Anda di halaman 1dari 9

BLOK MODUL KKD PERIODE 2011/2012 DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN JIWA

RESENSI FILM

RAIN MAN

LADY ROVYANDA 030.08.141 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA

Sutradara Produser Penulis

: : :

Barry Levinson Mark Johnson Barry Morrow Ronald Bass

Pemeran

Dustin Hoffman (Raymond Babbit) Tom Cruise (Sanford Charles "Charlie" Babbit) Valeria Golino (Susanna)

Tanggal Rilis

16 Desember 1988

Deskripsi Tokoh 1) Raymond Babbit Seorang savant autis yang dirawat oleh dr. Brunner di Wallbrook, suatu institusi yang terletak di Ohio. Dikisahkan bahwa Raymond adalah seorang yang terorganisir dalam melakukan kegiatannya sehari-hari. Raymond sulit dalam melakukan interaksi sosial dengan orang-orang di sekitarnya, tetapi ia sangat pandai dalam menghafal detail, mengingat suatu peristiwa tertentu, dan juga dapat menghitung dalam waktu singkat. Ia juga sangat sensitif terhadap hal-hal tertentu, seperti suara nyaring, naik pesawat, dan suatu pelukan terhadap dirinya. Penolakannya itu ditunjukkan dengan menyakiti diri sendiri seperti memukul-mukul dirinya dan berteriak. 2) Charlie Babbit Seorang pria yang mandiri, egois, tampan, memiliki bisnis mobil, dan hidup sendirian tanpa keluarga. Ibunya meninggal sejak ia masih kecil dan sangat jarang berkomunikasi dengan ayahnya karena sangat membencinya. Hingga pada saat ia menerima kabar ayahnya meninggal, ia tidak merasa sedih. Charlie baru mengetahui bahwa ia memiliki seorang kakak kandung, setelah ayahnya meninggal.

Saat kecil, ia mempunyai seorang teman imaginasi yaitu Rain Man. Sosok ini sangat melekat di benaknya, karena saat ia sedih, maka Rain Man akan bernyanyi untuknya. 3) Susanna Kekasih Charlie Babbit, ia merupakan seorang wanita yang baik hati. Sinopsis Film dimulai dengan tokoh Charlie Babbit, charlie memiliki bisnis mobil yang hampir mengalami kebangkrutan. Saat ayahnya meninggal, ia menghadiri pemakamannya tanpa rasa sedih dan hanya melihat dari kejauhan. Ini disebabkan karena ia sangat membenci ayahnya karena suatu peristiwa di masa kecil, yaitu saat ia menggunakan mobil kesayangan ayahnya tanpa izin. Ayahnya melaporkan peristiwa tersebut pada pihak berwajib dan menahan Charlie di penjara selama 2 hari dengan tuduhan mencuri. Setelah dari pemakaman, Charlie mengurus warisan dari ayahnya. Ia sangat berharap banyak dengan harta ayahnya, untuk membayar hutang bisnisnya. Charlie terkejut saat mengetahui bahwa ia hanya mendapatkan lahan mawar dan sebuah mobil yang ia bawa tanpa izin dulu. Sementara ayahnya mewariskan US$ 3 juta kepada seseorang yang dirahasiakan di suatu institusi di Wallbrook. Charlie bingung dan marah, ia mendatangi institusi itu mencari tahu siapa yang mendapatkan warisan. Sesampainya di institusi Wallbrook, ia mengetahui fakta mengejutkan, yaitu ia memiliki seorang kakak kandung bernama Raymond Babbit. Raymond mengidap savant autisme dan dirawat di institusi sejak kecil, akibat suatu peristiwa di masa lalu. Charlie mengajak Raymond keluar dari Wallbrook menuju Los Angeles untuk bertemu pengacaranya untuk mendapatkan hak asuh atas Raymond. Tujuan Charlie adalah menggunakannya sebagai alat untuk medapat warisan setengah dari uang US$ 3 juta itu. Saat mengetahui tujuan kekasihnya, Susanna yang sejak awal setia mendampingi Charlie, meninggalkan Charlie di perjalanan ketika mereka menuju Los Angeles. Charlie tidak mengetahui bahwa Raymond memiliki kelebihan dalam menghapal peristiwa tertentu, termasuk peristiwa kecelakaan pesawat terbang yang sudah sangat lama

terjadi, sehingga raymond menolak dan berontak keras untuk naik pesawat menuju Los Angeles. Dengan terpaksa dan marah, Charlie menggunakan mobil, dengan waktu yang lebih lama. Selama perjalanan banyak peristiwa terjadi, yang merubah sifat keegoisan Charlie menjadi lebih menyayangi kakak kandungnya dan mengubah tujuannya untuk menjaga Raymond seutuhnya walaupun raymond harus kembali ke institusi di Wallbrook untuk perawatan. Kesimpulan dan Manfaat Autisme adalah suatu keadaan dengan gangguan untuk berinteraksi dengan dunia luar dan orang lain, sehingga harus diperlakukan secara spesial. Tetapi jangan menganggap mereka adalah orang gila dan tidak boleh memiliki hidup yang normal untuk belajar ataupun bermain dengan orang lain. Mereka tetap membutuhkan kasih sayang dan perhatian. Manfaat yang dapat diambil dengan menonton film ini, dapat mengetahui beberapa kelebihan dan kebiasaan penderita autisme. Mulai dari kegiatan sehari-hari yang teratur, kelebihan dan hal-hal yang amat sensitif sehingga menjadi penolakan bagi mereka.

Diagnosa Autisme Sesuai DSM IV Kriteria diagnostik A. Memiliki ciri minimal dua dari (1) dan masing-masing satu dari (2) dan (3) 1. Pangguan kualitatis pada interaksi sosial a. gangguan yang jelas pada penggunaan perilaku non verbal ,multiple seperti tatapan mata, ekspresi wajah, postur tubuh b. kegagalan mengembang hubungan dengan teman sebaya c. tidak punyai keinginan spontan untuk berbagi kesenangan dan perhatian atau pencapaian degan orang lain 2. Pangguan kualitatif pada komunikasi a. keterlambatan atau sama sekali tidak ada perkembangan bahasa ucapan b. pada individu dengan bicara yang adekuat gangguan nyata pada kemampuan memulai atau mempertahankan percakapan dengan orang lain c. bahasa idiosinkrasi atau bahasa yang digunakan sterotipik dan repitatif d. tidak ada permainan berpura-pura yang bervariasi spontan atau permainan imitasi sosial yang sesuai dengan tingkat perkembangan 3. Pola perilaku, perhatian dan aktivitas yang terbatas berulang dan stereotipik a. ketaatan yang secara jelas terlihat tidak fleksibel terhadap ritual atau rutinitas nonfungsional yang spesifik b. preokupasi yang menetap pada suatu hal c. mannerism motorik berulang dan sterotipik B. Keterlambatan atau fungsi abnormal pada minimal satu bidang berikut dengan onset sebelum usia 3 tahun

1) interaksi social 2) bahasa yang digunakan dalam komunikasi social 3) permainan simbolik atau imajinatif C. Gangguan tidak lebih baik dijelaskan oleh gagguan Rett atau gangguan diintegrasi masa kanak Gejala autisme dapat sangat ringan (mild), sedang (moderate) hingga parah (severe), sehingga masyarakat mungkin tidak menyadari seluruh keberadaannya. Parah atau ringannya gangguan autisme sering kemudian dihubungkan dengan fungsi dalam kehidupannya. Dikatakan oleh para ahli bahwa anak-anak dengan autisme dengan tingkat intelegensi dan kognitif yang rendah, tidak berbicara (nonverbal), memiliki perilaku menyakiti diri sendiri, serta menunjukkan sangat terbatasnya minat dan rutinitas yang dilakukan maka mereka diklasifikasikan sebagai low functioning autism. Sementara mereka yang menunjukkan fungsi kognitif dan intelegensi yang tinggi, mampu menggunakan bahasa dan bicaranya secara efektif serta menunjukkan kemampuan mengikuti rutinitas yang umum diklasifikasikan sebagai high functioning autism. Kategori ini akan sangat berpengaruh pada implikasi pendidikan maupun model-model treatment yang diberikan pada para penyandang autisme. Menurut DSM-IV, Raymond juga bisa didiagnosis sebagai autisme karena mempunyai kriteria seperti berikut : (1) Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik Tidak mampu menjalin interaksi sosial yang memadai : kontak mata sangat kurang, ekspresi wajah kurang hidup, gerak-gerik yang kurang terarah Tidak adanya empati terhadap orang lain Kurangnya hubungan emosional dan sosial yang timbal balik (2) Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi Sering menyebutkan kalimat yang diulang-ulang

(3) Suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat, dan kegiatan Mempertahankan satu hal atau lebih, dengan cara yang khas dan berlebih-lebihan Terpaku pada suatu kegiatan Gerakan-gerakan yang aneh, khas, dan diulang-ulang Seringkali tertarik pada bagian-bagian benda tertentu Raymond juga tergolong dalam High Functioning Autism menunjukkan fungsi kognitif dan intelegensi yang tinggi, mampu menggunakan bahasa dan bicaranya secara efektif serta menunjukkan kemampuan mengikuti rutinitas yang umum. Terapi Autisme 1. Analisa tingkah laku (Applied Behavioral Analysis (ABA) Terapi ini merupakan terapi yang tertua dan paling banyak diteliti serta dikembangkan untuk autisme. Terapi ABA ini merupakan sistem pelatihan intensif dengan menggunakan hadiah yang berfokus terhadap sistem pengajaran tertentu. 2. Terapi wicara Hampir semua penderita autisme mempunyai masalah bicara ataupun bahasa sehingga diharapkan dengan terapi bicara ataupun berbahasa dapat membantu penderita autism untuk berkomunikasi dengan orang lain. 3. Terapi okupasi Terapi okupasi berfokus untuk membentuk kemampuan hidup sehari-hari. Karena kebanyakan penderita autisme mengalami perkembangan motorik yang lambat, maka terapi okupasi sangatlah penting. Seorang terapis okupasi juga dapat memberikan latihan sensorik terintegrasi, yaitu suatu teknik yang dapat membantu penderita autisme untuk mengatasi hipersensitifitas terhadap suara, cahaya maupun sentuhan.

4. Terapi kemampuan sosial Salah satu akibat dari autisme adalah sedikitnya kemampuan sosial dan komunikasi. Banyak anak yang menderita autisme memerlukan bantuan untuk menciptakan kemampuan supaya dapat mempertahankan percakapan, berhubungan dengan teman baru atau bahkan mengenal tempat bermainnya. Seorang terapis kemampuan sosial dapat membantu untuk menciptakan atau menfasilitasi terjadinya interaksi sosial. 5. Terapi fisik/fisioterapi Autisme merupakan perkembangan perfasif yang lambat. Banyak penderita autisme yang memiliki penundaan perkembangan motorik dan beberapa mempunyai massa otot yang rendah (lemah). Terapi fisik dapat melatih kekuatan, koordinasi dan kemampuan dasar berolahraga. 6. Terapi bermain Walaupun terdengar aneh, tetapi anak penderita autisme memerlukan bantuan untuk bermain. Bermain juga dapat digunakan sebagai alat untuk melatih percakapan, kemampuan berkomunikasi dan sosial. Terapi bermain ini dapat digabungkan dengan terapi berbicara, terapi okupasi dan terapi fisik. 7. Terapi Perkembangan Terapi perkembangan atau developmental therapies bertujuan untuk membangun minat, kekuatan dan perkembangan anak sendiri untuk meningkatkan kemampuan kecerdasan, emosional dan sosialnya. Terapi perkembangan seringkali bertolak belakang dengan terapi tingkah laku, yang biasanya paling baik dilakukan untuk mengajarkan keterampilan khusus pada anak, seperti misalnya mengikat tali sepatu atau menggosok gigi dll. 8. Terapi visual

Banyak penderita autisme merupakan pemikir visual, sehingga metode pembelajaran berkomunikasi melalui gambar dapat dilakukan. Salah satu caranya adalah melalui PECS (Picture Exchange Communication). Selain itu pembelajaran melalui video juga dapat dilakukan baik dengan video modeling, video games ataupun sistem komunikasi elektronik lain. Metode ini dapat menampung kelebihan penderita autisme di bidang visual untuk digunakan membangun keterampilan dan komunikasinya.

Anda mungkin juga menyukai