Anda di halaman 1dari 20

PENENTUAN KADAR Cu(ll) PADA CONTOH UJI DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA)

Tanggal Percobaan : 24 April 2009

A.Tujuan
Mahasiswa dapat menentukan kadar Cu(ll) dalam sampel limbah dengan metode spektrometri serapan atom (SSA).

B. Tinjauan Pustaka
Spektrofotometri serapan atom, sering disingkat sebagai AAS atau SSA adalah suatu bentuk spektrofotometri dimana spesies pengabsorbsiannya adalah atom-atom. (Underwood, 1996 :430). Prinsip dasar SSA adalah interaksi antara radiasi elektomagnetik dengan sampel. SSA merupakan metode yang sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Teknik ini adalah teknik yang paling umum dipakai untuk analisis unsur yang didasarkan pada emisi dan absorbansi dari uap atom. Komponen kunci pada metode ini adalah sistem (alat) yang dipakai untuk menghasilkan uap atom dalam sampel. Cara kerja SSA berdasarkan atas penguapan larutan sampel, kemudian logam yang terkandung didalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengabsorbsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda yang mengandung unsur yang akan ditentukan. Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu menurut jenis logamnya. Jika radiasi elektomagnetik dikenakan kepada suatu atom maka akan terjadi eksitasi elektron dari tingkat dasar ke tingkat tereksitasi, setiap panjang gelombang memiliki energi yang spesifik untuk dapat tereksitasi ke tingkat yang lebih tinggi. Besarnya energi tersebut dapat dihitung menggunakan rumus : E=
hc

dimana : E = Energi h = Tetapan Planck ( 6,63 x 10-34 J.s) c = kecepatan cahaya (3 x 108 m/s) = panjang gelombang (nm) Setelah mengalami eksitasi maka akan dipancarkan energi, tetapi yang akan dideteksi oleh detektor adalah cahaya yang diserap. Spektroskopi serapan atom terdiri dari sumber cahaya, ruang sampel dan detektor. Dalam metode ini, cahaya dari sumber langsung diteruskan dari sampel ke detektor. Semakin besar jumlah sampel, maka semakin besar pula serapan yang dihasilkan sampel. Sumber cahayanya adalah lampu berupa katoda yang terdiri dari bagian-bagian yang teratur. Setiap unsur membutuhkan lampu katoda yang berbeda. Lampu tersebut ditempatkan di dalam ruang khusus lampu. Ruang sampel adalah pembakar sejak sumber api menyerap radiasi atom. Sinyal dari detektor dipindahkan ke komputer, dan hasilnya dapat dilihat di monitor alat SSA. Untuk sampel yang akan dianalisis di dalam pembakar, dapat dilakukan persiapan larutan sampel di dalam pelarut yang cocok, kebanyakan dalam air. Gas dari panas mengalir ke dalam pembakar sehingga menarik cairan ke dalam tabung daari ruang sampel. Cairan ini diubah dimana ion mengalami atomisasi. Atom menyerap cahaya dari sumber. Analisis kuantitatif ini bisa dicapai dengan kadar serapan larutan dengan konsentrasi yang diketahui. Kurva kalibrasi dan persamaan garis bisa digunakan untuk menentukan konsentrasi berdasarkan serapannya.

Instumentasinya adalah sebagai berikut :

Sebagai sumber radiasi resonansi digunakan lampu katoda rongga (hoolow cathode lamp). Di muka lampu katoda rongga terdapat komponen yang disebut balingbaling (chopper) yang berfungsi mengatur frekuensi radiasi resonansi yang dipancarkan dari lampu, sehingga energi radiasi ini oleh photomultiplier diubah menjadi energi listrik. Atomizer terdiri atas sistem pengabut (nebulizer) dan sistem pembakar (burner), sehingga sistem atomizer disebut juga dengan sistem pengabut-pembakar (burner nebulizer system). Setelah radiasi resonansi dari lampu katoda rongga melalui populasi atom di dalam nyala, energi radiasi ini sebagian diserap dan sebagian lagi diteruskan. Fraksi radiasi yang diteruskan dipisahkan dari radiasi lainnya. Pemilihan atau pemisahan radiasi tersebut dilakukan oleh monokromator yang terdiri dari sistem optik, yaitu cermin dan grating. Intensitas radiasi yang diteruskan ini kemudian diubah menjadi energi listrik oleh photomultiplier dan selanjutnya diukur dengan detektor dan dicatat oleh alat pencatat yang biasa berupa rekorder, printer, atau pengamatan angka. Gambar Hallow Cathode Lamp

Berikut ini adalah tabel beberapa warna nyala logam : Tabel 1. Beberapa Nyala Logam Logam Kalsium (Ca) Stronsium (Sr) Natrium (Na) Tembaga (Cu) Mangan (Mn) Kalium (K) Barium (Ba) Warna nyala Merah Merah Tua /Jingga Kuning Hijau Nila Lembanyung Hijau Kekuningan

Tabel 2. Temperatur nyala pada berbagai sumber bahan bakar : Bahan Bakar Oksidan udara Oksidan oksigen N2O

Hidrogen Asetilena Propana

2100 2200 1950

2780 3050 2800

2955 -

Kelebihan dari SSA, yaitu spesifik (analisis tertentu dengan panjang gelombang atau garis resonansi yang sesuai), selektif dan spesifik untuk menganalisis logam. Hal ini disebabkan karena kecepatan analisisnya, ketelitian sampai tingkat runut, tidak memerlukan pemisahan pendahuluan, relative murah dengan pengerjaan yang sederhana.

C. Alat dan Bahan


Alat : 1. Gelas kimia 500 mL 2. Labu ukur 50 mL 3. Labu ukur 25 mL 4. Mikropipet 5. Pipet tetes 6. Corong dan statif corong 7. Alat SSA perkin Elmer Analist 100 Bahan : 1. Larutan stock Cu 1000 ppm 2. HN03 pekat 16 M 3. HN03 1 M 4. Larutan sampel 5. Aquades 2 mL 0,31 mL 1 mL 50 mL secukupnya 1 buah 1 buah 6 buah 3 buah 5 buah 1 set 1 set

D. Sifat Fisik dan Sifat Kimia Bahan


Senyawa 1. Larutan stock Cu Sifat Fisika Wujud : cair Sifat Kimia Struktur hablur triklinik

Warna : tidak berwarna Hf : - 769,98 KJ/mol Kelarutan : Mudah larut 2. HN03 dalam air Wujud : zat cair Warna : tidak berwarna Titik leleh : -410 C Titik didih : 830 C Densitas : 1,5 g/mol Kelarutan 3. Aquades dalam air Bersifat polar Pelarut universal tercampurkan Wujud : cairan Warna : tidak berwarna Titik leleh : 00 C Titik didih : 1000 C www.wikipedia.com Sangat kprosif Bersifat oksidator Asam beracun

E. Bagan Alir
Cara pengoperasian alat Alat AAS dipanaskan alat dengan menekan tombol ON dihidupkan kompresor dan buka tabung gas C2H2 set pada angka 17 psig dihidupkan cerobong pembuangan gas ditekan enter pada display alat tampak new recall methode dimasukkan besar arus Hollow Cathode Lamp (75% dari yang tertera) tekan enter dimasukkan besar slit tekan enter dimasukkan besar Wafe Length tekan enter diketik integration time (lama pembacaan yang diinginkan) tekan enter 6

diketik replicate (pengulangan pembacaan) tekan enter dipilih hold (1) untuk metode pembacaan tekan enter diilih curve calibration linier (2) tekan enter diketik no jika curve calibration tiak akan dicetak, tekan enter ditekan enter secara terus menerus sampai mode pada Display kembali ke lamp current dinyalakan burner dengan menekan tombol flame on/off ditekan cont untuk memulai optimasi absorbans diaspirasikan larutan blanko kemudian tekan A/Z (auto zero) pada saat absorbans menunjukan hara nol (0,000), aspirasikan larutan standar dengan konsentrasi terendah untuk memperoleh harga absorbans mendekati 0,200 jka belum tercapai atur laju alir gas (bahan bakar) dan knob nebulizer dengan cara memutar kekiri dan kekanan

diaspirasikan lagi larutan blanko dan tunggu sampai harga absorbans kembali ke nol (0) Setelah harga absorbans mendekati 0,200,

Alat AAS

diekan data untuk memulai pengukuran diaspirasikan semua larutan standar mulai dari konsentrasi terendah sampai tertingi kemudian tekan read diaspirasikan sampel tekan read dibuat kurva kalibrasi dengan menggunakan program Excel.

Pembuatan Larutan Blanko 0,31 mL HN03 pekat 16 M - dimasukkan ke dalam gelas kimia 500 mL - ditambahkan dengan aquades sampai mencapai batas volume 500 mL Larutan blanko 7

Pembuatan Larutan Standar (5ppm, 50mL) Larutan stock tembaga 1000 ppm - dipipet 0,25 mL ke dalam labu ukur 50 mL - diencerkan dengan larutan blanko sampai tanda batas - dihomogenkan Larutan standar tembaga 5 ppm

Pembuatan Larutan Standar (10ppm, 25mL) Larutan stock tembaga 1000 ppm - dipipet 0,25 mL ke dalam labu ukur 25 mL - diencerkan dengan larutan blanko sampai tanda batas - dihomogenkan Larutan standar tembaga 10 ppm

Langkah ini diulang untuk larutan standar 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm. Preparasi Sampel 25 mL larutan sampel - dipipet ke dalam labu ukur 25 mL - ditambahkan HN03 1 M sebanyak 0,5mL - diencerkan dengan aquades sampai tanda batas

- dihomogenkan Larutan sampel Langkah ini diulang (duplo). Pengukuran standar dan sampel dengan SSA Larutan blanko - disiapkan - dinolkan serapannya Larutan blanko dengan nilai absorbansinya - diganti dengan larutan standar - diukur serapannya - dicatat nilai absorbansinya Data absorbansi Larutan sampel - disiapkan - diukur serapannya - dicatat hasil pengamatan Larutan sampel dengan nilai absorbansinya

F. Cara Kerja
Cara pengoperasian alat Alat AAS dipanaskan dengan menekan tombol ON, dihidupkan kompresor dan buka tabung gas C2H2 set pada angka 17 psig dan cerobong pembuangan gas. Pada display alat tampak new recall methode ditekan enter lalu dimasukkan besar arus Hollow Cathode Lamp (75% dari yang tertera), besar slit, besar Wafe Length tekan enter. integration time (lama pembacaan yang diinginkan) dan replicate (pengulangan pembacaan) diketik. Dipilih hold, curve calibration untuk metode pembacaan tekan enter 9

terus menerus sampai mode pada Display kembali ke lamp current Burner dinyalakan dengan menekan tombol flame on/off, ditekan cont untuk memulai optimasi absorbans, larutan blanko diaspirasikan kemudian tekan A/Z (auto zero) pada saat absorbans menunjukan hara nol (0,000), aspirasikan larutan standar dengan konsentrasi terendah untuk memperoleh harga absorbans mendekati 0,200 jka belum tercapai atur laju alir gas (bahan bakar) dan knob nebulizer dengan cara memutar kekiri dan kekanan. Semua larutan standar diaspirasikan mulai dari konsentrasi terendah sampai tertingi kemudian tekan read. Pembuatan Larutan Blanko 0,31 mL HN03 pekat 16 M dimasukkan ke dalam gelas kimia 500 mL dan ditambahkan dengan aquades sampai mencapai batas volume 500 mL. larutan dihomogenkan.

Pembuatan Larutan Standar (5ppm, 50mL) 0,25 mL Larutan stock tembaga 1000 ppm dipipet ke dalam labu ukur 50 mL. kemudian diencerkan dengan larutan blanko sampai tanda batas dan dihomogenkan. Pembuatan Larutan Standar (10ppm, 25mL) 0,25 mL Larutan stock tembaga 1000 ppm dipipet ke dalam labu ukur 25 mL. kemudian diencerkan dengan larutan blanko sampai tanda batas dan dihomogenkan. Langkah ini diulang untuk larutan standar 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm. Preparasi Sampel 25 mL larutan sampel dipipet ke dalam labu ukur 25 mL dan ditambahkan HN03 1 M sebanyak 0,5mL. Kemudian diencerkan dengan aquades sampai tanda batas dan dihomogenkan, larutan dibuat duplo. Pengukuran standar dan sampel dengan SSA 10

Larutan blanko disiapkan dan dinolkan serapaanya. Kemudian diganti dengan larutan standar dan larutan sampel , masing-masing diukur serapannya dan dicatat nilai absorbansinya.

G. Pengamatan
Pembuatan larutan blanko HNO3 pekat 16 M = cairan tidak berwarna (0,31mL) Aquades = cairan tidak berwarna Ketika HNO3 pekat 16 M ditambahkan aquades sampai volume 500mL larutan tetap tidak berwarna. Pembuatan larutan standar Larutan stock tembaga = cairan berwarna biru muda Pada setiap konsentrasi (5ppm, 10ppm,15ppm, 20ppm, 25ppm) ketika Larutan stock tembaga diencerkan dengan larutan blanko maka larutan tidak berwarna.

Larutan Standar (5ppm, 10ppm,15ppm, 20ppm, 25ppm) Preparasi sampel Sampel = cairan tidak berwarna HN03 1 M = cairan tidak berwarna (0,5 mL) Aquades = cairan tidak berwarna

11

Sampel + HN03 1 M (0,5 mL) dan diencerkan dengan aquades larutan tidak berwarna. Pengukuran standar dan sampel dengan SSA Parameter alat yang digunakan Panjang gelombang Kuat arus Lebar slit Energi Sampel 1 A = 0,693 Sampel 2 A = 0,695 Diperoleh persamaan A = 0,0351 C = 324,8 nm = 22 Ma = 0,7 nm = 56% Lama pembacaan Pengulangan bacaan = 0,7 detik = 3x

H. Hasil dan Analisis Data


1. Pembuatan kurva kalibrasi Konsentrasi (ppm) 0 5 10 15 20 25 Absorbansi 0 0.193 0.388 0.521 0.753 0.821

Konsentrasi (ppm) Sampel 1 Sampel 2

Absorbansi 0.693 0.193 12

Kurva Kalibrasi
1 0.8 Absorbansi 0.6 0.4 0.2 0 0 10 20 30 Konsentrasi (ppm) y = 0.0351x R2 = 0.9852 Series1 Linear (Series1) Linear (Series1)

2. Penentuan konsentrasi sampel 1 Dik : A = 0,693 Dit : Konsentrasi sampel ? Jwb : y = 0,0351 x sebanding A = 0,0351 C C = 0,0351 = 0,0351 = 19,744 ppm 3. Penentuan konsentrasi sampel 2 Dik : A = 0,695 Dit : Konsentrasi sampel ? Jwb : y = 0,0351 x sebanding A = 0,0351 C C = 0,0351 = 0,0351 = 19,801 ppm
0,695 A 0,693 A

13

4. Penentuan Energi serap Dik : h = 6,63 x 10-34 J.s c = 3 x 108 m/s = 324,8 nm = 324,8 x 10-9 m Dit : E serap Jwb : E = E=
hc

6,63 x10 34 Js.3 x10 8 m / s 324,8 x10 9 m

E = 0,0612 x 10-17J Energi serap = 56% x 0,0612 x 10-17J = 3,4272 x 10-19J

I. Pembahasan
Pada percobaan ini ditentukan kadar Cu(ll) pada contoh uji dengan metode spektrometri serapan atom (SSA). Prinsip dasar yang digunakan adalah interaksi radiasi elektromagnetik dengan sampel/absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu. Untuk logam Cu menyerap cahaya pada 324,8 nm. Dengan spektroskopi konsentrasi suatu unsur atau senyawa dengan mudah dapat dihitung dari kurva standar antara panjang gelombang dan konsentrasi larutan. Ada 3 jenis larutan yang akan diuji, yaitu larutan blanko, larutan standar tembaga dan larutan sampel. Larutan blanko dibuat untuk mengenolkan nilai absorbansi dan digunakan untuk mengencerkan larutan stock menjadi larutan standar. Larutan blanko dibuat dengan cara mengencerkan larutan HN03 pekat 16 M sampai pH mencapai 2. penggunaan larutan HN03 bertujuan untuk mencegah terjadinya hidrolisis atau pengendapan sehingga mempengaruhi jumlah cuplikan yang sampai ke nyala api. Jika larutan blanko yang digunakan adalah NaOH, maka kemungkinan terbesar adalah terjadinya hidrolisis dan proses pengkabutan tidak akan terjadi. Cu2+ + NaOH Cu(OH)2 + Na+ Konsentrasi larutan yang dibuat adalah 5ppm, 10ppm, 15ppm, 20ppm, 25ppm. Konsentrasi dibuat 5 variasi (5 titik) karena dalam pembuatan kurva kalibrasi dengan 5

14

titik dapat mewakili garis yang dihasilkan. Jika dengan 5 titik tersebut kurva berbentuk linier, maka titik selanjutnya akan berbentuk linier juga. Konsentrasi terkecil dari larutan standar yang dibuat adalah 5ppm. Alasannya karena batas minimum absorbansi yang dapat dideteksi yaitu 0,2 pada konsentrasi 5ppm. Hal ini sering disebut batas deteksi. Sebelum dilakukan pengujian, alat SSA terlebih dahulu harus dioptimasi atau diatur sedemikian sehingga memperoleh hasil analisis yang baik dan sempurna. Bahan bakar yang digunakan adalah asetilen karena Cu merupakan logam yang mudah diuapkan sehingga dibutuhkan suhu rendah dan asetilen ini mempunyai temperatur nyala yang rendah, memudahkan terbentuknya atom netral dan meminimalkan pembentukan oksida dari unsur yang diteliti misalnya CuO, Cu(OH)2 dll. Perbandingan antara asetilen dengan oksigen yang digunakan adalah 2:4, pada perbandingan tersebut proses atomisasi dapat terjadi. Panjang gelombang diatur pada 324,8 nm. Panjang gelombang ini merupakan panjang gelombang terbesar dari Cu untuk bertransisi dari tingkat dasar ke tingkat eksitasi. Logam Cu mempunyai panjang gelombang yang berbeda-beda dan penjang gelombang maksimumnya yaitu 324,8 nm. Untuk optimasi kuat arus lampu hollow catoda bergatung pada unsur yang dianalisis. Kuat arus yang digunakan pada percobaan ini adalah 22mA. Di dalam alat SSA terdapat celah atau lensa yang berfungsi untuk menyeleksi atau memilih salah satu dari beberapa panjang gelombang yang berasal dari lampu hollow catoda. Lebar celah tersebut perlu diatur untuk mencegah adanya gangguan berbagai spekta. Lebar celah yang digunakan berukuran 0,7nm. Semakin kecil lebar celah yang digunakan, maka semakin kecil gangguan spektra. Dari hasil pengukuran absorbansi dengan konsentrasi bervariasi, diplotkan ke dalam kurva absorbansi dan konsentrasi (kurva kalibrasi), sehingga diveroleh kurva linier dengan persamaan Y=0,0351x dan regresi R= 0,9852. persamaan tersebut digunakan untuk menghitung nilai konsentrasi Cu(ll) dari sampel yang sudah diketahui nilai absorbansinya. Dari perhitungan konsentrasi Cu pada sampel 1 (A=0,693) adalah 19,744 ppm dan konsentrasi Cu pada sampel 2 (A=0,695) adalah 19,801. Pada alat SSA, tertera angka energi 56% artinya 56% energi dari jumlah energi keseluruhan digunakan untuk proses atomisasi yaitu sebesar 3,4272 x 10-19J.

15

Harga konsentrasi Fe (II) dalam sampel yang terukur secara kuantitatif tidak selalu akurat, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor kesalahan, diantaranya: 1. Kesalahan dalam memipet. 2. Kesalahan dalam membaca miniskus pada tanda batas labu ukur. Harga konsentrasi Fe (II) dalam sampel yang terukur secara kuantitatif tidak selalu akurat, hal ini disebabkan oleh beberapa factor kesalahan, diantaranya: 3. Kesalahan dalam menimbang Fe(NH4OH)2SO4 yang kurang akurat 4. Kesalahan dalam memipet ( mikro pipet yang digunakan tidak memiliki skala mL ). 5. Kesalahan dalam membaca miniskus pada tanda batas labu ukur. 6. Kesalahan dalam membaca %T sehingga kurva yang dihasilkan tidak terlalu baik ( kurva kalibrasi tidak linier).

J. Kesimpulan
Penentuan kadar Cu(II) dalam sampel dapat ditentukan dengan menggunakan teknik spektrofotometri SSA. Dari kurva kalibrasi diperoleh persamaan Y=0,0351x dan regresi R= 0,9852. . Dari persamaan tersebut diperoleh konsentrasi Cu pada sampel 1 (A=0,693) adalah 19,744 ppm dan konsentrasi Cu pada sampel 2 (A=0,695) adalah 19,801. energi yang digunakan untuk proses atomisasi adalah 56%.

K. Daftar Pustaka
Anonim (tanpa tahun). artikel.lib.unair. [online]. Tersedia:

http://artikel.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-res-2007-handayaniu4032&PHPSESSID=9e247d730558e39fa21fdaf31d42e3a3 [14 Maret 2009] Hendayana Sumar Dr. (1994). Kimia Analitik Instrumen. Semarang : IKIP Khopkar,SM .(2003). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia Tim Kimia Anorganik. (2008). Praktikum Kimia Anorganik. Bandung : Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI www.wikipedia.com

16

Lampiran
Perhitungan Pembuatan Larutan 1. Membuat Larutan Baku Fe (II) 100 ppm dalam 100 mL Larutan Dik : M HN03 = 16 M pH larutan blanko = 2 M larutan blanko = 0,01 M V larutan blanko = 500 mL Dit : Volume HN03 pekat

Jawab : Volume HN03 pekat = =


Mlaru tan blankoxVlaru tan blanko MHNO3

0,01Mx500mL 16 M

= 0,31 mL 2. Membuat Larutan Standar dari Larutan baku Fe (II) 100 ppm M1 = Konsentrasi larutan baku Cu(ll) M2 = Konsentrasi larutan standar Cu (ll)

17

V1 = Volume larutan baku Cu (ll) Dik : M1 = 1000 ppm M2 = 5 ppm V2 = 50 mL Dit : V1 ? Jwb : M1V1 = M2V2 V1 = =
M 2V2 M1
5 ppmx50mL 1000 ppm

V2 = Volume larutan standar Cu (ll)

a. Larutan standar dengan konsentrasi 5 ppm

= 0,25 mL b. Larutan standar dengan konsentrasi 10 ppm Dik : M1 = 1000 ppm M2 = 10 ppm V2 = 25 mL Dit : V1 ? Jwb : M1V1 = M2V2 V1 = =
M 2V2 M1
10 ppmx 25mL 1000 ppm

= 0,25 mL c. Larutan standar dengan konsentrasi 15 ppm Dik : M1 = 1000 ppm M2 = 15 ppm V2 = 25 mL Dit : V1 ? Jwb : 18

M1V1 = M2V2 V1 = =
M 2V2 M1
15 ppmx 25mL 1000 ppm

= 0,375 mL d. Larutan standar dengan konsentrasi 20 ppm Dik : M1 = 1000 ppm M2 = 20 ppm V2 = 25 mL Dit : V1 ? Jwb : M1V1 = M2V2 V1 = =
M 2V2 M1
20 ppmx 25mL 1000 ppm

= 0,5 mL e. Larutan standar dengan konsentrasi 25 ppm Dik : M1 = 1000 ppm M2 = 25 ppm V2 = 25mL Dit : V1 ? Jwb : M1V1 = M2V2 V1 = =
M 2V2 M1

25 ppmx 25mL 1000 ppm

= 0,625 mL

19

Foto

Larutan standar (5ppm, 10ppm,15ppm, 20ppm, 25ppm)

Larutan Sampel

20

Anda mungkin juga menyukai