Anda di halaman 1dari 3

Rangkuman Forum Pembahasan Kasus Rudi Rubiandini (RR) 25 Agustus 2013 di Sekre KM

Agenda forum diskusi ini adalah : 1. Sosialisasi sikap rektorat terhadap kasus RR. 2. Diskusi tentang bagaimana sebaiknya KM ITB bersikap 3. Diskusi tentang rencana untuk menjenguk RR di KPK

Sosialisasi sikap rektorat terhadap kasus RR


Rektorat ITB telah meluncurkan press release mengenai kasus ini. Press release tersebut intinya memuat 4 hal: 1. Pemohonan maaf dari ITB Permohonan maaf ini bukan karena dilandasi sangkut paut RR dengan ITB, melainkan hanya karena pertimbangan sosiologis. 2. Status RR sebagai pegawai SKK Migas Sejak tahun 2010, RR sudah ditugaskan oleh pemerintah untuk bekerja di BP Migas (Sekarang SKK Migas), sehingga statusnya sebagai Guru Besar ITB telah di-non-aktifkan. Status Guru Besar dan gelar Professor adalah status untuk civitas pendidikan saja sehingga ia juga tidak boleh memakai gla professor di namanya selama ia bekerja di luar ITB. Status itu akan tetap di-non-aktifkan sampai ia kembali bekerja di ITB. 3. Imbauan menjunjung kebenaran dan proses hukum yang adil. 4. Dukungan moral untuk RR dan keluarga Press release ITB ini dkeluakan melalui proses pertimbangan yang matang dan penuh kehati-hatian.

Bahkan setelah adanya press release ini, masih banyak pihak yang meminta ITB untuk bersuara. Pihak-pihak tersebut menilai press release ITB terlalu normatif dan meminta ITB mengeluarkan keputusan, seperti mencabut gelar Guru Besar RR atau memecatnya secara tidak hormat. Menanggapi hal ini, kabinet mengirimkan beberapa perwakilan untuk berbincang-bincang dengan pak Hasan (Wakil Rekor Bidang Humas). Dalam perbincangan tersebut dibahas beberapa hal, dintaranya: 1. Pak Hasan menyatakan bahwa ITB memang tidak perlu mencabut gelar Guru Besar RR atau memecatnya karena RR dan ITB sekarang ini hanya sebagai kolega. Terlebih lagi, menurut UU nomor 49 tentang jabatan organik, status PNS seseorang akan dicabut langsung oleh pemerintah apabila terkena kasus pidana dengan lama tahanan lebih dari 4 tahun. 2. Beliau berpesan bahwa mahasiswa ITBhaus menjadi yang aling ta tntang kasus ini, tapi tidak reaktif terhadap tkanan dari pihak luar. Beliau juga berpesan agar kita mengikuti proses hukum saja sampai RR diteapkan bersalah atau tdak.Sebagai informasi tambahan, status RR sekarang teh berubah dari yang tadinya terperiksa menjadi tersangka. Jadi, dari sosialisasi ini, diharapkan kita lebih melek terhadap kelangsungan kasus ini. Itulah sebabnya kabinet mengundang ketua lembaga untuk mensosialisasikan ini kepada anggotanya. Selain itu masih perlu dipikirkan juga bagaimana metode sosialisasi yang tepat untuk mahasiswa

yang belum memiliki kantung lembaga seperti angkatan 2012 dan 2013. Dengan sosialisasi ini juga, jika kita melihat post atau mention di media sosial, kita diharapkan berhati-hati dalam memilih jawaban. Sebagai contoh, misalnya ada yang menanyakan: Itu ITB kenapa ngga cabut aja sih gelar Guru Besarnya? Jawab aja : Emang udah bukan Guru Besar kok sejak tahun 2010. Terus kalo ada yang nanya lagi: Tapi kan ga tegas gitu lho.. Nanti kalo balik lagi ke ITB terus tetep Guru Besar lagi.. Kita bisa jawab: Lah kan di UU no. 49 kalo udah dipenjara 4 tahun yang nyabut pemerintah langsung.. Kita ga perlu repot2 yaut jabatannya Terus kalo misalnya ada yang nanya: Kok tanggapan ITB gitu doang sih tau ada civitasnya yang kena kasus? Kita jawab aja: Lah emang ITB sama RR itu udah ngga ada hubungannya.. Udah bagus minta maaf.. Itu juga minta maaf karena kita nganggep RR itu temen dan ya selayaknya temen kita melakukan hal yang kurang baik ya kita ada pertimbangan sosiologis buat minta maaf.. Kira-kira seperti itu. Nah, jadi itu tentang sosialisasi sikap ITB. Terus pertanyaan selanjutnya: Sikap KM gimana dong? atau malah mungkin Perlu ngga sih kita bersikap?

Diskusi Tentang Bagaimana Sebaiknya KM ITB Bersikap


Banyak pertanyaan yang muncul pada saat diskusi, seperti Perlukah kita mengeluarkan press release juga?, Perlukah kita demonstrasi, kampanye anti korupsi atau semacamnya untuk menyuarakan pandangan kitaakan kasus ini? Karena masih simpang-siur nya kabar di media dan tidak bisa dipungkiri hukum bukanlah keahlian kita, maka awalnya peserta diskusi memutuskan untuk memberikan sikap normatif juga seperti yang dilakukan ITB. Namun kemudian kami mengingat adanya agenda ketiga, yaitu tentang rencana kabinet untuk menjenguk RR di KPK. Tentunya kunjungan ke KPK tersebut kan menjadi makanan untuk media yang sedang berada di KPK. Untuk itu, jika ada media kita membutuhkan senjata untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yangmungkin akan ditanyakan oleh media tersebut. Akhirnya, diputuskan bahwa kita tidak perlu bersikap. Kita cukup menunjukkan sikap kita kalo ada yang menanyakan seperti media-media tersebut. Kalau diibaratkan, kita ga mau lah menyemprot minyak duluan. Salah-salah malah kita yang terbakar. Kemudian topiknya bergeser jadi : Jadi senjata nya apa aja nih? Tetap kita tidak boleh mengucapkan kalimat-kalimat tegas. Poin-poin yang perlu diberikan adalah : 1. Yang dilakukan KM ITB adalah menjenguk/mengunjungi salah satu dosennya sebagaimana seorang anak didik yang mengunjungi salah satu pendidiknya. 2. KM ITB tetap mendukung semua bentuk pemberantasan korupsi. 3. KM ITB akan mengikuti proses hukum yang berlaku saja.

Memang terdengar seperti press release ITB juga ujung-ujungnya. Tapi memang itulah hal yang bisa kita katakan. Sebagai perbaikan atas ketidaktahuan kita pada masalah hukum, rencananya KM ITB akan mengundang narasumber ahli untuk memimpin kajian tentang hukum agar kita semua lebih melek pada hukum.

Diskusi Tentang Rencana menjenguk RR di KPK


Dengan mempertimbangkan bahwa kita tidak akan bersuara tentang kasus ini dan menjenguk seseorang yang kita kenal bukanlah hal yang salah, perwakilan kabinet dan perwakilan Patra rencananya beberapa hari kedepan akan menjenguk RR di KPK. Belum ditetapkan juga waktunya, namun sudah dapat dipastikan hal ini bukan wacana. Mau ngomong apa aja nanti ke Pak RR nya kalo lagi njenguk? Kita cukup memberi dukungan moral saja. Tidak usah memberikan saran-saran yang terkesan menggurui karena pasti beliau lebih berpengalaman dalam bidang politik dan hukum seperti ini. Seperti yang akan kita jawab ke media, kita hanya seorang anak didik yang menjenguk dosennya. Kalau dikira-kira mungkin akan seperti: Bapak yang sabar saja, kami dari ITB yakin dan mendoakan agar Bapak mendapatkan yang terbaik, atau semacamnya.

Kesimpulan
Jadi kalau disimpulkan langkah kabinet ke depan adalah sebagai berikut : 1. Mencari metode pencerdasan untuk mensosialisasikan tentang hal ini ke seluruh masa kampus. 2. Mencari waktu yang tepat untuk menjenguk RR di KPK. 3. Membicarakan dengan Kongres tentag rencana kunjungan ke KPK terebut. 4. Mempersiapkan narasumber ahli untuk kajian lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai