Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKO Obat vasodilator dan digitalis

Disusun oleh kel E1:


Rocky Gianto 102007202 Elsye E. Tanama 102007088 Beradona 102009011 Ervin Juliet Latupeirissa 102009078 Umar Syahmi bin Mohd. Raghid 102009277 Spoobalan Subramaniam 102009333 Ramos Silalahi 102009137

....

VASODILATOR PENDAHULUAN Untuk blok kardiovaskular ini, mahasiswa akan mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan penyakit pada sistem kardiovaskular. Banyak kelainan pada sistem ini, yang menyebabkan penyakit yang sering dijumpai dalam masyarakat, sehingga mahasiswa harus memahami selain macam-macam penyakitnya, juga dasar-dasar fisiopatologis, dasar-dasar dalam diagnosa penyakit dan pilihan obat yang tepat. Untuk ilmu farmakologi, selain farmakodinamik, indikasi, kontraindikasi dan efek samping obat tersebut. Maka diperlukan pemahaman terhadap praktikum yang akan dikerjakan sendiri oleh mahasiswa dibawah arahan instruktur, agar dicapainya pemahaman dan penilaian langsung dari efek obat yang digunakan. TUJUAN Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan mula kerja dan lama kerja berbagai obat yang digunakan. Mahasiswa dapat menjelaskan dan mengamati efek vasodilator kerja cepat, kerja sedang, dan kerja lambat. Menjelaskan farmakodinamik obat-obat vasodilator pada OP dan penggunaan digitalis pada kodok. Membangun kerja sama yang dinamis dalam kelompok selama pengamatan. ALAT DAN BAHAN Vasodilator a. 2 orang OP yang sebelumnya puasa 4 jam b. Tensimeter, stetoskop, termometer kulit, arloji c. Obat-obat : ISDN, Nitrogliserin

Digitalis a. Kodok b. Larutan uretan 10% c. Larutan ringer d. Larutan Tinctura digitalis 10% e. Papan fiksasi kodok f. Jarum pentul g. Gunting anatomis h. Pinset i. Semprit tuberkulin

DATA a. Sublingual A. Hasil pengukuran parameter basal, tekanan darah, denyut nadi, frekuensi nafas dan suhu kulit sebanyak 2 kali dengan interval 5 menit. 1. Pada 5 menit pertma: TD Frek. Nafas Suhu Nadi : 120/100 mmHg : 19x/menit : 36,05 : 66x/menit

2. Pada 5 menit kedua: TD Frek. Nafas Suhu Nadi : 120/100mmHg : 21x/menit : 35,55 : 66x/menit

Rata-rata: Frekuensi Nafas : 20x/menit Suhu : 35.8

B. Hasil pengukuran parameter basal, tekanan darah, denyut nadi, frekuensi nafas dan suhu kulit sesudah minum obat. Dihitung setiap 3 menit selama 15 menit. 1. Pada 3 menit pertama: TD Frek. Nafas Suhu Nadi Gejala : 120/100mmHg : 20x/menit : 35.57 : 80x/menit : sakit kepala, pusing

2. Pada 3 menit kedua: TD Frek. Nafas Suhu Nadi Gejala : 130/110mmHg : 24x/menit : 35.69 : 82x/menit : sakit kepala lebih dari yang pertama dirasakan.

3. Pada 3 menit yang ketiga: TD Frek. Nafas Suhu Nadi Gejala : 120/100mmHg : 20x/menit : 35.59 : 66x/menit : sakit kepalanya sudah mulai berkurang.

4. Pada 3 menit yang keempat: TD Frek. Nafas : 120/100mmHg : 20x/menit

Nadi Suhu Gejala

: 80x/menit : 35.88 : sakit kepalanya sudah kurang terasa.

5. Pada 3 menit yang kelima: TD Frek. Nafas Suhu Nadi Gejala : 120/100mmHg : 24x/menit : 35.68 : 80x/menit : sakit kepala sudah tidak dirasakan.

OP : Kezia b. Oral TD 100/80 mmHg 90/70 mmHg 90/70 mmHg 90/70 mmHg 90/70 mmHg Nadi 78 83 64 72 70 Nafas 13 13 16 14 13 Suhu 36,28 oC 35,77 oC 35,98 oC 36,28 oC 36,72 oC

0 / basal 15 menit 30 menit 45 menit 60 menit

OP: Rocky

PEMBAHASAN

Pada OP pertama yang diberikan obat ISDN secara oral, efek samping yang dirasakan OP sakit kepala, bradikardia, lemas, mata perih

Pada OP kedua yang diberikan obat ISDN secara sublingual, efek samping yang dirasakan OP sakit kepala, lemas, mengantuk, flushing, hipotensi

Isosorbid dinitrat (ISDN) adalah suatu obat golongan nitrat yang digunakan secara farmakologis sebagai vasodilator (pelebar pembuluh darah), khususnya pada kondisi angina

pektoris, juga pada CHF (congestive heart failure), yakni kondisi ketika jantung tidak mampu memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Isosorbid dinitrat lebih bermanfaat untuk tujuan pencegahan serangan angina, untuk tujuan ini isosorbid dinitrat dalam bentuk "long acting" atau kerja diperpanjang lebih disukai. Akan tetapi isosorbid dinitrat memiliki kekurangan, yakni munculnya toleransi pada penggunaan jangka panjang, hal ini mampu mengurangi efektivitas isosobid dinitrat. Toleransi ini diakibatkan oleh beberapa kemungkinan berikut ini: 1. Terganggunya biotransformasi ISDN menjadi bentuk aktifnya, yakni NO 2. Aktivasi neurohormonal, yang menyebabkan pelepasan vasokonstriktor (penyempit pembuluh darah), seperti endotelin dan angiotensin II, yang melawan kerja vasodilatasi isosorbid dinitrat. Efek samping isosorbid dinitrat (ISDN) meliputi sakit kepala, hipotensi, serta bradikardia pada beberapa kasus.

KESIMPULAN Menurut pengamatan kelompok kami terhadap efek obat vasodilator yang diminum OP (ISDN oral dan sublingual) adalah, dimana OP mengalami efek samping yang sesuai dengan efek obat yang sebenarnya yaitu hipotensi, sakit kepala, flushing. DIGITALIS ALAT DAN BAHAN 1. Hewan coba : kodok berukuran agak besar 2. Alat-alat : tempat fiksasi kodok, jarum pentul, gunting anatomis, chirrugis, pinset dan semprit tuberkulin 3. Bahan / zat : larutan uretan 10 % dan larutan ringer, obat : larutan tinktura digitalis 10%

CARA KERJA 1. Pilih 1 kodok suntikan ke dalam saccus lymphaticus dorsalisnya larutan uretan 10% sebanyak 2ml. 2. Bila sudah terjadi anastesi fiksasi kodok pada papan fiksasi dengan posisi terlentang 3. Buka thoraks kodok dimulai dengan kulit dilanjutkan dengan lapisan dibawahnya dengan irisan berbentuk V 4. Bila jantung telah tampak singkirkan jaringan yang menutupinya pericardium jantung kokdok yang tampak sebagai selubung jantung berwarna perak 5. Sekarang jantung tampak utuh teteskan setetes larutan ringer laktat untuk membasahi jantung lalu perhatikan dengan teliti siklus jantung antara sistol dan diastol dan bentuk serta warna ventrikel

6. Tetapkan frekuensi denyut jantung permenit dan ambil rata-ratanya 7. Teteskan larutan tinktura digitalis dengan tetesan kecil langsung pada permukaan jantung dan hitung frekuensi denyut jantung tiap selese meneteskan digitalis 8. Pelajarilah perubahan-perubahan yang terjadi pada siklus jantung dan perubahan warna jantung 9. Tentukan apakah jantung yang telah berhenti berdenyut tadi masih bisa dirangsang dengan rangsangan mekanis, dengan menyentuh permukaannya dengan pinset 10. Buatlah catatan dari seluruh pengamatan tadi dan buatlah kurva yang menggambarkan hubungan antara frekuensi denyut jantung dengan jumlah tetesan digitalis yang dipakai

Catatan : 1. Penetesan dilakukan setiap 2 menit sekali. 2. Hambatan parsial terjadi pada tetesan ke 6 3. Hambatan mutlak terjadi pada tetesan ke 9 4. Blok AV total terjadi pada tetesan ke 11 LAPORAN : Penetesan larutan ringer laktat o Denyut jantung I : 86 kali/menit o Denyut jantung II : 86 kali/menit o Denyut jantung III : 84 kali/menit o Rata-rata denyut jantung : 85 kali/menit Penetesan larutan tinctura digitalis o Denyut I : 66 kali/menit

o Denyut II : 42 kali/menit o Denyut III : 40 kali/menit o Denyut IV : 30 kali/menit o Denyut V : 20 kali/menit o Rata-rata denyut : 33 kali/menit

PEMBAHASAN Pemberian digitalis akan menyebabkan penurunan frekuensi jantung dan interval AV semakin panjang yang disebabkan oleh hambatan jantung parsial disusul dengan hambatan mutlak dan berakhir dengan berhentinya denyut ventrikel, biasanya dalam keadaan diastol. Pada pemberian digitalis juga dapat menyebabkan perubahan warna ventrikel. Ventrikel pada normalnya akan berwarna merah pada saat diastol dan berwarna putih pada saat sistolik. Semakin banyak tetesan digitalis yang diberikan pada jantung kodok, akan membuat frekuensi denyut jantung menurun yang disebabkan karena hambatan pada jantung semakin besar.

KESIMPULAN Efek toksisitas dan letal digitalis pada kodok dapat dilihat dengan pemberian larutan tinctura digitalis yang berlebihan pada jantung kodok.

Anda mungkin juga menyukai