Anda di halaman 1dari 9

Kelompok : Rani Machrita L Titin Syofiana GANGGUAN KECEMASAN / ANSIETAS 1) Definisi Cemas (ansietas )adalah sebuah emosi dan

pengalaman subjektif dari seseorang. Pengertian lain cemas adalah suatu keadaan yang membuat seseorang tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jadi cemas berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya. (Farida, 2010 : 58). Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan. ( Gail Wiscarz, 1998 : 175). 2) Tingkat Ansietas : 1. Kecemasan ringan a. Individu waspada b. Lapang persepsi luas c. Menajamkan indra d. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif. e. Menghasilkan pertumbuhan dan kreatif. 2. Kecemasan sedang a. Individu hanya fokus pada pikiran yang menjadi perhatiannya. b. Terjadi penyempitan lapang persepsi. c. Masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain. 3. Kecemasan berat a. Lapangan persepsi individu sangat sempit. b. Perhatian hanya pada detil yang kecil ( spesifik ) dan tidak dapat berpikir tentang hal hal yang lain. 10011021 10011025

c. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah / arahan untuk fokus pada area lain. 4. Panik a. Individu kehilangan kendali diri dan detil. b. Detil perhatian hilang. c. Tidak bisa melakukan apa pun meskipun dengan perintah. d. Terjadi peningkatan aktivitas motorik. e. Berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain. f. Penyimpangan persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif. g. Biasanya disertai dengan disorganisasi kepribadian Kriteria serangan panik adalah palpitasi, berkkeringat, gemetar atau goyah, sesak napas, merasa tersedak, nyeri dada, mual dan distres abdomen, 58) Respon adaptif Antisipasi Ringan Sedang Berat Respon mal adaptif Panik pening, derealisasi atau depersonalisasi, ketakutan kehilangan kendali diri, ketakutan mati, dan parestesia. (Farida, 2010 :

3) Respon Tubuh Terhadap Ansietas : 1. Kardiovaskular Respon : a) Palpitasi b) Jantung berdebar c) Tekanan darah meninggi d) Rasa mau pingsan e) Pingsan f) Tekanan darah menurun g) Denyut nadi menurun 2. Pernafasan Respon :

a) Napas cepat b) Napas pendek c) Tekanan pada dada d) Napas dangkal e) Pembengkakan pada tenggorok f) Sensasi tercekik g) Terengah engah 3. Neuromuskular Respon : a) Refleks meningkat b) Reaksi kejutan c) Mata berkedip kedip d) Insomnia e) Tremor f) Gelisah g) Wajah tegang h) Kelemahan umum i)Kaki goyah j)Gerakan yang janggal 4. Gastrointestinal Respon : a) Kehilangan nafsu makan b) Menolak makanan c) Rasa tidak nyaman pada abdomen d) Mual e) Rasa terbakar pada jantung f) Diare 5. Traktus urinarius Respon : a) Tidak dapat menahan kencing b) Sering berkemih c)

6. Kulit Respon : a) Wajah kemerahan b) Berkeringat setempat (telapak tangan) c) Gatal d) Rasa panas dan dingin pada kulit e) Wajah pucat f) Berkeringat seluruh tubuh (Gail Wiscarz, 1998 ; 178) 4) Respon perilaku, kognitif dan afektif terhadap ansietas a) Perilaku Respon : 1) Gelisah 2) Ketegangan fisik 3) Tremor 4) Gugup 5) Bicara cepat 6) Kurang koordinasi 7) Cenderung mendapat cidera 8) Menarik diri dari hubungan interpersonal 9) Melarikan diri dan menghindar dari masalah b) Kognitif Respon : 1) Perhatian terganggu 2) Konsentrasi buruk 3) Pelupa 4) Salah dalam memberikan penilaian 5) Hambatan berpikir 6) Bingung 7) Sangat waspada 8) Takut cidera atau kematian

c) Afektif Respon : 1) Mudah terganggu 2) Tidak sabar 3) Gelisah 4) Tegang 5) Ketakutan 6) Teror 7) Gugup 8) Gelisah (Gail Wiscarz, 1998 ; 180) 5) Askep pada klien dengan kecemasan a. Pengkajian 1) Perilaku Ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan ansietas. 2) Faktor Predisposisi a. Dalam pandangan psikoanalitik ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, id dan superego. b. Menurut pandangan interpersonal ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. c. Menurut pandangan perilaku ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. d. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. e. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas.

3) Stresor Pencetus a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang. 4) Sumber Koping Individu dapat mengatasi ansietas dengan menggerakkan sumber koping di lingkungan. 5) Mekanisme Koping Ketika mengalami ansietas, individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya,dan ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab yang utama terjadinya perilaku patologis. b. Diagnosa Keperawatan Pembentukan diagnosa keperawatan mengharuskan bahwa perawat menentukan kualitas (kesesuaian) dari respon pasien, kuantitas (tingkat) dari ansietas pasien, dan sifat adaptif atau maladaptif dari mekanisme koping yang digunakan. Diagnosa keperawatan NANDA yang berhubungan dengan respon ansietas : a. Penyesuaian, kerusakan b. Ansietas Pola pernapasan, inefektif Komunikasi, kerusakan verbal c. Koping, individu inefektif Diare Gangguan pembagian bidang energi d. Ketakutan Pemeliharaan kesehatan, perubahan Inkontinensia, stress Cidera, resiko terhadap

Nutrisi, perubahan Respon pascatrauma Ketidakberdayaan Gangguan harga diri Perubahan sensori / perseptual Ganggguan pola tidur Interaksi sosial, kerusakan Isolasi sosial Proses pikir, perubahan Eliminasi urine, perubahan c. Identifikasi Hasil Hasil yang diharapkan untuk pasien dengan respons ansietas maladaptif adalah: Pasien akan menunjukkan cara adaptif dalam mengatasi stres. d. Perencanaan Pasien harus mengembangkan kapasitasnya untuk mentoleransi ansietas ringan dan menggunakannya dengan sadar dan konstruktuf. Dengan cara ini diri menjadi lebih kuat dan lebih terintegrasi. e. Implementasi Intervensi dalam Ansietas Tingkat Berat dan Panik Prioritas tertinggi dari tujuan keperawatan harus ditujukan untuk menurunkan ansietas tingkat berat atau panik pasien, dan intervensi keperawatan yang berhubungan harus suportif dan protektif. Intervensi dalam Ansietas Tingkat Sedang Saat ansietas pasien menurun sampai tingkat ringan atau sedang, perawat dapat mengimplementasikan intervensi keperawatan reedukatif atau berorientasi pada pikiran. Intervensi ini melibatkan pasien dalam proses pemecahan masalah.

f. Evaluasi 1) Sudahkah ancaman terhadap integritas fisik atau sistem diri pasien berkurang dalam sifat, jumlah, asal, atau waktunya? 2) Apakah perilaku pasien mencerminkan ansietas tingkat ringan atau lebih ringan? 3) Sudahkah sumber koping pasien dikaji dan dikerahkan dengan adekuat? 4) Apakah pasien mengenali ansietasnya sendiri dan mempunyai pandangan terhadap perasaan tersebut? 5) Apakah pasien menggunakan respon koping adaptif? 6) Sudahkah pasien belajar strategi adaptif baru untuk mengurangi ansietas? 7) Apakah pasien menggunakan ansietas ringan untuk meningkatkan pertumbuhan atau perubahan personal? (Gail Wiscarz, 1998 : 177)

DAFTAR PUSTAKA Kusumawati, Farida. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika Wiscarz, Gail dan Sundeen, Sandra. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai