Si*) ABSTRAK Indonesia dengan wilayah lautnya yang sangat luas, jumlah pulaunya yang mencapai sekitar 17.508 dan diperkirakan luas terumbu karangnya sekitar 60.000 km2 membuat negara ini sangat kaya dengan keanekaragaman hayati. Banyaknya atau luasnya terumbu karang di Indonesia disebabkan perairan Indonesia memenuhi syarat tumbuhnya terumbu karang yakni perairan laut dengan bertemperatur di antara 18 - 30o C, kedalaman airnya kurang dari 50 meter, salinitas air laut 30 36 per mil (), laju sedimentasi relatif rendah dengan perairan yang relatif jernih, pergerakan air/arus yang cukup, bebas dari pencemaran, dan memiliki substrat yang keras Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting karena menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Terumbu karang mempunyai fungsi yang sangat banyak baik kehidupan ini baik dilihat dari aspek fisik ataupun dari aspek ekonomi. Namun demikian karena banyaknya manfaat tersebut, tekanan manusia terhadap terumbu karang semakin meningkat. Hal ini terlihat dari kondisi erumbu karang di Indonesia yang hanya 7 % yang berada dalam kondisi sangat baik, 24 % berada dalam kondisi baik, 29 % dalam kondisi sedang dan 40 % dalam kondisi buruk. Kerusakan terumbu karang tersebut secara dominan disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung, misalnya menangkap ikan dengan menggunakan bom dan racun sianida (potas), pembuangan jangkar, berjalan di atas terumbu, penggunaan alat tangkap muroami, penambangan batu karang, penambangan pasir, dan sebagainya. Namun demikian beberapa kasus kerusakan terumbu karang akibat disebabkan oleh kondisi alam, misalnya angin topan, badai tsunami, gempa bumi, pemanasan oleh CoTs (crown-of-thorns starfish) dan pemanasan global. Oleh karena itu diperlukan berbagai langkah konkrit untuk menanggulanginya baik bersifat pencegahan ataupun pemulihan terumbu karang yang rusak. Kata kunci : Ekosisten Terumbu karang, Pemulihan terumbu karang PENDAHULUAN
W
didukung
sepanjang sekitar 81.000 km (Dahuri et al. 2001). Garis pantai yang panjang ini
merupakan
menyimpan potensi kekayaan sumber alam yang besar baik hayati seperti perikanan, hutan mangrove, terumbu karang, mineral, dan pariwisata.
suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Sumber daya ini sangat besar yang oleh adanya garis pantai
Terumbu
karang
(coral
reefs)
Indonesia, lebih dari 40 % dalam kondisi rusak dan hanya sekitar 6,5% dalam kondisi sangat baik SYARAT HIDUP TERUMBU KARANG Terumbu karang merupakan komunitas yang unik di antara komunitas laut lainnya dan mereka terbentuk seluruhnya dari aktivitas biologi. Pada dasarnya karang merupakan endapan massive kalsium karbonat (kapur) yang diproduksi oleh binatang karang
merupakan salah satu ekosistem utama pesisir dan laut yang dibangun terutama
oleh biota laut penghasil kapur khususnya jenis-jenis karang batu dan algae berkapur. Ekosistem ini terdiri atas beragam biota asosiatif dan keindahan yang mempesona, memiliki nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi. Selain berperan sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak dan arus kuat, terumbu karang juga mempunyai nilai
ekologis sebagai habitat, tempat mencari makanan, tempat asuhan dan tumbuh besar, serta tempat pemijahan bagi berbagai biota laut. Nilai ekonomis terumbu karang yang menonjol penangkapan adalah berbagai sebagai jenis tempat biota laut
dengan sedikit tambahan dari alga berkapur dan organismeorganisme karbonat. lain penghasil ilmiah
kalsium
Klasifikasi
menunjukkan bahwa karang ini termasuk kelompok binatang dan bukan sebagai
kelompok tumbuhan. Binatang karang ini masuk ke dalam phylum Cnidaria, kelas Anthozoa, ordo Scleractinia. Terumbu karang tidak dapat hidup di air tawar atau muara ataupu hidup disemua tempat, akan tetapi hidup di perairan laut yang memiliki syarat-syarat tertentu yaitu : 1. Perairan yang bertemperatur di antara 18 - 30 oC, 2. Kedalaman air kurangnya dari 50 meter, 3. Salinitas air laut 30 36 per mil (), 4. Laju sedimentasi relatif rendah dengan perairan yang relatif jernih, 5. Pergerakan air/arus yang cukup, 6. Perairan yang bebas dari pencemaran, dan 7. Substrat yang keras.
konsumsi dan berbagai jenis ikan hias, bahan konstruksi dan perhiasan, bahan baku farmasi, dan sebagai daerah wisata dan rekreasi yang menarik. Dengan melihat nilai ekologis dan ekonomis penting tersebut, ekosistem terumbu karang sebagai
ekosistem produktif di wilayah pesisir dan laut sudah selayaknya untuk dipertahankan keberadaan dan kualitasnya. Namun sangat disayangkan bahwa berbagai nilai ekologis dan ekonomis terumbu karang yang tinggi ini sedang mengalami penurunan yang sangat mengkhawatirkan akibat degradasi dan
kerusakan yang cukup parah. Dari sekitar 85.000 km2 luas terumbu karang di
proses
Hindia dan Pasifik serta diantara dua benua Asia dan Australia (Gayatri Liley, 1998). Ekosistem terumbu karang
karang daratan,
terumbu karang dibagi ke dalam tiga tipe yaitu: 1. Terumbu karang cincin (atol). Terumbu karang ini dalam memerlukan proses waktu
merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting karena menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Di dalam ekosistem terumbu karang ini bias hidup lebih dari 300 jenis karang, yang terdiri dari sekitar 200 jenis ikan dan berpuluh-puluh jenis moluska, crustacean, sponge, alga, lamun dan biota lainnya (Dahuri, 2000). Terumbu karang mempunyai fungsi yang sangat banyak baik kehidupan ini baik dilihat dari aspek fisik ataupun dari aspek ekonomi. Peran fungsi terumbu karang bagi manusia kian hari semakin penting sehingga semakin maupun bertambahnya kebutuhan nilai ekonomis akan
pembentukannya beratusratus
tahun.
Terumbu karang
cincin (atol) biasanya terdapat di pulaupulau kecil yang terpisah jauh dari daratan adalah Contoh terdapat terumbu di karang ini
Takabonerate
Sulawesi Selatan. 2. Terumbu karang penghalang (barrier reefs), contoh terumbu karang ini
adalah Great Barrier Reefs. 3. Terumbu karang tepi (fringing reefs) Terumbu karang tepi adalah tipe yang paling banyak terdapat di Indonesia. Terumbu karang tipe ini berada di tepi pantai yang jaraknya kurang dari 100 meter ke arah laut .
masyarakat
sumberdaya yang ada di terumbu karang seperti ikan, udang lobster, tripang dan lainlain, maka aktivitas yang mendorong masyarakat untuk memanfaatkan potensi tersebut demikian semakin tekanan besar pula. Dengan terhadap
ekologis
KONDISI TERUMBU KARANG INDONESIA Indonesia dengan wilayah lautnya yang sangat luas, jumlah pulaunya yang mencapai sekitar 17.508 dan diperkirakan luas terumbu karangnya sekitar 60.000 km2 membuat negara ini sangat kaya dengan
ekosistem terumbu karang juga akan semain meningkat. tentunya Meningkatnya akan dapat tekanan ini
mengancam
keberadaan dan kelangsungan ekosistem terumbu karang dan biota yang hidup di dalamnya. Sehingga sudah waktunya
keanekaragaman hayati. Ditambah letaknya yang sangat strategis, yaitu di sepanjang garis katulistiwa, diantara dua samudera
bangsa Indonesia mengambil tindakanyang cepat dan tepat guna mengurangi laju
degradasi
terumbu
karang
akibat
Keberadaan terumbu karang sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan baik yang bersifat fisik maupun kimia. Pengaruh itu dapat mengubah komunitas karang dan menghambat perkembangan terumbu karang secara keseluruhan. Kerusakan terumbu karang pada dasarnya dapat disebabkan oleh faktor fisik, biologi dan karena aktivitas manusia. Terumbu karang sangat bermanfaat bagi manusia sebagai tempat pariwisata, tempat menangkap ikan, pelindung pantai secara alami, dan tempat keanekaragaman hayati. Secara umum manfaat terumbu karang berikut: 1. Fungsi pariwisata; Fungsi ini berkaitan dengan keindahan karang, kekayaan biologi dan kejernihan dapat diklasifikasikan sebagai
dieksploitasi oleh manusia. Menurut Gomez dan Alcala (1984) dalam Yuniarti (2007), Ekosistem terumbu karang dikatakan buruk apabila mempunyai karang hidup sebesar 0 24,9 %, sedang apabila tutupan karang hidup 25 49,9 %, dikatakan bagus apabila tutupan karang hidup 50 74,9 % dan dikatakan sangat bagus apabila mempunyai tutupan karang hidup > 75 % Saat ini, ekosistem terumbu karang secara terus menerus mendapat tekanan akibat berbagai aktivitas manusia, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa aktivitas manusia yang secara langsung dapat menyebabkan kerusakan terumbu karang diantaranya:
MANFAAT TERUMBU KARANG Ekosistem manfaat terumbu yang karang mempunyai yakni
airnya
membuat
kawasan
terumbu
karang terkenal sebagai tempat rekreasi. Skin diving atau snorkeling, SCUBA dan fotografi adalah kegiatan yang umumnya terdapat di kawasan ini. 2. Fungsi perikanan; Terumbu karang merupakan tempat
bermacam-macam,
sebagai tempat hidup bagi berbagai biota laut tropis lainnya sehingga terumbu karang memiliki keanekaragaman jenis biota sangat tinggi dan sangat produktif, dengan bentuk dan warna yang beraneka ragam, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber bahan
tinggal ikan-ikan karang yang harganya mahal sehingga nelayan menangkap ikan di kawasan ini. Jumlah panenan ikan, kerang dan kepiting dari terumbu karang secara lestari di seluruh dunia dapat mencapai 9 juta ton atau
makanan dan daerah tujuan wisata, selain itu juga dari segi ekologi terumbu karang berfungsi sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak.
dunia. ikan di
Rata-rata daerah
pemecah melindungi
alami erosi,
yang banjir
Filipina
adalah
pantai, dan peristiwa perusakan lainnya yang diakibatkan oleh fenomena air laut. Terumbu karang juga memberikan
ton/km2/tahun. Namun jumlah ini sangat bervariasi mulai dari 3 ton/km2/tahun sampai dengan 37 ton/km2/tahun (White dan Cruz-Trinidad, perikanan 1998). Perkiraan pada
kontribusi untuk akresi (penumpukan) pantai dengan memberikan pasir untuk pantai dan memberikan perlindungan terhadap desa-desa dan infrastruktur seperti jalan dan bangunan-bangunan lainnya yang berada di sepanjang pantai. Apabila milyaran dirusak, rupiah maka untuk diperlukan membuat
produksi
tergantung
kondisi terumbu karang. Terumbu karang dalam kondisi yang sangat baik mampu menghasilkan sekitar 18 ton/km2/tahun, terumbu karang dalam kondisi baik
mampu menghasilkan 13 ton/km2/tahun, dan terumbu karang dalam kondisi yang cukup baik mampu menghasilkan 8 ton/km2/tahun (McAllister, 1998). Selain itu, perkiraan perhitungan nilai produksi perikanan dari terumbu karang tergantung pada kondisi terumbu karang dan kualitas pemanfaatan oleh Contohnya masyarakat Cesar dan di
penghalang buatan yang setara dengan terumbu karang ini. 4. Fungsi biodiversity; Ekosistem ini mempunyai produktivitas dan keanekaragaman jenis biota yang tinggi. Keanekaragaman hidup di
ekosistem terumbu karang per unit area sebanding atau lebih besar dibandingkan dengan hal yang sama di hutan tropis. Terumbu karang ini dikenal sebagai laboratorium untuk ilmu ekologi. Potensi untuk bahan obat-obatan, anti virus, anti kanker dan penggunaan lainnya sangat tinggi.
pengelolaan sekitarnya.
(1996)
memperkirakan bahwa daerah terumbu karang yang masih asli dengan daerah perlindungan lautnya (marine sanctuary) dapat menghasilkan $24.000/km2/ tahun apabila penangkapan ikan dilakukan
secara berkelanjutan (sustainable). 3. Fungsi perlindungan pantai; Jenis terumbu karang yang berfungsi untuk melindungi pantai adalah terumbu karang tepi dan penghalang. Jenis ANCAMAN TERUMBU KARANG Berdasarkan laporan hasil penelitian LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), bahwa terumbu karang di Indonesia hanya 7 % yang berada dalam kondisi sangat baik,
24 % berada dalam kondisi baik, 29 % dalam kondisi sedang dan 40 % dalam kondisi buruk (Suharsono, 1998). Diperkirakan
muroami, penambangan batu karang, penambangan pasir, dan sebagainya. Aktivitas manusia yang secara tidak langsung dapat menyebabkan kerusakan terumbu karang adalah sedimentasi yang disebabkan aliran lumpur dari daratan akibat penggundulan hutan-hutan dan kegiatan pertanian, penggunaan pupuk dan pestisida yangberlebihan untuk
terumbu karang akan berkurang sekitar 70 % dalam waktu 40 tahun jika pengelolaannya tidak segera dilakukan. Saat ini, ekosistem terumbu karang secara terus menerus
mendapat tekanan akibat berbagai aktivitas manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa aktivitas manusia yang secara langsung dapat menyebabkan
kerusakan terumbu karang diantaranya: 1. Menangkap ikan dengan menggunakan bom dan racun sianida (potas),
terhadap terumbu karang beserta akibat yang ditimbulkannya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Aktivitas Manusia Terhadap Kerumbu Karang dan Akibat yang Ditumbulkannya No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Aktivitas Manusia Bom Racun/Potas Trawl Jaring dasar Bubu Jangkar Berjalan di atas karang Penambangan batu karang Kapal di perairan dangkal Alat pendorong perahu Cindera mata Sedimentasi Dampak yang Timbulkannya Karang mati, terbongkar dan patah-patah Karang mati dan berubah menjadi putih Karang mati, terbongkar dan patah-patah Karang stress dan patah-patah Karang mati, terbongkar dan patah-patah Karang hancur, patah dan terbongkar Karang hancur, patah-patah Penurunan pondasi terumbu Karang patah Karang patah Karang-karang yang indah hilang Karang mati akibat tertutupnya permukaan karang oleh lumpur Karang mati dan berubah menjadi putih
13. Polusi
2. Ancaman terhadap ekosistem terumbu karang juga dapat disebabkan oleh karena adanya faktor alam. Ancaman
oleh alam dapat berupa angin topan, badai tsunami, gempa bumi,
starfish) dan pemanasan global yang menyebabkan Aktivitas alam pemutihan yang karang.
kerusakan ekosistem terumbu karang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
menimbulkan
Tabel 2. Aktivitas Alam dan Akibat yang Ditumbulkannya Terhadap Terumbu Karang No 1. 2. Ancaman Alam Dampak yang Dimbulkannya Bintang laut berduri (COTs) Kematian karang dalam skala yang luas Pemutihan karang/Pemanasan Kematian karang kehilangan keindahan untuk global snorkeling dan menyelam Tsunami/Topan/Gunung bawah laut api Kerusakan fisik karang dan atau struktur terumbu.
3.
3. Overfishing Terumbu karang dengan kondisi yang sangat baik tanpa daerah perlindungan laut di atasnya dapat menghasilkan $12.000/km2/tahun jika penangkapan
ALTERNATIF SOLUSI PENYELAMATAN TERUMBU KARANG Ancaman terhadap terumbu karanag kian hari semakin serius. Oleh karena itu
diperlukan suatu pengelolaan yang baik agar kelestarian terumbu karang tetap terjaga yang pada akhirnya generasi mendatang
dilakukan secara berkelanjutan. Terumbu karang yang rusak akibat penangkapan dengan racun dan bahan peledak atau kegiatan pengambilan destruktif lainnya (seperti penambangan karang,
untuk dapat juga menikmati sumberdaya terumbu karang tersebut. Prinsif dasar yang harus dikedepankan karang dalam pengelolaan adalah
terumbu
secara
lestari
keuntungan ekonomi. Kawasan terumbu karang yang sudah rusak/hancur 50 % hanya akan menghasilkan
kondisi
kualitas
$6.000/km2/tahun, dan daerah yang 75 % rusak menghasilkan hanya sekitar $2.000/km2/tahun. Apabila terumbu
kepentingan seluruh lapisan masyarakat serta memikirkan generasi mendatang. 2. Mendorong dan membantu pemerintah daerah untuk menyusun dan
karang sudah mengalami tangkap lebih (overfishing) oleh cukup banyak nelayan maka keuntungan ekonomi akan
melaksanakan
program-program
pengelolaan sesuai denga karakteristik wilayah dan masyarakat setempat serta memenuhi secara standar nasional yang ditetapkan berdasarka
4. Memberikan hak dan kepastian hokum untuk mengelola terumbu karang bagi mereka yang memiliki kemampuan; 5. Mengurangi laku degradasi kondisi
pertimbangan-pertimbangan daerah yang menjaga antara upaya ekploitasi dan upaya pelestarian lingkungan. 3. Mendorong kesadaran, partisipasi dan kerjasama/kemitraan dari masyarakat,
penyebab kerusakan terumbu karang secara dini; 7. Mengembangkan program penyuluhan konservasi terumbu karang dan
pemerintah daerah, antar daerah dan antar instansi dalam perencanaan dan pelaksanaan karang. pengelolaan terumbu
mengembangkan
berbagai
alternative
mata pencaharian bagi masyarakat local yang memanfatakannya; 8. Meningkatkan efektifitas penegakan
Berdasarkan
prinsif
dasar
hokum terhadap berbagai kegiatan yang dilarang oleh hokum seperti pemboman dan penangkapan ikan dengan potas; 9. Mengelola terumbu karang berdasarkan karakteristik ekosistem, potensi,
pengelolaan terumbu karang tersebut di atas, maka diperlukan beberapa strategi yang tepat dalam pengelolaan terumbu karang, yaitu dengan cara: 1. Memberdayakan masyarakat pesisir
pemanfaatan dan status hukumnya; 10. Mengidentifikasi potensi terumbu karang dan pemanfaatannya; dan 11. Menjaga keseimbangan antara
yang secara langsung bergantung pada pengelolaan terumbu karang; 2. Mengembangkan mata pencaharian
alternative yang bersifat berkelanjutan bagi masyarakat pesisir; 3. Meningkatkan penyuluhan dan keadaan
menumbuhkembangkan
Terdapat
dua
hal
yang
harus
masyarakat akan tanggung jawab dalam pengelolaan karang dan sumberdaya ekosistemnya terumbu melalui
dilakukan oleh manusia dalam mengelola terumbu karang secara lestari yaitu pertama, melakukan pencegahan berbagai aktivitas manusia yang dapat menimbulkan
kerusakan terumbu karang baik langsung ataupun tidak langsung; Kedua, melakukan
tabel
yang
memperlihatkan manusia,
hubungan yang
aktivitas
dampak
kerusakan baik akibat aktivitas manusia ataupun aktivitas alam. Berikut ini adalah
Tabel 3. Ancaman Manusia terhadap Terumbu Karang, Indikasi yang Timbul, dan Beberapa Kemungkinan Penanganan yang Bisa Dilakukan No 1. Sumber Ancaman Bom Indikator Kerusakan Terumbu Karang Karang menjadi patah/ terbelah, tersebar berserakan, dan hancur menjadi pasir, meninggalkan bekas lubang pada terumbu karang. Karang mati dan berubah menjadi putih, meninggalkan bekas patahan karang yang banyak karena nelayan mengambil ikan yang tersembunyi di balik terumbu karang. Tidak ada lagi karang hidup tumbuh pada wilayah yang nelayannya sering menggunakan jaring trawl untuk menangkap ikan Karang hidup yang tumbuh pada wilayah tersebut terlihat sangat menderita Karang menjadi rusak dan terdapat bongkahan karang mati dan menumpuk pada beberapa tempat, terutama karang kepala, Porites. Karang menjadi rusak dan banyak patahan karang yang berserakan, terutama karang jari, Acropora Branching. Pencegahan/ Penanganan yang Dapat Dilakukan Walaupun ada pelarangan di tingkat nasional, perlu membuat peraturan lokal yang melarang penggunaan bahan peledak dalam menangkap ikan Walaupun ada pelarangan di tingkat nasional, peraturan daerah yang melarang penggunaan bahan nimia dalam penangkapan ikan perlu dikeluarkan.
2.
Racun
3.
Trawl
4.
5.
6.
7.
8.
Membuat peraturan yang melarang penggunaan alat tangkap ikan dengan jarring trawl di sekitar terumbu karang. Jaring Membuat peraturan yang mengatur Dasar penggunaan jaring seperti ini pada lokasi-lokasi tertentu. Bubu Membuat peraturan yang melarang penempatan bubu pada wilayah terumbu karang, diperkuat dengan peraturan pemerintah Jangkar Membuat peraturan yang melarang perahu untuk membuang jangkar pada wilayah terumbu karang. Pada wilayah ini dipasangkan Mooring Buoy. Berjalan Patahan karang yang berserakan Membuat peraturan yang di Di atas dan mati. peruntukkan bagi para wisatawan Karang agar tidak berjalanjalan dan menginjakkan kaki di atas terumbu karang. Penamba Karang menjadi habis dan tersisa Membuat peraturan yang melarang ngan Batu hanya pasir serta karang mati. pengambilan batu karang untuk Karang dijadikan bahan bangunan.
No 9.
10.
Sumber Indikator Kerusakan Ancaman Terumbu Karang Kapal Di Karang akan menjadi patah akibat Perairan terkenanya balingbaling perahu, Dangkal terutama karang bercabang. Branching. Polusi oleh tumpahan minyak dari motor tempel/motor pendorong mematikan karang. Alat Anakan karang yang baru Pendoron berkembang menjadi patah dan g Perahu mati karena terkena batang bambu
Pencegahan/ Penanganan yang Dapat Dilakukan Memberikan tanda-tanda di wilayah terumbu karang yang dangkal agar para pengemudi perahu dapat melihat wilayah mana yang dapat dilalui dan mana yang tidak boleh. Membuat jalur masuk perahu pada wilayah terumbu karang, sehingga penggunaan kayu untuk mendorong perahu tidak dipergunakan lagi Membuat peraturan yang melarang pengambilan terumbu karang untuk dijadikan hiasan. Serta menghapus kuota untuk ekspor terumbu karang hias Karena disebabkan oleh pemanasan global, aksi lokal sendiri tidak dapat mengatasi permasalahan ini. Hal yang dapat dilakukan adalah pendidikan tentang pemanasan global dan lobi pejabat-pejabat tinggi negara untuk mendukung pengurangan emisi gas karbon.
11.
Cindera Mata
Karang-karang yang indah menjadi hilang dan yang tinggal hanyalah karang yang rusak dan hampir mati. Dengan tiba-tiba terjadi perubahan warna karang menjadi putih, khususnya pada perairan dangkal dan spesies acropora yang berasosiasi dengan suhu air yang hangat.
12.
Pemutih Karang
KESIMPULAN Terumbu karang (coral reefs) yang relatif jernih, pergerakan air/arus yang cukup, bebas dari pencemaran, dan memiliki substrat yang keras. Terumbu karang
merupakan salah satu ekosistem utama pesisir dan laut yang dibangun terutama
oleh biota laut penghasil kapur khususnya jenis-jenis karang batu dan algae berkapur. Terumbu karang tidak dapat hidup di air tawar atau muara, melainkan di perairan laut dengan bertemperatur di antara 18 - 30 oC, kedalaman airnya kurang dari 50 meter, salinitas air laut 30 36 per mil (), laju sedimentasi relatif rendah dengan perairan
memiliki banyak fungsi dalam kehidupan manusia yaitu fungsi pariwisata, fungsi
perikanan, fungsi perlindungan pantai dan fungsi biodiversity. Indonesia dengan wilayah lautnya yang sangat luas, jumlah pulaunya yang mencapai sekitar 17.508 dan diperkirakan luas terumbu karangnya sekitar 60.000 km2
10
membuat negara ini sangat kaya dengan keanekaragaman hayati. Namun demikian, berdasarkan data terumbu karang di
Indonesia hanya 7 % yang berada dalam kondisi sangat baik, 24 % berada dalam kondisi baik, 29 % dalam kondisi sedang dan 40 % dalam kondisi buruk. Kerusakan terumbu karang tersebut secara dominan disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung, misalnya menangkap ikan dengan menggunakan bom dan racun sianida
Cesar, H. 1996. Economic Analysis of Indonesian Coral Reefs. Environmental Department. World Bank. Washington, D.C. 97pp Dahuri R., Rais Y., Putra S.,G., Sitepu, M.J., 2001. Pengelolaan Sumber daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita, Jakarta. Dahuri, R. 2000. Pendayagunaan sumberdaya kelautan untuk kesejahteraan masyarakat. LISPI. Jakarta McAllister, D.E. 1998. Environmental, Economic and Social Costs of Coral Reef Destruction in the Philippines. Galaxea Vol. 7, pp. 161-178. Suharsono. 1998. Condition of Coral Reef Resources in Indonesia. Indonesian Journal of Coastal and Marine Resources Management. PKSPL IPB. Volume 1, No.2, pp. 44-52. Yuniarti. 2007. Pengelolaan Wilayah Pesisir Di Indonesia (Studi Kasus : Pengelolaan Terumbu Karang Berbasis Masyarakat Di Kepulauan Riau). Makalah. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelauatan Universitas Padjadjaran Bandung
(potas), pembuangan jangkar, berjalan di atas terumbu, penggunaan alat tangkap muroami, penambangan pasir, dan batu karang, .
penambangan
sebagainya
Namun demikian beberapa kasus kerusakan terumbu karang akibat disebabkan oleh kondisi alam, misalnya angin topan, badai tsunami, gempa bumi, pemangsaan oleh CoTs (crown-of-thorns starfish) dan
terumbu karang, terdapat dua hal yang harus dilakukan oleh manusia dalam mengelola terumbu karang secara lestari yaitu pertama, melakukan pencegahan berbagai aktivitas manusia kerusakan yang terumbu dapat dan menimbulkan melakukan
11
12