Anda di halaman 1dari 2

PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG Tahun 2000 diperkirakan sedikitnya 171 juta orang di seluruh dunia menderita Diabetes Melitus, atau sekitar 2,8% dari total populasi, dan insidennya terus meningkat. Dari total keseluruhan penyakit diabetes melitus tersebut, sekitar 2-5% merupakan diabetes gestasional. Definisi diabetes mellitus gestasional (GDM) menurut World Health Organization (WHO) dengan sedikit modifikasi yang telah dilakukan oleh American Diabetes Association (ADA), adalah intoleransi glukosa pada waktu kehamilan, pada wanita normal atau yang mempunyai gangguan toleransi glukosa setelah terminasi kehamilan. Prevalensi diabetes mellitus gestasional di Eropa adalah sebesar 2-6% (Buckley et al, 2011), sedangkan di Indonesia adalah sebesar 1,9-3,6% pada kehamilan umumnya ( Soewardono dan Pramono, 2011 ). Pada ibu hamil dengan riwayat keluarga diabetes mellitus, prevalensi terjadinya diabetes mellitus gestasional sebesar 5,1% ( Maryunani, 2008 ). Masalah diabetes gestasional di Indonesia masih membutuhkan penanganan yang serius melihat jumlah penderita yang cukup banyak serta dampak yang ditimbulkan pada ibu hamil dan janin. Diabetes mellitus gestasional menjadi masalah kesehatan masyarakat sebab penyakit ini berdampak langsung pada kesehatan ibu dan janin ( Osgood et al, 2011 ). Menurut Mc Cance et al ( 2010 ), menyatakan bahwa ibu dengan diabetes mellitus gestasional dapat menyebabkan mortalitas perinatal sebesar 1,7%; melahirkan anak dengan operasi sesar sebesar 4,3%; melahirkan anak dengan berat badan lahirnya lebih dari 4,5kg sebesar 7,3%; dan 23,5% dapat menimbulkan kasus distosia bahu saat bayi dilahirkan. Tidak hanya itu komplikasi yang bisa terjadi pada anak yang ibunya mengalami diabetes mellitus gestasional antara lain gangguan pada system saraf pusat (18,4%), penyakit jantung congenital (21,0%), penyakit respiratori (7,9%), atresia intestitum (2,6%), defek pada kandung kemih dan ginjal (11,8%), atresia anal (2,6%), defisiensi anggota gerak atas (3,9%), defisiensi anggota gerak bawah

(6,6%), kelainan di spinal bagian atas dan bawah (6,6%) dan disgenesis kaudal (5,3%). Pada penelitian yang dilakukan Robert et al (1976), didapatkan sampel 805 anak dengan ibu GDM dan 10.152 anak dengan ibu tanpa GDM, dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara diabetes maternal dan respiratory distress syndrome (RDS) pada bayi baru lahir. RDS didapatkan 23,4% pada bayi baru lahir dengan ibu GDM dan 1,3% pada bayi baru lahir dengan ibu tanpa GDM. Risiko RSD pada bayi baru lahir dengan ibu GDM 23,7 kali lebih besar daripada pada bayi baru lahir dengan ibu tanpa GDM. Respiratory distress syndrome (RDS) juga disebut dengan penyakit membrane hialin, adalah gangguan repiratorik paling sering terjadi pada bayi prematur. Diagnosis kliniknya dinilai pada bayi premature dengan kesulitan pada organ pernapasan yang meliputi takipneu, retraksi dinding dada, dan grunting. Sebanyak 40.000 bayi setiap tahunnya terkena RDS dan terhitung sekitar 20% RDS sebagai penyebab kematian neonatal.

B. RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah dari makalah ini adalah untuk mengetahui hubungan antara diabetes mellitus gestasional dengan terjadinya sindrom gawat nafas (RDS) pada anak yang dilahirkannya.

C. TUJUAN Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui pengetahuan para mahasiswa klinik fakultas kedokteraan tentang diabetes mellitus gestasional, sindrom gawat nafas dan hubungan keduanya.

D. MANFAAT Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan informasi keilmuan bagi mahasiswa klinik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai