Anda di halaman 1dari 2

Indahnya Teguran Dalam salah satu audisi American Idol (mungkin juga dijumpai dalam Indonesian Idol dan

acara pencari bakat lainnya), tampil seorang kontestan yang begitu percaya diri. Ia meyakinkan para juri bahwa ia adalah penyanyi bintang masa depan. Namun, sewaktu ia mulai bernyanyi, suaranya sedemikian buruk sehingga selang beberapa detik para juri terpaksa menghentikannya. Ia berkata dengan marah, "Bagaimana bisa kalian tidak melihat bakat saya? Selama ini tidak pernah ada orang yang mengkritik suara saya!"

Mengapa orang ini tidak memahami bahwa sebenarnya dirinya tidak berbakat? Mungkin karena dia menganggap dirinya sungguh berbakat dan dapat dijajarkan dengan para penyanyi top kelas dunia. Bayangan bahwa dirinya demikian berbakat membuat dia marah kalau ada orang yang mengatakan hal yang sebenarnya. Mungkin ada orang yang menganggap dirinya terampil, cantik (tampan), menarik, fasih berbahasa asing, pandai khotbah, dan aneka keterampilan lain padahal sebenarnya tidak. Orang seperti ini akan marah kalau dikritik atau diberi tahu tentang kesalahannya. Dia akan menganggap orang lain iri kepadanya, ingin menjegal kariernya. Kalau karier orang seperti ini bisa melejit di kantor, dia akan menekan, menyingkirkan bawahannya bila ada yang berani menyinggung mengenai prestasi kerjanya atau kebiasaannya. Seandainya dia sampai melakukan kesalahan, biasanya dia akan menjadi orang yang amat sulit untuk dinasihati agar berubah oleh siapa pun, sekalipun oleh atasan di kantor atau pemuka agama, bahkan oleh sahabat dan handai taulannya sendiri.

Kalau Anda yang menjadi bawahan, apakah Anda berani menegur atasan Anda yang Anda yakin telah melakukan kesalahan, demi kebaikan? Ada seorang perawat yang baru lulus dan bekerja di sebuah rumah sakit ternama. Salah satu tugas di hari-hari pertamanya adalah membantu di kamar bedah. Perawat ini mempelajari ulang prosedur standar proses operasi sebelum pelaksanaan operasi. Salah satu tugasnya adalah menyiapkan dan memberikan penjepit pembuluh darah untuk meminimalkan perdarahan kepada dokter bedah serta menerimanya kembali sesudah operasi selesai. Setelah operasi dilakukan oleh dokter bedah, dia memerintahkan untuk menutup luka operasi. Perawat baru ini segera menginterupsi, Ada satu penjepit yang belum dikeluarkan. Luka jangan ditutup dulu. Dokter bedah kembali memerintahkan para asistennya untuk menutup luka. Perawat ini mengatakan, Saya memberikan 17 buah penjepit waktu operasi dimulai. Saya baru menerima kembali 16 buah, masih ada satu yang di dalam, jadi luka itu tidak boleh ditutup. Dokter bedah yang sudah senior ini kembali memerintahkan untuk menutup luka, kemudian berpaling kepada perawat tadi dan berkata, Bagus, kamu orang baru tapi kerjamu cermat. Kemudian dia mengalihkan pandangan ke lantai, mengangkat kakinya dan tampak sebuah penjepit ada di bawah kakinya. Perawat yang baru lulus kemarin sore berani menegur dokter yang sudah senior, walaupun dia sadar bahwa risikonya dia bisa kehilangan pekerjaannya karena berani menegur seniornya. Tidak semua orang berani melakukan ini, menegur atasan, walaupun demi kebaikan banyak orang.

Mau mendengarkan apa kata (teguran) orang lain, siapa pun dia, dan berani menegur kesalahan potensial orang yang lebih senior, lebih tinggi pangkatnya demi kebaikan banyak orang adalah dua sifat yang amat baik dimiliki oleh siapa pun. Semoga bermanfaat. Bahan diolah dari naskah kiriman Endro Widagdo

Anda mungkin juga menyukai