Anda di halaman 1dari 38

1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan A.

Pertumbuhan Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga karena bertambah besarnya sel. Adanya multiplikasi dan pertambahan ukuran sel berarti ada pertambahan secara kuantitatif dan hal tersebut terjadi sejak terjadinya konsepsi, yaitu bertemunya sel telur dan sperma hingga dewasa (IDAI, 2002). Jadi, pertumbuhan lebih ditekankan pada pertambahan ukuran fisik seseorang, yaitu menjadi lebih besar atau lebih matang bentuknya, seperti pertambahan ukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. Pertumbuhan pada masa anak-anak mengalami perbedaan yang bervariasi sesuai dengan bertambahnya usia anak. Secara umum, pertumbuhan fisik dimulai dari arah kepala ke kaki. Kematangan pertumbuhan tubuh pada bagian kepala berlangsung lebih dahulu, kemudian secara berangsur-angsur diikuti oleh tubuh bagian bawah. Pada masa fetal (kehamilan 2 bulan), pertumbuhan kepala lebih cepat dibandingkan dengan masa setelah lahir, yaitu merupakan Lima Puluh persen dari total panjang badan. Selanjutnya, pertumbuhan bagian bawah akan bertambah secara teratur. Pada usia 2 tahun, besar kepala kurang dari seperempat panjang badan keseluruhannya, sedangkan ukuran ekstermitas lebih dari seperempatnya. B. Perkembangan Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur atau fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ, dan systemnya yang terorganisasi (IDAI.,2002). Dengan demikian, aspek perkembangan ini bersifat kualitatif, yaitu pertambahan kematangan fungsi dari masing-masing bagian tubuh. Hal ini diawali dengan berfugsinya jantung untuk memompa darah, kemampuan untuk bernafas, sampai kemampuan anak untuk tengkurap, duduk, berjalan, bicara, memungut benda disekelilingnya, serta kematangan emosi dan sosial anak. Tahap perkembangan awal akan menentukan tahap perkembangan selanjutnya. Perkembangan merupakan hasil interaksi antara kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya sehingga perkembembangan ini berperan penting dalam kehidupan manusia. Meskipun pertumbuhan dan perkembangan mempunyai arti yang berbeda namun

keduanya saling mempengaruhi dan berjalan secara stimulant (bersamaan). Pertambahan ukuran fisik akan disertai dengan pertambahan kemampuan (perkembangan anak). Pada dasarnya tumbuh kembang belum mempunyai prinsip secara umum yaitu : 1. Tumbuh kembang merupakan suatu proses terus menerus dari konsepsi sampai dewasa. 2. Pola tumbuh kembang pada semua anak umumnya sama, hanya kecepatannya dapat berbeda. 3. Proses tumbuh kembang dimulai dari kepala keseluruh anggota badan, misalnya mulai melihat, tersenyum, mengangkat badan, duduk, berdiri dst
Perkembangan Psikoseksual (Freud) Freud menganggap insting seksual sebagai sesuatu yang signifikan dalam perkembangan kepribadian. Ia menggunakan istilah psikoseksual untuk menjelaskan segala kesenangan sensual. Selama masa kanak-kanak bagian-bagian tubuh teretentu memiliki makna psiikologik yang menonjol sebagai sumber kesenangan baru dan konflik baru yang secara bertahap bergeser dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain pada tahap-tahap perkembangan tertentu. 1. Tahap oral (lahir 1 tahun) Selama masa bayi sumber utama mencari kesenangan berpusat pada aktivitas oral seperti telahmengisap, menggigit, mengunyah, dan berbicara. Anak boleh memilih salah satu dari yang disebutkan ini, dan metode pemuasan kebutuhan oral yang dipilih dapat memberikan beberapa indikasi kepribadian yang sedang mereka bentuk. 2. Taha anal (1 3 tahun) Ketertarikan selama tahun kedua kehidupan berpusat pada bagian anal saat otot-otot spingter berkembang dan anak-anak mampu menahan atau mengeluarkan feses sesuai 6 keinginan. Pada tahap ini suasana di sekitar toilet training dapat menimbulkan efek seumur hidup pada kepribadian anak. 3. Tahap falik (3 6 tahun ) Selama tahap falik, genital menjadi area tubuh yang menarik dan sensitif. Anak mengetahui perbedaan jenis kelamin dan menjadi ingin tahu tentang perbedaan tersebut. Pada periiode ini terjadi masalah yang kontroversial tentang oedipus dan Electra kompleks, penis envy, dan ansietas terhadap kastrasi. 4. Periode laten (6 12 tahun) Selama periode laten anak-anak melakukan sifat dan keterampilan yang telah diperoleh. Energi fisik dan psikis diarahkan pada mendapatkan pengetahuan dan bermain.

5. Tahap genital (12 tahun ke atas ) Tahap signifikan yang terakhir dimulai pada saat pubertas dengan maturasi sistem reproduksi dan produksi hormon-hormon seks. Organ genital menjadi sumber utama ketegangan dan kesenangan seksual, tetapi energi juga didunakan untuk membentuk persahabatan dan persiapan pernikahan. Dasar teoritik perkembangan mental Istilah kognisi merujuk pada proses ketika individu yang sedang berkembang mengenal dunia dan isinya. Anak-anak dilahirkan dengan potensi yang diturunkan untuk pertumbuhan intelektual, tetapi mereka harus mengembangkan potensi tersebut melalui interaksi dengan lingkungan. Dengan mengasimilasi informasi melalui indra, memprosesnya, dan melakukannya, mereka semakin memahami hubungan antar objek dan antara diri mereka dan dunia. Dengan perkembangan kognitif, anak-anak membutuhkan kemampuan berpikir secara abstrak, untuk berpikir secara logis, dan untuk mengatur fungsi intelektual atau kinerja ke dalam susunan struktur yang lebih tinggi. Perkembangan bahasa, moral, dan spiritual muncul saat kemampuan kognitif telah meningkat. a. Perkembangan kognitif (Piaget) Perkembangan kognitif terdiri atas perubahan-perubahan terkait usia yang terjadi dalam aktivitas mental. Teori yang paliing terkenal tentang cara berpikir anak, dan teori perkembangan yang lebih komprehensif dari yang sudah dijelaskan diatas, dibuat oleh psikolog dari Swiss bernama Jean Piaget (1969). Menurut piaget, intelegensia memungkinkan individu melakukan adaptasi terhadap lingkungan sehingga meningkatkan kemungkinan bertahap hidup, dan melalui prilakunya, individu membentuk dan mempertahankan keseimbangan dengan lingkungan. Piaget mengemukakan tiga tahap berpikir : 1. Intuisi 2. Operasional konkret 3. Operasional formal Ketika mereka memasuki tahap berpikir konkret pada usia kira-kira 7 tahun, anak-anak mampu melakukan kesimpulan logis, mengklasifikasi, dan menghadapi banyaknya hubungan mengenai hal-hal konkret. Tidak sampai remaja mereka mampu berpikir abstrak dengan tingkat kompetensi tertentu. Setiap tahap muncul dan dibentuk berdasarkan pencapaian tahap sebelumnya dengan proses yang kontinu dan teratur. Jalannya perkembangan intelektual bersifat maturasional dan tetap dan dibagi menjadi tahap-tahap berikut ini (usia dalam rata-rata) :

Sensorimotor (lahir sampai 2 tahun) Tahap sensorimotor dari perkembangan intelektual terdiri atas enam subtahap yang dikendalikan oleh sensasi tempat terjadinya pembelajaran sederhana. Anak-anak mengalami perkembangan aktivitas refleks dari prilaku berulang sederhana ke prilaku imitatif. Mereka membentuk rasa sebab dan akibat pada saat mereka mengarahkan prilaku terhadap suatu objek. Penyelesaian masalah biasanya bersifat uji coba. Mereka menunjukan rasa ingin tahu yang tinggi, eksperimentasi, dan menyukai hal-hal baru serta mulai membentuk rasa diri lingkungannya. Mereka menyadari bahwa sebuah objek memiliki sifat permanen, bahwa sebuah objek tetap ada walaupun tidak terlihat. Di akhir periode sensorimotor anak-anak mulai menggunakan bahasa dan cara berpikir representasional. Praoperasional (2 7 tahun) Ciri menonjol tahap praoperasional dalm perkembangan iontelektual adalah egosentrisme, hal ini bukan berarti egois atau berpusat pada diri sendiri, tetapi ketidakmampuan untuk menempatkan diri di tempat orang lain. Anak-anak menginterpretasikan objek dan peristiwa, tidak dari segi umum, melainkan dari segi hubungan mereka atau penggunaan mereka terhadap objek tersebut. Mereka tidak dapat melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda dengan yang dimilikinya; tidak dapat melihat sudut pandang orang lain; mereka juga tidak mengetahui alasan untuk melakukannya (lihat Perkembangan Kognitif [Piaget], bab 13). Berpikir praoperasional bersifat konkret dan nyata. Anak-anak tidak dapat berpikir melebihi yang terlihat, dan mereka kurang mampu membuat deduksi atau generalisasi. Pemikiran didominasi oleh apa yang mereka lihat, dengar, atau alami. Akan tetapi, mereka semakin dapat menggunakan bahasa dan simbol untuk mewakili objek yang ada di lingkungan mereka. Melalui bermain imajinatif, bertanya, dan interaksi lainnya, mereka mulai membuat konsep dan membuat hubungan sederhana antar-ide. Pada tahap akhir periode ini pemikiran mereka bersifat intuitif(mis., bintang harus pergi tidur karena mereka juga tidur) dan mereka baru mulai menghadapi masalah berat badan, tinggi badan, ukuran, dan waktu. Cara berpikir juga bersifat transduktif- karena dua kejadian terjadi bersamaan, mereka saling menyebabkan satu sama lain, atau pengetahuan tentang satu ciri dipindahkan ke ciri lain ( mis, semua wanita yang berperut besar pasti hamil).

Operasional konkret (7 sampai 11 tahun). Pada usia ini cara berpikir menjadi semakin logis dan masuk akal. Anak-anak mampu mengklasifikasi, mengurutkan, menyusun, dan mengatur fakta tentang dunia untuk menyelesaikan masalah. Mereka membentuk konsep baru tentang permanen-konservasi (lihat perkembangan kognitif [piaget], bab 16). Mereka menyadari bahwa faktor-faktor fisik seperti volume, berat badan, dan jumlah tetap sama sekalipun tampilan luarnya berubah. Mereka mampu menghadapi sejumlah aspek berbeda dalam sebuah cerita secara bersamaan. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi sesuatu yang abstrak; mereka menyelesaikan masalah secara konkret dan sistematis berdasarkan apa yang mereka rasakan. Cara berpikir bersifat induktif. Melalui progresif dalam proses berpikir dan berhubungan dengan orang lain, cara berpikir tidak lagi terlalu berpusat pada diri sendiri. Mereka dapat mempertimbangkan sudut pandang orang lain yang berbeda dan sudut pandang mereka sendiri. Cara berpikir menjadi semakin tersosialisasi. Operasional formal (11 sampai 15 tahun). Cara berpikir operasional formal dicirikan dengan adaptabilitas dan fleksibilitas. Remaja dapat berpikir menggunakan istilah-istilah abstrak, menggunakan simbol abstrak, dan menarik kesimpulan logis dari serangkaian observasi. Jika A lebih besar dari B, dan B lebih besar dari C, simbol mana yang paling besar? (jawabannya adalah A). Mereka dapat membuat hipotesis dan mengujinya; mereka dapat mempertimbangkan halhal yang bersifat abstrak, teori, dan filosofi. Meskipun mereka mungkin bingung antar sesuatu yang ideal dengan yang praktis, sebagian besar kontradiksi di dunia dapat diatasi dan diselesaikan. Perkembangan Bahasa Anak-anak dilahirkan dengan mekanisme dan kemampuan untuk mengembangkan bicara dan keterampilan berbahasa. Bagaimanapun, mereka tidak dapat berbicara secara spontan. Lingkungan harus memberikan cara bagi mereka untuk menguasai keterampilan ini. Keahlian bicara membutuhkan struktur dan fungsi fisiologis yang utuh (termasuk pernapasan, pendengaran, dan otak) ditambah intelegensi, kebutuhan untuk berkomunikasi dan stimulasi. Laju perkembangan bicara bervariasi dari satu anak ke anak lain dan berkaitan langsung dengan kompetensi neurologik dan perkembangan kognitif. Bahasa tubuh mendahului kemampuan bicara, dan dengan cara ini anak kecil mengomunikasikan rasa puasnya. Pada saat kemampuan bicara berkembang, bahasa tubuh berkurang namun tidak pernah hilang sepenuhnya. Di semua tahap perkembangan bahasa, pemahaman anak terhadap perbendaharaan kata ( kata yang

mereka pahami ) lebih besar dan perbendaharaan kata yang mereka ekspresikan (yang mereka ucapkan), dan perkembangan ini mencerminkan proses modifikasi yang kontinu yang melibatkan perolehan kata-kata baru, dan perluasan atau penghalusan arti dari kata-kata yang dipelajari sebelumnya. Pada saat mereka mulai berjalan, anak-anak mulai mampu menyebutkan nama objek dan orang. Bagian dari bicara yang pertama kali digunakan adalah kata benda, terkadang kata kerja (mis., pergi), dan gabungan kata-kata (seperti da-da). Respons biasanya tidak langkap secara struktural selama periode todler, meskipun artinya sudah jelas. Kemudian mereka mulai menggunakan kata sifat dan kata keterangan untuk mengualifikasi kata benda, diikuti kata keterangan untuk mengualifikasi kata benda dan kata kerja. Kemudian kata ganti dan kata yang bersifat gender ditambahkan. Pada saat anak masuk sekolah, mereka mampu menggunakan kalimat sederhana yang lengkap secara struktural yang rata-rata terdiri atas lima sampai tujuh kata. Perkembangan Moral (Kohlberg) Anak-anak juga mendapatkan cara berpikir moral dalam urutan perkembangan. Perkembangan moral, seperti yang dijelaskan oleh Kohlberg (1968), dibuat berdasarkan teori perkembangan kognitif dan terdiri atas tiga tingkat utama berikut ini, yang masing-masing meliputi dua tahap: Tingkat prakonvensional. Tingkat prokonvensional dalam perkembangan moral sejajar dengan tingkat praoperasional dalam perkembangan kognitif dan pemikiran intuitif. Terorientasi secara budaya dengan label baik/buruk dan benar/salah, anak-anak mengintegrasikan label ini dalam konsekuensi fisik atau konsekuensi menyenangkan dari tindakan mereka. Awalnya, anakanak menetapkan baik atau buruknya suatu tindakan dari konsekuensi tindakan tersebut. Mereka menghindari hukuman dan mematuhi tanpa mempertanyakan siapa yang berkuasa untuk menentukan dan memperkuat aturan dan label. Mereka tidak memiliki konsep tatanan moral dasar yang mendukung konsekuensi ini. Anak-anak kemudian menentukan bahwa perilaku yang benar terdiri atas sesuatu yang memuaskan kebutuhan mereka sendiri(dan terkadang kebutuhan orang lain). Meskipun unsur-unsur keadilan, memberi dan menerima, dan pembagian yang adil juga terlihat pada tahap ini, hal tersebut diinterpretasikan dengan cara yang sangat praktis dan konkret tanpa kesetiaan, rasa terima kasih, atau keadilan. Tingkat konvensional. Pada tahap ini anak-anak terfokus pada kepatuhan dan loyalitas. Mereka menghargai pemeliharaan harapan keluarga, kelompok,

atau negara tanpa memedulikan konsekuensinya. Perilaku yang disetujui dan disukai atau membantu orang lain dianggap sebagai perilaku yang baik. Seseorang mendapat persetujuan dengan bersikap baik. Mematuhi aturan, melakukan tugas seseorang, menunjukan rasa hormat terhadap wewenang, dan menjaga aturan sosial merupakan perilaku yang tepat. Tingkat ini berkaitan dengan tahap operasional konkret dalam perkembangan kognitif. Tingkat pascakonvensional, autonomi, atau prinsip. Pada tahap ini individu telah mencapai tahap kognitif operasional formal. Perilaku yang tepat cenderung didefinisikan dari segi hak-hak dan standar umum individu yang telah diuji dan disetujui masyarakat. Meskipun aturan prosedural untuk mencapai konsesus menjadi penting dengan penekanan pada sudut pandang hukum, terdapat juga kemungkinan untuk mengubah hukum berdasarkan kebutuhan masyarakat dan pertimbangan rasional. Perkembangan Spiritual Keyakinan spiritual sangat berkaitan dengan bagian moral dan etis dalam konsep diri anak dan, oleh karena itu, harus dipertimbangkan sebagai bagian dari pengkajian kebutuhan dasar anak. Anak-anak perlu memiliki arti, tujuan, dan harapan dalam hidupnya. Tidak hanya itu, mereka juga membutuhkan pengakuan dan pemberian maaf, sekalipun pada anak yang masih sangat kecil. Selain agama (serangkaian keyakinan dan praktik yang terorganisasi), spiritualitas memepengaruhi seluruh bagian dalam diri seseorang : pikiran, tubuh, dan jiwa, (clutter,1991). Fowler (1974) telah mengidentifikasi tujuh tahap perkembangan keimanan, empat diantaranya berkaitan erat dan sejajar dengan perkembangan kognitif dan psikososial di masa kanak-kanak : Tahap 0 : undifferentiated Tahap perkembangan ini menekankan periode masa bayi ketika anakn tidak memiliki konsep benar atau salah, tidak memiliki keyakinan, dan tidak ada keyakinan yang membimbing perilaku mereka. Meski demikian, awal keimanan terbentuk dari perkembangan rasa percaya dasar melaluli hubungannya dengan pemberi asuhan primer. Tahap 1 : intuitive-projektive Masa todler merupakan waktu utama untuk meniru prilaku orang lain. Anak-anak menirukan gerakan dan prilaku keagamaan orang lain tanpa makna atau pentingnya aktivitas tersebut. Selama usia prasekolah anak-anak menyerap beberapa nilai dan keyakinan orang tua mereka. Sikap orang tua terhadap kode moral dan keyakinan beragama menyampaikan kepada anak tentang apa yang

mereka anggap baik dan buruk. Pada usia ini anak-anak masih meniru prilaku dan mengikuti keyakinan orang tua sebagai bagian dari kehidupan mereka sehjari-hari bukan atas dasar pemahaman mengenai konsep dasarnya. Tahap 2 : Mythical-literal Selama usia sekolah, perkembangan spiritual terjadi bersamaan dengan pengalaman kognitif, dan berkaitan erat dengan pengalaman dan interaksi sosial anak. Pada usia ini sebagian besr anak-anak sangat tertarik pada agama. Mereka menerima ketuhanan, dan doa kepada yang mahakuasa merupakan hal yang penting dan perlu dijawab; perilaku yang baik perlu diberi penghargaan, dan perilaku yang buruk perlu mendapat hukuman. Mereka membentuk hatu nurani yang terganggu jika mereka tidak mematuhinya. Mereka memiliki penghormatan atas pemikiran dan berbagai hal dan mampi mengartikulasikan keimanan yang mereka miliki. Mereka bahkan mempertanyakan kevaliditasannya. Tahap 3 : syntetic-convention Pada saat anak-anak mendekati masa remaja, mereka semakin menyadari adanya kekecewaan spiritual. Mereka mengetahui bahwa doa tidak selalu dikabulkan (setidaknya dalam istilah mereka sendiri) dan dapat mulai mengabaikan atau memodifikasi beberapa praktik keagamaan. Mereka mulai berpikir, untk mempertanyakan beberapa standar keagamaan orang tua yang telah terbentuk, dan untuk meninggalkan atau memodifikasi beberapa praktik keagamaan. Tahap 4 : Individuating-reflexive Remaja menjadi lebih skeptis dan mulai membandingkan befbagai standar keagamaan orang tua mereka dengan orang lain. Mereka mencoba menentukan mana yang akan diadopsi dan masukkan kedalam nilai-nilai mereka sendiri. Mereka mulai membandingkan standar keagamaan dengan sudut pandang ilmiah. Saai ini merupakan waktu untuk mencari bukan meraih. Remaja merasa tidak yakin tentang ide-ide keagamaan tetapi tidak akan mendapatkan wawasan yang jelas sampai masa remaja akhir atau masa dewasa awal.

2. Faktor faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak

Secara umum terdapat dua factor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu : 1. Factor genetic Factor genetic merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetic yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang. Termasuk factor genetic antara lain adalah berbagai factor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Potensi genetic yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal. Disamping itu, banyak penyakit keturunan yang disebabkan oleh kelainan kromosom, seperti sindrom down, sindrom turner dan lain-lain. 2. Factor lingkungan Lingkungan merupakan factor yang sangat menetukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan lingkungan bio-fisikopsiko-sosio yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya. Factor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi : Factor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih di dalam kandungan (factor pranatal) dan Factor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (factor post natal). a. Factor lingkungan pranatal Factor lingkungan prenatal yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin mulai dari konsepsi sampai lahir, antara lain adalah : 1) Gizi ibu pada waktu hamil Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR (berat badan lahir rendah) atau lahir mati dan jarang menyebabkan cacat bawaan. Disamping itu dapat pula menyebabkan hambatan pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah terkena infeksi, abortus dan sebagainya. 2) Mekanis Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan. Demikian pula dengan posisi janin pada uterus dapat mengakibatkan talipes, tortikolis congenital, palsi fasialis atau kranio tabes. 3) Toksin atau zat kimia Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap zat-zat teratogen. misalnya obat-obatan seperti thalidomide, phenitoin, methadoin, obat-obat anti

kanker, dan lain sebagainya dapat menyebabkan kelainan bawaan. Demikian pula dengan ibu hamil yang perokok berat atau peminum alcohol kronis sering melahirkan bayi BBLR, lahir mati, cacat atau retardasi mental. Keracunan logam berat pada ibu hamil, misalnya karena makan ikan yang terkontaminasi merkuri dapat menyebabkan mekrosefali dan palsi serebralis, seperti di Jepang yang dikenal dengan penyakit Minamata. 4) Endokrin Hormon-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan janin, adalah somatotropin, hormone plasenta, hormone tiroid, insulin dan peptida-peptida lain dengan aktivitas mirip insulin (insulin-like growth factors/IGFs). Somatotropin (GH) disekresi oleh kelenjar hipofisis janin sekitar minggu ke-9. Produksinya terus meningkat sampai minggu ke-20, selanjutnya menetap sampai lahir. Perannya belum jelas pada pertumbuhan janin. Hormone plasenta (human placental lactogen = hormone kronionik somatromammotropic), disekresi oleh plasenta dipihak ibu dan tidak dapat masuk ke janin. Kegunaannya mungkin dalam fungsi nutrisi plasenta. Hormone-hormon tiroid seperti TRH (Thyroid Releasing Hormon), TSH (Thyroid Stimulating Hormon), T3 dan T4 sudah diproduksi oleh janin sejak minggu ke-12. Pengaturan oleh hipofisis sudah terjadi pada minggu ke-13. Kadar hormone ini makinmeningkat sampai minggu ke-24, lalu konstan. Perannya belum jelas, tetapi jika terdapat defisiensi hormone tersebut, dapat terjadi gangguan pada pertumbuhan susunan system saraf pusat yang dapat mengakibatkan retardasi mental. Insulin mulai diproduksi oleh janin pada minggu ke-11, lalu meningkat sampai bulan ke-6 dan kemudian konstan. Berfungsi untuk pertumbuhan janin melalui pengaturan keseimbangan glukosa darah, sintesis protein janin, dan pengaruhnya pada pembesaran sel sesudah minggu ke-30. Sedangkan fungsi IGFs pada janin belum diketahui dengan jelas. Cacat bawaan sering terjadi pada ibu diabetes yang hamil dan tidak mendapat pengobatan pada trimester I kehamilan, umur ibu kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun, defisiensi yodium pada waktu hamil. 5) Radiasi Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat bawaan lainnya.

6) Infeksi

Infeksi intrauterin yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH (Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex). Sedangkan infeksi lainnya yang juga dapat menyebabkan penyakit pada janin adalah varisela, Coxsackie, Echovirus, malaria, lues, HIV, polio, campak, listeriosis, leptospira, mikoplasma, virus influenza, dan virus hepatitis. 7) Stres Stress yang dialami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin, antara lain cacat bawaan, kelainan kejiwaan, dll. 8) Imunitas Rhesus atau ABO inkontabilitas sering menyebabkan abortus, hidrops fetalis, kern ikterus atau lahir mati. 9) Anoksia embrio Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada plasenta atau tali pusat, menyebabkan BBLR. b. Factor lingkungan post natal Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu system yang teratur yang sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu system yang tergantung pada kemampuan genetic dan mekanisme homeostatic bayi itu sendiri. Lingkungan post natal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum dapat digolongkan menjadi : 1. Lingkungan biologis, antara lain : Ras/suku bangsa Pertumbuhan somatic juga dipengaruhi oleh ras/suku bangsa. Bangsa kulit putih/ras Eropa meampunyai pertumbuhan somatic lebih tinggi daripada bangsa Asia. Jenis kelamin Dikatakan anak laki-laki lebih sering sakit dibandingkan anak perempuan, tetapi belum diketahui secara pasti. Umur Umur yang paling rawan adalah masa balita, oleh karena pada masa itu anak mudah sakit dan mudan terjadi kurang gizi. Disamping itu masa balita merupakan dasar pembentukan kepribadian anak. Sehingga perlu perhatian khusus. Gizi Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak, dimana kebutuhan anak berbeda engan orang dewasa, karena makanan bagi anak

dibutuhkan juga untuk pertumbuhan, dimana dipengaruhi oleh ketahanan makanan keluarga. Perawatan kesehatan Perawatan kesehatan yang teratur, tidak saja kalau anak sakit, tetapi pemeriksaan kesehatan dan menimbang anak secara rutin setiap bulan, akan menunjang pada tumbuh kembang anak. Kepekaan terhadap penyakit Dengan memberikan imunisasi, maka diharapkan anak terhindar dari penyakitpenyakit yang sering menyebabkan cacat atau kematian. Penyakit kronis Anak yang menderita penyakit menahun akan terganggu tumbuh kembangnya dan pendidikannya. Fungsi metabolisme Khusus pada anak, karena adanya perbedaan yang mendasar dalam proses metabolisme pada berbagai umur., maka kebutuhan akan berbagai nutrient harus didasarkan atas perhitungan yang tepat atau setidak-tidaknya memadai. Hormon Hormon-hormon yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang antara lain adalah : growth hormone, thyroid, hormone seks, insulin, IGFs (insulin like growth factors), dan hormone yang dihasilkan kelenjar adrenal. 2. Factor fisik, antara lain : Cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah. Sanitasi Keadaan rumah struktur bangunan, ventilasi dan kepadatan rumah. Radiasi 3. Factor psikososial antara lain : Stimulasi Stimulasi merupakan hal terpenting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang dapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau tidak mendapat stimulasi. Motivasi belajar Motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini, dengan memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar. Ganjaran atau hukuman yang wajar

Kalau anak berbuar benar, maka wajib kita memberi ganjaran, misalnya pijian, ciuman, belaian, tepuk tangan dan sebagainya. Sedangkan menghukum dengan cara-cara yang wajar anak berbuat salah, masih dibenarkan. Kelompok sebaya Untuk proses bersosialisasi dengan lingkungannya anak memerlukan teman sebaya. Tetapi perhatian dari orang tua tetap dibutuhkan untuk mementau dengan siapa anak tersebut bergaul. Stres Stress pada anak juga berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya, misalnya anak akan menarik diri, terlambat bicara, nafsu makan menurun, dsb. Sekolah Cinta dan kasih sayang Salah satu hak anak adalah untuk dicintai dan dilindungi. Anak memerlukan kasih sayang dan perlakuan yang adil dari orang tuanya. Kualitas interaksi orang tua 4. Factor keluarga dan adat istiadat antara lain : Pekerjaan/ pendapatan keluarga Pendidikan ayah ibu Jumlah saudara Jenis kelamin dan keluarga Srabilitas rumah tangga Kepribadian ayah/ibu Adat istiadat, norma-norma, tabu-tabu Agama Urbanisasi Kebutuhan dasar anak Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum di golongkan menjadi 3 kebutuhan dasar: a. Kebutuhan fisik-biomedis (ASUH) Meliputi : Pangan/gizi merupakan kebutuhan terpenting Perawatan kesehatan dasar, antara lain imunisasi, pemberian ASI, penimbangan bayi/anak yang teratur, pengobatan kalau sakit, dll. Papan/pemukiman yang layak Hygiene perorangan, sanitasi lingkungan Sandang Kesegaran jasmani, rekreasi

Dll. b. Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH) Pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu/pengganti ibu dengan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental maupun psikososial. Kekurangan kasih sayang ibu pada tahuntahun pertama kehidupan mempunyai dampak negative pada tumbuh kembang anak baik fisik, mental maupun social emosi, yang disebut sindrom depriasi maternal. c. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH) Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan dan pelatihan ) pada anak. Stimulasi mental (ASAH )ini mengembangkan perkembangan mental psikososial : kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas, dsb.

3. Tahap pertumbuhan dan perkembangan serta factor yang berpengaruh Tumbuh kembang pada masa anak sudah dimulai sejak dalam kandungan sampai usia 18 th. Hal ini sesuai dengan pengertian anak menurut WHO, yaitu sejak terjadinya konsepsi sampai usia 18 th. a. Tahapan Tumbuh Kembang Pada dasarnya, manusia dalam kehidupannya mengalami berbagai tahapan tumbuh kembang dan setiap tahap mempunyai cirri tertentu. Tahapan tumbuh kembang yang paling memerlukan perhatian adalah pada masa anakanak. Ada beberapa tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada masa anakanak. Menurut SOETJININGSIH (2002) tahapan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Masa Pranatal (Konsepsi Lahir), terbagi atas: a. Masa embrio (mudigah): Masa konsepsi 8 minggu. b. Masa janin (fetus) : 9 Minggu Kelahiran 2. Masa Pascanatal, terdiri atas: a. Masa neonatal usia 0 s/d 28 hari Neonatal dini (parinatal): 0 s/d 7 hari. Neonatal lanjut : 8 s/d 28 hari. b. Masa Bayi Masa bayi dini : 1 s/d 12 bulan Masa bayi akhir : 1 s/d 2 tahun c. Masa prasekolah (usia 2 s/d th) terbagi atas:

Prasekolah awal (masa balita) : mulai 2 s/d 3 tahun Prasekolah akhir : mulai 4 s/d th. d. Masa sekolah atau masa puberitas, terbagi atas: Wanita : s/d 10 th. Lakilaki : 8 s/d 12 th. e. Masa adolensense atau masa remaja, terbagi atas : Wanita 10 s/d 18 tahun Lakilaki 12 s/d 20 th. Setiap anak akan melewati tahapan tersebut secara fleksibel dan berkesinambungan. Misalnya, pencapaian kemampuan tumbuh kembang pada masa bayi tidak selalu dicapai. Persis pada usia 1 th, tetapi dapat dicapai lebih awal atau terlambat dari 1 tahun. Masing masing tahap memiliki cirri khas dalam anatomi, fisiologi, biokimia, dan karakternya. Dari tahapan tahapan tersebut, yang akan dibahas pencapaian tumbuh kembangnya adalah masa prenatal, neonatal, masa bayi, balita, dan prasekolah. Penekanan ini disesuaikan dengan ruang lingkup tenaga perawat yang lebih banyak memberikan asuhan pada bayi dan balita. Hampir sepertiga dari masa kehidupan manusia dipakai untuk mempersiapkan diri guna menghadapi dua pertiga masa kehidupan berikutnya. Oleh karena itu, upaya untuk mengoptimalkan tunbuh kembang pada awal awal kehidupan bayi dan anak adalah sangat penting. Pencapaiaan suatu kemampuan pada setiap anak berbeda-beda, tetapi ada patokan umur tertentu untuk mencapai kemampuan tersebut yang sering disebut dengan istilah milestone (moersintoarti, 2002). Berikut ini akan dibahas secara umum pencapaian tumbuh dan kembang secara normal pada masa prenatal, neonatal, bayi, balita dan prasekolah. 1. Masa prenatal Kehidupan bayi pada masa prenatal dikelompokan menjadi 2 periode, yaitu : a. Masa embrio yang dimulai sejak konsepsi sampai kehamilan 8 minggu. Ovum yang telah dibuahi akan dengan cepat menjadi suatu organism yang berdepaerensiasi secara pesat untuk membentuk berbagai system organ tubuh. b. Masa fetus Dimulai seajack kehamilan 9 minggu sampai kelahiran. Masa fetus ini dibagi menjadi dua. Yang pertama adalah fetus dini (usia 9 minggu sampai trimester 2). Dimana terjadi percepatan dan pertumbuhan dan pembentukan manusia sempurna , serta alat tubuh mulai berfungsi. Yang kedua adalah masa

fetus lanjut (trimester akhir) yang ditandai dengan pertumbuhan tetap yang berlangsung cepat disertai dengan perkembangan fungsi-fungsi. Pada masa ini juga terjadi transfer imunoglobin G (lgC) dari darah ibu melalui plasenta. Pada 9 bulan masa kehamilan, kebutuhan bayi bergantung sepenuhnya pada ibu. Oleh karena itu, kesehatan ibu sangat penting untuk dijaga dan faktor-faktor resiko terjadinya kelainan bawaan / gangguan penyakit pada janin yang berdampak pada pertumbuhan dan perkembangannya perlu dihindari. 2. Masa neonatal Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta mulai berfungsinya organ-organ tubuh. Saat lahir, berat badan normal dari bayi yang sehat berkisar antara 3.000 - 3.500gr, tinggi badan sekitar 50cm, dan berat otak sekitar 350gr. Selama 10 hari pertama biasanya terdapat penurunan berat badan sekitar 10% dari berat badan lahir, kemudian berat badan bayi akan berangsur-angsur mengalami kenaikan. Pada masa neonatal ini, refleks-refleks primitip yang bersifat fisiologis akan muncul. Diantaranya adalah reflex moro, yaitu reflex merangkul, yang akan menghilang pada usia 3-5 bulan; reflex menghisap (sucking reflex); reflex menoleh (rooting reflex); reflex mempertahankan posisi leher atau kepala (tonick neck reflex); dan reflex memegang (palmar graps reflex) yang akan menghilang pada usia 6-8 tahun. Reflex-refleks tersebut terjadi secara simetris dan seiring dengan bertambahnya usia reflex-refleks akan menghilang. Fungsi pendengaran dan penglihatan pada masa neonatal ini juga sudah mulai berkembang. 3. Masa bayi, 1 12 bulan Pada masa bayi, pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara cepat. Pada umur 5 bulan, berat badan anak sudah 2 kali lipat berat badan lahir, sementara pada umur 1 tahun, beratnya sudah menjadi 3 kali lipat. Sedangkan untuk panjang badan, pada umur 1 tahun sudah menjadi 1 setengah kali panjang badan saat lahir. Pertambahan lingkar kepala juga pesat. Pada 6 bulan pertama,pertumbuhan lingkar kepala sudah mencapai 50%. Oleh karena itu, diperlukan gizi yang baik, yaitu dengan memperhatikan prinsip menu gizi seimbang. Pada tiga bulan pertama, anak berusaha mengelola koordinasi bola mata untuk mengikuti suatu objek, membedakan seseorang dengan benda, senyum naluri, dan bersuara. Terpenuhinya rasa aman dan kasih sayang yang cukup

mendukung perkembangan yang optimal pada masa ini. Pada posisi terlungkup, anak berusaha mengangkat kepala. Jika tidur terlentang, anak lebih menyukai sikap memiringkan kepala ke samping. 4. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Deteksi dini merupakan upaya penjaringan yang dilaksanakan secara komprehensif untuk mengetahui adanya penyimpangan pada tumbuh kembang bayi dan balita serta resiko untuk mengoreksi adanya factor resiko (Depkes, 1996). Dengan adanya factor resiko yang telah diketahui, maka upaya untuk meminimalkan dampak pada anak bias dicegah. Upaya tersebut diberikan sesuai dengan umur perkembangan anak. Dengan demikian, dapat tercapai kondisi tumbuh kembang yang optimal. Kegunaan deteksi dini adalah untuk mengetahui penyimpangan pada tumbuh kembang bayi dan balita secara dini, sehingga upaya pencehagan, stimulasi, penyembuhan, dan pemulihan dapat diberikan dengan benar sesuai dengan indikasinya. Deteksi untuk tumbuh kembang ini merupakan suatu upaya yang perlu didukung, karena merupakan salah satu cara untuk mempersiapkan generasi mendatang yang berkualitas. Pelaksanaan deteksi dini ini dapat dilakukan oleh siapapun yang telah terampil dan mampu melaksanakannya, seperti tenaga professional (dokter, psikolog, perawat, dan tanaga kesehatan), kader, bahkan orang tua atau anggota keluarga dapat diajarkan cara untuk melakukan deteksi tumbuh kembang. Upaya deteksi ini apat dilakukan di tempat pelayanan kesehatan, posyandu, sekolah ataupun di lingkungan rumah tangga. Instrumen atau alat deteksi dini merupakan suatu tes/ skrining yang telah distandardisasi. Dengan melakukan tes skrining pada anak, maka dapat diketahui adanya kelainan, sehingga dapat diramalkan keadaan tumbuh kembang anak di kemudian hari. Untuk skrining awal, deteksi tumbuh kembang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan yang berada di puskesmas atau di lapangan dengan menggunakan Pedoman Deteksi Tumbung Kembang Balita yang diterbitkan oleh Depkes RI (1996). Pedoman tersebut meliputi berbagai tesatau pemeriksaan, yaitu: 1. Berat badan menurut tinggi badan anak (BB terhadap TB) 2. Pengukuran lingkar kepala anak (PLKA) 3. Kuesioner praskrining perkembangan (KPSP) 4. Kuesioner perilaku anak prasekolah (KPAP) 5. Tes daya lihat (TDL) dan tes kesehatan mata (TKM) bagi anak prasekolah 6. tes daya dengan (TTD)

Berbagai macam pemeriksaan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu tes untuk deteksi pertumbuhan dan tes untuk deteksi perkembangan. Untuk pertumbuhan, tes yang dapat digunakan adalah penentuan berat badan dan pengukuran lingkar kepala atau disebut juga ukuran antopometri. Sedangkan untuk perkebangan, tes yang dapat dilakukan adalah KPSP, KPAP, TDL, TKM, dan TDD. 1. Tes Pertumbuhan Parameter untuk pertumbuhan yang sering digunakan, sebagaimana terdapat dalam pedomen deteksi tumbuh kembang anak balita, adalah BB terhadap TB dan lingkar kepala. Parameter tersebut mencakup ukuran antopometri dan paling mudah dilakukan dilapangan. a. Parameter Antopometri Pengukuran antopometri ini dimaksudkan untuk mengetahui ukuran ukuran fisik seorang anak dengan menggunakan alat ukur tertentu, seperti timbangan dan pita pengukur (meteran). Ukuran antopometri ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1. Tergantung umur, yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan umur. Misalnya BB terhadqap usia atau TB terhadap usia. Dengan demikian, dapat diketahui apakah ukuran yangt dimaksud tersebut tergolonh normal untuk anak seusianya. 2. Tidak tergantung umur, yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan pengukuran lainnya tanpa memperhatikan berapa umur anak yang diukur. Misalnya, BB terhadap TB. ukuran ini digunakan untuk mengetahui apakah proporsi anak tergolong normal. Dari beberapa ukuran antropometri, yang paling sering digunakan untuk menentukan keadaan pertumbuhan pada masa balita adalah: 1. Berat Badan Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang terpenting karena dipakai untuk memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Pada bayi sehat, kanaikan berat badan normal pada triwulan I adalah sekitar 7001000 gram/ bulan, pada triwulan II sekitar 500-600 gram/bulan, pada triwulan II sekitar 350-450 gram/bulan, dan pada triwulan IV sekitar 250-350 gram/bulan. Selain dari perkiraan diatas, BB juga dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus atau pedoman dari Behrman (1992), yaitu: 1) Berat badan lahir rata rata : 3,25kg 2) Berat badan usia 3 12 bulan, menggunaakan rumus: Umur (bulan) + 9 = n + 9 2 2

3) Berat badan usia 1 6 tahun, emnggunakan rumus: (Umur (tahun) x 2) + 8 = 2n + 8 Keterangan: n adalah usia anak Langkah-langkah pemeriksaan BB: 1. Letakan timbangan diatas lantai yang datar sehingga tidak mudah bergerak 2. Lihat posisi jarum / angka harus menunjuk ke angka 0 (nol) 3. Anak sebaiknya memakai pakaian sehari-hari yang tipis tidak memakai alaskaki, jaket, topi, jam tangan dan tidak memegang sesuatu. 4. Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi 5. Lihat jarum timbangan sampai berhenti 6. Baca angka yang ditunjukan jarum timbangan 7. Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan kekiri. Berat badan merupakan indicator yang paling sederhana yang digunakan di lapangan atau puskesmas untuk menentukan status gizi anak, yaitu dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). Pada KMS dapat diketahui apakah keadaan status gizi anak tergolong normal, kurang, atau buruk. Selain untuk mengetahui keadaan status gizi anak, BB mempunyai arti penting menganai apakah seorang anak berada dalam keadaan normal dan sehat. Keuntungan lainnya adalah pengukurannya yang mudah, sederhana, dan murah. Oleh karena itu, keguanaan BB adalah: 1) Sebagai informasi mengenai keadaan gizi, pertumbuhan, dan kesehatan anak. 2) Untuk mengawasi kesehatan, sehingga dapat menentukan terapi apa yang sesuai dengan kondisi anak. 3) Sebagai dasar untuk menentukan dasar perhitungan dosis obat ataupun diet yang diperlukan anak. Meskipun berat badan merupakan ukuran yang dianggap paling penting, namun ukuran tersebut mempunyai kelemahan, yaitu: 1) Tidak sensitive terhadap proporsi tubuh, misalnya pendek gemuk atau tinggi kurus. Anak yang mempunyai umur dan berat badan yang sama tetapi tinggi badannya berbeda akan memiliki postur tubuh yang berbeda pula. Anak yang satu akan terlihat langsing, sementara anak lainnya mungkin terlihat gemuk. 2) Terjadi perubahan yang berfluktuasi setiap harinya dalam batas batas normal. Perubahan ini dapat terjadi sebqagai akibat pengaruh asupan (intake), seperti

makanan/ minuman dan output seperti urine, keringat, dan pernafasan. Besarnya fluktuasi yang bergantung pada kelompok umur dan bersifat sangan individual berkisar antara 100-200 gr sampai 500-1000 gs (Soetjiningsih, 1994). 2. Tinggi Badan Tinggi badan untuk anak kurang dari 2 tahun serinh disebut dengan panjang badan. Pada bayi yang baru lahir, panjang badan rata rata adalah sebesar 50 cm. Pada tahun pertama, pertambahannya adalah 1,25 cm/bulan (1,5 x panjang badan lahir). Penambahan tersebut akan berangsur angsur berkurang sampai usia 9 tahun, yaitu hanya sekitar 5 cm/ tahun. Baru pada masa pubertas ada peningkatan pertumbuhan tinggi badan cukup pesat yaitu 5-25 cm/tahun pada wanita, 10-30 cm/tahun pada laki laki. Pertambahan tinggi badan akan terhenti pada usia 18-10 tahun. Seperti halnya berat badan, tinggi badanjuga dapat diperkirakan berdasarkan rumus dari Behrman (1992), yaitu: 1) Perkiraan panjang lahir: 50 cm 2) Perkiraan panjang badan usia 1 tahun = 1,5 x panjang badan lahir 3) Perkiraan tinggi badan usia 2 12 tahun = |(umur x 6) + 77 = 6n + 77 Keterangan: n adalah usia anak dalam tahun, bila usia lebih 6 bulan dibulatkan ke atas, bila 6 bulan atau kurang, dihilangkan. Langkah-langkah pemeriksaan TB: 1. Anak tidak memakai sepatu atau sandal 2. Berdiri tegak menghadap kedepan 3. Kepala, bahu, punggung dan pantat menempel pada tiang pengukur 4. Turunkan batas antara pengukur sampai menempel di ubun-ubun 5. Mata sejajar puncak kepala 6. Lakukan pembacaan sekala dengan ketelitian 0,1 cm Tinggi badan merupakan ukuran antopometri yang terpenting kedua. Tinggi badan merupakan indicator yang baik untuk pertumbuhan fisik yang sudah lewat (stunting) dan untuk perbandingan terhadap perubahan relative, seperti nilai berat badan dan lingkar lengan atas. 3. Lingkar Kepala Secara normal, pertambahan ukuran lingkar pada setiap tahap relative konstan

dan tidak dipengaruhi oleh factor ras, bangsa dan letak geografis. Saat lahir ukuran lingkar kepala normalnya adalah 34-35 cm. Kemudian akan bertmabah sebesar 0,5 cm/bulan pada bulan pertama atau menjadi 44 cm. Pada 6 bulan pertama ini, pertumbuhan kepala paling cepat dibandingkan dengan tahap berikutnya, kemudian tahun tahun pertama lingkar kepala bertambah tidak lebih dari 5 cm/tahun, setelah itu sampai usia 18 tahun lingkar kepala hanya bertambah 10 cm. Pengukuran lingkar kepala dimaksudkan untuk menaksir pertumbuhan otak. Berat otak waktu lahir adalah sekitar 350 gram, pada usia 1 tahun beratnya hamper mencapai 3 kali lipat yaitu 925 gram 75%, dan mencapai 90% pada usia 6 tahun. Pertumbuhan ukuran lingkar kepeala umumnya mengikuti partumbuhan otak, sehingga bila ada hambatan/ gangguan pada pertumbuhan lingkar kepala, pertumbuhan otak juga bisa terhambat. Langkah-langkah : 1. Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis mata, di atas kedua telinga dan bagian belakang kepala yang menonjol , tarik aga kencang (prontalis-oksipitalis) 2. Baca angka pada pertemuan pada angka 0 (nol) 3. Tanyakan tanggal lahir bayi atau anak, hitung umur bayi/ anak 4. Hasil pengukuran di catat pada grafik LK menurut umur dan jenis kelamin 5. Buat garis yang mengubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran sekarang. 4. Lingkar Lengan Atas (LLA, lila) Pertambahan lingkar lengan atas ini relative lambat. Saat lahir lengan atas sekitar 11 cm dan pada tahun pertama, lingkar lengan atas menjadi 16 cm. Selanjutnya ukuran tersebut tidak banyak berubah sampai usia 3 tahun. Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan jaringan lemak dan otot yang terpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dan berguna untuk menilai keadaan gizi dan pertumbuhan anak prasekolah. Keuntungan dari pengukuran lingkar lengan atas adalah murah, mudah, alatnya bisa dibuat sendiri, dan siapa saja dapat melakukannya. Namun, kadang-kadang hasil pengukuran kuranga akurat karena sukar untuk mengukur lila tanpa menerka jaringan. Langkah-langkah: 1. Mengukur lengan atas kiri anak diantara bahu dan siku (prosesus koronoid,

prosesus olekranon) 2. Ukur jarak tengahnya 3. Pita harus tepat melingkari lengan anak, tidak dikencangkan 4. Lakukan pembacaan skala dengan ketelitian 0,1 cm 5. Lipatan Kulit Tebalnya lipatan kulit pada daerah triceps dan subskapular merupakan refleksi pertumbuhan jaringan lemak di bawah kulit yang mencerminkan kecukupan energy. Apabila anak mengalami defisiensi kalori, maka lipatan kulit menipis, lipatan tersebut akan menebal bila anak kelebihan energy. a. Deteksi Perkembangan Jika pertumbuhan ditujukan untuk kematangan fisik, maka perkembangan lebih ditujukan untuk membuat fisik mempunyai arti/ makna dalam hidup. Penilaian perkembangan anak memiliki bayak model dan macamnya. Meskipun demikian, perlu ada parameter parameter atau patokan-patokan tertentu sehingga dapat dilakukan perbandingan secara konsisten. b. Denver Development Screening Test (DDST) Terkait upaya memberikan asuhan kesehatan pada balita, supaya dapat melekukan deteksi perkembangan anak, seseorang labih dahulu harus memahami aspek aspek dalam perkembangan anak. Menurut Frankerburg (1981) yang dikutip oleh Soetjiningsih, terdapat empat aspek perkembangan anak balita, yaitu: 1. Kepribadian/ tingkah laku soial (personal social), yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungan. 2. Motorik halus(fine motor adaptive), yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu dan melakukan gerakan yang melibatkan bagian bagian tubuh tertentu dan otot otot kecil, memerlukan koordinasi yang cermat, serta tidak memerlukan banyak tenaga, misalnya, memasukkan manic manic ke dalam botol, menempel, dan menggunting. 3. Bahasa (language), yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk membrikan respons terhadap suara, mengikuti perintah, dan berbicara secara spontan. Pada masa bayi, kamampuan bahasa bersifat pasif, sehingga pernyataan akan peraaan atau keinginan dilakukan melalui tangisan dan gerakan. Semakin bertambahnya usia, anak akan menggunkan bahasa aktif, yaitu dengan berbicara. 4. Motorik Kasar (gross motor), yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh yang melinatkan sebagaian besar bagian tubuh karena dilakukan oleh otot otot

yang lebih kasar sehingga memerlukan cukup tenaga, misalnya berjalan dan berlari. Aspek aspek perkembangan tersebut merupakan modifikasi dari tes/ skrining perkembangan yang dikemukaan oleh Frankerburg, yang dikenal dengan Denver Developmental Screening Test (DDST), yaitu salah satu tes atau metode skrining yang sering digunakan untuk menilai perkembangan anak mulai usia 1 bulan sampai 6 tahun. Perkembangan yang dinilai meliputi perkembangan personal social, motorik halus, bahasa, dan motorik kasar pada anak. Alat ukur perkembangan : denver IIdevelopment screening test Teknik pemeriksaan denver IIdevelopment screening test A. Personal social 1. Menatap muka cara: tidurkan anak terlentang, pemeriksa berhadapan dengan anak dalam jarak lebih kurang 30 cm Skor : lulus bila anak menatap muka pemeriksa 2. Membalas senyuman pemeriksa Cara : senyum dan bicara dengan anak, jangan menyerah Skor : lulus bila anak menbalas senyum,atau dapat ditanyakan pada orang tua. 3. Tersenyum sepontan Cara: perhatikan selama pemerikasaan apakah anak tersenyum pada pemeriksa/orang tua,tanpa dirangsang Skor: luls bila anak tersenyam atas kemauan sendiri 4. Menggamati tangan Cara: perhatikan apakah anak tanpak mengamati tangannya Skor: lulus bila anak memandang tangannya beberapaa kali 5. Berusaha mencapai mainan Cara: letakan sebuah mainan yang menarik agak jauh dari anak Skor: lulus bila anak meraih mainan tersebut 6. Makan sendiri Cara: menanyaka pada orang tua apakah ana dapat makan biscuit sendiri Skor : lulus bila ornag tua mengataka bisa7. 7. Tepuk tangan Cara: usakan anak bermain tepuk-tepuk. Janga menyentuh lengan aatau tangan anak Skor: lulus bila anank bertepuk-tepuk

8. Menyatakan keinginan Cara: menyanyakan pada orang tua bagaimana bila anak menginginka sesuatu, masalnya ingin minum Skor : lulus bila anak menginginkan sesuatu dengan menunjuk menarik atau berkata sesuatu dan tidak menangis 9. Daag-daag dengan tangan Cara: usahakan agar anak bermain daag - daag . Janga menyentuh lengan aatau tangan anak Skor: lulus bila anank daag daag 10. Main bola dengan pemerikasa Cara: gelindingkan bola ke arah anak dan usahakan agar anak menggelindingkan kembali Skor: lulus bila anak menggelindingkan atau melemparkan bola kearah pemeriksa 11. Menirukan kegiatan Cara: menanyakan pada orng tua apakah anak dapat menirukan pekerjaan runmah tangga seperti menyapu,melipat pakaian Skor: lulus bila anak dapat menirukan pekerjaan runah tangga apa saja. 12. Minum dari cangkir atau gelas Cara: menayakan pada orang tua apakah anak dapat minum dengn memegang gelas atau cangkir sendiri Skor: lulus bikla anak dapat melakukannya 13. Membantu di rumah Cara: menayakan ppada orang tua apakah anak membantu di rumah seperti mau mengambilkan sesuatu bila di suruh. Skor : lulus bila anak mau disuruh mengambilkan sesuatu di rumah. 14. Menggunakan sendok garpu Cara: menayakan ppada orang tua apakah anak dapat menggunakan sendok atau garpu untuk makan Skor : lulus bila anak dapat menggunakan sendok atau garpu untuk maka n dan tidak tumpah banyak 15. Membuka pakaian Cara: menayakan ppada orang tua apakah anak dapat melepas jaket, sepatu, atau celana dalam Skor: lulus bila anak dapat membuka pakaiankecuali topi, kaos kaki atau popok

dengan sengaja. 16. Menyuapi boneka Cara: tunjukan boneka pada anak, demonstrasikan cara menyuapi boneka dengan sendok. Perhatikan apakah anak dapat memperagakan menyuapi boneka dengan sendok dengan tidak banyak tumpah Skor. Lulus bila anak dapat menyuapi boneka tampa banyak tumpah 17. Memkai baju Cara: menayakan pada orang tua apakah anak dapat memakai celana dalamnya , kaos kakinya, atau sepatunya (bukan kepunyaan orang lain) Skor: lulus bila anak dapat melakukanya 18. Gosok gigi dengan bantuan Cara: orang tua/pemeriksa menolong mengarahkan sikat gigi dan menaruh odol pada sikat gigi . perhatikan gerak anak dalam melakukan gososk gigi. Skor : lulus bila anak dapat melakukannya sendiri 19. Mencuci dan mengeringkan tangan Cara: menayakan ppada orang tua apakah anak dapat mencuci dan mengeringkan sendiri tangan nya Skor : lulus bila anak dapat melakukan keduanya (kecuali membuka dan menutup keran) 20. Menyebut nama teman Cara: menanyakan pada anak nama teman sepermainannya Skor: lulus bila anak mampu menyebitkan minimal satu nama teman sepermainannya 21. Memakai t-shirt Cara: menanyakan pada orang tua apakaah anak dapat memakai t-shirt sendiri tanpa bantuan Skor: lulus bila orang tua mengatakan anak dapat melakukannya. 22. Berpakaian tanpa bantuan Cara: : menayakan pada orang tua apakah anak dapat berpakaian sendiri tanpa bantuan Skor: lulus bila anak dapat melakukan kecuali memekai sepatu,memasang resleting/kancing di belakang.

23. Bermain ular tangga/kartu/gambar Cara: menayakan pada orang tua apakah anak sering bermain dengan peralatan gambar/ular tangga / kartu Skor: lulus bila anak dapat bermain dengan alat gambar/ular tangga /kartu. 24. Gososk gigi tampa bantuan Cara: menayakan pada orang tua apakah anak dapat menggosok gigi tanpa bantuan (menaruh odol pada sikat gigi kumur-kumur) Skor: lulus bila anak dapat melakukanya 25. Mengambil makanan Cara: minta naka untuk mengambilkan makanan pada tempat yang tlah di sediakan Skor: lulus bila anak mengambil makanan tampak tumpah dengan asatu tangan B. Motorik halus 1. Mengikuti ke garis bawah Cara: tidurkan anak terlentang, biasanya anak akan menolak ke kanan atau ke kiri. Gerakan benang wol merah dengan jarak 15 cm dari muka anak, dalam gerakan setengah lingkaran . bisa di ulang tiga kali perhatikan gerakan kepala dan mata. Skor: lulus bila anak mengikuti benang sampai titik tengah (setengah lingkaran ) dengan matanya atau dengan gerakan kepala dan mata 2. Mengikuti lewat garis bawah Cara: sama dengan no satu Skor: lulus bila anak mengikuti benang sampai titik tengah (setengah lingkaran ) dengan matanya atau dengan gerakan kepala dan mata 3. Memegang icik icik Cara: Pegang icik icik sedemikian rupa sehingga pegangannya menyentuh jari anak. Skor: lulus bila anak dapat memegang icik icik beberapa detik 4. Tangan bersentuhan Cara: perhatikan / menanyakan kepada kedua orang tua apakah kedua tangan anakpernah bersentuhan di tengah tengah badan. Skor: lulus bila jari jari kedua tangan dapat bersentuhan di tengah tengah badan 5. Mengikuti 180 derajat Cara: sama dengan no Satu skor: lulus bila anak mengikuti benang wol dengan kepala dan mata sampai

seluluh setengan lingkaran 6. Mengamati manic manic Cara: dudukan anak di pangkua ibunya. Jatuhka manic manic di depan anak, manic manic dalam jangkauan anak. Skor : lulus biola anka melihat pada manic manic tersebut 7. Meraih Cara: dudukan anak di pangkuan ibu sedemikian rupa agar siku anak berada di atas meja/ bed. Taruh sebuah mainan dalam jangkauan anak dan suruh anak mengambil mainan terseebut. Skor: lulus bila anak mengulurkan tangannya ke arah mainan, tidak harus mengambilnya 8. Mencari benang Cara: sewaktu anak duduk di pangkuan ibunya , tarik perhatian dengannya dengan benang wol . ketika anak melihat benang wol tersebut, jatuhkan. Skor: lulus bila anak mencari demgam mata ke arah bengan wol menghilang 9. Menghamburkan manic manic Cara: dekatkan manic manic ke anak, perhatikan apakah anak meraih dan menghamburkan manik manik. Skor: lulus bila anak meraih dan menghamburkan manic manic. 10. Memindahkan kubus Cara: berikan sebuah kubus, kemudian berikan sebuah kubus di tangan yang sedang memegang kubus pertama. Perhatikan apakah anakmemindahkan kubus pertama ke tangan lain. 11. Mengambil dua kubus Cara: letakan dua kubus di atas meja /bed di depan anak. Suruh anak mengambil kubus tersebut. Skor: lulus bila anak dapat mengambil dan memegangnya di masing masing tanganyasatu kubus 12. Memegang dengan ibu jari dan jari lainnya Cara: dudukan anak di pangkuan ibunya / di bed. Jatuhkan manic manic (permen ) di depanya.. pemeriksa dapat merangsang dengan menunjuk / memegangnya, untuk menarik perhatian anak. Skor: lulus bila anak mengambil mank manic dngan ibu jari dan salah satu jari jarinya.

13. Membenturkan dua kubus Cara: pegangkan salah satu kubus pada masing masing tangan anak . pemeriksa dapat mendemonstrasikan dengan membenturkan kedua kubus tetapi jangan memnggunakan tangan anak. Skor: lulus bila anak dapat membenturkan kedua kubus tersebut. 14. Menaruh kubus di cangkir Cara: berikan kubus kepada anak , minta anak memasukan kubus ke dalam cangkir. Boleh dengan di deminstrasikan pada anak terlebuh dahulu. Skor: lulus bila anak berhasil memasukan kubus ke dalam cangkir. 15. Mencoret coret Cara: letakan kertas dan pensil di atas meja di depan anak. Pensil dapat di letakan di tangan anak Skor: lulus bila anak membuat dua atau lebih coretan di kertas 16. Mengambil manic manic yang di tunjukan Cara: letakan manic manic di depan anak. Tunjukan pada anak cara mengambil dan memasukan manic manic ke dalam botol. Perhatika apakah anak mampu melakukan tindakan mengambil manic manic dan memasukannya ke dalam botol. Skor: lulus bila anak mampu melakukannya 17. Menara dari dua kubus Cara: letakan kubus kubus di depan anak. Pemeriksa dapat memberikan contoh dengan menaruh kubus satu di atas kubus yang lain. Skor: lulus bila anak mampu melakukannya. 18. Menara dari 4 kubus Cara: letakan kubus kubus di depan anak . pemeriksa dapat memberikan contoh, beri kesempatan dengan 3X percobaan Skor: lulus bila anak menaruh 4 kubus satu di atas yang lain dan tidak jatuh. 19. Menara dari 6 kubus Cara: sama dengan no 18 Skor: lulus bila anak dapat menaruh 6 kubus, satu di atas yang lain dan tidak jatuh 20. Meniru garis vertical Cara: anak duduk di kursi kecil menghadap meja. Sediakan kertas dan pensil. Berikan contoh cara membuat garis vertical. Skor: lulus bila anak membuatsatu atau beberapa garis sepanjang lebih kurang 2,5 cm dengan sudut kemiringan maksimal 30 derajat . garis tak perlu lurus.

21. Menara dari 8 kubus Cara: sama dengan no 18 Skor: lulus bila anak dapat menaruh 8 kubus , satu di atas yang lain dan tidak jatuh 22. Menggoyangkan ibu jari Cara: anak di minta menggoyangkan ibu jari tangan kanan , jari tangan lain menggemgam. Pemerikas boleh member contoh pada anak beri kesempatan dengan 3X percobaan 23. Mencontoh lingkaran Cara: tunjukan gambar lingkaran di belakang blanko tes, katakana pada anak untuk mengambar sebuah gambar seperti itu. Skor: lulus bila anak dapat menggambar lingkaran dengan rapi 24. Menggambar orang tiga bagian Cara: berikan anak kertas dan pensil, suruh anak menggambar anak laki laki atau perempuan. Tunggu anak sampai selesai menggambar. Skor: lulus bila anak dapat menggambar 3 atau lebih bagian badan. 25. Mencontoh dua garis memotong Cara: tunjukan gambar palang di belakang blanko tes pada anak . suruh ank menggambar seperti gambar tersebut Skor: lulus bila anak menggambar dua garis memotong. 26. Memilih garis yang lebih panjang Cara: tunjukan gambar garis pararel di belakang garis blanko tes, tanyakan pada anak mana garis yang lebih panjang. Setelah anak menjawab, putar blanko tes dan tunjukan lagi sampai 3 kali atau lebih. Skor: lulus bila anak dapat menunjuk garis yang lebih panjang dengan benar 3 atau 5 dari 6X pertanyaan 27. Mencontoh gambar persegi Cara: tunjukan gambar persegi di belakang blanko tes, suruh anak menggambar seperti gambar tersebut. Skor: lulus bila anak menggambar persegi empat 28. Menggambar orang 6 bagian Cara: berikan anak kertas dan pensil, suruh anak menggambar anak laki laki atau perempuan. Tunggu anak sampai selesai menggambar.

Skor: lulus bila anak dapat menggambar 6 atau lebih bagian badan. C. Bahasa 1. Bereaksi terhadap bel Cara: pegang bel di belakang telinga (jangan sampai anak melihatnya). Bunyikan bel perlahan lahan dan ulangi lagi Skor: lulus bila anak menunjukan reaksi terhadap bunyi bel 2. Bersuara dan bukan menangis Cara: perhatikan selama pemerikasaan apakah anak bersuara Skor: lulus bila anak membuat suara tetapi bukan suara tangis 3. Ooh / aah Cara: menanyakan pad orang tua/ perhatikan pada saat pemeriksaan apakah anak mengeluarkan suara ooh / aah. 4. Tertawa Cara: perhatikan selama pemerikasaan apakah anak tertawa keras Skor: lulus bila anak tertawa keras tanpa di rangsang (diglitik) 5. Berteriak Cara: perhatikan, selam pemeriksaan apakah anak berteriak, seperti kegirangan. Skor: lulus bila anak membuat suara tersebut. 6. Menoleh ke bunyi icik icik Cara: bunyikan icik icik dari belakang, lebih kurang 20 cm dari telinga kanan dan kiri. Ulangi 3X Skor: lulus bila anak menoleh kea rah suara icik icik 7. Menoleh kea rah suara Cara: bisikan nama anak dari belakang, lebih kurang 20 cm dari telinga kanan dan kiri. Ulangi 3X Skor: lulus bila anak menoleh kea rah suara 8. Satu silabel Cara: menanyakan pada orang tua/ perhatikan saat pemeriksaan apakah anak mengucapkan satu suku kata Skor: lulus bila anak dapat menyebutkan satu suku kata missal : mimadsb 9. Meniru bunyi kata kata Cara: perhatikan apakah anak menirukan suara suara yang du buat oleh orang tua atau pemeriksa 10. Menyebut papa/mama tidak spesipik

Cara: menanyakan pada orang tua apakah anak dapat mengucapkan papa/mama Skor: lulus bila anak mengucapkan papa/mama tidak usah bertujuan memanggil papa/mama 11. Kombinasi silabel Cara: menanyakan pada orang tua / perhatikan saat pemerikasaan apakah anak dapat mengucapkan kombinasi suku kata Skor: lulus bila anak dapat menyebutkan salah satu kombinasi suku kata seperti :mi..mi.cu.cu. 12. Mengoceh Cara: menanyakan pada orang tua apakah anak suka mengoceh/ peerhatikan pada saat pemeriksaan apakah anak terdengar mengoceh. Skor: lulus jika anak terdengar mengoceh 13. Menyebut papa/mama spesipik Cara: perhatikan apakah memanggil ayahnya : papa, ibunya, : mama atau sebutan lain untuk ibu/ayahnya. Skor: lulus anak memanggil papa/mama atau sebutan lain dengan benar 14. Satu(1) kata Cara: menanyakan pada orang tua kata kata apa yang serinag di gunakan anak untuk benda, orang atau kegiatan selain kata papa/mama Skor: lulus bila orang tua melaporkan satu (1) kata selain papa/mama 15. Dua(2) kata Cara: sama dengan no 14 Skor: lulus bila orang tua melaporkan dua (2) kata selain papa/mama. 16. Tiga (3) kata Cara: sama dengan no 14 Skor: lulus bila orang tua melaporkan tiga (3) kata selain papa/mama. 17. Enam (6) kata Cara: sama dengan no 14 Skor: lulus bila orang tua melaporkan enam (6) kata selain papa/mama. 18. Menunjukan dua gambar Cara: .... gunakan gambar, tanyakan pada anak: mana yang terbang ?.........meong?.......bicara/ngomong?.........menggonggong?.......meringkik?

Skor: lulus bila anak dapat menunjukan dua (2) gambar dari 5 (lima) 19. Komnbinasi kata Cara: perhatikan apakah anak mengkombinasikan 2 suku kata atau lebih untuk membuat suatu kalimat Skor: lulus bila anak dapat mengucapkan seperti : minum susu 20. Menyebut satu gambar Cara: tunjukan gambar, satu demi satu, tanyakan pada anak ini gambar apa? Skor : lulus bila anak menyebut dengan benar nama satu dari salah satu gambar. 21. Menyebut 6 nama bagian badan Cara: gunakan boneka, katakana kepada anak : tunjukan hidung, mata, telinga, mulut , tangan, kaki, perut, rambut. Skor: lulus bila anak dapat menyebutkan 6 dari 8 22. Menunjuk 4 gambar Cara: sama dengan no 18 Skor: lulus bila anak dapat menyebutkan 4 dari 5 23. Bicara sebagian di mengerti Cara: menanyakan pada orang tua / perhatikan saat pemeriksaan apakah anak berbicara sebagian dapat di mengerti Skor: lulus bila anak dapat berbicara sebagian di mengerti 24. Menyebut 4 gambar Cara: sama dengan no 20 Skor: lulus bila anak dapat menyebutkan dengan benar 4 nama dari gambar yang di tunjukan 25. Mengetahui dua kegiatan Cara: peragakan dua kegiatan yang lajim, missal, makan, menyapu, tidur. Skor: lulus anak dapat menyebutkan 2 kegiatan yang di peragakan 26. Mengerti dua kata sipat Cara: menanyakan pada anak : apa yang akan di lakukan bila dingin?.......capai?...lapar?..... Skor: lulus bila anak dapat menjawab 2 dari 3 atau 3 dari 3 27. Menyebut satu warna Cara: menunjukan pada anak tiga warna (merah.kuning.biru) kubus Skor: lulus bila anak dapat menyebutkan satu (1) warna kubus 28. Kegunaan dua benda

Cara:

menanyakan

pada

anak

apa

gunanya

cangkir?.....kursi?....pensil?....sapu?...... Skor: lulus bila anak dapat menjawab dua pertanyaan dengan di ikiti gerakan. 29. Menghitung satu kubus Cara: menunjukan satu buah kubus dan menanyakan berapa buah kubus yang di tunjukan Skor: lulus bila anak menyebut satu kubus 30. Kegunaan tiga benda Cara: sama dengan no 28 Skor: lulus bila anak dapat menjawab 3 pertanyaan dengan di ikuti gerakan. 31. Mengetahui 4 kegiatan Cara: sama dengan no 25 Skor: lulus bila anak dapat menyebutkan 4 kegiatan yang di pergerakan 32. Bicara semua di mengerti Cara: menanyakan pada orang tua/perhatikan saat pemeriksaan apakah pembicara anak semua dapat di mengerti Skor: lulus bila semua penbicaraan anak dapat di mengerti 33. Mengerti 4 kata depan Cara: beritahu ibu jangan bergerak,berikan anak sebuah kubus dan suruh anak dengan perintah: taruh kubus di atas meja, taruh kubus di bawah meja, taruh kubus di depan meja, taruh kubus di belakang meja, Skor: lulus bila dapat menggerakan tiga diantara empatperintah dengan benar. 34. Menyebut 4 warna Cara: sama dengan no 27 Skor: lulus bila dapat menyebutkan 4 warna dari kubus yang di yunjukan 35. Menghitung lima kata Cara: meminta anak untuk mengertikan kata kata : apa itu bola?....sungai?....meja?.... Skor: lulus bila anak mampu mengartikan 36. Mengetahui tiga kata sipat Cara: sama dengan no 26 Skor: lulus bila anak dapat menyebutkan 3 dari 3 kata sipat yang di tanyakan 37. Menghitug lima kubus Cara: menunjukan pada sebanyak lima buah kubus satu persatu kemudian minta

anak untuk menghitung berapa banyak kubus yang di tunjukan Skor: lulus bila anak dapat menyebutkan 5 kubus 38. Kata berlawanan dua buah Cara: menanyakan pada anak : jika kuda itu besar maka tikus? Skor: lulus bila anak dpat menjawab 39. Mengartikan tujuh kata Cara: sama dengan no 35 Skor: lulus bila anak dapat mengartikan 7 dari 9 kata D. Motorik kasar 1. Gerakan seimbang Cara: perhatikan gerakan anak selama pemeriksaan apakah tampak seimbang antara bagian tubuh yang kanan dan kiri Skor: lulus bila gerakan anak seimbang 2. Mengangkat kepala Cara: tidurkan anak tengkurep Skor: lulus bila anak mengangkat kepalanya sebentar tampa menengok ke kanan dank e kekiri 3. Kepala terangkat 45 derajat Cara: tidurkan anak tengkurep Skor: lulus bila anak mengangkat kepalanya dengan membuat sudut 45 derajat dari meja atau bed 4. Kepala terangkat 90 derajat Cara: tidurkan anak tengkurep Skor: lulus bila anak mengangkat kepalanya setinggi 90 derajat 5. Duduk dengan kepala tegak Cara: pegang anak dalam posisi duduk Skor: lulus bila anak dapat mempertahankan kepalanya tegak beberapa detik 6. Menumpu beban pada kaki Cara: pegang anak dalam posisi berdiri sehingga kedua kaki menapak diaata meja/bed. Perlahan lahan lepaskan pegangan tangan anda, tetapi jangan seluruhnya. Skor: lulus bila anak mampu melakukannya

7. Dada terangkat menumpu pada tangan Cara: tidurkan anak tengkurep Skor: lulus bila anak mampu melakukannya 8. Membalik Cara: lihat / menanyakan pada orang tua apakah anak dapat tengkurep dan membalik sendiri Skor: : lulus bila anak mampu melakukannya 9. Bangkit kepala tegak Cara: tidurkan anak terlentangpegang kedua tangan dan tarikperlahan lahan sampai posisi duduk Skor: lulus bila kepala anak tidak menggantung ke belakang selama tangan di tarik 10. Duduk tampa pegangan Cara: pegang anak dalam posisi duduk di meja atau bed, kemudian lepaskan tangan anda seluruhnya Skor: lulus bila anak dapat duduk tampa di pegang lebih kurang 5 detik, anak dapat menaruh tangannya du kaki, meja atau bed untuk menyanggah 11. Bangkit untuk berdiri Cara: berdirikan anak dengan pegangan pada benda keras, kursi Skor: lulus bila anak berdiri 5 detik atau lebih dengan pegangan 12. Bangkit untuk berdiri Cara: menanyakan pada orang tua apakah anak dapat menarik dirinya sendiri untuk berdiri sambil berpegangan pada benda keras,kursi Skor: lulus bila anak dapat menarik dirinya sampai posisi berdiri. 13. Bangkit trus duduk Cara: perhatikan atau menyakan pada orang tua apakah anak dari tiduran dapat duduk sendiri Skor: lulus bila anak mampu melakukannya. 14. Berdiri dua detik Cara: berdirikan anak di lantai sambil di pegang kemudian lepaskan pegangan anda Skor: lulus bila anak dapat berdiri dua detik atau lebih 15. Berdiri sendiri Cara: sama dengan no 14

Skor: lulus bila anak dapat berdiri sendiri 10 detik atau lebih 16. Membungkuk kemudian berdiri Cara: sementara anak berdiri sendiri jauh dari pegangan suruh suatu maianan yang di taruh di lantai persis di depan anak Skor: lulus bila anak dapat melakukannya. 17. Berjalan dengan baik Cara: perhatikan anak berjalan apakah mempunyai keseimbangan yang baik Skor: lulus bila anak tidak mengalami kesulitan dalam berjalan 18. Berjalan mundur Cara: suruh anak menarik mainan yang dapat di tarik dengan jalan mundur Skor: lulus bila anak dapat melakukannnya 19. Lari Cara: menanyakan pada ibu apakah dapat berlri Skor: lulus bila anak dapat berlari 3 langkah atau lebih 20. Berjalan naik tangga Cara: menanyakan pada orang tua bagaimana anak nya naik tangga Skor: lulus bila anak dapat berjalan naik tangga, tidak merangkak. 21. Menendang bola ke depan Cara: letakan bola kurang lebih 15 cm di depan anak yang sedang berdiri suruh anak menendangnya atau di tunjukan caranya Skor: lulus bila anak dapat melakukaknnya 22. Melompat di tempat Cara: suruh anak melompat.dapat di demonstrasikan terlebih dahulu Skor: lulus bila anak dapat melakukaknnya 23. Melempar bola tangan di atas Cara: suruh anak melempar bola ke atas kea rah pemeriksa. Skor: lulus bila anak dapat melakukaknnya 24. Loncat jauh Cara: tukjukan kepada anak bagaimana cara melewati blanko tes. Kemudian suruh anak melakukannya 3 X Skor: lulus bila anak dapat melakukaknnya 25. Berdiri dengan satu kaki selama satu detik Cara: tunjukan pada anak cara berdiri dengan satu kaki tampa pegangan kemudian suruh anak melakukannya, waktu di catat berapa detik. Dapat di ulang 3X

Skor: lulus bila anak dapat melakukaknnya 26. Berdiri dengan dua kaki slama satu detik Cara: sama dengan no 25 Skor: lulus bila anak dapat Berdiri pada satu kaki slama satu detik 2 detik dalam2 I antara 3 percobaan 27. Melompat satu kaki Cara: katakan/ minta anak untuk melompatpada satu kaki Skor: lulus bila anak dapat melakukannya 28. Berdiri satu kaki slama satu detik Cara: sama dengan no 25 Skor: lulus bila anak dapat berdiri pada satu kaki slama tiga detik dalam dua di antara tiga percobaan

c. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) KPSP merupakan suatu daftar pertanyaan singkat yang ditujukan pada orang tua dan dipergunakan sebagai alat untuk melakukan skrining pendahuluan untuk perkembangan anak usia 3 bulan sampai 6 tahun. Daftar pertanyaan berjumlah 10 nomor yang harus dijawab oleh orang tua atau pengasuh yang mengetahui keadaan perkembangan anak Pertanyaan dalam KPSP dikelompokkan sesuai usia anak saat dilakukan pemeriksaan, mulai kelompok usia 3 bulan, 3-6 bulan, dan seterusnya sampai kelompok 5-6 tahun. Untuk usia ditetapkan menurut tahun dan bulan, dengan kelebihan 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contohnya, usia anak yang 9 bulan 16 hari dibulatkan menjadi 10 bulan, sementara usia 9 bulan 15 hari dibulatkan menjadi 9 bulan. Pertanyaan dalam KPSP harus dijawab dengan ya atau tidak oleh orang tua. Setelah semua pertanyaan dijawab, selanjutnya hasil KPSP dinilai. 1) Apabila jawaban ya berjumlah 9-10, berarti anak tersebut normal (perkembangan baik). 2) Apabila jawabab ya kurang dari 9, maka perlu diteliti lebih lanjut mengenai: -Apakah vara menghitung usia dan kelompok pertanyaannya sudah sesuai. -Kesesuaian jawaban orang tua dengan maksud pertanyaan. Apabila ada kesalahan, maka pemeriksaan harus diulang. 3) Apabila setelah diteliti, jawaban ya berjumlah 7-8, berarti hasilnya adalah meragukan dan perlu diperiksa ulang 1 minggu kemudian. 4) Apabila jawaban ya berjumlah 6 atau kurang, berarti hasilnya kurang atau positif untuk

perlu dirujuk guna pemeriksaan lebih lanjut. Tes daya dengar (tdd) Tujuannya: untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini agar dapat segera ditindak lanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak. Jadwal TDD: setiap 3 bulan pada bayi kurang dari 12 bualn dan 6 bulan pada anak umur 12 bulan ke atas Alat: - instrument TTD menurut umur anak dari 2 th 7 blan 2 hari Mainan ( boneka , sendok, piring, bola) Langkah langkahnya: Tanyakan tanggal,bulan dan tanggal anak lahir, hitung dalam bulan, 2 th 7 blan 2 hari = 31 blan Pilih daptar TTD yang sesuai dengan umur anak Pertanyaan pertanyaan berupa perintah melalui orang tua / pengasuh untuk di kerjakan oleh anak Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah orang tua/pengasuh Jawaban iya jika anak sudah melakukan perintah orang tua/ pengasuh Jaawaban tidak jika anak tidk dapat / tidak mau melakukan perintah orangtua pengasuh

Pada anak umur 24 bln atau lebih :

Anda mungkin juga menyukai