Anda di halaman 1dari 11

ASKEP PADA PASIEN MENJELANG AJAL

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrobbilalamiin, segala puji penyusun persembahkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam, pemberi kedamaian dan kebahagiaan, pembimbing menuju jalan yang terang dan penyelaras intensi penyusun yang tiada hentinya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Askep pada Pasien Menjelang Ajal. Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Komunikasi I. Penyusun menyadari bahwa makalah ini belum dapat memenuhi seluruh harapan pembaca, sehingga beberapa perbaikan dan penyempurnaan masih diperlukan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata, besar harapan penyusun semoga makalah ini dapat memberikan sumbangan yang cukup berarti dalam dunia pendidikan, khususnya bagi peningkatan kualitas pembelajaran Kebutuhan Dasar Manusia.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI .. BAB I PENDAHULUAN .. A. Latar Belakang .. B. Tujuan .... A. Tahapan Pasien Menjelang Ajal B. Pengkajian . C. Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Menjelang Ajal .... D. Rencana Keperawatan (Intervensi) pada Pasien Menjelang Ajal . E. Implementasi Keperawatan F. Evaluasi pada Pasien Menjelang Ajal BAB II PEMBAHASAN ... 2 2 3 3 6 9 10 1 1 2 i ii 1

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ... B. Saran ..

10 10 11

DAFTAR PUSTAKA ....

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Menjelang ajal adalah bagian dari kehidupan, yang merupakan proses menuju akhir. Kematian adalah penghentian permanen semua fungsi tubuh yang vital, akhir dari kehidupan manusia. Lahir, menjelang ajal dan kematian bersifat uiversal. Meskipun unik bagi setiap individu, kejadian-kejadian tersebut bersifat normal dan merupakan proses hidup yang diperlukan.

B. Tujuan 1. Menggambarkan bagaimana orang menangani proses menjelang kematian dan sesudah kematian 2. Menggambarkan tanda-tanda menjelang kematian 3. Menggambarkan persiapan spiritual untuk kematian yang dilakukan berbagai agama.

BAB II PEMBAHASAN
A. Tahapan Pasien Menjelang Ajal
Dr. Elisabeth Kubler-Ross telah mengidentifikasikan lima tahap berduka yang dapat terjadi pada pasien menjelang ajal : 1. Denial (Pengingkaran) Dimulai ketika orang disadarkan bahwa ia akan meninggal dan dia tidak dapat menerima informasi ini sebagai kebenaran, dan bahkan mungkin mengingkarinya. 2. Anger (Marah) Terjadi ketika pasien tidak dapat lagi mengingkari kenyataan bahwa ia akan meninggal. 3. Bargaining (Tawar menawar)

Merupakan tahapan proses berduka dimana pasien mencoba menawar waktu untuk hidup. 4. Depression (Depresi) Tahap dimana pasien datang dengan kesadaran penuh bahwa ia akan segera mati. Ia sangat sedih karna memikirkan bahwa ia tidak akan lama lagi bersama keluarga dan teman-teman. 5. Acceptance (Penerimaan) Merupakan tahap selama pasien memahami dan menerima kenyataan bahwa ia akan meninggal dan ia berusa keras untuk menyelesaikan tugas-tugasnya yang belum selesai.

B. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan a. Riwayat kesehatan sekarang Berisi tentang penyakit yang diderita klien pada saat sekarang. b. Riwayat kesehatan dahulu Berisi tentang keadaan klien apakah klien pernah masuk rumah sakit dengan penyakit yang sama. c. Riwayat kesehatan keluarga Apakah anggota keluarga pernah menderita penyakit yang sama dengan klien. 2. Head To Toe Perubahan fisik saat kematian mendekat a. Pasien kurang responsif terhadap sentuhan b. Fungsi tubuh melambat c. Pasien berkemih dan defekasi secara tidak sengaja d. Rahang cenderung jatuh e. Pernafasan tidak teratur dan dangkal f. Sirkulasi melambat dan ektremitas dingin, nadi cepat dan melemah g. Kulit pucat h. Mata memelalak dan tidak ada respon terhadap cahaya.

C. Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Menjelang Ajal


1. Ansietas (ketakutan individu, keluarga) yang berhubungan diperkirakan dengan situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek negatif pada pada gaya hidup.

2. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain. 3. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan keluarga, takut akan hasil (kematian) dengan lingkungnnya penuh dengan stres (tempat perawatan). 4. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidakmampuan diri dalam menghadapi ancaman kematian.

D. Rencana Keperawatan (Intervensi) Pada Pasien Menjelang Ajal


a. Akomodasi dukacita b. Menerima realitas kehilangan c. Mencapai kembali rasa harga diri d. Memperbaharui aktivitas atau hubungan normal e. Terpenuhinya kebutuhan fisiologis, perkembangan & spiritual f. Mencapai kembali dan mempertahankan kenyamanan g. Mempertahankan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari h. Mempertahankan harapan i. Mencapai kenyamanan spiritual j. Meraih kelegaan akibat kesepian dan isolasi 1. Konsep Bimbingan Spiritual Pada Pasien dan Keluarga Menjelang Ajal Beberapa pandangan tentang kematian dari agama-agama yang terkemuka di dunia a) Agama Kristen Dalam agama Kristen terdapat berbagai aliran-aliran. Dua aliran yang paling utama adalah: agama Katolik dan agama Protestan. Dalam ajaran agama Katolik Roma mati itu hanya suatu perpisahan untuk waktu sementara. Setelah kematian akan muncul kehidupan yang abadi dan Tuhan. Tuhan itu baik hati dan mengampuni semua dosa dan kesalahan. Seorang katolik yang baik tidak usah takut menghadapi kematian, karena setelah kematian akan ada kehidupan yang lebih baik. Yang penting dalam untuk seorang pasien Katolik adalah bahwa ia memperoleh kesempatan untuk Sakramen orang sakit, yang juga dinamakan Pembalseman orang sakit. Dalam agama Protestan, terdapat berbagai perbedaan pandangan terhadap penyakit dan kematian. Contoh:

- Penyakit dan kematian adalah sebagai akibat dari dosa Adam. Seseorang dengan sadar harus memilih Tuhan, dan dapat mengetahui dan merasa bahwa ia dapat masuk dalam kerajaan Allah setelah ia meninggal. - Penyakit adalah suatu penguasaan iblis atas diri kita dan melalui doa diusahakan agar iblis itu keluar. - Penyakit adalah suatu hukuman yang dijalani manusia karena kesalahannya. b) Agama Islam Penyakit dalam agama Islam adalah suatu gangguan keseimbangan sebagaimana yang dimaksud oleh Allah. Sebab-sebab dari gangguan ini dapat dicari baik dalam kekuatan yang meguasai alam semesta maupun yang berasal dari kuasa-kuasa manusia. Kematian bagi orang-orang islam berarti suatu pemindahan dari kehidupan karena suatu situasi menuggu sampai akhir zaman. Dan pada saat itu akan tiba masa pengadilan bagi semua orang. Orang islam pada saat pengadilan itu boleh percaya akan kebaikan-kebaikan Allah. Orang islam percaya bahwa di dalam kuburan akan datang dua malaikat yang akan menanyakan masalah kepercayaannya.

c) Tradisi Yahudi Menurut tradisi Yahudi orang-orang mati akan bangkit pada akhir jaman. Disamping itu tradisi Yahudi mengenal banyak peraturan-peraturan yang berhubungan dengan fase akhir kehidupan manusia.

d) Agama Hindu Bagi orang-orang yang beragama Hindu dikatakan bahwa penyakit adalah akibat dari dewa-dewa yang marah atau kuasa-kuasa yang lain. Penyakit harus dihindari dan dilawan dengan cara membawa persembahanpersembahan bahan melalui pembacaan mantera. Setelah kematian maka manusia akan kembali muncul di bumi baik dalam bentuk manusia atau binatang (reinkarnasi), sampai rohnya 2. Prosedur Bimbingan Spiritual menjadi pada Pasien dan Keluarga sempurna. Menjelang Ajal di

Jika kondisi

pasien kritis,

dokter akan secara resmi

menuliskan namanya

Daftar kritis. Kemudian keluarga dan pemuka agama akan diberitahu. a) Jika pasien Katolik tampak sedang menyongsong ajal, seorang pendeta harus dipanggil untuk melakukan sakramen orang sakit. Akan lebih baik jika keluarga hadir dan meninggalkan ruangan pada saat dilakukan pengakuan dosa. Penganut agama Katolik dan

keluarga menganggapnya sebagai suatu keistimewaan karena memiliki kesempatan untuk mengaku dosa ketika masih memiliki kemampuan. Banyak pasien yang sembuh dengan sempurna, tetapi harapan ini tidak boleh mencegah penerimaan sekramen. Pendeta akan memutuskannya setelah berdiskusi dengan keluarga. b) Sementara hampir semua agama lainnya tidak memiliki ritual khusus seperti sakramen ini, oleh sebab itu pemberian privasi pada pasien dan keluarga adalah hal yang penting. Privasi tidak berarti membiarkan pasien dan keluarganya sendirian tetapi juga tetap melanjutkan perawatan yang ditugaskan pada anda yang dengan perilaku yang tenang dan menghargai. c) Pembacaan kitab suci, jika diminta, dapat menjadi bantuan spiritual untuk melalui saat-saat kritis ini. Bersikap sopan dan beri privasi jika pemuka agama pasien berkunjung.

3. Keyakinan dan Budaya dalam Perawatan Jenazah Setiap agama memiliki beragam budaya dan keyakinan dalam merawat jenazah: a) Muslim Jika pasien muslim meninggal 1) Setelah kematian, tubuh dianggap sebagai milik Allah. 2) Jangan wash tubuh atas. 3) Pakailah sarung tangan untuk menghindari kontak langsung dengan tubuh. Tubuh harus menghadap Mekkah (Timur) dan kepala harus berbalik ke arah bahu kanan sebelum rigor mortis. 4) Anda mungkin sisir rambut, meluruskan tungkai, menghapus peralatan dan menutupi tubuhnya dengan kain putih, tapi keluarga akan ingin melakukan cuci dari tubuh. 5) Pos pemeriksaan mayat hanya dibolehkan jika hukum memerlukan itu. 6) Masalah donasi organ bingung - keluarga mungkin setuju atau tidak. 7) Umat Islam selalu dikubur dalam waktu 24 jam dari kematian.

b) Hindu Jika pasien hindu meninggal: 1) Jenajah mungkin harus dibaringkan di lantai 2) Pendeta akan mengikatkan benang sekitar leher atau pergelangan tangan (jangan dilepaskan) 3) Pendeta akan memecirkan air dalam mulut klien 4) Keluarga akan memandikan jenazah sebelum dikramasi

c) Yahudi Jika pasien yahudi meniinggal: 1) Jenazah dimandikan oleh anggota penguburan 2) Dan seseorang harus berada di dekat jenazah untuk Yahudi Ortodoks dan konservatif

d) Kristen Jika pasien kristen meninggal: 1) Ritual sangat beragam diantara kelompok mungkin memberikan komuno terakhir 2) Memilih penguburan daripada kremasi

E. Implementasi Keperawatan
Perawatan jenazah penderita penyakit menular dilaksanakan dengan selalu menerapkan kewaspadaan universal tanpa mengakibatkan tradisi budaya dan agama yang dianut keluarganya. Setiap petugas kesehatan terutama perawat harus dapat menasehati keluarga jenazah dan mengambil tindakan yang sesuai agar penanganan jenazah tidak menambah risiko penularan penyakit seperti halnya hepatitis-B, AIDS, kolera dsb. Tradisi yang berkaitan dengan perlakuan terhadap jenazah tersebut dapat diizinkan dengan memperhatikan hal yang telah disebut diatas, seperti msalnya menciu jenazah sebagai bagian dari upacara penguburan. Perlu diingat bahwa virus HIV hanya dapat hidup, maka beberapa waktu setelah penderita infeksi-HIV meninggal, virus pun akan mati. 1. Tindakan di Luar Kamar Jenazah a. Mencuci tangan sebelum memakai sarung tangan b. Memakai pelindung wajah dan jubah c. Luruskan tubuh jenazah dan letakkan tubuh jenazah dalam posisi terlentang dengan tangan disisi atau terlipat dada d. Tutup kelopak mata dan / atau ditutup dengan kapas atau kassa; begitu pula mulut, hidung dan telinga e. Beri alas kepala dengan kain handuk untuk menampung bila ada rembesan darah atau cairan tubuh lainnya f. Tutup anus dengan kassa dan plester kedap air g. Lepaskan semua alat kesehatan dan letakkan alat bekas tersebut dalam wadah yang aman sesuai dengan kaidah kewaspadaan universal h. Tutup setiap luka yang ada dengan plester kedap air

i. Bersihkan tubuh jenazah dan tutup dengan kain bersih untuk disaksikan oleh keluarga j. Pasang label identitas pada kaki k. Beritahu petugas kamar jenazah bahwa jenazah adalah penderita penyakit menular l. Cuci tangan setelah melepas sarung tangan

2. Tindakan di Kamar Jenazah a. Lakukan prosedur baku kewaspadaan universal yaitu cuci tangan sebelum memakai sarung tangan. b. Petugas memakai alat pelindung: 1) Sarung tangan karet yang panjang (sampai ke siku) 2) Sebaiknya memakai sepatu bot sampai lutut 3) Pelindung wajah (masker dan kaca mata) 4) Jubah atau celemek, sebaiknya kedap air c. Jenazah di mandikan oleh petugas kamar jenazah yang telah memahami cara membersihkan/memandikan jenazah penderita penyakit menular Tahap Memandikan Alat dan Bahan: 1) Tempat mandi 2) Ember besar berisi air 3) Gayung 4) Air sabun 5) Sampo 6) Sisir 7) Cotton bud 8) Washlap 9) Handuk 10) Kain panjang 2 potong Prosedur memandikan: 1) Angkat jenazah ke tempat mandi 2) Lepaskan pakain yang melekat pada badan 3) Siramlah badan bagian kanan, basuhlah anggota badan ketika berwudhu 4) Siramlah badan yang kiri 5) Siramlah seluruh badan 6) Gosok-gosok dengan sabun, siram 3-5 kali 7) Miringkan mayat gosok-gosok dengan sabun dan siram 3-5 kali

8) Jangan memaksakan mengeluarkan kotoran dari perut mayat 9) Siram dengan kapur barus yan dicairkan 10) Keringkan dengan handuk 11) Tutup denan kain *Ingat pada waktu memandikan aurat jangan terlihat d. Bungkus jenazah dengan kain kafan atau kain pembungkus lain sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianut

3. Tahap Mengkafani Alat dan Bahan: a. Kain kafan pria 15 m, wanita 12 m b. Kapas c. Parfum d. Kapur barus e. Tikar 1) Pinggir kain kafan 2 cm di sobek sepanjang kain (12 m untuk wanita dan 15 m untuk pria) a, sisa kain kita sebut b 2) Ukur panjang jenazah dengan kain a lebihkan 2 jengkal, dengan ukuran tadi potongpotong kain b menjadi 6 potong 3) Potongan kain a dipotong-potong menjadi 10 bagian (8 bagian selebar bahu sampai ujung lengan terbentang, 2 potong selebar ujung lengan ke ujung lengan yang dibentangkan 4) Ambil sepasang potongan kain b, jelujur dengan salah satu ujung bertumpuk seperti trapesium 5) Selanjutnya tali di bawah tikar dan tali di bawah kafan tikar 6) Kain kafan 3 lapis (diatasnya ditaburi kapur barus dan parfum) 7) Kemudian lipat yang rapih Prosedur Mengkafani a. Kain kafan yang sudah disiapkan di gelar b. Angkat jenazah, letakkan diatas kain kafan c. Sisir rambutnya d. Untai 3 untaian untuk perempuan e. Siapkan rok gamis kerudung untuk perempuan f. Aurat ditutup dengan kapas g. Angkat kain penutup

h. Oleskan bubuk kapur barus dan parfum i. Lipat kain kafan lapis atas, seterusnya sampai yang ketiga j. Ikat dengan simpul ikatan yang kiri k. Gulung dengan tikar dan lipat l. Masukkan dalam keranda, jenazah siap di sholatkan Setelah selesai di kafani jenazah diantarkan kepada keluarganya.

F. Evaluasi Pada Pasien Menjelang Ajal


1. Klien merasa nyaman dan mengekpresikan perasaannya pada perawat 2. Klien tidak merasa sedih dan siap menerima kenyataan 3. Klien selalu ingat kepada Allah dan selalu bertawakkal 4. Klien sadar bahwa setiap apa yang diciptakan Allah SWT akan kembali kepadanya

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan Asuhan terhadap orang yang menjelang ajal telah memasuki dimensi baru, apa yang sebelumnya dianggap tabu telah muncul sampai tingkat sensitivitas yang meningkat dan kesadaran akan persamaan publik dan profesional. Ada juga perubahan sosial dalam mengenali kebutuhan unit lansia. Tidak hanya itu, dua perubahan vital ini telah memengaruhi peran dan tanggung jawab perawat dalam memberikan asuhan yang kompeten kepada lansia yang menjelang ajal.

B. Saran Sebaiknya klien banyak berdoa kepada Allah SWT karena hidup dan mati kita telah ditentukan oleh Allah. Dan dengan berdoa dapat memberikan ketenangan dan kedamaian, tidak ada lagi ketakutan untuk menjelang ajal.

DAFTAR PUSTAKA

Stevens, P. J. M. dkk. 1999. Ilmu Keperawatan. Jakarta: EGC

Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC Patricia, Potter A. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC www.google.com

Anda mungkin juga menyukai