Anda di halaman 1dari 2

Gen Pintar ? Oleh Supadilah S.Si.

Pantes aja dia pintar. Wong orang tuanya guru Mungkin beberapa kali kita mendengar ucapan ini dari teman kita, rekan kerja, tetangga kita, atau dari perkataan anak kita. Atau bahkan kita sendiri pernah melontarkan ucapan ini. Artinya, ada seseorang (anak) yang pintar karena orang tuanya juga pintar. Jadi, pintarnya adalah karena factor keturunan (gen). Bisa iya, bisa juga tidak. Secara teori pewarisan keturunan, gen memang berpengaruh terhadap keturunan. Kromoson yang terletak di gen laki-laki (X) dan perempuan (Y) turut memengaruhi sifat si anak. Ayah pintar dan ibu pintar bisa menghasilkan anak yang pintar. Atau salah satunya pintar maka anaknya pintar. Memang dalam kasus tertentu seperti yang terjadi pada William Siddis, manusia terjenius jika berdasarkan IQ, teori factor gen menentukan, itu dianggap benar. Toh, ayah Siddis pun banyak membimbing dan melakukan proses pendidikan yang maksimal kepada Siddis. Akan tetapi pada kenyataannya, teori ini bisa tidak berlaku. Banyak juga seorang anak yang pintar, namun kedua orang tuanya tidak pintar misalkan tidak mengenyam pendidikan formal hingga selesai misalnya tidak tamat SD. Contohnya adalah Ir.Soekarno,Soeharto, Jenderal Soedirman yang notabene orang tuanya adalah wong cilik (petani) namun menjadi seseorang yang pintar atau jenius. Meski berbeda-beda bidangnya. Ada juga Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo, sosok jenius di bidang olahraga sepak bola padahal orang tua mereka bukanlah orang yang hebat di bidang ini. Juga banyak contoh lain di sekitar kita yang menguatkan bahwa anak pintar bukan karena berasal dari gen kedua orang tuanya. Seorang bijak, bahwa 1 % bakat + 99 % kerja keras = jenius. Beberapa hal yang memengaruhi kepintaran seorang anak, yaitu 1. Belajar keras. Satu-satunya yang paling menentukan kejeniusan seseorang adalah dengan belajar keras. Tidak asal-asalan. Tidak ada kepintaran yang didapat dengan instan dan mudah.

(kecuali mukjizat). Experience make perfect. Latihan menjadikan sempurna. Makin banyak belajar, makin berpeluang untuk menjadi pintar. Hasil akan sebanding dengan usaha. 2. Pola pendidikan, juga menentukan pintar atau tidaknya seseorang. Orang tua yang rajin membimbing anak belajar, mengusahakan pendidikan anak berjalan baik, mendorong anak untuk senang dan cinta dengan belajar. Orang tua menumbuhkembangkan minat belajar anak. Orang tua mengupayakan kenyamanan si anak dalam belajar dan dalam jenjang pendidikannya. 3. Lingkungan,juga berperan dominan dalam pembentukan seseorang menjadi pintar atau tidak. Seseorang yang dibesarkan dalam lingkungan akademis yang memadai membuatnya mengerti dan paham betapa ilmu pengetahuan itu penting dan dibutuhkan. Terbiasa dengan semua itu, lama kelamaan seseorang menjadi pintar.

Siapapun hanya bisa berusaha menjadikan anak, teman, saudara, dan orang lain menjadi pintar. Hasil akhirnya hanyalah Allah. Kita berharap banyak lagi muncul generasi jenius islami.

(Inspirasi dari keponakan yang menurut saya pintar. Masih TK (umur 5 tahun) tapi berhitungnya sudah luar biasa. Perkalian dua bisa. Nambah pun OK. Misalnya 15 + 7, 6 + 9, dll. Pernah saya beri dia 20 soal penambahan dan pengurangan di bawah angka 30. Dan hanya salah satu saja. Luar biasa. Yang paling mudah baginya jika menambahkan puluhan dengan bilangan lain. Misalnya 20 +7, 30 + 5. Atau bahkan 90 + 8. Dengan mudahnya dan cepat dijawabnya dengan benar). Ah, semoga dikau tetap semakin bersinar kepintaranmu, juga jangan lupa akhlaknya ya)

Anda mungkin juga menyukai