Anda di halaman 1dari 2

Toyota Astra Finance Tawarkan Obligasi

Rabu, 17 April 2013 | 03:01 WIB

Jakarta, KOMPAS - PT Toyota Astra Financial Services (Toyota Astra Finance) menawarkan obligasi atau surat utang dengan nilai sebanyak-banyaknya Rp 1,2 triliun. Dana yang diperoleh dari hasil penawaran surat utang ini akan digunakan sebagai modal kerja pembiayaan kendaraan bermotor dalam rangka pengembangan usaha perseroan. Dalam konferensi pers seusai penawaran umum surat utang di Jakarta, Selasa (16/4), Presiden Direktur PT Toyota Astra Financial Services Buntoro Mulyono mengatakan, surat utang kali ini diterbitkan dengan jangka waktu 1 tahun, 3 tahun, dan 4 tahun sejak tanggal emisi. Nantinya, bunga surat utang akan kami bayarkan setiap tiga bulan sesuai dengan tanggal pembayaran emisi, ujarnya. Akan tetapi, besaran bunga dan nilai kupon yang ditawarkan dalam surat utang ini masih belum dapat ditentukan besarannya. Menurut Penjamin Pelaksana Emisi Obligasi Hari Mantono, besaran kupon dan bunga masih dalam pertimbangan sampai berakhirnya masa penawaran. Sedangkan ditiadakannya surat utang yang berjangka waktu dua tahun tersebut sesuai dengan kebijakan dari perusahaan, katanya. Harry mengatakan, target investor dalam penawaran surat utang kali ini lebih tertuju pada institusi, seperti reksa dana, perbankan, dan asuransi. Namun, kami tidak menutup kemungkinan apabila ada investor pribadi. Kalaupun ada, mungkin mayoritas ialah investor lokal. Namun, Toyota Astra Finance tetap berharap semoga ada investor asing, ujarnya. Adapun lembaga yang bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi obligasi kali ini ialah PT Trimegah Securities Tbk, PT HSBC Securities Indonesia, PT Indopremier Securities, dan PT Mandiri Sekuritas.

Pada 2012, PT Toyota Astra Financial Services mampu melakukan penjualan untuk 54.000 unit dengan total biaya Rp 8,2 triliun. Tahun ini kami menargetkan peningkatan penjualan hingga 20 persen dengan total pembiayaan Rp 11 triliun, ujar Direktur PT Toyota Astra Financial Services Kurnadi Tandudjaja. Sementara itu, Kurnadi mengakui bahwa total pembiayaan yang dilakukan pada tahun 2012 tidak sesuai dengan target yang pernah dicanangkan. (K10)

Anda mungkin juga menyukai