Anda di halaman 1dari 5

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang rekayasa material serta berkembangnya isu lingkungan hidup menuntut terobosan baru dalam menciptakan material-material yang berkualitas tinggi serta ramah lingkungan. Pemakaian akhir material logam dan keramik akan menyisakan residu di alam, karena material tersebut sulit dihancurkan oleh alam dalam waktu singkat. Oleh karena itu, pemakaian material ramah lingkungan, mampu didaur ulang serta mampu dihancurkan sendiri oleh alam merupakan tuntutan teknologi saat ini (Sabari. I, 2009). Komposit juga merupakan salah satu jenis material di dalam dunia teknik yang dibuat dengan penggabungan dua macam bahan yang mempunyai sifat berbeda menjadi satu material baru dengan sifat yang berbeda pula. Komposit dari bahan serat terus di teliti dan dikembangkan guna menjadi bahan alternative pengganti bahan logam, hal ini disebabkan sifat dari komposit serat yang kuat dan mempunyai berat yang lebih ringan dibandingkan dengan logam. Susunan komposit serat terdiri dari serat dan matrik sebagai bahan pengikatnya. Bahan komposit telah digunakan dalam industri pesawat terbang, otomotif, maupun untuk alat-alat olahraga. Penggunaan komposit di berbagai bidang tidak terlepas dari sifatsifat unggul yang dimiliki komposit yaitu ringan, kuat, serta tahan terhadap korosi dan kaku (Arif Wicaksono, 2006). Penelitian yang mengarah pada perkembangan bahan komposit telah banyak dilakukan, terutama yang berkaitan dengan komposit penguatan serat alam yang berbahan matrik polimer. Penelitian ini dilakukan seiring dengan majunya penggunaan bahan alami dalam kehidupan sehari-hari. Kelebihan mendasar yang dimiliki oleh serat alam adalah jumlahnya berlimpah, memiliki specific cost yang rendah, dapat diperbarui dan didaur ulang, serta tidak mencemari lingkungan. 1

Untuk memperoleh sifat mekanik yang tinggi (kekuatan tarik, modulus elastisitas, kekuatan impak) serat alam telah diberi bermacam perlakuan yang dapat meningkatkan sifat mekanik tersebut. Seperti yang dilakukan oleh Joseph,K. et all (1995), mengkaji pengaruh metode pembuatan, kandungan, panjang dan orientasi serat terhadap kekuatan tarik komposit sisal-polyethylene. Kekuatan tarik serat akan optimal pada panjang serat 6 mm, yaitu mencapai 12.5 MPa. Pengembangan riset dan teknologi dengan memanfaatkan produk lokal merupakan langkah bijak untuk meningkatkan nilai jual material produk lokal, sehingga secara tidak langsung juga akan meningkatkan taraf hidup masyarakat lokal. Menurut Diharjo, dkk (2005), pengaruh perlakuan alkali serat 2 jam pada serat kenaf memberikan kekuatan tarik paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan alkali 0, 4, 6, 8 jam. Penelitian juga pernah dilakukan oleh Achmad (2010). Dimana dalam penelitiannya menyatakan bahwa panjang serat akan berpengaruh pada ketahanan bending, yaitu 51,32 Mpa pada panjang serat 25 mm. Serat sisal merupakan penguat yang menjanjikan untuk di gunakan sebagai komposit karena harganya yang murah, densitasnya yang rendah, kekuatan spesifik dan modulusnya yang tinggi, tanpa resiko kesehatan tersedia melimpah dan merupakan bahan alam terbarukan. Pengambilan serat sisal dapat di lakukan dengan pembusukan maupun penyisiran menggunakan dekortikator. Secara konvesional, serat sisal sering di gunakan sebagai bahan baku pembuatan tali, tikar, karpet, kerajinan, dan lain lain. Secara teknis, serat sisal potensial untuk di gunakan sebagai komposit bagi bahan bangunan, kendaraan, rel kereta api, geotekstil, hingga kemasan. Akhir-akhir ini, keinginan masyarakat untuk mendiversifikasikan penggunaan komposit berbahan dasar serat sisal telah meningkat. Sebagai komposit, sisal telah di kombinasikan dengan polyester, epoxy, polyethylene, dan karet. Dan serat sisal sebagai salah satu serat alam yang paling banyak di gunakan sebagai komposit. ( Adhi Kusumastuti, 2009 ).

Luthfi Hakim.dkk, 2005. Di dalam Penelitianya ini menitik beratkan pada pemanfaatan serat pisang sebagai bahan baku alternative dalam pembuatan papan komposit. Bahan baku alternative ini di butuhkan oleh sektor industri karena keterbatasan bahan baku kayu. Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh konsentrasi NaOH pada sifat fisis papan komposit. Sifat fisis papan komposit terdiri atas kerapatan. Kadar air, daya serap air, dan pengembangan tebal. Perekat di gunakan adalah Phenol Formaldehid (PF) sebanyak 7% dari berat kering oven serat batang pisang. Pengempaan di lakukan pada tekanan 25 kg/cm2 dan suhu 1500C dengan kerapatan sasaran 0,8 g/cm3. Papan yang di hasilkan rata rata bagus dengan kerapatan antara 0,55 0,80 g/cm3, Rata rata kadar air antara 8,68% - 14,61%, rata rata daya serap air pada perendaman air 2 jam antara 52,57% - 211,05% dan pada perendaman air 24 jam antara 56,86% - 257,65%. Pengembangan tebal pada perendaman 2 jam antara 14,37% - 67,86% dan pada perendamanair 24 jam antara 2,48% - 97,96%. Kerapatan dan kadar air papan komposit memenuhi persyaratan JIS A 5908 - 1994 for particleboard and JIS A 5906 1994 for fiberboard, namun daya serap air tidak di masukkan dalam persyaratan dalam standar, pengembangan tebal tidak dipersyaratkan pada standar JIS A 5905 1994, tetapi tidak memenuhi standart JIS A 5908 1994 . Selain serat pandan wangi, sisal, waru, sabut kelapa, pisang, dan ijuk sapu pemanfaatan serat-serat tersebut merupakan langkah tepat dalam mengembangkan material komposit dan tumbuhan-tumbuhan ini penyeberannya sangat luas, sehingga dapat ditemukan didaerah tropik dan daerah subtropik serta daerah yang mempunyai keadaan iklim basah maupun kering (Anonim, 2000). Terutama serat ijuk atau biasanya di kenal dengan ijuk sapu adalah serat alam yang mungkin hanya sebagian orang mengetahui kalau serat ini sangat lah istimewa di banding dengan serat lainya, serat berwarna hitam yang dihasilkan dari pohon aren memiliki beberapa keistimewaam seperti: tahan lama hingga ratusan bahkan ribuan tahun lebih, tahan terhadap asam dan garam air laut, dan sebagai perisai nuklir. 3

Industri yang paling gencar menggunakan serat alam sebagai material penguat komposit polimer adalah produsen otomotif Daimler Chrysler. Produsen mobil Amerika-Jerman ini mulai meneliti dan menggunakan bahan komposit polimer berbasis serat-serat alam.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah bagaimana mengetahui karakteristik kekuatan tarik dan kekuatan bending material komposit serat alam dengan matrik epoxy. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian: Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan membandingkan beberapa komposit matriks epoxy serat alam dengan pengujian kekuatan tarik dan kekuatan bending. Manfaat Penelitian. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui sifat mekanis dari komposit serat alam. 2. Pengembangan teori terhadap fraksi volume serat yang baik untuk membuat material komposit 3. Memanfaatkan serat alam yang ada di sekitar kita. 4. Kemajuan ilmu dan teknologi dalam bidang material.

1.4 Batasan Masalah Untuk menghindari permasalahan yang meluas, dalam penelitian ini perlu diberikan batasan-batasan masalah sebagai berikut: 1. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian tarik dan pengujian bending. 2. Serat yang digunakan adalah serat sisal, serat pisang kepok, serat waru, serat pandan wangi, dan serat ijuk. 3. Resin yang dipakai adalah resin epoxy. 4. Konsentrasi NaOH adalah 4% dengan waktu perendaman 1 jam. 5. Arah serat yang di gunakan adalah acak dan searah. 6. Panjang serat acak 1 cm. 7. Panjang serat searah disesuaikan dengan panjang cetakan. 8. Benda uji dibuat dengan cara hand lay up dan dengan penekanan secara manual menggunakan kaca sebagai cetakan dan penekan. 9. Fraksi serat searah dan acak adalah 30 %.

1.5 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Metalurgi Teknik Mesin dan Laboratorium Geoteknik Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram.

Anda mungkin juga menyukai