Anda di halaman 1dari 23

Deodorisasi 2012

Proses Deodorisasi dalam Industri Oleokimia


A. Pemurnian (Refinery) Minyak Proses pemurnian merupakan langkah yang perlu dilakukan dalam produksi edible oil dan produk berbasis lemak. Tujuan dari proses ini adalah untuk mengilangkan pengotor, rasa, bau yang tidak enak, warna yang tidak menarik, memperpanjang masa simpan minyak sebelum digunakan sebagai bahan mentah dalam industry dan komponen lain yang akan mempengaruhi kualitas dari produk akhir/jadi. Kualitas produk akhir yang perlu diawasi adalah bau, stabilitas daya simpan, dan warna produk. Dalam sudut pandang industri, tujuan utama dari pemurnian adalah untuk merubah minyak kasar/mentah menjadi edible oil yang berkualitas dengan cara menghilangkan pengotor yang tidak diinginkan sampai level yang diinginkan dengan cara yang paling efisien. Bahan yang tidak diinginkan atau pengotor dalam minyak mungkin biogenic misalnya disintesis oleh tanaman itu sendiri tapi bahan tersebut bisa jadi pengotor yang diambil oleh tanaman dari lingkungannya. Pengotor tersebut mungkin diperoleh selama proses hulu, yaitu ekstraksi, penyimpanan atau transportasi dari minyak kasar/mentah dari lapang ke pabrik. Pada umumnya minyak untuk bahan pangan dimurnikan melalui 4 tahap yaitu perlakuan pendahuluan, netralisasi, pemucatan (bleaching), dan penghilangan bau (deodorisasi). Disamping itu, kadang-kadang ditambah aroma dan zat warna tertentu sehingga diperoleh minyak dengan rasa dan bau yang enak, dengan warna yang menarik. Kotoran atau bahan asing dalam minyak terdiri dari: 1. Kotoran yang tidak larut dalam minyak dan terdispersi dalam minyak . Kotoran ini terdiri dari partikel-partikel, jaringan, lendir dan getah, serat-seratan yang berasal dari kulit, abu atau mineral yang terdiri dari Fe, Cu, Mg, dan Ca serta air. Kotoran ini dapat dipisahkan dengan beberapa cara yaitu pengendapan, penyaringan dan pemusingan. 2. Kotoran yang berbentuk suspensi dalam minyak. Kotoran ini terdiri dari fosfolipid, karbohidrat, senyawa yang mengandung nitrogen dan senyawa kompleks lainnya. Kotoran ini dapat dihilangkan dengan uap panas, hidrolisa, disusul dengan proses

pengendapan, pemusingan atau penyaringan dengan menggunakan absorben.

Deodorisasi 2012

3. Kotoran yang larut dalam minyak. Kotoran ini terdiri dari asam lemak bebas, sterol, hidrokarbon turunan dari mono dan digliserida yang dihasilkan dari trigliserida, zat warna yang terdiri dari karotenoid, klorofil dan zat warna lainya yang yang dihasilkan dari oksidasi dan dekomposisi minyak, terdiri dari keton dan aldehida, dan resin, serta zat lainnya yang belum teridentifikasi. Selain senyawa tersebut beberapa minyak mengandung senyawa beracun, misalnya gossypol pada minyak biji kapas, dan ester dari asam isothiosunat dan etil alkohol pada mustard oil. Perlakuan pendahuluan bertujuan untuk : 1. Menghilangkan kotoran dan stabilitas minyak dengan mengurangi ion logam terutama Fe dan Cu. 2. Proses pemisahan gum dilakukan terhadap minyak untuk tujuan tertentu, misalnya untuk pembuatan lak dari linseed oil. 3. Memudahkan proses pemurnian selanjutnya, dan mengurangi minyak yang hilang selama pemurnian, terutama pada proses netralisasi dengan kaustik soda. Proses pemurnian yang tepat sangat penting dilakukan dalam rangka untuk memproduksi produk akhir yang berkualitas tinggi dalam rentang spesifikasi yang telah ditentukan dan sesuai keinginan pelanggan. Ada 2 tipe dasar teknologi pembersihan yang tersedia untuk minyak: (i) Pembersihan secara kimia (alkali) atau Chemical refinery (ii) Pembersihan secara fisik atau Physical refinery Perbedaan diantara kedua tipe tersebut didasarkan pada jenis bahan kimia yang digunakan dan cara penghilangan FFA. Dalam kimia proses yang digunakan yaitu netralisasi dengan menambahkan zat kimia (larutan kaustik), kemudian terjadinya reaksi kimia antara FFA dan larutan kaustik menjadi sabun. Sedangkan, dalam fisika proses yang berlangsung dengan pemanasan dan kondisi vakum agar minyak tidak rusak pada suhu tinggi. Pembersihan secara fisik tampaknya pada prakteknya menggantikan penggunakan teknik pembersihan menggunakan bahan kimia (alkali) karena tingginya asam lemak bebas (FFA) pada minyak yang dibersihkan dengan cara kimia. Proses deasidifikasi (deodorisasi) pada proses pembersihan secara fisik mampu mengatasi masalah tersebut. Terpisah dari hal tersebut, menurut literatur, metode ini disarankan karena diketahui cocok untuk minyak tumbuhan dengan kadar fosfat yang rendah seperti minyak sawit. Dengan demikian, pembersihan secara fisik terbukti memiliki efisiensi yang lebih tinggi, kehilangan yang lebih
2

Deodorisasi 2012

sedikit (Nilai Pemurnian < 1,3), biaya operasi yang lebih rendah, modal yang lebih rendah dan lebih sedikit bahan untuk ditangani. Nilai Pemurnian (NP) adalah parameter yang digunakan untuk memperkirakan berbagai tahap pada proses pemurnian. Faktor ini tergantung pada hasil produk dan kualitas dari input dan dihitung yaitu :

NP biasanya dikuantifikasi untuk berbagai tahap dalam proses pemurnian secara sendiri-sendiri dan pengawasan NP dalam pemurnian biasanya berdasarkan berat yang dihitung dari pengukuran volumetrik yang disesuaikan dengan suhu atau menggunakan accurate cross-checked flow meters. Berikut adalah flowchart proses pemurnian Crude Palm Oil (CPO) :

Gambar 1.1 Flowchart Proses Pemurnian Crude Palm Oil (CPO)


3

Deodorisasi 2012

A.1 Pemurnian (Refining) Kimia Pemurnian secara kimia atau pemurnian basa adalah metode konvensional yang digunakan untuk memurnikan CPO. Ada tiga tahap pada proses refining secara kimia, yaitu : 1) Degumming dan Netralisasi Pada tahap ini, bagian fosfatida dari minyak dihilangkan dengan menambahkan additive di bawah kondisi reaksi yang spesifik. Additive yang paling umum digunakan adalah asam fosfat dan asam sitrat. Setelah itu, dilakukan proses netralisasi dengan menggunakan basa untuk menghilangkan asam lemak bebas. Larutan kemudian dimasukkan kedalam labu pemisah sehingga akan terpisah antara bagian minyak dengan sabun hasil reaksi antara basa dengan asam lemak bebas. Untuk menghilangkan kelebihan basa, minyak tersebut dicuci dengan air panas. Reaksi kimia yang terjadi pada tahap ini adalah sebagai berikut: R COOH + NaOH RCOONa + H2O

2) Penjernihan dan Filtrasi Minyak yang telah dicuci kemudian dilakukan tahap kedua, yaitu penjernihan. Pada tahap ini, minyak dimasukkan ke dalam bejana silindris dengan pengaduk yang dinamakan bleacher. Minyak tersebut kemudian dipanaskan pada suhu 90 C di bawah kondisi vakum. Minyak tersebut dievaporasi hingga kering. Minyak yang kering kemudian ditambahkan karbon aktif sehingga karbon aktif tersebut akan mengadsorpsi warna dari minyak. Campuran minyak dan agen pemutih di lakukan tahap filtrasi untuk memisahkan adsorben dari minyak. Minyak yang diperoleh lebih jernih dari awal.

3) Penghilangan Bau Minyak setelah dilakukan tahap penjernihan masih mengandung beberapa bahan yang menyebabkan bau, sehingga perlu dilakukan tahap deodorisasi. Minyak yang jernih dimasukkan ke dalam bejana silindris yang dinamakan deodorizer. Deodorizer dijaga pada kondisi vakum yang tinggi kemudian dipanaskan pada suhu 200 C dengan tekanan yang tinggi. Senyawa yang volatil akan menguap dengan beberapa pembawa. Minyak ini kemudian didinginkan dan dijernihkan melewati mesin penyaring untuk mendapatkan minyak yang bening.

Deodorisasi 2012

A.2 Pemurnian (Refining) Fisika Pemurnian secara fisika adalah metode alternatif dimana cara penghilangan asam lemak bebas dilakukan dengan destilasi pada temperatur yang tinggi dan vakum yang rendah. Cara ini menggantikan penambahan basa pada metode pemurnian kimia. Penjernihan secara fisika juga dapat dikatakan sebagai deasidifikasi dengan destilasi uap dimana asam lemak bebas dan senyawa volatil lainnya di pisahkan dari minyak menggunakan agen stripping yang efektif. Pada tahap pemurnian fisika, FFA di hilangkan pada tahap akhir. Kelebihan pemurnian fisika dibanding kimia adalah : a. Physical refining sesuai untuk minyak dengan FFA tinggi atau minyak kelapa sawit dan minyak sekam padi. b. Looses pada chemical refining sangat tinggi, terutama minyak dengan FFA tinggi diproses secara fisika (tanpa proses kaustik). Proses-proses yang dilakukan yaitu degumming, bleaching, dan deodorisasi, dengan kondisi operasi pada umumnya 0,5 torr vakum, dapat mengurangi FFA hingga dibawah 0,1 % dan jernih tanpa bau. c. Tidak menghasilkan sabun (seperti dalam proses kimia) yang membutuhkan proses lebih lanjut. Namun langsung menghasilkan produk sampingan DFA (Distilled Fatty Acid) yang dapat langsung digunakan oleh pabrik sabun. Dan juga tidak memerlukan air pencucian yang sangat baik untuk plant water treatment, sehingga bebas polusi.

Gambar 1.2 Kelebihan Physical Refining

Deodorisasi 2012

B. Sifat Sifat Minyak dan Lemak B.1 Sifat Fisika 1. Warna Warna pada minyak dan lemak disebabkan oleh adanya pigmen karena asam lemak dan trigliserida sendiri tidak memiliki warna. Warna kuning disebabkan adanya pigmen karoten yang larut dalam minyak atau lemak. Karoten merupakan hidrokarbon yang polyunsaturated (sangat tidak jenuh). Karoten tidak stabil pada suhu tinggi dan minyak diolah dengan menggunakan uap panas, maka karoten akan kehilangan warnanya. Karoten tidak terpisahkan dengan proses oksidasi, akan tetapi karoten dapat diserap oleh beberapa absorben seperti bleaching earth sehingga minyak atau lemak tersebut tidak berwarna kuning lagi. Warna gelap yang terdapat pada beberapa minyak yang telah mengalami kerusakan oksidatif, disebabkan karena terjadinya proses oksidasi tokopherol yang terdapat pada minyak atau lemak. 2. Kelarutan Minyak dan lemak tidak dapat larut dalam air, kecuali minyak jarak (castor oil). Minyak dan lemak hanya sedikit yang larut dalam alkohol, tetapi akan melarut sempurna dengan etil eter, karbon disulfida dan pelarut halogen lainnya. Pelarut ini memiliki sifat nonpolar sebagaimana halnya minyak dan lemak. Kelarutan dari minyak dan lemak ini dipergunakan sebagai dasar untuk mengekstraksi minyak dan lemak dari bahan yang mengandung minyak atau lemak. Asam-asam lemak yang berantai pendek dapat larut dalam air, semakin panjang rantai asam lemak, maka kelarutan dalam air semakin berkurang. 3. Titik cair dan polimerisasi Asam lemak tidak memperlihatkan kenaikan titik cair yang linear dengan bertambah panjangnya rantai karbon. Asam lemak dengan ikatan trans mempunyai titik cair yang lebih tinggi dari pada isomer asam lemak yang berikatan cis. Polimorphism pada minyak dan lemak adalah suatu keadaan dimana terdapat lebih dari satu kristal. Polimorphism sering dijumpai pada beberapa komponen yang mempunyai rantai karbon panjang dan pemisahan kristal-kristal tersebut sangat sukar namun demikian untuk beberapa komponen, bentuk dari kristal sudah dapat diketahui. Polimorphism sangat penting untuk mempelajari titik cair minyak atau lemak dan
6

Deodorisasi 2012

asam-asam lemak beserta ester. Untuk selanjutnya polimorphism mempunyai peranan penting dalam berbagai proses untuk mendapatkan minyak atau lemak. 4. Titik didih Titik didih dari asam-asam lemak akan bertambah besar dengan bertambahnya rantai karbon dari beberapa asam lemak tersebut. 5. Berat jenis Berat jenis dari minyak dan lemak biasanya ditentukan pada temperatur 25 0C akan tetapi dalam hal ini dianggap penting juga untuk diukur pada temperatur 40 atau 60 0C untuk lemak yang titik cairnya tinggi. Pada penentuan berat jenis, temperatur dikontrol dengan hati-hati dalam kisaran temperatur yang pendek. 6. Indeks bias Indeks bias adalah derajat penyimpanan dari cahaya yang dilewatkan pada suatu medium yang cerah. Indeks bias tersebut pada minyak dan lemak dipakai untuk pengenalan unsur kimia dan pengujian kemurnian minyak atau lemak. Abbe refractometer mempergunakan alat temperatur yang dipertahankan pada 25 0C. Untuk pengukuran indeks bias lemak yang bertitik cair tinggi, dilakukan pada temperatur 40 atau 60 0C, selama pengukuran temperatur harus dikontrol dan dicatat. Indeks bias ini akan meningkat pada minyak atau lemak dengan rantai karbon yang panjang dan juga dengan terdapatnya jumlah ikatan rangkap. Nilai indeks bias dari asam lemak juga akan bertambah dengan meningkatnya berat molekul, selain dengan naiknya ketidakjenuhan dari asam-asam lemak tersebut. 7. Aroma dan rasa Aroma dan rasa pada minyak atau lemak selain terdapat secara alami juga terjadi karena terdapatnya asam-asam yang berantai sangat pendek sekali sebagai hasil penguraian yang menyebabkan kerusakan pada minyak atau lemak. 8. Titik lebur (Melting point) Titik lebur pada minyak atau lemak akan semakin tinggi dengan semakin panjangnya rantai atom C. 9. Odor dan flavor Odor dan flavor pada minyak atau lemak selain terdapat secara alamiah, juga terjadi karena pembentukan asam-asam berantai pendek sebagai hasil dari penguraian
7

Deodorisasi 2012

pada kerusakan minyak atau lemak. Akan tetapi pada umumnya odor dan flavor ini disebabkan oleh komponen bukan minyak. 10. Titip asap, titik nyala, dan titik api Titik asap adalah temperatur pada saat minyak atau lemak menghasilkan asap tipis yang kebiru-biruan pada pemanasan. Titik nyala adalah temperatur pada saat campuran uap dan minyak dengan udara mula terbakar. Sedangkan titik api adalah temperatur pada saat dihasilkan pembakaran yang terus menerus sampai habisnya contoh uji. 11. Shot melting point Shot melting point adalah temperatur pada saat terjadi tetesan pertama dari minyak atau lemak. Pada umumnya minyak atau lemak mengandung komponen yang berpengaruh terhadap titik cairnya.

B.2 Sifat Kimia 1. Hidrolisa Dalam proses hidrolisa minyak atau lemak akan diubah menjadi asam-asam lemak bebas. Proses hidrolisa yang dapat mengakibatkan kerusakan pada minyak atau lemak karena terdapatnya sejumlah air pada minyak atau lemak tersebut. Proses ini dapat mengakibatkan terjadinya hydrolitic rancidity yang menghasilkan aroma dan rasa tengik pada minyak atau lemak. Untuk menentukan tingkat ketengikan minyak atau lemak dapat ditentukan dengan menghitung jumlah peroksida di dalam minyak atau lemak. Semakin tinggi bilangan peroksida maka semakin tinggi pula tingkat ketengikan suatu minyak. Penentuan bilangan peroksida dilakukan dengan cara titrasi yang

menggunakan larutan tiosulfat sebagai pentiter.

(Wildan, 2002)
8

Deodorisasi 2012

2. Oksidasi Reaksi ini menyebabkan ketengikan pada minyak atau lemak. Terdapatnya sejumlah oksigen dan logam-logam seperti tembaga (Cu), seng (Zn) serta logam lainnya yang bersifat sebagai katalisator oksidasi minyak atau lemak. Proses oksidasi ini akan bersifat sebagai penyebab terbentuknya aldehid dan keton serta asam-asam lemak bebas yang akan menimbulkan bau yang tidak disenangi. Proses ini juga menyebabkan terbentuknya peroksida. Untuk mengetahui tingkat ketengikan minyak atau lemak dapat ditentukan dengan menentukan jumlah peroksida yang terbentuk pada minyak atau lemak. Penentuan bilangan peroksida dilakukan dengan cara titrasi yang menggunakan larutan tiosulfat sebagai pentiter.

(Wildan, 2002) 3. Hidrogenasi Tujuan dari proses ini adalah untuk menjernihkan ikatan rangkap dari rantai karbon atom C asam lemak pada minyak atau lemak. Reaksi ini berlangsung dengan menggunakan hidrogen murni ditambah dengan serbuk nikel sebagai katalisator yang mengakibatkan kenaikan titik cair dari asam lemak dan juga menjadikan minyak atau lemak tahan terhadap oksidasi akibat hilangnya ikatan rangkap. 4. Esterifikasi Reaksi esterifikasi bertujuan untuk mengubah asam-asam lemak trigliserida kedalam bentuk ester. Minyak dan lemak juga mengandung komponen nontrigliserida dalam jumlah kecil. Komponen non-trigliserida akan menyebabkan aroma, warna dan rasa yang kurang disenangi konsumen. Komponen-komponen nontrigliserida ini adalah : Komponen yang larut dalam lemak, merupakan sapmatter atau senyawasenyawa yang dapat mengalami saponifikasi.
9

Deodorisasi 2012

Misalnya : asam-asam lemak bebas, pigmen, gliserol, pospatida, dan lendir. Komponen yang tersuspensi merupakan unsapmatter atau senyawa-senyawa yang tidak dapat mengalami saponifikasi. Misalnya : karbohidrat serta senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen.

C. Deodorisasi Deodorisasi merupakan proses untuk memisahkan aroma dan bau dari minyak. Prinsip dari proses deodorisasi yaitu distilasi minyak oleh uap dalam keadaan hampa udara. Pada suhu tinggi, komponen-komponen yang menimbulkan bau mudah diuapkan, kemudian melalui aliran uap komponen-komponen tersebut dipisahkan dari minyak. Komponenkomponen yang dapat menimbulkan rasa dan bau dari minyak antara lain aldehida, keton, alkohol, asam lemak berberat molekul ringan, hidrokarbon, bahan lain hasil dekomposisi peroksida, pigmen dan minyak esensial yang jumlahnya sekitar 0,1 persen dari berat minyak. Distilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin didistilasi tidak stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum atau mendekati titik didihnya atau campuran yang memiliki titik didih di atas 150 C. Metode distilasi ini tidak dapat digunakan pada pelarut dengan titik didih yang rendah jika kondensornya menggunakan air dingin, karena komponen yang menguap tidak dapat dikondensasi oleh air. Untuk mengurangi tekanan digunakan pompa vakum atau aspirator. Aspirator berfungsi sebagai penurun tekanan pada sistem distilasi ini. Deodorisasi sebagai tahap terakhir dalam pemurnian minyak, merupakan proses pelucutan oleh uap air (steam). Uap panas yang digunakan merupakan uap kualitas baik (13% dari minyak), yang dibangkitkan dari air umpan yang telah dideaerasi dan mengalami perlakuan tertentu, yang kemudian diinjeksikan ke dalam minyak pada suhu tinggi (252266oC) dan kevakuman tinggi (<6 mmHg). Manfaat pemberian uap langsung menjamin pembuangan sisa-sisa asam lemak bebas, aldehida dan keton. Pada kondisi ini peroksida terdekomposisi dan asam-asam lemak bebas serta senyawa-senyawa odor akan teruapkan. Pemucatan minyak oleh panas dilakukan dengan menjaga minyak selama 15-60 menit pada suhu tinggi untuk memastikan terjadinya dekomposisi pigmen karotenoid. Selama proses deodorisasi, mungkin terjadi beberapa reaksi yang dikehendaki, tetapi terdapat pula reaksi yang tidak diinginkan seperti hidrolisis lemak, polimerisasi dan isomerisasi. Oleh karena itu,
10

Deodorisasi 2012

suhu deodorisasi harus secara hati-hati dikendalikan untuk mencapai kualitas akhir minyak yang diinginkan.

Gambar 1.3 Deodorizer

Gambar 1.4 Deodorizer Stripping Column

11

Deodorisasi 2012

Gambar 1.5 Tray Deodorizer

D.

Mekanisme Proses Deodorisasi Minyak diberi perlakuan vakum dan diagitasi. Deodorisasi dilakukan dalam alat yang bernama deodorizer. Pada alat ini minyak diberi perlakuan vakum dan suhu ditingkatkan disertai pengadukan dan pengaliran gas. Gas yang digunakan adalah uap air panas. Kondisi vakum menyebabkan komponen volatil menguap dan mengurangi gas yang dibutuhkan. Kondisi vakum juga berperan mengurangi oksidasi minyak dan hidrolisis trigliserida jika gas yang digunakan adalah uap air panas. Setelah minyak dideodorisasi, karena dalam proses deodorisasi ini dilakukan pemanasan, proses pendinginan minyak harus segera dilakukan. Proses deodorisasi dinyatakan mulai berlangsung jika jumlah tekanan uap dan jumlah tekanan zat menguap telah sama dengan permukaan minyak dan lemak. Makin rendah tekanan, makin rendah pula suhu deodorisasi sehingga dengan demikian vakum yang baik sangat berpengaruh dalam proses.

12

Deodorisasi 2012

Tabel 1.1 Suhu Deodorisasi Campuran Asam Lemak pada Tekanan Berbeda-beda Asam Lemak Pada : Minyak Kacang Tanah Minyak Kedelai Minyak Biji Kapas Minyak Zaitun Minyak Kelapa Sawit Minyak Kelapa P= 5 mm Hg 8 mm Hg (C) 210 220 210 220 215- 225 210 220 210 215 200 -210 P= 20 mm Hg (C) 230 240 230 245 235 250 230 240 225 235 215 230

Minyak diberi aliran gas biasanya uap air : uap panas dimasukkan ke dalam tangki (stripping). Pemasukan uap tersebut dimaksudkan untuk mempengaruhi penguapan senyawa-senyawa volatil agar dapat menguap pada suhu yang lebih rendah. Gelembung-gelembung uap akan naik melalui minyak dan keluar dari lingkungan minyak membawa serta komponen-komponen yang konsentrasinya tergantung pada tekanan parsial masing-masing komponen.

Gambar 1.6 Continuous Evaporator/Stripper


13

Deodorisasi 2012

Alat ini dirancang untuk pemisahan zat volatil dan non-volatil dengan tekanan yang vakum. Alat tersebut dapat digunakan untuk:

Memisahkan pelarut dari polimer, surfaktan, coating industri, lemak, lilin, dan minyak sayuran

Dehidrasi peroksida organik atau bahan organik lain yang mudah terbakar Pemurnian aromatik, tokoferol, alkil fenol, ester, dan oleokimia Daur ulang pelarut, alkohol, dan keton Deodorisasi polimer, aditif, agrokimia, minyak ikan, dan minyak sayur

Prinsipnya adalah volatilitas, minyak yang akan dimurnikan dipanaskan dengan uap, sehingga bau tak sedap yang volatil akan dengan mudah menguap terlebih dahulu kemudian dikondensasikan untuk dibuang.

Tabel 1.2 Titik didih asam lemak pada rasio uap air dan asam lemak yang berbeda Rasio uap air : asam lemak Asam laurat Asam myristat Asam palmitat Asam stearat Asam oleat 2,5 : 1 191 C 211 224 243 239 1:1 215 C 235 248 263 262

14

Deodorisasi 2012

E. Proses Deodorisasi

Gambar 1.7 Flowchart Proses Deodorisasi Adapun proses deodorisasi adalah pertama-tama, minyak yang telah dikelantang (dibleaching) memasuki deaerator yang mana beroperasi pada tekanan absolut 50 mmHg atau kurang. Oksigen dan kelembaban dari minyak dihilangkan sebelum dipanaskan pada suhu deodorisasi. Deaerator ini biasanya dilengkapi dengan demister untuk menghilangkan sisasisa minyak dengan sistem vakum. Setelah dari deaerator, minyak melewati economizer dan final oil heater (pemanas minyak akhir). Final oil heater ini biasanya dirancang untuk memanaskan suhu minyak masuk hingga suhu akhir menggunakan steam bertekanan tinggi atau fluida panas. Minyak kemudian memasuki deodorizer yang terdiri dari satu unit-shell vertical (bejana horizontal) dirancang untuk operasi 3 torr atau kurang di keluaran (outlet) uap. Bejana mempunyai beberapa kompartemen deodorisasi dilengkapi dengan perangkat distribusi steam khusus untuk menunjukkan hubungan kontak antara minyak dan uap (steam). Perangkat ini dapat berupa gas-lift pumps (pompa raksasa) atau sparge rings. Waktu penyimpanan di setiap kompartemen bervariasi antara 10 dan 30 menit, tergantung kepada design. Ketika minyak melewati rangkaian baffle (sekat) dipasang pada tray, minyak meluap melalui pipa overflow atau bendungan untuk tray lebih rendah berikutnya. Setelah mengalami periode proses deodorisasi yang cukup, minyak siap untuk pendinginan. Untuk mencapai pemulihan energi panas yang tinggi pada deodorisasi kontinu, minyak sering dibawa keluar bejana dan didinginkan dalam economizer oil-to-oil. Untuk memberikan pendinginan
15

Deodorisasi 2012

tambahan atau untuk mengkompensasi kurangnya media pendingin ketika mengubah bahan baku, alat pendingin perantara juga sering disediakan. Jika pendinginan dilakukan sepenuhnya di bawah kondisi vakum, zat-zat volatil dihilangkan hampir secepat mereka terbentuk. Untuk menghilangkan zat-zat volatil yang terbentuk di bawah kondisi tekanan ketika minyak sedang didinginkan, minyak ini sering ke kondisi tekanan rendah di flash vessel atau bagian bawah deodorizer setelah external heat exchanger. Akhirnya, minyak dilewatkan melalui tabung atau sistem filtrasi poliester untuk menghilangkan zat yang terdapat di dalamnya.

16

Deodorisasi 2012

17

Deodorisasi 2012

Minyak yang telah dibleaching (dikelantang) dipompa terus-menerus dari tangki umpan oleh deaerator feed pump. Minyak dipanaskan dahulu dalam deaerating economizer oleh minyak dideodorisasi keluar diikuti dengan deaerating heater sebelum memasuki deaerator. Bejana berada di kondisi vakum penuh, sehingga udara sisa dikurangi menjadi absolut minimum. Deaerator discharge pump mengirimkan minyak menuju ke heat economizer dimana suhu ditingkatkan oleh minyak deodorisasi yang panas. Minyak dipanaskan sampai suhu proses maksimum di dalam vacuum heater oleh cairan panas dari thermal oil heater. Sebagian dari asam lemak bebas dalam minyak akan menyala dengan meningkatnya suhu. Adapun proses-proses dalam deodorisasi adalah : 1. Stripping (Pelucutan) Minyak panas memasuki packed column (kolom packing) yang diisi dengan struktur packing khusus sehingga minyak dapat didistribusikan menjadi film tipis dan diaduk oleh stripping steam yang mengalir berlawanan arah dari bawah kolom. Akibatnya, asam lemak bebas dan zat-zat volatil impuritis lainnya tersisa dalam minyak menguap dan menghilang bersama-sama dengan steam. Waktu tinggal dalam kolom hanya beberapa menit. Sebagian besar asam lemak bebas bersama dengan aldehida, keton, dan lain-lain dalam minyak harus cepat dihilangkan sebelum terjadi kerusakan permanen akibat panas. 2. Deodorizing (Penghilangan Bau) Minyak yang telah dilucuti (distripping) dari kolom mengalir ke deodorizer dimana mengalir melalui serangkaian saluran-saluran kompartemen (tray) ditumpuk secara vertikal selama diaduk dengan stripping steam. Aksi pemanasan berkelanjutan merusak karoten dan pigmen warna lainnya, sehingga warna menjadi lebih ringan. Selain itu, jumlah dari sisa asam lemak bebas dalam minyak berkurang ke dalam absolut minimum. Stripping steam melewati packed column dan tidak ada uap yang dipisah diperlukan dalam stripping column. Waktu penyimpanan maksimum di dalam deodorizer adalah 70 menit. 3. Cooling (Pendinginan) Minyak yang telah dideodorisasi dialirkan ke deodorizing economizer dan didinginkan oleh minyak yang masuk. Minyak tersebut kemudian dimasukkan oleh product pump dan didinginkan sampai suhu penyimpanan dalam deaerating economizer dan product cooler. Antioksidan dicampur dengan minyak dalam deodorizing
18

Deodorisasi 2012

economizer. Minyak yang telah selesai (finished oil) akhirnya dikirim ke penyimpanan melalui product filters. 4. Distillate recovery (Pemulihan distilat) Asam lemak bebas dan zat-zat lainnya, menguap dari minyak, dan dikondensasi oleh kontak dengan distilat daur ulang (recycled distillate) dan didinginkan di vapor

scrubber. Distilat ini disirkulasikan oleh distillate pump menuju ke distillate cooler dimana didinginkan oleh air pendingin. Distilat terakumulasi keluar dari scrubber untuk penyimpanan. 5. Perlindungan terhadap Kontaminasi Udara Untuk kualitas optimum, terutama dalam pemrosesan minyak tak jenuh, minyak tersebut perlu dilindungi dari kontaminasi udara selama proses deodorisasi. Deaerator packed column harus dapat menghilangkan udara terlarut secara maksimal sebelum pemanasan dengan suhu tinggi. Hal ini membantu mengurangi polimerisasi minyak dalam koil heat exchanger dari heat economizer. 6. Proses Kontrol Pengendalian kontrol, operasi, dan pengawasan pabrik dapat diawasi oleh satu operator setiap shift. Semua parameter proses, seperti level indikator laju alir, temperatur, tinggi cairan, dan lain-lain diperlukan yang secara otomatis diatur oleh control panel. F. Parameter dan Kondisi Proses Deodorisasi Deodorisasi pada prinsipnya merupakan proses pelucutan oleh gas pelucut dalam kondisi vakum pada suhu tertentu. Dan selama proses tersebut asam-asam lemak bebas dan komponen-komponen odor dihilangkan untuk mendapatkan minyak yang tidak berbau. Meskipun proses ini secara umum dinamakan deodorisasi, tetapi sebenarnya merupakan kombinasi dari tiga operasi yang berbeda : Distilasi, yaitu pelucutan komponen volatil (asam lemak bebas, tokoferol, tokotrienol, sterol, dan kontaminan seperti pestisida atau hidrokarbon aromatik polisiklik ringan, dsb) Deodorisasi sebenarnya, yaitu penghilangan komponen-komponen penyebab bau; dan Thermal bleaching, seperti penghancuran pigmen (karotenoid) oleh panas sementara menjaga efek samping reaksi seperti cis-trans isomerisasi, polimerisasi, dsb.
19

Deodorisasi 2012

Parameter deodorisasi optimal (suhu, tekanan operasi, dan jumlah gas pelucut) ditentukan oleh jenis minyak dan proses pemurnian yang dipilih (secara kimia atau secara fisik), tetapi juga oleh rancangan deodorizer. Pemurnian secara fisik memerlukan kondisi yang lebih ketat dibandingkan pemurnian secara kimia. Hal ini karena penghilangan asam lemak bebas dilakukan dengan distilasi, dan dalam pemurnian secara fisik kadar asam lemak bebas awal cukup tinggi. Kondisi proses deodorisasi bergantung pada jenis minyak, kualitas minyak, dan sistem pemurnian (refining) yang digunakan. Pergeseran teknologi pemurnian kini lebih kearah pemurnian secara fisik dimana asam lemak bebas secara eksklusif dihilangkan melalui distilasi uap dan membutuhkan kondisi yang lebih terkontrol dibandingkan minyak yang dimurnikan secara kimiawi. Dengan pemurnian secara kimiawi, sebagian besar kadar asam lemak bebas telah dinetralkan sebelum deodorisasi. Minyak yang mengalami pemurnian secara fisik memiliki kadar asam lemak bebas berkisar 1 sampai 5% dibandingkan dengan minyak yang dimurnikan secara kimiawi yaitu 0,05 0,1%. Kebutuhan distilasi uap baik untuk minyak yang telah dimurnikan secara fisik maupun secara kimia dapat dicapai dengan mengubah satu atau lebih variabel operasi. Empat variabel operasi yang saling terkait yang mempengaruhi kualitas minyak yang dideodorisasi adalah derajat vakum, suhu, laju alir gas pelucut, dan waktu tinggal pada suhu deodorisasi. 1. Derajat Vakum Jika asam lemak dan senyawa-senyawa odor didistilasi pada suhu lebih rendah, distilasi harus dilakukan pada tekanan absolut yang rendah yang dipengaruhi oleh sistem vakum. Titik didih dari asam-asam lemak dan tekanan uap dari senyawa-senyawa odor berkurang dengan penurunan tekanan absolut. Tekanan absolut rendah yang biasanya digunakan adalah 2-4 mbar yang umumnya dihasilkan oleh sistem vakum yang terdiri dari suatu kombinasi steam jet ejector, kondensor uap, dan pompa vakum mekanik. 2. Suhu Suhu deodorisasi harus cukup tinggi untuk memastikan tekanan uap dari senyawasenyawa volatil dalam minyak cukup tinggi. Tekanan uap dari senyawa-senyawa odor meningkat dengan cepat sesuai dengan kenaikan suhu minyak. Pengoperasian deodorizer pada suhu tertentu dapat memicu dekomposisi termal dari beberapa senyawa yang secara alami terdapat dalam minyak, seperti pigmen dan beberapa trace kompleks metal-prooksidan.
20

Deodorisasi 2012

Pigmen karotenoid dapat terdekomposisi dan dihilangkan melalui deodorisasi dimulai pada suhu 230 oC; Oleh karenanya, pengaturan waktu dan suhu harus ditentukan dalam proses deodorisasi. Secara umum, suhu deodorisasi akan bervariasi sekitar 204 246 oC dan dalam kasus-kasus tertentu dapat mencapai 274 oC. 3. Uap Panas (Stripping steam) Jumlah uap panas yang diperlukan merupakan suatu fungsi dari tekanan operasi dan efisiensi pencampuran. Pencampuran minyak diperlukan untuk mengenakan permukaan minyak baru pada tekanan absolut rendah secara konstan, dilakukan oleh distribusi uap panas. Oleh karena itu, kedalaman minyak merupakan suatu faktor utama untuk memastikan baik kebutuhan uap panas dan waktu tinggalnya. Jumlah asam-asam lemak yang terdistilasi untuk setiap kg uap panas berbanding lurus terhadap tekanan uap dari asam lemak. Uap panas efektif bergantung pada volume, sebagai contoh operasi pada 1-mbar akan membutuhkan persentase berat uap yang lebih rendah dibandingkan operasi pada 6-mbar. Perbedaan diantara jenis minyak juga mempengaruhi kebutuhan uap; sebagai contoh, minyak kanola membutuhkan uap lebih banyak dibandingkan minyak kedelai untuk menghilangkan bau. Jumlah uap yang berlebihan mungkin dapat menyebabkan hidrolisis dan meningkatnya kebutuhan energi untuk sistem vakum. Kondisi tipikal kebutuhan uap untuk proses deodorisasi adalah 5 - 15% berat minyak untuk sistem batch dan 0,5-2% untuk sistem kontinu dan semi kontinu. 4. Waktu tinggal (Stripping time) Waktu tinggal proses deodorisasi adalah periode selama lemak atau minyak berada pada suhu deodorisasi dan kontak dengan gas pelucut. Waktu pelucutan (stripping time) untuk deodorisasi yang efisien harus cukup lama untuk mereduksi komponen odor dari minyak sampai tingkat yang dikehendaki. Waktu tinggal ini akan bervariasi sesuai rancangan alat. Sebagai contoh, deodorizer tipe batch dengan kedalaman minyak 8-10 ft di atas distributor sparging steam akan memerlukan waktu deodorisasi yang lebih lama dibandingkan sistem kontinu atau semikontinu yang menggunakan kedalaman lapisan minyak yang rendah. Biasanya, waktu tinggal pada suhu tertentu untuk sistem deodorizer batch adalah 3-8 jam, sedangkan waktu tinggal untuk sistem kontinu dan semikontinu bervariasi dari 15 sampai 120 menit.

21

Deodorisasi 2012

DAFTAR PUSTAKA
Agro Industri Indonesia, 2010. Proses Pemurnian Minyak Sawit. http://agroindustriindonesia.blogspot.com/2010/09/proses-pemurnian-minyaksawit.html. Diakses pada tanggal 12 Maret 2012. Anonim, 2011. Proses Pemurnian Minyak Kelapa Sawit. http://bahan2%20oleo/PROSESPEMURNIAN-MINYAK-KELAPA-SAWIT.htm. Diakses pada tanggal 12 Maret 2012. Gunstone, Frank D. 2004. The Chemistry of Oil and Fats. Blackwell : USA. Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia : Jakarta. Kumar, 2007. Deodorizer. http:// product_range_deodorizer_with_stripping_column.html. Diakses pada tanggal 12 Maret 2012. Lordbroken, 2010. Pengolahan Minyak : Penghilangan Bau.

http://lordbroken.wordpress.com/2010/11/04/pengolahan-minyak-penghilangan-bau/. Diakses pada tanggal 12 Maret 2012. Ren, 2010. Mesin Minyak Goreng. http://deodorisasi%20%28bahan%20baru%29.htm. Diakses pada tanggal 12 Maret 2012. Riyadi, Azis Herdiyanto. 2009. Kendali Proses Deodorisasi dalam Pemurnian Minyak Sawit Merah Skala Pilot Plant. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Hal 16-19. Sekotheng, 2009. Pure Plant Oil, Pemurnian Secara Fisika dan Kimia.

http://sekotheng.wordpress.com/tag/kerjaanku/. Diakses pada tanggal 12 Maret 2012. Shadidi, Fereidoon. 2005. Baileys Industrial Oil and Fat Products. Sixth Edition. Volume 6. John Wiley & Sons : USA. Wildan, Farihah. 2002. Penentuan Bilangan Peroksida dalam Minyak Nabati dengan Cara Titrasi. Balai Penelitian Ternak. Bogor.

22

Deodorisasi 2012

23

Anda mungkin juga menyukai