Anda di halaman 1dari 9

1. Pendahuluan 1.1. Latar belakang Mahasiswa merupakan generasi muda dan tulang punggung bagi kemajuan bangsa.

Mahasiswa memiliki kemampuan intelektual yang tinggi sehingga diharuskan menambah ilmu tidak hanya dari bangku kuliah tetapi juga dapat dari kegiatan di masyarakat. Mengetahui dan berkecimpung dalam dunia penangkapan merupakan salah satu alternatif efektif yang bisa dilakukan oleh mahasiswa dalam upaya menambah ilmu, juga sebagai wahana untuk mendekatkan mahasiswa dalam dunia penangkapan kaitannya dengan praktek dan aktualisasi diri di lapangan. Mahasiswa diharapkan dapat berperan aktif dalam segala aspek kehidupan. Sosok mahasiswa tidak hanya harus cerdas dalam menyikapi aspek intelektual, namun juga kecerdasan sosial dan kecerdasan emosionalnya. Karena kedua hal terakhir inilah yang paling penting ketika mahasiswa harus mengaplikasikan keahliannya kepada

masyarakat. Pemanfaatan sumber daya perikanan khususnya pada perikanan laut (perikanan tangkap) sampai saat ini masih didominasi oleh usaha perikanan rakyat yang umumnya memiliki karakteristik skala usaha kecil, aplikasi teknologi yang sederhana, jangkauan penangkapan yang terbatas di sekitar pantai dan produktifitas yang relatif masih rendah. Kegiatan penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan dan bertanggung jawab. Tingkat produktivitas suatu alat tangkap dapat diketahui dari jumlah dan komposisi hasil tangkapan alat tangkap tersebut dengan jumlah upaya penangkapan. Rendahnya produktivitas nelayan umumnya diakibatkan oleh rendahnya ketrampilan dan pengetahuan serta penggunaan alat tangkap maupun perahu atau kapal yang masih sederhana sehingga efektifitas dan efisiensi alat tangkap serta penggunaan faktor-faktor produksi lainnya belum optimal. Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap tingkat produktivitas dan pendapatan yang diterima nelayan dan pada akhirnya mempengaruhi pula tingkat kesejahteraannya.

Saat ini diperlukan sekali adanya sebuah usaha untuk meningkatkan kualitas dan sumber daya manusia khususnya mahasiswa sebagai generasi penerus agar mampu berkarya demi bangsa dan negaranya. Bercermin dari pernyataan diatas, Kelompok Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (KSP) Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro turut bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap Indonesia (HIMPATINDO) mengadakan Pelatihan Operasi Penangkapan Ikan. Kegiatan ini. Bentuk Kegiatan inilah yang kami harapkan dapat membekali mahasiswa khususnya Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dalam menghadapi tantangan dunia yang memasuki dunia globalisasi. 1.2. Tujuan 1.2.1. Mengetahui metode penangkapan ikan. 1.2.2. Mengetahui teknologi penangkapan skala tradisional. 1.2.3. Mengetahui dasar dasar teknik penangkapan. 1.3. Waktu Hari Tanggal : Jumat-Minggu : 19 21 April

1.4. Tempat praktikum Perairan Jepara Jawa Tengah

2. Tinjauan Pustaka 2.1. ARAD Jaring arad (mini trawl) adalah jaring yang berbentuk kerucut yang tertutup ke arah ujung kantong dan melebar ke arah depan dengan adanya sayap. Bagianbagiannya terdiri dari dua sayap, mulut, badan dan kantong (cod-end) serta dilengkapi dengan pembuka mulut, yaitu otter board dan tali temali (bridle line, warp dan tali kantong). Jaring arad berkembang di Pantai Utara Jawa. Berbagai sebutan jaring arad pernah muncul di berbagai daerah seperti sotok rebon di Rembang, jaring arad di TegalBrebes, gereuk di Jawa Timur, otok di Kendal, dan cotok di Demak (Balai Pengembangan Penangkapan Ikan, 1997).

Jaring arad adalah alat tangkap yang dioperasikan secara aktif dengan cara ditarik oleh perahu. Dalam istilah yang sesungguhnya nama jaring arad yang semula merupakan sejenis pukat pantai atau sesuai dengan nama daerahnya merupakan jaring krakad, bundes dan dogol. Namun akhir-akhir ini nama arad juga berkembang sejalan dengan perkembangan sejenis jaring pukat yang pengoperasiannya ditarik (pukat tarik/putar) dengan menggunakan perahu (bukan kapal) disepanjang dasar perairan. Dengan perkataan lain jaring pukat tarik (jaring putar) ini dikenal dengan sebutan jaring arad (Ditjen Perikanan, 1995). Alat ini biasanya dipakai untuk menangkap udang dan ikan demersal. Manadiyanto et al., (2000), menjelaskan bahwa jaring arad adalah alat tangkap yang dioperasikan secara aktif dengan cara ditarik oleh perahu. Alat ini biasanya dipakai untuk menangkap udang dan ikan demersal. Secara garis besar konstruksi jaring arad terdiri atas bagian sayap, badan dan kantong. Bahan jaring seluruhnya terbuat dari polyethylene (PE). Jaring arad ini dilengkapi dengan alat pembuka mulut jaring (otter board) berukuran panjang 66 cm dan lebar 33 cm. Otter board pada jaring arad ini terbuat dari bahan kayu yang diberi pemberat besi 6 kg. Otter boardberfungsi untuk membuka mulut jaring ke arah horizontal. Konstruksi jaring arad secara umum terdiri atas jaring, tali ris, pelampung, pemberat, danleno, palang (beam), tali segitiga, papan otter dan tali penarik (towing warp) (Ditjen Perikanan, 1995). Rinciannya sebagai berikut : 2.1.1. Sayap (wing) Sayap disebut juga jaring pengarah yang merupakan perpanjangan badan jaring ke otter board . Sayap terdiri atas sayap kanan dan sayap kiri, masingmasing terdiri atas sayap atas (upper wing) dan sayap bawah (lower wing). Kedua sayap membentuk mulut jaring yang terdiri atas mulut atas (head line) yang diikatkan tali ris atas (head rope) sebagai tempat pelampung dan mulut bawah

(ground line) yang diikatkan tali ris bawah (ground rope) yang diberi pemberat. 2.1.2.Badan (Belly) Badan jaring adalah bagian tengah jaring arad yang terbesar dari keseluruhan alat tangkap yang berfungsi untuk mengurung objek yang telah digiring oleh sayap. Pada sudut depan kiri dan kanan berhubungan dengan sayap kanan dan sayap kiri, sedang bagian belakang badan berhubungan langsung dengan bagian kantong. 2.1.3. Kantong (cod end) Kantong berfungsi sebagai tempat terkumpulnya hasil tangkapan sehingga setelah kantong diikat maka objek tangkapan yang telah berada di dalam kantong tidak akan dapat melarikan diri. Bahan jaring seluruhnya terbuat dari polyethylene (PE). 2.1.4. Danleno Danleno digunakan untuk mengupayakan agar kedudukan sayap selalu tegak (vertikal) sehingga udang dan ikan yang berada diantara sayap dapat tergiring masuk kedalam jaring. 2.1.5. Palang (Beam) Palang berfungsi sebagai perentang sayap sehingga kedudukan sayap selalu terbuka selebar rentangan panjang palang. Panjang palang tidak lebih dari 6 meter. 2.1.6. Tali segitiga Tali segitiga digunakan untuk mempertahankan kedudukan beam agar tetap pada posisi merentang mendatar. 2.1.7. Papan otter Papan otter merupakan pengganti peran danleno dan beam sehingga kedua sayap jaring terbuka kekanan dan kekiri. Ukuran papan otter ini tidak lebih dari 40 cm x 80 cm dan diberi pemberat besi 6 kg. Dengan penggunaan papan otter ini tali segitiga tidak diperlukan lagi.

Urutan pengoperasian alat tangkap jaring arad, menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1995) yaitu : 2.2.1 Setelah sampai di fishing ground kecepatan perahu dikurangi sehingga bergerak perlahan. Melalui bagian samping kiri buritan kapal penawuran dimulai dengan penurunan kantong, badan, sayap, danleno dan palang. Untuk jaring yang pengoperasiaannya menggunakan papan otter, setelah semua bagian jaring berada dipermukaan air, jaring tersebut ditarik supaya kedudukan kedua sayap sejajar. Selanjutnya kedua papan diturunkan secara bersana-sama dan dibiarkan melayang dipermukaan air sambil ditarik sampai posisi kedua papan tersebut sempurna. 2.2.2. pada saat penurunan tali penarik, gerakan perahu agak dipercepat. Panjang tali penarik disesuaikan dengan kedalaman perairan. 2.2.3. Ujung tali penarik diikat pada bagian depan perahu sedangkan dibagian buritan kanan tali penarik tersebut ditarik sejajar perahu diharapkan posisi jaring berada di belakang perahu. Perahu bergerak ke depan dengan kecepatan tertentu (3-4 knot) dan jaring ditarik selama 1-3 jam. 2.2.4. Setelah penarikan jaring selesai, mesin dimatikan dan penarikan tali penarik dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia sehingga seluruh jaring terangkat. 2.2.5. Hasil tangkapan dikeluarkan dari bagian kantong dengan membuka tali pengikat kantong. 2.2.6. Jaring dan tali temali disusun kembali untuk penawuran berikutnya.

3. Hasil pelatihan 3.2. Tanggal 19 April 2013 Peserta mendapatkan materi kelas dari BBPPI yang memberikan materi tentang Rumah Ikan. Rumah ikan ini merupakan hasil penelitian dan pengembangan dari bagian Parekayasa BBPPI semarang alat ini pada

awal nya terbuat dari ban-ban bekas dan krat-krat minuman tetapi sekarang sudah menggunakan plastic khusus yang sengaja di buat memang untuk rumah ikan. Rumah ikan ini bertujuan untuk mengembalikan stok ikan. Cara kerja dari alat ini mirip dengan rumpon hanya saja berbeda tujuan, jika rumpon di pasang untuk tujuan penangkapan tetapi rumah ikan di pasang untuk tempat berlindung dan berpijah ikan dan organism laut lainnya. Sehingga para nelayan di larang melakukan penangkapan sampai dengan radius 100-200 M dari rumah ikan tersebut. Materi yang kedua dari Pembina KSP sendiri yang memberikan materi tentang penangkapan yang ramah lingkungan. Selama ini penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan tidak hanya di tentukan oleh jenis alat tangkap nya tetapi juga dari sisi nelayannya itu sendiri. Karena walaupun nelayan tersebut menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan tetapi dalam pengoprasian nya tidak ramah lingkungan misalkan membuang sampah, jarring atau tali yang rusak langsung ke laut itu sama saja dengan mencemari laut. 3.3. Tanggal 20 April 2013 Para peserta di bagi menjadi 6 kelompok di mana 3 kelompok melakukan trip pagi sedangkan 3 kelompok lain nya melakukan trip sore. Pada saat trip pagi melaut pukul 7:30, trip sore menjurai jarring di darat, setelah trip pagi selesai pada jam 1 siang berganti trip sore melaut dan trip pagi menjurai jaring. Kapal yang di gunakan oleh kelompok saya menggunakan 2 mesin yaitu yang 16 Pk dan 20 Pk, tetapi yang di gunakan yaitu yang 16 Pk. 3.3.1. Arad Untuk pengoprasian alat tangkap ini pertama kali yang di jatuhkan yaitu bagian kantong, mulut, sayap dan terakhir bagian otter board. Setelah semua bagian di masukan ke dalam perairan, Arad tersebut di hela oleh kapal dengan perlahan supaya

mempertahankan agar alat tangkap tersebut tetap berada di dasar perairan. Hasil yang di dapat dari alat tangkap ini pada saat

pengoprasian cukup sedikit antara lain : Kakap merah, kurisi, sotong, cumi, gurita, udang vaname, kepiting dan membawa beberapa sampah plastic dan sampah-sampah lain nya. Kita tidak mendapat hasil tangkapan yang cukup banyak karena tujuan dari kegiatan ini bukanlah untuk mendapat hasil tangkapan yang berlimpah melainkan hanya untuk pelatihan. Selain itu fishing ground tempat setting alat ini bukan merupakan fishing ground yang baik dan terdapat cukup banyak ikan.

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA Balai Pengembangan Penangkapan Ikan. 1997. Pengoperasian Alat Tangkap Trawl yang dilengkapi TED. Semarang: BPPI.

Direktorat Jenderal Perikanan. 1995. Alternatif Usaha Penangkapan Ikan Dengan Jaring Putar (Pukat Tarik/Arat) Bagi Nelayan Skala Kecil. Balai Pengembangan Penangkapan Ikan. Semarang. 30 Hal.

Manadiyanto, H, H. Latif dan S. Iriandi. 2000. Status dan Pemanfaatan Udang Penaeid Pasca Pukat harimau di Perairan Laut Jawa, Jakarta: Balai Penelitian Perikanan laut. 26 hal.

Anda mungkin juga menyukai