Sebagai role model, farmasis rumah sakit harus menunjukkan komitmen, dedikasi dan integritasnya terhadap profesi farmasi dalam bekerja khususnya dalam pelayanan farmasi klinik, misalnya: memberi contoh kepada mahasiswa bagaimana seorang farmasis mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilannya, berkomunikasi secara efektif dengan profesional..
bangan produk herbal berbasis bukti. Dalam sesi presentasi oral dan poster, disajikan sekitar 200 makalah hasil penelitian berbagai bidang, antara lain: farmakokinetik klinik, evaluasi penggunaan obat dan peran farmasis baik yang berbasis di rumah sakit maupun di komunitas. Makalah peserta dari Indonesia sendiri ada 12 presentasi oral dan 19 poster. Selain program ilmiah, pada malam hari pertama diselenggarakan juga acara gala dinner. Dalam acara ini yang paling menarik perhatian adalah penampilan dari tiap kontingen negara peserta di atas panggung. Dimulai dari kontingen Cina yang merupakan kontingen terbesar. Mereka dengan kostum atlet menyanyikan lagulagu nasional yang mengingatkan kembali acara Olimpiade di Beijing. Kontingen yang tampaknya paling mempersiapkan diri adalah kontingen Vietnam. Mereka tampil dengan pakaian tradisional dilengkapi dengan topi petani menyanyikan beberapa lagu nasional. Sedangkan kontingen Indonesia yang berjumlah sekitar 20 orang naik ke atas panggung dengan penuh percaya diri meskipun tanpa persiapan sama sekali. Kami berpoco-poco selama sekitar 10 menit dengan gerakan sesuka hati...tapi bolehlah...lumayan kompak. Pada hari ketiga yang merupakan hari terakhir penyelenggaraan, panitia memberi kesempatan kepada para peserta yang berminat untuk berkunjung ke rumah sakit di Seoul. Peserta yang berminat boleh memilih 1 dari 5 rumah sakit yang ditawarkan. Tiap rumah sakit mempromosikan keunggulan pelayanan di tempatnya masing-masing: Samsung Medical Center dengan pelayanan onkologi, Asan Medical Center dengan Automatic Dispensing, St. Mary Hospital dengan pelayanan klinik khusus, Kyung Hee University East-West Neo Medical Center dengan pelayanan ngunjungi Nami Island yang sejuk- lokasi syuting lm terkenal Korea Winter Sonata, The Blue House- kantor Presiden Korea Selatan, Istana Gyeongbok dan menyaksikan pertunjukan tari tradisional Miso. Tidak ketinggalan pula belajar membuat Kimchi- acar khas Korea serta berwisata kuliner mencicipi aneka menu khas Korea. Semoga pengalaman yang didapat selama penyelenggaraan ACCP dapat memberi semangat bagi farmasis Indonesia untuk berkarya lebih baik lagi mengejar ketinggalan dari sejawat negara-negara lain di Asia dalam bidang farmasi klinik. Tahun depan ACCP ke-10 direncanakan akan diselenggarakan di Singapura pada bulan Juli. Mudah-mudahan lebih banyak lagi peserta dari Indonesia yang dapat menghadiri acara ACCP dan berpartisipasi aktif melalui penyajian makalah. Sampai ketemu di Singapura, Insya Allah. Informasi rinci mengenai ACCP-9, dapat diakses pada website www.accp-asia.org

28

MEDIA INFORMASI FARMASI INDONESIA/EDISI 8/OKTOBER - NOVEMBER 2009

Anda mungkin juga menyukai