Anda di halaman 1dari 29

KERANGKA KONSEPTUAL DAN PELAPORAN KEUANGAN, MANAJEMEN LABA, KONSEKUENSI EKONOMIS LAPORAN KEUANGAN

MAKALAH Pelaporan dan Akuntansi Keuangan

Oleh:
AHMAD RENANDY GHOZALI DWI DAYANTI OKTAVIA FADILLA CAHYANINGTYAS NAWANGSARI PUTRI

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013

BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Pelaporan keuangan merupakan hal yang sangat penting dalam aktivitas sebuah entitas, karena laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan kepada pihak-pihak eksternal yang akan dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi. Hal ini dapat terlihat pada tujuan laporan keuangan yaitu memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Selain itu, Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Setiap entitas harus memiliki kemampuan yang baik dalam menyajikan laporan keuangan setiap periodenya baik dalam hal keandalan, materialitas, ataupun kualitas dari informasi yang terdapat dalam penyajian laporan keuangan. Untuk memiliki kemampuan yang baik setiap perusahaan harus memahami dan menerapkan standar akuntansi keuangan yang tertuang dalam PSAK, baik itu mengenai kerangka konseptual dan pelaporan keuangan, manajemen laba, ataupun konsekuensi ekonomi laporan keuangan. Dengan adanya PSAK ini diharapkan seluruh entitas yang ada di Indonesia mampu menerapkan dengan baik dalam menyajikan laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku sehingga semua informasi dalam laporan keuangan dapat memberikan keyakinan bagi penggunanya dalam pengambilan keputusan ekonomi. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis (yang terdiri dari 4 orang) ingin menyusun sebuah makalah dengan judul Kerangka Konseptual dan Pelaporan Keuangan, Manajemen Laba. Konsekuensi Ekonomis Laporan Keuangan. Dalam makalah ini penulis akan memapaparkan Kerangka Konseptual dan Pelaporan Keuangan berdasarkan IFRS yang saat ini berlaku di Indonesia, tentang teori manajemen laba dan analisi kasus studi PT. Indofarma, Tbk sebagai contoh kasus manajemen laba yang pernah ada, serta konsekuensi ekonomis laporan keuangan.

II. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini antara lain: 1. Bagaimana Kerangka Konseptual dan Pelaporan Keuangan berdasarakan IFRS yang saat ini berlaku di Indonesia? 2. Apa yang dimaksud dengan Teori Manajemen Laba? 3. Bagaimana konsekuensi ekonomis terhadap laporan keuangan? III. TUJUAN Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan dalam makalah ini antara lain: 1. Untuk memaparkan Kerangka Konseptual dan Pelaporan Keuangan sesuai dengan PSAK berdasarkan IFRS baik untuk lapran keuangan bertujuan umum ( yang selanjutnya disebut laporan keuangan) (PSAK 01), Laporan Arus Kas (PSAK 02), Laporan Keuangan Interm (PSAK 03); 2. Untuk memaparkan Teori manajamen laba baik definisi, sasaran, alasan, serta terjadinya manajemen laba; 3. Untuk memaparkan mengenai konsekuensi ekonomis laporan keuangan baik definisi, terjadinya ataupun hubungan konsekuensi ekonomi dengan pasar modal.

BAB II PEMBAHASAN I. KERANGKA KONSEPTUAL DAN PELAPORAN KEUANGAN Penyajian laporan keuangan harus disajikan dengan benar dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar dapat dibandingkan, baik dengan laporan keuangan periode sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas lain. FASB (1978), mendefinisikan kerangka konseptual sebagai suatu sistim yang koheren tentang tujuan (objective) dan konsep dasar yang saling berkaitan, yang diharapkan dapat menghasilkan standar-standar yang konsisten dan memberikan pedoman tentang jenis, fungsi dan keterbatasan akuntansi dan pelaporan keuangan. Perlunya kerangka konseptual : a. Sebagai pedoman dalam menetukan standar akuntansi b. Sebagai kerangka referensi untuk memecahkan masalah akuntansi apabila standar yang sekarang ada tidak mengatur isu-isu yang baru muncul c. Sebagai dasar membuat pertimbangan dalam penyajian laporan keuangan. d. Meningkatkan daya banding dengan cara mengurangi berbagai alternatif metode akuntansi yang ada. Sebelum mempelajari mengenai kerangka konseptual, terdapat beberapa istilah yang perlu dipahami, antara lain sebagai berikut : 1. Laporan keuangan bertujuan umum (selanjutnya disebut sebagai laporan keuangan) adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan. 2. Ketidakpraktisan. Penerapan suatu persyaratan dianggap tidak praktis jika entitas tidak dapat menerapkannya setelah melakukan usaha yang memadai. 3. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan dan Interpretasi yang disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia, yang terdiri dari: (a) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK); (b) Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK). 4. Material. Kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat pos-pos laporan keuangan adalah material jika, baik secara sendiri-sendiri maupun bersamasama, dapat memengaruhi keputusan ekonomi pengguna laporan keuangan. Materialitas tergantung pada ukuran dan sifat dari kelalaian dalam mencantumkan

atau kesalahan dalam mencatat tersebut dengan memerhatikan kondisi terkait. Ukuran atau sifat dari pos laporan keuangan tersebut, atau gabungan dari keduanya, dapat menjadi faktor penentu penilaian apakah suatu kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat dapat memengaruhi keputusan ekonomi dari pengguna laporan, dan dengan demikian menjadi material, membutuhkan pertimbangan mengenai karakteristik dari masing-masing pengguna laporan tersebut. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 25 menyatakan bahwa pengguna laporan keuangan diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Oleh karena itu, penilaian tersebut perlu memerhatikan bagaimana pengguna laporan dengan karakteristik tersebut diharapkan terpengaruh dalam membuat keputusan ekonomi. 5. Catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan berisi informasi tambahan atas apa yang disajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan pendapatan komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan atau rincian dari pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dan informasi mengenai pospos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan. 6. Pendapatan komprehensif lain berisi pos-pos pendapatan dan beban (termasuk penyesuaian reklasifikasi) yang tidak diakui dalam laba rugi dari laporan pendapatan komprehensif sebagaimana dipersyaratkan oleh SAK lainnya. 7. Pemilik adalah pemegang instrumen yang diklasifikasikan sebagai ekuitas. 8. Laba rugi adalah total pendapatan dikurangi beban, tidak termasuk komponenkomponen pendapatan komprehensif lain. 9. Penyesuaian reklasifikasi adalah jumlah yang direklasifikasi ke bagian laba rugi periode berjalan yang sebelumnya diakui dalam pendapatan komprehensif lain pada periode berjalan atau periode sebelumnya. 10. Total laba rugi komprehensif adalah perubahan ekuitas selama satu periode yang dihasilkan dari transaksi dan peristiwa lainnya, selain perubahan yang dihasilkan dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik.

Berikut merupakan diagram kerangka konseptual pelaporan keuangan, Gambar 1.1

Menurut IFRS kerangka konseptual dibagi menjadi 3 level : 1. First Level merupakan basic objective 2. Second Level merupakan karakteristik keuangan dan Unsur Iaporan keuangan 3. Third Level merupakan Recognition, measurement, and disclosure concepts 1. First Level Basic objective berguna untuk memberikan informasi keuangan tentang entitas pelapor yang berguna untuk investor sekarang dan potensial, lenders dan kreditur lain dalam pengambilan keputusan dalam kapasitasnya penyedia modal.

2. Second Level a. Karakteristik kualitatif IASB mengidentifikasi karakteristik kualitatif informasi akuntansi untuk

membedakan informasi yang lebih baik (lebih berguna) dan lnformasi yang inferior (kurang bermanfaat) untuk keperluan pembuatan keputusan. Fundamental qualities: a) Relevance: Predictive Value : membantu meramalkan hasil-hasil yang akan diperoleh di masa-masa yang akan datang. Confirmatory Value : membantu mengkonfirmasi kebenaran ekpektasi sebelumnya. b) Reliability Completeness: menyajikan semua informasi yang penting untuk memenuhi kriteria penyajian secara wajar. Neutrality: informasi laporan keuangan tidak dibuat atas dasar kepentingan salah satu pihak. Free from error: informasi laporan keuangan bebas dari kesalahan. Enhancing qualities: c) Comparability: Laporan keuangan harus dapat dibandingkan dengan laporan keuangan dari perusahaan lain yang sejenis atau dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau juga sering disebut dengan consistency Verifiability : laporan keuangan harus dapat diverifikasi oleh akuntanakuntan lain dengan metode-metode yang sama, dapat diuji. Understandability: Harus dapat dipahami oleh orang-orang yang mengerti masalah akuntansi dan bisnis atau oleh orang-orang yang ingin mempelajari dan menganalisa informasi yang disajikan. b. Unsur-unsur laporan keuangan 1) Assets 2) Liabilities : manfaat ekonomi masa datang : pengorbanan manfaat ekonomi di masa yang akan datang

3) Equity and net assets : nilai sisa antara selisih assets dan liabilities 4) Revenues : aliran masuk atau perluasan assets

5) Expenses

: aliran keluar atau penggunaan/penghabisan assets

3. Third Level Recognition, measurement, and disclosure concept a. Asumsi Dasar Economic entity : Perusahaan merupakan entitas ekonomi yang terpisah dan berbeda dari pemiliknya dan unit bisnis lainnya. 1) Going concern : Perusahaan dianggap sebagai entitas yang memiliki kelangsungan hidup yang berkelanjutan sehingga perencanaan atas pembuatan laporan keuangan masa kini dan yang akan datang dilaksanakan terusmenerus. Monetary unit : uang adalah common denominator Periodicity : Untuk tujuan laporan keuangan, sebuah entitas bisnis dibagi ke dalam periode-periode akuntansi. 2) Accrual basis of accounting: transaksi dicatat dalam periode di mana peristiwa terjadi. b. Prinsip Dasar Measurement 1) Cost harus disajian secara wajar dari jumlah yang dibayarkan untuk barang yang diterima. 2) Fair value - jumlah nilai dimana aset dapat ditukarkan antara pihak-pihak yang berpengetahuan dan bersedia dalam arms length transaction. lASB telah mengambil langkah yang memberikan perusahaan pilihan untuk menggunakan nilai wajar sebagai dasar untuk pengukuran aset keuangan dan kewajiban keuangan. 3) Revenue recognition Pendapatan harus diakui apabila kemungkinan besar bahwa manfaat ekonomi masa depan akan mengalir ke perusahaan dan pengukuran dapat dilakukan secara andal. 4) Expense recognition

Pengeluaran atau penggunaan aset atau menimbulkan kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama periode sebagai akibat dari penyerahan atau produksi barang dan / atau memberikan jasa. 5) Full disclosure Memberikan informasi yang penting dalam jumlah cukup yang dapat mempengaruhi penilaian dan keputusan dari pengguna informasi. c. Constraint 1) Biaya: biaya dan penyediaan informasi harus mempertimbangkan manfaat yang dapat ditimbulkan dari menggunakannya. 2) Materialitas : suatu item dianggap material jika dimasukkannya atau kelalaian memasukkannya akan mempengaruhi atau mengubah penilaian dari orang yang menggunakannya. 3) Timeliness: laporan keuangan disajikan secara tepat waktu yaitu sebelum keputusan akan dibuat. Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi: a. aset; b. liabilitas; c. ekuitas; d. pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian; e. kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik;dan f. arus kas. Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan, khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.

Laporan Keuangan Interim (PSAK NO 3) Laporan keuangan interim merupakan laporan keuangan yang berisi laporan keuangan lengkap (seperti yang dijelaskan psak no 1 : penyajian laporan keuangan) atau laporan keuangan ringkas (seperti yang dijelaskan di pernyataan ini ) untuk satu periode interim. Periode interim adalah suatu periode pelaporan keuangan yang lebih pendek dari pada satu tahun buku penuh. Isi Laporan Keuangan Interim Menurut PSAK No 1, Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini: (a) laporan posisi keuangan pada akhir periode; (b) laporan laba rugi komprehensif selama periode (c) laporan perubahan ekuitas selama periode; (d) laporan arus kas selama periode; (e) catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya; dan (f) laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya. Entitas diperkenankan menggunakan judul laporan selain yang digunakan dalam Pernyataan ini. Beberapa entitas menyajikan, terpisah dari laporan keuangan, suatu kajian keuangan oleh manajemen yang menjelaskan karakteristik utama dari kinerja keuangan dan posisi keuangan, dan kondisi ketidakpastian utama yang dihadapi. Laporan tersebut dapat meliputi kajian mengenai: a. Faktor dan pengaruh-pengaruh utama yang menentukan kinerja keuangan, termasuk perubahan lingkungan tempat entitas beroperasi, tanggapan terhadap perubahan dan pengaruhnya, dan kebijakan investasi untuk memelihara serta meningkatkan kinerja keuangannya, termasuk kebijakan dividen; b. Sumber pendanaan entitas dan target rasio laibilitas terhadap ekuitas; dan c. Sumber daya entitas yang tidak diakui dalam laporan posisi keuangan sesuai dengan SAK.

Entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari laporan keuangan, laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industry dimana faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Laporan tambahan tersebut di luar ruang lingkup Standar Akuntansi Keuangan.

Laporan Arus Kas Menurut PSAK no 2, informasi tentang arus kas entitas berguna bagi para pengguna laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan entitas dalam mengahasilkan kas dan setara kas setara menilai kebutuhan entitas untuk menggunakan arus kas tersebut. Arus kas adalah arus masuk dan keluar kas setara kas. Penyajian laporan arus kas meliputi : 1. Aktifitas Investasi adalah perolehan dan pelepasan asset jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. 2. Aktifitas Operasi adalah aktifitas penghasil utama pendapatan entitas dan aktifitas lain yang bukan merupakan aktifitas investasi dan pendanaan. 3. Aktifitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi kontribusi modal pinjaman entitas. Karakteristik Umum Salah satu karakteristik penyajian laporan keuangan adalah laporan keuangan harus disajikan secara wajar dan patuh terhadap SAK. Penyajian yang wajar mensyaratkan penyajian secara jujur dampak dari transaksi, peristiwa dan kondisi lain sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan aset, laibilitas, pendapatan dan beban yang diatur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. Penerapan SAK, dengan pengungkapan tambahan jika diperlukan, dianggap menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. Dalam hampir semua kondisi, entitas mencapai penyajian laporan keuangan secara wajar apabila memenuhi SAK terkait. Penyajian secara wajar juga mensyaratkan entitas untuk: a. Memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi sesuai dengan PSAK 25. PSAK 25 mengatur hirarki pedoman otoritatif yang dipertimbangkan oleh manajemen dalam hal tidak terdapat PSAK yang secara khusus mengatur suatu pos tertentu.

b. Menyajikan informasi, termasuk kebijakan akuntansi, sedemikian rupa sehingga dapat memberikan informasi yang relevan, andal, dapat diperbandingkan, dan mudah dipahami. c. Memberikan pengungkapan tambahan jika kesesuaian dengan persyaratan khusus dalam SAK tidak cukup bagi pengguna laporan keuangan untuk memahami pengaruh dari transaksi tertentu, peristiwa dan kondisi lain terhadap posisi keuangan dan kinerja keuangan entitas. Entitas tidak dapat memperbaiki kebijakan akuntansi yang tidak tepat baik dengan pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan atau pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan atau materi penjelasan. Ketika entitas menyimpang dari ketentuan suatu PSAK sesuai dengan paragraf 17, maka entitas harus mengungkapkan: a. Bahwa manajemen telah menyimpulkan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas; b. Bahwa laporan keuangan telah patuh terhadap SAK terkait, kecuali pos yang menyimpang dari ketentuan tertentu untuk mencapai penyajian yang wajar; c. Nama PSAK yang tidak diterapkan, sifat penyimpangan, termasuk perlakuan yang disyaratkan oleh PSAK tersebut, alasan mengapa perlakuan tersebut akan memberikan pemahaman yang salah dalam situasi tersebut sehingga akan bertentangan dengan tujuan laporan keuangan yang diatur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, dan perlakuan yang diterapkan; dan d. Masing-masing periode yang disajikan, pengaruh keuangan dari penyimpangan untuk masing-masing pos dalam laporan keuangan yang seharusnya dilaporkan sesuai dengan ketentuan tersebut. Ketika entitas menyimpang dari suatu ketentuan dalam suatu PSAK pada periode sebelumnya, dan penyimpangan tersebut berpengaruh terhadap jumlah yang diakui dalam laporan keuangan pada periode berjalan, maka entitas membuat pengungkapan. Dalam keadaan yang sangat jarang terjadi, ketika manajemen menyimpulkan bahwa kepatuhan terhadap suatu ketentuan dalam suatu PSAK akan memberikan pemahaman yang salah yang bertentangan dengan tujuan laporan keuangan yang diatur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, tetapi peraturan yang relevan melarang penyimpangan tersebut, maka entitas semaksimal mungkin mengurangi pemahaman yang salah tersebut dengan mengungkapkan: a. Nama PSAK terkait, sifat ketentuan, dan alasan mengapa manajemen menyimpulkan bahwa kepatuhan terhadap ketentuan dimaksud akan memberikan pemahaman yang

salah yang bertentangan dengan tujuan laporan keuangan yang diatur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan; dan b. Masing-masing periode yang disajikan, penyesuaian terhadap masing-masing pos dalam laporan keuangan yang dipandang perlu oleh manajemen untuk mencapai penyajian yang wajar. Ketika menilai apakah kepatuhan terhadap ketentuan khusus dari suatu PSAK akan memberikan pemahaman yang salah yang bertentangan dengan tujuan laporan keuangan yang diatur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, manajemen mempertimbangkan: a. Alasan tujuan laporan keuangan tidak tercapai dalam kondisi tersebut; dan b. Bagaimana perbedaan kondisi entitas dengan kondisi entitas lain yang mematuhi persyaratan. Jika entitas lain dengan kondisi yang sama menerapkan persyaratan tersebut, maka akan muncul asumsi yang dapat diperdebatkan bahwa kepatuhan terhadap persyaratan tersebut tidak akan memberikan pemahaman yang salah yang bertentangan dengan tujuan laporan keuangan yang diatur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. Kelangsungan Usaha Dalam menyusun laporan keuangan, manajemen membuat penilaian tentang kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usaha. Entitas menyusun laporan keuangan berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, kecuali manajemen bertujuan untuk melikuidasi entitas atau menghentikan perdagangan, atau tidak mempunyai alternatif lainnya yang realistis selain melakukannya. Jika manajemen menyadari (dalam membuat penilaiannya) mengenai adanya ketidakpastian yang material sehubungan dengan peristiwa atau kondisi yang dapat menimbulkan keraguan yang signifikan tentang kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usaha, maka entitas mengungkapkan ketidakpastian tersebut. Jika entitas menyusun laporan keuangan tidak berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, maka entitas mengungkapkan fakta tersebut, bersama dengan dasar yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan alasan mengapa entitas tidak dipertimbangkan sebagai entitas yang dapat menggunakan asumsi kelangsungan usaha. Jika selama ini entitas menghasilkan laba dan mempunyai akses ke sumber pembiayaan, maka dapat disimpulkan bahwa asumsi kelangsungan usaha telah sesuai tanpa melalui analisis rinci.

Dasar Akrual Entitas menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas. Ketika akuntansi berbasis akrual digunakan, entitas mengakui pos-pos sebagai aset, laibilitas, ekuitas, pendapatan dan beban (unsur-unsur laporan keuangan) ketika pos-pos tersebut memenuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk unsure unsur tersebut dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan.

Materialitas dan Agregasi Entitas menyajikan secara terpisah kelompok pos sejenis yang material. Entitas menyajikan secara terpisah pos yang mempunyai sifat atau fungsi berbeda kecuali pos tersebut tidak material. Laporan keuangan merupakan hasil dari pemrosesan sejumlah transaksi atau peristiwa lain yang diklasifikasikan sesuai sifat atau fungsinya. Tahap akhir dari proses penggabungan dan pengklasifikasian adalah penyajian dalam laporan keuangan. Jika suatu klasifikasi pos tidak material, maka dapat digabungkan dengan pos lain yang sejenis dalam laporan keuangan atau dalam catatan atas laporan keuangan. Suatu pos mungkin tidak cukup material untuk disajikan terpisah dalam laporan keuangan tetapi cukup material untuk disajikan terpisah dalam catatan atas laporan keuangan. Entitas tidak boleh melakukan saling hapus atas aset dan liabilitas atau pendapatan dan beban, kecuali disyaratkan atau diijinkan oleh suatu PSAK. Entitas melaporkan secara terpisah untuk aset dan laibilitas serta pendapatan dan beban. Saling hapus dalam laporan laba rugi komprehensif atau laporan posisi keuangan atau dalam laporan laba rugi terpisah (jika disajikan) mengurangi kemampuan pengguna laporan keuangan baik untuk memahami transaksi, peristiwa dan kejadian lain yang telah terjadi maupun untuk menilai arus kas entitas di masa depan, kecuali jika saling hapus mencerminkan substansi transaksi atau peristiwa. Pengukuran aset secara neto setelah dikurangi penyisihan penilaian (misalnya, penyisihan keusangan atas persediaaan dan penyisihan piutang tak tertagih) tidak termasuk kategori saling hapus. PSAK 23: Pendapatan mendefinisikan pendapatan dan mensyaratkan entitas untuk mengukurnya berdasarkan nilai wajar dari jumlah yang diterima atau akan diterima, dengan mempertimbangkan jumlah potongan dagang dan rabat volume yang diperbolehkan. Dalam aktivitas normal, entitas juga melakukan transaksi lain yang bukan merupakan penghasil

utama pendapatan dan bersifat insidentil. Entitas menyajikan hasil dari transaksi tersebut dengan mengurangkan setiap pendapatan dengan beban terkait yang timbul dari transaksi yang sama sepanjang penyajian tersebut mencerminkan substansi dari transaksi atau peristiwa lain. Misalnya: a. entitas menyajikan keuntungan dan kerugian atas pelepasan aset tidak lancar, termasuk investasi dan asset operasional, dilaporkan dengan mengurangkan penerimaan dari pelepasan dengan nilai tercatat dan beban yang timbul dari pelepasan aset tersebut; b. entitas dapat mengurangkan pengeluaran yang terkait dengan ketentuan yang diakui sesuai dengan PSAK 57 dan diganti berdasarkan perjanjian kontraktual dengan pihak ketiga (seperti perjanjian garansi dari pemasok) dengan penggantian yang diterima. Entitas menyajikan keuntungan dan kerugian yang timbul dari suatu kelompok transaksi yang sejenis secara neto, misalnya keuntungan dan kerugian dari transaksi mata uang asing atau keuntungan dan kerugian yang timbul dari instrument keuangan yang dikategorikan sebagai diperdagangkan. Namun, entitas menyajikan keuntungan dan kerugian tersebut secara terpisah jika keuntungan atau kerugian tersebut material. Frekuensi Pelaporan Entitas menyajikan laporan keuangan lengkap (termasuk informasi komparatif) setidaknya secara tahunan. Jika akhir periode pelaporan entitas berubah dan laporan keuangan tahunan disajikan untuk periode yang lebih panjang atau lebih pendek dari periode satu tahun, sebagai tambahan terhadap periode cakupan laporan keuangan, maka entitas mengungkapkan: a. Alasan penggunaan periode pelaporan yang lebih panjang atau lebih pendek; dan b. Fakta bahwa jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan tidak dapat diperbandingkan secara keseluruhan.

Informasi Komparatif Informasi kuantitatif diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya untuk seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan periode berjalan, kecuali dinyatakan lain oleh SAK. Informasi komparatif yang bersifat naratif dan deskriptif dari laporan keuangan periode sebelumnya diungkapkan kembali jika relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan.

Entitas yang mengungkapkan informasi komparatif menyajikan minimal dua laporan posisi keuangan, dua laporan untuk tiap jenis laporan lainnya, dan catatan atas laporan keuangan. Jika entitas menerapkan kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali secara retrospektif atas pos-pos dalam laporan keuangan atau mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan, maka entitas menyajikan minimal tiga laporan posisi keuangan, dua laporan untuk tiap jenis laporan lainnya, dan catatan atas laporan keuangan. Entitas menyajikan laporan posisi keuangan pada: a. akhir periode berjalan, b. akhir periode sebelumnya (yang sama dengan awal periode berjalan), dan c. permulaan dari periode komparasi terawal. Pada beberapa kasus, informasi naratif yang disajikan pada laporan keuangan periode sebelumnya masih tetap relevan untuk diungkapkan pada periode berjalan. Misalnya, rincian tentang sengketa hukum yang dihadapi dengan hasil akhirnya belum diketahui secara pasti pada periode sebelumnya dan masih dalam proses penyelesaian, perlu diungkapkan kembali pada periode berjalan. Pengguna akan memperoleh manfaat dari informasi adanya ketidakpastian pada akhir periode pelaporan sebelumnya, dan langkah yang telah dilakukan selama periode berjalan untuk mengatasi ketidakpastian tersebut. Jika entitas mengubah penyajian atau pengklasifikasian pos-pos dalam laporan keuangan, maka entitas mereklasifikasi jumlah komparatif kecuali reklasifikasi tersebut tidak praktis untuk dilakukan. Jika entitas mereklasifikasi jumlah komparatif, maka entitas mengungkapkan: a. sifat reklasifikasi; b. jumlah masing-masing pos atau gabungan beberapa pos yang direklasifikasi; dan c. alasan reklasifikasi. Jika reklasifikasi jumlah komparatif tidak praktis untuk dilakukan, maka entitas mengungkapkan: a. alasan tidak mereklasifikasi jumlah tersebut, dan b. sifat penyesuaian yang akan dilakukan jika jumlah tersebut direklasifikasi. Peningkatkan komparabilitas informasi antar periode membantu pengguna dalam membuat keputusan ekonomi, khususnya memungkinkan penilaian atas tren informasi keuangan untuk tujuan prediksi.

PSAK 25 mengatur penyesuaian terhadap informasi komparatif yang dipersyaratkan ketika entitas melakukan perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan mendasar. Konsistensi Penyajian Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus konsisten kecuali: a. setelah terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi entitas atau review atas laporan keuangan, terlihat secara jelas bahwa penyajian atau pengklasifikasian yang lain akan lebih tepat untuk digunakan dengan mempertimbangkan kriteria untuk penentuan dan penerapan kebijakan akuntansi dalam PSAK 25; atau b. perubahan tersebut diperkenankan oleh suatu PSAK. Misalnya, suatu akusisi atau pelepasan yang signifikan atau review atas penyajian laporan keuangan, mungkin akan menghasilkan kesimpulan bahwa laporan keuangan harus disajikan secara berbeda. Namun demikian perubahan penyajian dapat dilaksanakan jika perubahan tersebut memberikan informasi yang andal dan lebih relevan bagi pengguna atau struktur yang baru mempunyai kecenderungan akan dipergunakan seterusnya. II. MANAJEMEN LABA Manajemen laba sebagai suatu proses mengambil langkah yang disengaja dalam batas prinsip akuntansi yang berterima umum baik didalam maupun diluar batas General Accepted Accounting PrinciSP (GAAP). Menurut sugiri (1998:1-18) membagi definisi manajemen laba menjadi dua, yaitu : 1. Definisi Sempit.Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Manajemen laba dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk bermain dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan besarnya laba. 2. Definisi Luas. Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit usaha dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut. Pengertian manajemen laba oleh Merchan (1989) dalam Merchan dan Rockness (1994) didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan yang bisa memberikan informasi mengenai keuntungan

ekonomis (economic advantage) yang sesungguhnya tidak dialami perusahaan, yang dalam jangka panjang tindakan tersebut bisa merugikan perusahaan. Sasaran Manajemen Laba Menurut Ayres (1994:27-29) terdapat unsur-unsur laporan keuangan yang dapat dijadikan sasaran untuk dilakukan manajemen laba yaitu : a. Kebijakan Akuntansi. Keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang wajib diterapkan oleh suatu perusahaan, yaitu antara menerapkan akuntansi lebih awal dari waktu yang ditetapkan atau menundanya sampai saat berlakunya kebijakan tersebut. b. Pendapatan. Dengan mempercepat atau menunda pengakuan akan pendapatan. c. Biaya. Menganggap sebagai ongkos (beban biaya) atau menganggap sebagai suatu tambahan investasi atas suatu biaya (amortize or capitalize of investment). Alasan dilakukan manajemen laba a. Manajemen laba dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap manajer. Manajemen laba berhubungan eratdengan tingkat perolehan laba atau prestasi usaha suatu organisasi, hal ini karena tingkat keuntungan atau laba dikaitkan dengan prestasi manajemen dan juga besar kecilnya bonus yang akan diterima oleh manajer. b. Manajemen laba dapat memperbaiki hubungan dengan pihak kreditor. Perusahaan yang terancam default yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran utang pada waktunya, perusahaan berusaha menghindarinya dengan membuat kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan maupun laba. Dengan demikian akan memberi posisi bargaining yang relatif baik dalam negoisasi atau penjadwalan ulang utang antara pihak kreditor dengan perusahaan. c. Manajemen laba dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya terutama pada perusahaan go publik pada saat IPO. Terjadinya Manajemen Laba Menurut Ayres (1994:27-29) manajemen laba dapat dilakukan oleh manajer dengan caracara sebagai berikut: a. Manajer dapat menentukan kapan waktu akan melakukan manajemen laba melalui kebijakannya. Hal ini biasanya dikaitkan dengan segala aktivitas yang dapat

mempengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang secara pribadi merupakan wewenang dari para manajer. b. Keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang wajib diterapkan oleh suatu perusahaan. Yaitu antara menerapkan lebih awal atau menunda sampai saat berlakunya kebijakan tersebut. c. Upaya manajer untuk mengganti atau merubah suatu metode akuntansi tertentu dari sekian banyak metode yang dapat dipilih yang tersedia dan diakui oleh badan akuntansi yang ada (GAAP). III. KONSEKUENSI EKONOMI LAPORAN KEUANGAN Economic consequences adalah konsep yang menyatakan bahwa, walaupun bertentangan dengan implikasi teori pasar modal efisien, pilihan kebijakan akuntansi dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Walaupun dengan implikasi kebijakan teori pasar modal efisien, tampak bahwa pilihan kebijakan akuntansi memiliki konsekuensi ekonomi bagi pamakai laporan keuangan, walaupun tidak secara langsung mempengaruhi aliran kas perusahaan. Zeff (1978) mendefinisikan economic consequences sebagai dampak laporan akuntansi terhadap perilaku pengambilan keputusan bisnis, pemerintah, dan kreditor. Esensi definisi tersebut adalah bahwa laporan akuntansi dapat mempengaruhi (affect) keputusan nyata oleh manajer dan pihak lain, tidak hanya sekedar menggambarkan (reflecting) hasil keputusan yang dibuat. Pemahaman konsep konsekuensi ekonomi dalam pemilihan kebijakan akuntansi merupakan hal penting karena beberapa alasan : 1. Konsep itu sendiri merupakan hal yang menarik. 2. Usul bahwa kebijakan akuntansi bukan merupakan persoalan, bertentangan dengan pengalaman akuntan. 3. Hadirnya konsekuensi ekonomi menimbulkan pertanyaan mengapa konsekuensi ekonomi tersebut ada. Esensi dari economic consequences adalah bahwa kebijakan akuntansi dan perubahan kebijakan akuntansi tersebut merupakan suatu permasalahan (matter), terutama permasalahan bagi manajemen. Akan tetapi, apabila hal tersebut merupakan permasalahan bagi manajemen, kebijakan akuntansi juga permasalahan bagi investor yang memiliki perusahaan karena

manajer dapat mengubah hasil operasi perusahaan sesungguhnya dengan melakukan perubahan kebijakan akuntansi. Economic consequences muncul karena perusahaan melakukan kontrak seperti kompensasi eksekutif (executive compensation) dan kontrak utang (debt contract). Kebijakan akuntansi yang digunakan dapat merupakan sumber informasi yang penting bagi investor. Manajer dapat menggunakan sumber informasi berupa pilihan kebijakan akuntansi yang dipilih sebagai signal tentang informasi dalam dari perusahaan. Alasan lain munculnya konsekuensi ekonomi adalah karena : a. Economic consequences muncul karena perusahaan melakukan kontrak seperti kompensasi eksekutif (executive compensation) dan kontrak utang (debt contract). b. Kebijakan akuntansi yang digunakan dapat merupakan sumber informasi yang penting bagi investor. Manajer dapat menggunakan sumber informasi berupa pilihan kebijakan akuntansi yang dipilih sebagai signal tentang informasi dalam dari perusahaan. c. Teori pasar modal efisien gagal menjelaskan perilaku pasar. Berdasarkan teori pasar modal efisien, suatu perubahan akuntansi direaksi oleh pasar hanya apabila perubahan akuntansi tersebut berpengaruh terhadap arus kas perusahaan. d. Economic consequences diperlukan untuk mengetahui respon pasar atas perubahan kebijakan akuntansi walaupun perubahan kebijakan akuntansi tersebut tidak berpengaruh secara langsung terhadap arus kas. Karena itu, economic consequences merupakan salah satu anomali pasar modal efisien. Teori akuntansi positif (PAT) adalah penjelasan terhadap adanya economic consequences. Teori pasar modal efisien gagal menjelaskan perilaku pasar. Berdasarkan teori pasar modal efisien, suatu perubahan akuntansi direaksi oleh pasar hanya apabila perubahan akuntansi tersebut berpengaruh terhadap arus kas perusahaan. Economic consequences diperlukan untuk mengetahui respon pasar atas perubahan kebijakan akuntansi walaupun perubahan kebijakan akuntansi tersebut tidak berpengaruh secara langsung terhadap arus kas. Karena itu, economic consequences merupakan salah satu anomali pasar modal efisien. Teori akuntansi positif (Positive Accounting Theory/PAT) adalah penjelasan terhadap adanya economic consequences.

PAT adalah teori yang berkaitan dengan prediksi tindakan atas adanya pilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dan bagaimana manajer merespon suatu standar baru. Komponen PAT meliputi: 1. 2. 3. Bonus Plan Hypothesis Debt Covenant Hypothesis Political Cost Hypothesis

Bonus Plan Hypothesis Manajer yang memiliki program bonus akan memilih kebijakan akuntansi yang menggeser laba dari periode yang akan datang ke periode sekarang. Debt Covenant Hypothesis Semakin dekat perusahaan terhadap pelanggaran kovenan utang berbasis akuntansi, semakin mungkin manajer memilih prosedur akuntansi yang menggeser laba dari periode yang akan datang ke periode sekarang. Political Cost Hypothesis Semakin besar biaya politik yang dihadapi perusahaan, semakin mungkin manajer memilih prosedur akuntansi yang menggeser laba periode sekarang ke periode yang akan datang. Hubungan Economic Consequences Dan Pasar Modal Efisien Teori pasar modal efisien tidak mampu menjelaskan perubahan kebijakan akuntansi terhadap reaksi pasar, pada tidak ada pengaruh perubahan akuntansi tersebut terhadap arus kas. Karena itu, economic consequences dikategorikan sebagai anomali pasar modal efisien. Ada lagi anomali pasar modal efisien. Teori pasar modal efisien memprediksi tidak ada reaksi pasar terhadap perubahan kebijakan akuntansi yang tidak berdampak terhadap profitabilitas dan arus kas. Apabila tidak ada reaksi pasar (terlihat dari tidak berubahnya cost of capital), hal ini menjadi tidak jelas mengapa manajemen dan pemerintah harus konsen terhadap kebijakan akuntansi yang digunakan perusahaan. Dengan kata lain, teori pasar modal efisien mendukung pengungkapan penuh, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi. Namun, sekalipun kebijakan akuntansi diungkapkan, pasar tidak bereaksi karena pasar tidak mempermasalahkan perubahan nilai perusahaan hanya karena terjadi perubahan metode akuntansi. Terlihat bahwa tiga kontituen laporan keuangan, manajemen, pemerintah, dan investor bereaksi terhadap artikel tentang kebijakan akuntansi. Namun reaksi manajemen mengejutkan sampai pada intervensi badan penyusun standar. Perbedaan reaksi ini merupakan bagian dari

konsekuensi ekonomi, yaitu bahwa pilihan kebijakan akuntansi dapat menjadi masalah walaupun tidak ada pengaruhnya terhadap arus kas. Rekonsiliasi Economic Consequences Dan Pasar Modal Efisien Konsekuensi ekonomi merupakan anomali bagi pasar modal efisien. Hal ini terjadi karena perubahan kebijakan akuntansi yang tidak berpengaruh terhadap arus kas memiliki konsekuensi ekonomi tetapi tidak direaksi oleh pasar. Bagi manajer, kebijakan akuntansi adalah suatu masalah (matter) karena dua hal. 1. Pertama, bonus manajer seringkali ditentukan berdasarkan variabel akuntansi. 2. Kedua, kontrak dengan kreditor seringkali terkait dengan variabel akuntansi. Walaupun memiliki konsekuensi ekonomi, namun kebijakan akuntansi tersebut tidak sesuai dengan efisiensi pasar modal. Memang, konsekuensi ekonomi dan efisiensi pasar modal tidak sejalan. Konsekuensi ekonomi dan efisiensi pasar modal dapat direkonsiliasi melalui teori akuntansi positif yang didukung oleh teori keagenan. Teori ini menjelaskan mengapa perusahaan terlibat dengan kontrak yang variabelnya adalah angka akuntansi. Penjelasan lain selain teori keagenan adalah karena manajer tidak percaya terhadap teori pasar modal efisien. Manajer yakin bahwa reaksi investor dan biaya modal perusahaan dipengaruhi oleh kebijakan akuntansi apapun dampaknya terhadap arus kas.

BAB III STUDI KASUS ANALISIS KASUS PT. INDOFARMA Tbk Kasus Indofarma ini bermula saat perusahaan yang memproduksi 80% (delapan puluh persen) obat generik itu mengalami kerugian sebesar Rp. 20,097 (dua puluh koma Sembilan puluh tujuh) miliar pada akhir tahun 2002. Padahal hingga kuartal III tahun yang sama, laba bersih Indofarma mencapai Rp. 88,57 (delapan puluh delapan koma lima puluh tujuh) miliar Kerugian ini sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari kekeliruan yang dilakukan oleh manajemen pada tahun tahun sebelumnya yang pada akhirnya berdampak pada tahun-tahun berikutnya. Faktor penyebab kerugian itu menurut manajemen Indofarma : 1. 2. 3. 4. Adanya Perubahan Regulasi pemerintah. Persaingan yang semakni ketat antar produsen obat Komposisi portofolio produk yang sangat bergantung pada obat generic Pengembangan 40 (empat puluh) jenis obat-obat ethical yang berharga murah dengan merek (low-price branded generic) 5. Inefisiensi produksi yang disebabkan oleh kapasitas menganggur (idle capacity) dari fasilitas produksi

6.

Sejak tahun 2000 Perusahaan mendirikan anak perusahaan yaitu PT. Indofarma Global Medika (IGM) yang menjadi distributor untuk semua produk Indofarma

7.

Adanya Peningkatan persediaan (obat jadi, bahan baku, alat-alat kesehatan dan Iain-lain) tapi tidak melalui perencanaan yang baik dan juga tidak didukung oleh kebutuhan atau daya serap pasar khususnya alat-alat kesehatan.

8.

Beban usaha mengalami peningkatan sebesar Rp. 183,88 (seratus delapan puluh tiga koma delapan puluh delapan) miliar yang juga mendorong meningkatnya kerugian ditambah dengan beban bungan pinjaman sebesar Rp. 40,95 (empat puluh komasembilan puluh lima) miliar.

Adapun tinjauan keuangan PT. Indofarma, Tbk selama 5 tahun yaitu tahun 1999-2003 DESKRIPSI Penjual Bersih Laba Kotor Laba (Rugi) Usaha Laba (Rugi) Bersih Total Aktiva Aktiva Lancar Aktiva Tidak Lancar Total Kewajiban Kewajiban Lancar 1999 392,0 2 182,0 6 125,9 2 117,0 1 487,5 1 421,7 1 65,80 239,9 2 239,9 2 2000 493,37 272,54 182,07 110,29 538,17 432,79 105,38 245,61 245,61 2001 615,4 3 303,7 9 172,3 3 122,5 4 811,6 2 688,9 6 122,6 6 294,1 9 289,7 6 2002 687,98 123,16 (52,26) (59,82) 810,03 647,16 162,87 412,03 373,22 2003 498,21 136,84 (47,05) (129,57) 635,96 443,65 192,96 368,01 343,16

Kewajiban Tidak lancar Ekuitas

247,5 9

292,57

4,43 520,8 4

38,81 390,43

24,85 260,86

Analisis Kasus Awal mula dari kasus ini karena selama 2 (dua) tahun berturut-turut Indofarma mengalami kerugian yaitu pada tahun 2002 dan 2003. Padahal tahun 2001 perusahaan farmasi tersebut meraih laba yang cukup besar (lihat tabel 1). Setelah dilakukan pemeriksaan oleh Bapepam ternyata telah adanya kesalahan dalam penyajian informasi di dalam Laporan Keuangan 2001. Kejadian ini merupakan suatu bentuk pelanggaran terhadap ketentuan Pasar Modal (UUPM dan peraturan Bapepam) dan Pedoman Standar Akuntan Publik (PSAK). Bahwa di dalam ketentuan Pasar Modal yaitu yang terdapat dalam Pasal 69 ayat (l) UUPM: "Laporan Keuangan yang disampaikan kepada Bapepam wajib disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum." Adapun bukti-bukti yang ditemukan adalah sebagai berikut : 1. Nilai Barang Dalam Proses dinilai lebih tinggi dari nilai seharusnya ( oversteated) dalam penyajian nilai persediaan barang dalam proses pada tahun buku 2001 sebesar Rp 28.870.000.000,00. Akibat overstated tersebut, maka Harga Pokok Penjualan akan understated sebesar Rp 28.870.000.000,00 dan laba bersih juga akan mengalami overstated dengan nilai yang sama pula. 2. Berdasarkan angka 2 huruf a pearaturan Bapepam nomor VIII.G.7 tentang pedoman penyajian laporan keuangan disebutkan bahwa manajemen emiten atau perusahaan public vertanggungjawab atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan 3. Dalam pedoman standar akuntansi public (PSAK) kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan khususnya berkaitan dengan materialitas, paragraph 30 dinyatakan bahwa .informasi dipandang material kalau kelalaian mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan 4. Dalam PSAK kerangka dasar penyusunan dan penyajian alaporan keuangan khususnya berkaitan engan keandalan, paragraph 31 menyatakan bahwa . Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (realiabel) informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pemakai sebagai penyajian yang tulus dan jujur (faithfull representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

5. PSAK No 1 Paragaraf 10 bahwa laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan dengan menerapkan PSAK secara benar disertai pengungkapan yang diharuskan PSAK dalam catatan atas laporan keuangan. 6. Berdasarkan pasal 5 huruf n undang-undang No 8 tahun 1995 tentang pasar modal dan pasal 64 peraturan pemerintah nomor 45 tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan peraturan pemerintah no 12 tahun 2004 tentang penyelenggaraan kegiatan dibidang pasar modal, kepada direksi yang menjabat pada periode terbitnya laporan keuangan tahun periode 2001 diberikan sanksi administrative berupa denda sebesar Rp. 500.000.000,00 dan memerintahkan kepada direksi PT. Indofarma Tbk untuk : a. Segera membenahi dan atau menysusun system pengendalian internal dan system akuntansi perusahaan yang memadai untuk menghindari timbulnya permasalahan yang sama dikemudian hari. Pembenahan dan atau penyusunan system pengendalian internal dan system akuntansi perusahaan tersbut sudah harus diselesaikan selambat-lambatnya pada akhir semester 1 tahun buku 2005 b. Menyampaikan laporan perkembangan atau pembenahan dan atau penyusunan system pengendaliaan internal dan system akuntansi perusahaan tersebut secara berkala setiap akhir bulan kepada BAPEPAM c. Menunjuk akuntan public yang terdaftar di BAPEPAM untuk melakukan audit khusus untuk melakukan penilaian atas system pengendalian internal dan item akuntansi tersebut apabila perusahaan telah selesai melakukan pembenahan adan atu penyusunan system pengendalian internal dan system akuntansi perusahaan. Hasil audit khusus tersebut wajib disampaikan ke BAPEPAM

BAB IV Kesimpulan Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kerangka konseptual dan pelaporan keuangan dapat diringkas dalam bagan yang menjelaskan 3 level dalam yaitu First Level merupakan basic objective, Second Level merupakan karakteristik keuangan dan Unsur Iaporan keuangan, Third Level merupakan Recognition, measurement, and disclosure concepts. Pilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dikenal dengan sebutan manajemen laba. Tiga alasan manajer melakukan manajemen laba adalah meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap manajer, Manajemen laba dapat memperbaiki hubungan dengan pihak kreditor, menarik investor untuk menanamkan modalnya terutama pada perusahaan go publik pada saat IPO. Hal ini dapat tercermin dalam kasus yang pernah terjadi pada PT. Indofarma, Tbk. Teori economic consequences sebagai dampak laporan akuntansi terhadap perilaku pengambilan keputusan bisnis, pemerintah, dan

kreditor. Economic consequences muncul karena perusahaan melakukan kontrak seperti kompensasi eksekutif (executive compensation) dan kontrak utang (debt contract).

REFERENSI Aribowo, Tjiptono. 2012. Teori Akuntansi Normatif dan Positif, (Online),

(http://msa15.blogspot.com/2012/02/teori-akuntansi-normatif-dan-positif.html., diakses 27 September 2013) Erika.2012. A Conceptual Framework for Financial Accounting and Reporting , (Online), (http://erika0391989.wordpress.com/2012/02/08/a-conceptual-framework-for-financialaccounting-and-reporting/., diakses 27 September 2013) IAI. 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia Koran Tempo. 2012. Bapepam Temukan Indikasi, (Online), (http://kumpulanberitalama.blogspot.com/2012/10/korantempo-bapepam-temukanindikasi.html., diakses 28 september 2013)

Simbolon, Harry Andrian. 2011. Perbedan Kerangka Konseptual USGAAP dan IfRS, (Online), (http://akuntansibisnis.wordpress.com/2011/04/07/perbedaan-kerangkakonseptual-usgaap-dan-ifrs/., diakses 27 september 2013)

Anda mungkin juga menyukai