ANALISA KASUS Dalam suatu keluarga, anggota maupun keluarga idealnya dapat berjalan sesuai peran dan fungsinya. Namun, Suatu penyakit yang serius dan kronis yang terjadi pada seorang anggota keluarga biasanya memiliki pengaruh yang mendalam pada sistem keluarga, khususnya pada peran dan pelaksanaan fungsi keluarga. Kasus keluarga Tn. H terjadi beberapa permasalahan mengenai peran dan fungsi keluarga. Tn. H yang sedang menderita stroke, diceraikan oleh istrinya 2 tahun yang lalu. Anak Tn. H hidup bersama dengan istrinya dan tidak pernah dipertemukan oleh Tn. H, beliau menjadi tertekan batinnya. Dampak perceraian bagi anak yaitu pada masa remaja dapat terjadi masalah psikologis dan sosial. Dapat disimpulkan bentuk keluarga pada kasus diatas adalah single parent. Perlakuan istri Tn. H tidak cukup sampai disitu, ia juga memulangkan Tn. H kepada keluarga besar. Respon keluarga besar Tn. H tidak baik terhadap dirinya. Mereka tidak lepas tangan dalam merawat dan saling lempar tanggung jawab terhadap kehidupan Tn. H. Hal itu diketahui ketika Tn. H harus berpindah-pindah ke tempat tinggal saudaranya. keterlaluannya Tn.H dibuang oleh keluarga besarnya di sebuah pasar. Mengapa Istri dan keluarga besar Tn. H memperlakukan seperti itu, mungkin adanya permasalahan yang kompleks yang saling berkaitan. Berbagai faktor yang menyebabkan perceraian salah satunya ekonomi. Diberita tersebut Tn.H hanya seorang pedagang sedangkan anggota keluarga ada yang menderita stroke yang membutuhkan dana banyak. Selain itu, kasus tersebut, terlihat dimana keluarga sedang berada dalam fase denial (menolak) pada suatu keadaan, perlu waktu lama untuk sampai ke fase menerima. Sisi psikologis stroke dapat membuat penderitanya merasakan rendah diri dan tidak berguna akibat dari kecacatannya. Perasaan rendah diri tidak berguna dan gangguan psikologis lainnya dapat dihindari jika seseorang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan dan realitas yang ada (Brian J Sharley, 2003) Seharusnya peran keluarga terhadap kesehatan dapat dijalankan, namun tidak bagi keluarga Tn. H.. Berikut peran keluarga terhadap kesehatan a. Keluarga sebagai penyebab atau sumber penyakit b. Keluarga sebagai faktor yang mempengaruhi lintasan penyakit seorang anggota masyarakat ketika penyakit itu menyerang c. Keluarga sebagai tempat penyebaran penyakit dari satu anggota keluarga ke anggota keluarga yang lain d. Keluarga sebagai faktor penentu penggunaan layanan kesehatan e. Keluarga sebagai faktor penentu sejauh mana anggota yang sakit beradaptasi Semua peran keluarga terhadap kesehatan harus diketahui dan dipahami oleh anggota keluarga. Pada kasus ini, peran keluarga sebagai faktor penggunaan layanan kesehatan dan beradaptasi sangat perlu diaplikasikan oleh keluarga. Menurut Tinkham dan Voorhies (1984) keluarga mempunyai peran penting dalam keperawatan karena keluarga menyediakan sumber-sumber yang penting untuk memberikan pelayanan kesehatan/keperawatan bagi anggotanya. Oleh karena itu,seharusnya pasien dan keluarga harus beradaptasi. Istri Tn. H sama sekali tidak berusaha untuk memberikan perawatan bagi suaminya, seharusnya ia dapat mengusahakannya. Jika, pemenuhan pelayanan kesehatan/keperawatan bagi tidak terpenuhi status sehat-sakit para anggota keluarga dan keluarga saling mempengaruhi satu sama lainnya. Terdapat 6 tahap interaksi antara sehat/sakit dan keluarga menurut Suchulan (1965) dan Doberty dan Canphell (1988) yang disederhanakan oleh Marilyn M. Friedman yaitu : a. b. c. d. e. f. Tahap pencegahan sakit dan penurunan resiko Tahap gejala penyakit yang dialami oleh keluarga. Tahap mencari perawatan Tahap kontak keluarga dengan institusi kesehatan Tahap respons sakit terhadap keluarga dan pasien Tahap adaptasi terhadap penyakit dan pemulihan
Berdasarkan hasil jurnal Dukungan keluarga pada pasien stroke di ruang saraf RSUP Dr. Kariadi Semarang oleh Budi Wurtiningsih, pada pasien stroke dukungan keluarga sangat berperan penting dalam proses penyembuhan dan rehabilitasi. Berikut hal-hal yang dapat dilakukan keluarga dalam melakukan dukungan: a. Dukungan informasional yang disampaikan keluarga Keluarga dan pasien harus saling berkomunikasi dengan baik, sehingga informasi yang baik maupun sifatnya menyakitkan sekalipun dapat tersampaikan dengan baik. b. Dukungan emosional keluarga pada pasien stroke Keluarga dapat memberikan kasih sayang, atau memberitahu dan mengingatkan untuk tidak emosi c. Dukungan instrumental keluarga Keluarga harus mempersiapkan diri ketika anggota keluarga ada yang sakit, misalnya penyediaan dana kesehatan, ketersediaan dalam mengganti peran keluarga, dsb d. Dukungan penghargaan keluarga Sebagian besar seseorang jarang untuk memberikan penghargaan. Sebaiknya keluarga memberikan penghargaan terhadap pasien pada waktu tertentu, misalnya adanya perkembangan baik kondisinya. Keluarga besar maupun keluarga Tn. H itu sendiri harus dapat menerima kondisi dan kenyataan yang terjadi. Besarnya adaptasi yang diperlukan dipengaruhi oleh keseriusan penyakitnya dan sentralitas pasien dalam unit keluarga (sursman dan slater 1963). Apabila pasien tersebut adalah orang penting dalam keluarga pengaruhnya terhadap keluarga semakin besar. Apabila ia seorang kepala keluarga maka fungsi keluarga terganggu. Berikut beberapa fungsi keluarga yang terganggu : a. Fungsi affective adalah fungsi internal keluarga sebagai dasar kekuatan keluarga. Pada keluarga Tn. H hal tersebut tidak terlaksana, karena rasa saling mengasihi, mendukung dan menghargai antar anggota keluarga hampir tidak ada. b. Fungsi Sosialisasi, merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan proses interaksi untuk bersosialisasi dalam keluarga. Kasus Tn. H proses interaksi antara keluarga terjadi missing, dimana Tn. H dengan istrinya sudah bercerai selama 2 tahun, ia tidak pernah bertemu dengan anaknya, ia pun merasakan sakit batin c. Fungsi reproduksi Istri dan Tn. H seharunya tetap menjaga keberlangsungan rumah tangga untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia d. Fungsi ekonomi Kestabilan ekonomi harus tetap dijaga oleh kedua belah pihak e. Fungsi perawatan kesehatan Seharusnya fungsi ini dapat mencegah terjadinya masalah kesehatan dan mau untuk merawat anggota keluarga yang sakit Asuhan Keperawatan keluarga yang dapat dilakukan pada Tn. H, berdasarkan jurnal Stress pada Kejadian Stroke Oleh Gabriella Adientya yaitu asuhan yang diarahkan untuk pengendalian faktor resiko stress pada penderita stroke, pemberian dukungan moral untuk mempercepat penyembuhan serta pemberian penyuluhan tentang upata prevensi sekunder terjadinya stroke. Asuhan keperawatan dapat mencegah terjadinya dampak yang dapat terjadi pada Tn.H, misalnya isolasi diri, harga diri rendah, kurang perawatan diri, ataupun resiko bunuh diri. Penderita stroke yang mengalami stress akan memilih mekanisme penyesuaian diri terhadap stressor yang dialami dengan usaha koognitif dan tingkah laku individu untuk menguasai, mengurangi atau mentoleransikan tuntutan yang melebihi kemampuan individu yang disebut dengan coping (Folkan dan lazarus, 1988). Coping harus dipandang sebagai proses bukan tujuan, proses ini meliputi tindakan tingkah laku dan kognitif untuk menyeimbangkan lagi. (lazarus, 1976)
DAFTAR PUSTAKA 1. Zaidin Ali, Haji. 2009. Pengantar keperawatan keluarga. Jakarta : EGC 2. Lestari, Sri. Psikologi keluarga : penanaman nilai dan penanganan konflik dalam keluarga 3. Adientya, Gabriella. 2012. Jurnal Stress pada kejadian Stroke. Jurnal Nursing Studies, Volume 1, Nomor 1 tahun 2012, halaman 183-188. http://ejournals1.undip.ac.id/index.php.jnursing 4. Wurtiningsih, Budi. 2012. Jurnal Dukungan Keluarga pada Pasien Stroke di Ruang Saraf RSUP Dr. Kariadi Semarang. Med Hosp 2012; vol 1 (1): 57-59.