Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Undang-undang Sisdiknas No.20 tahun 2003). Mentauhidkan Allah adalah ajaran pokok yang disampaikan oleh setiap Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah sejak awal sejarah kemanusiaan. Namun sejarah kemanusiaan penuh dengan kegagalan-kegagalan manusia dalam menghayati ajaran tauhid ini, sehingga setiap kali ajaran yang murni dan pasti ini perlu diperbaharui atau dikoreksi oleh rasul-rasul berikutnya sesudah mengalami beberapa penyimpangan yang membahayakan nilai-nilai kemanusiaan. Hidup dan kehidupan manusia di muka bumi ini bukanlah suatu kehidupan kebetulan yang tidak mempunyai tujuan serta bebas melakukan segala sesuatu pekerjaan dengan mengikuti kehendak perasaan dan keinginan tanpa ada batas dan tanggung jawab, seperti yang diucapkan seorang penyair bahwa hidup ini adalah panggung sandiwara, tapi hidup manusia adalah kehidupan atas rancangan yang maha sempurna dari Allah SWT tuhan pencipta semesta alam.

Tugas manusia di muka bumi ini tiada lain hanya untuk mengabdi kepada Allah SWT, sang pencipta alam semesta. Dalam kontek lain manusia terlahir ke dunia adalah sebagai khalifah, seperti tercantum dalam surat Al-Anam 165 yaitu : Firman Allah SWT

Ayat 165. Artinya : Dan dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(Sawabi Ichsan,dkk, 1998:150) Diciptakan-Nya manusia menjadi khalifah di muka bumi dengan perintah serta tugas memelihara bumi dengan berlandaskankan syariat. Untuk menjalankan tugasnya itu manusia dianugerahi secara bertahap dengan perangkat yang sempurna, tahapan yang diberikan Allah SWT agar manusia dapat memiliki waktu untuk mengembangkan potensinya. Tugas beribadah mengabdikan diri kepada Allah dalam rangka melaksanakan segala aktivitas pengurusan bumi ini harus dikerjakan dengan perasaan ikhlas mencari keridhoan Allah semata. Kesiapan dan keikhlasan mengabdi harus dilandasi dengan iman dan keimanan yang kokoh, sehingga pada proses selanjutnya melahirkan suatu gerak sosial yang islami serta menjadikan setiap langkah menjadi ibadah. Konsep iman dan ibadah inilah yang bisa melahirkan manusia-manusia yang beruntung.

Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai tanggung jawab untuk mendidik siswa. Untuk itu sekolah menyelenggarakan kegiatan pembelajaran sebagai realisasi pendidikan yang telah ditetapkan. Menurut Mohamad Surya (2003: 11), pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan prilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dan pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Standar Kompetensi adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik (siswa) untuk mengenal, memahami, menghayati, dan mengimani Allah dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan. (Depag, 2005: 21) Dengan demikian, pembelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan kearah yang lebih baik yang menjadiakan siswa manusia berguna bagi nusa, bangsa, Negara dan agama serta berakhlak mulia. Untuk mewujudkan tujuan Pendidikan Agama Islam tersebut, dibutuhkan peningkatkan motivasi siswa. Guru memiliki peran penting dalam menjembatani peningkatan motivasi siswa tersebut, karena fungsi guru menurut Endin Nasrudin, (2008 : 123), mempunyai fungsi sebagai berikut : Fungsi utama seorang guru/pendidik adalah : (1) Sebagai pembina kebudayaan, (2) Sebagai pembina/pengembang kepribadian anak, serta ; (3) Sebagai mediator demokrasi. Sebagai pembina kebudayaan, maka guru melalui pandanganpandangannya, pemikiran- pemikirannya maka ia mengajarkan pada anakanak tentang sikap pengetahuan, melalui mata pelajaran yang diajarkannya di setiap sekolah. Dengan perencanaan guru, maka nilai-nilai kebudayaan yang hidup dan berkembang dalam suatu masyarakat akan

diteruskan pada generasi berikutnya. Itulah sebabnya maka pendidikan dapat diartikan sebagai alat untuk merekonstruksi masyarakat (sosial reconstruction). Sebagai pembina atau pengembang kepribadian anak, seorang guru melalui mata pelajaran serta sumber identifikasi maka secara perlahan-lahan guru akan menanamkan nilai-nilai, sikap, pengetahuan dan keterampilan pada anak. Nilai-nilai itu menjadi bagian dari anak yang pada akhirnya menjadi komponen kepribadian anak sebagai suatu keutuhan. Guru merupakan contoh dan suri tauladan yang baik bagi anak dalam perkembangannya menuju kedewasaan jasmani dan rohani. Anak yang telah menjadi dewasa ini akan dapat menampakkan suatu kepribadian yang utuh. Sebagai mediator demokrasi. Guru di samping berfungsi sebagai pembina kebudayaan dan kepribadian, juga berfungsi untuk meneruskan/mengoper demokrasi dan sekaligus menanamkan nilai agama yang baik dan benar pada anak. Nilai-nilai demokrasi pada agama tersebut akan terintegrasi secara utuh dalam kepribadian setiap anak. Hal ini dpat dicapai melalui penyajian setiap mata pelajaran yang harus terintegrasi secara simultan. Sesuai pemikiran di atas maka guru agama dituntut mengadakan inovasiinovasi, baik dari segi strategi, metode, pendekatan dan penilaian terhadap peserta didik. motivasi juga dapat memberikan data yang otentik tentang prestasi belajar serta terhindar dari manipulasi data, sehingga tujuan Pendidikan Agama Islam dapat tercapai secara optimal, efektif dan efesien. Siswa dikatakan berhasil dalam belajar apabila memiliki kemampuan dalam belajar. Kemampuan siswa dalam belajar adalah kecakapan seorang peserta didik, yang dimiliki dari hasil apa yang telah dipelajari yang dapat ditunjukkan atau dilihat melalui hasil belajarnya (Muhibinsyah, 1995: 150). Ada tiga ranah (aspek) yang terkait dengan kemampuan siswa dalam belajar, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Permasalahan dilapangan tidak semua siswa memiliki kemampuan yang sama untuk mecapai keberhasilannya. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor yang

mempengaruhi kemampuan siswa dalam belajar, antara lain : faktor internal, eksternal, dan faktor pendekatan belajar. Faktor internal yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam belajar antara lain kesehatan siswa dan intelegensinya. Siswa yang sehat dan mempunyai intelegensi yang baik akan mempunyai kesiapan yang lebih baik dalam belajar sehingga kemampuan belajarnya dapat optimal. Sebaliknya siswa yang kurang sehat (sedang sakit) akan sulit menerima pelajaran sehingga kurang optimal kemampuan belajarnya. Faktor eksternal adalah lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga yang mendukung akan membuat siswa mudah untuk menerima pelajaran, sebaliknya lingkungan keluarga yang tidak mendukung, akan membuat siswa tidak tenang dalam belajar sehingga kemampuan siswa menjadi tidak optimal. Faktor pendekatan belajar yang berbeda juga akan memberikan kemampuan belajar yang berbeda. Siswa yang belajar secara mendalam akan memiliki kemampuan belajar yang lebih baik daripada siswa yang hanya belajar sambil lalu saja (tidak mendalam). Berdasarkan hasil observasi terdahulu di SMP Islam Masagi Pasirmalang Kabupaten Sukabumi, didapat informasi bahwa di SMP Islam Masagi

Pasirmalang Kabupaten Sukabumi, pelaksanaan pendidikan keimanan telah dilaksanakan dengan seoptimal mungkin. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata nilai siswanya tujuh koma nol. Namun hal lain didapat pula informasi bahwa masih terdapat siswa yang belum hapal tentang rukun Islam, rukun iman, bahkan ada yang tidak bisa baca tulis Al-Quran. Uraian di atas menimbulkan pertanyaan mengapa masih banyak siswa yang belum memahami rukun Islam, rukun Iman, belum bisa membaca baca Al-

Quran? Apakah ada hubungannya dengan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI ? untuk itu penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan merumuskannya dalam sebuah judul TANGGAPAN SISWA TERHADAP PELAKSANAAN
PENDIDIKAN KEIMANAN HUBUNGANNYA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PAI DI KELAS VII SMP ISLAM MASAGI

PASIRMALANG B. Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut : 1. Bagaimana Tanggapan Siswa Terhadap Pelaksanaan Pendidikan Keimanan? 2. Bagaimana Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI di SMP Islam Masagi Pasirmalang? 3. Bagaimana hubungan Tanggapan Siswa Terhadap Pelaksanaan Pendidikan
Keimanan dengan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI di SMP Islam Masagi

Pasirmalang? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian untuk mengetahui : 1.1 Tanggapan Siswa Terhadap Pelaksanaan Pendidikan Keimanan. 1.2 Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI di SMP Islam Masagi Pasirmalang. 1.3 Hubungan Tanggapan Siswa Terhadap Pelaksanaan Pendidikan Keimanan
dengan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI di SMP Islam Masagi

Pasirmalang.

2. Kegunaan penelitian 2.1 Kegunaan teoritis dari penelitian ini adalah bahwa Tanggapan Siswa Terhadap Pelaksanaan Pendidikan Keimanan harus menimbulkan
Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI. namun hal tersebut bukanlah

hal yang mudah tapi membutuhkan pembinaan yang serius, terus menerus dan dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab. 2.2 Secara praktis kegunaan penelitian ini bagi Guru dapat membimbing dan mendidik secara intensif dalam membentuk Tanggapan Siswa Terhadap Pelaksanaan Pendidikan Keimanan, sehingga dalam diri siswa terbentuk Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI. Bagi peneliti hasil penelitian ini menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya
Tanggapan Siswa Terhadap Pelaksanaan Pendidikan Keimanan dengan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI, sedangkan bagi STAI sebagai

bahan masukan dari temuan peneliti dan dijadikan masukan dalam khasanah kajian ilmu pengetahuan. D. Kerangka Pemikiran Agus Sujanto (1990:35) mengemukakan bahwa dengan tanggapan kita dapat mengasosiasikan dan memproduksi sehingga asosiasi diartikan sebagai kekuatan untuk menghubungkan tanggapan-tanggapan. Sumadi Suryabrata (1990:65) beliau menyatakan bahwa tanggapan hanya mempunyai peranan yang terbatas yaitu sebagai bahan ilustrasi, untuk memudahkan pemecahan problem, dan sebagai bahan verifikasi, untuk menguji kebenaran suatu pemecahan. Walaupun Sumadi Suryabrata di atas menyatakan bahwa tanggapan hanya

memiliki peranan yang sedikit namun tanggapan sangat penting untuk proses berfikir. Terlebih lagi dalam pemecahan masalah, maka tanggapan berfungsi sebagai bahan ilustrasi dan verifikasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui asosiasi dan reproduksi tanggapan seseorang dapat digunakan untuk proses berfikir dan memecahkan suatu masalah. Tanggapan Siswa Terhadap Pendidikan Keimanan penulis merujuk pada pendapat Sardiman (1992:215) bahwa indicator tanggapan itu adalah 1) keinginan untuk bertindak/berpartisifasi aktif, 2) membacakan/mendengarkan, 3) melihat, 4) menimbulkan/membangkitkan perasaan dan 5) mengamati. Untuk mendalami variabel ke dua yaitu Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI, penulis mengacu pada pendapat Abdurahman Saleh dkk (1981:36) yang menyatakan: Motivasi merupakan suatu reaksi pilihan (anticifactory) bagi tercapainya suatu tujuan dari pada tingkah lakunya. Manusia memiliki sejumlah perhatian terhadap lingkungannya dan motivasi ini merupakan pengarahan batiniyah terhadap suatu obyek tertentu. Dan dengan demikian sikapnya yang paling dilandasi motivasi ini merupakan sikap pilihan yang dianggap cocok tertuju kepada obyek tingkah laku yang bersangkutan. Adapun untuk indikatornya sebagai berikut : 1. Sambutan atau penerimaan, yaitu kesadaran dan kemampuan untuk menerima serta memperhatikan materi yang disampaikan. 2. Tanggapan, yaitu reaksi atas rangsangan pelajaran yang sedang diikuti, sehingga timbul persetujuan untuk mampu menanggapinya secara suka rela dan akhirnya menimbulkan rasa puas. 3. Penghargaan, yaitu apresiasi atau nilai-nilai yang diyakini sehingga tumbuh rasa keterikatan atau kesetiaan tanggung jawab bagi nilai-nilai tesebut. 4. Organisasi, yaitu penkonsepan nilai-nilai dan penilaian dalam menetapkan interelasi antara nilai-nilai untuk menentukan alternatif-alternatif kebijaksanaan yang karakteristik

5. Karakterisasi, yaitu internalisasi nilai-nilai sehingga kepribadian atau pilsafat hidup (Anomimous, 1984:100)

merupakan

Untuk mempermudah dalam memahami kerangka pemikiran di atas berikut ini penulis gambarkan skemanya.

KORELASI Tanggapan Siswa Terhadap Pendidikan Keimanan Keinginan untuk bertindak/berpartisifasi aktif, Membacakan/mendengarkan, Melihat, menimbulkan/membangkitkan perasaan dan mengamati. RESPONDEN Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI Sambutan atau penerimaan, Tanggapan, Penghargaan, Organisasi, Karakterisasi.

E. Hipotesis Pengertian hipotesis menurut Suharsimi Arikunto (1998:64) adalah jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang diajukan terhadap masalah yang telah dirumuskan. Menurut Winarno Surakhmad (1982:46) Hipotesis itu suatu jawaban/dugaan yang dianggap besar kemungkinannya untuk menjadi jawaban yang benar. Sesuai dengan kerangka berpikir di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah : Semakin baik Tanggapan Siswa Terhadap Pendidikan Keimanan semakin baik pula Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI, sebaliknya semakin

10

buruk Tanggapan Siswa Terhadap Pendidikan Keimanan, semakin buruk pula Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI. F. Langkah-langkah Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu pemecahan masalah yang terjadi pada saat sekarang. Dengan metode ini tidak hanya terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi data. (Winarno Surakhmad, 1982 : 139). 2. Jenis Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif untuk mengetahui Hubungan Tanggapan Siswa Terhadap Pendidikan Keimanan, terhadap Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI. Sedangkan data pendukung adalah jenis data kuantitatif yang berbentuk angka-angka sarana prasarana tenaga pendidik dan siswa yang dikumpulkan melalui observasi dan wawancara. 3. Sumber Data 3.1 Lokasi penelitian Lokasi penelitian diperoleh dengan cara terjun langsung ke objek penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi yang nyata tentang Hubungan Tanggapan Siswa Terhadap Pendidikan Keimanan, terhadap Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI 3.2 Populasi dan Sampel

11

Penelitian populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis

yang

ciri-cirinya akan diduga (Suharsimi Arikunto, 1993:107), Untuk sekedar ancerancer maka apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih. Adapun populasi dalam penelitian ini sejumlah 37 orang siswa, kelas VII, dari semua siswa/siswi SMP Islam Masagi Pasirmalang, Tahun Pelajaran 2012/2013, diambil sampel sebanyak 20% dari populasi yang berjumlah 183 siswa. Adapun teknik sampel yang digunakan adalah sampel berstrata. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel I Populasi dan Sampel Sampel No Kelas 1 VII Lakilaki 103 103 20% 20.60 20.60 Perempuan 80 80 20% 16.00 Jumlah 183

Jumlah

16.00 183 x 20% = 37

4. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan adalah sebagai berikut : 4.1 Observasi Menurut Suharsimi Arikunto (1998 ; 146) observasi adalah suatu studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala alam dengan jalan pengamatan. Penulis melakukan pengamatan langsung terhadap Tanggapan Siswa Terhadap Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI. Dengan tujuan untuk

12

mendapatkan data yang lebih jelas guna melengkapi data hasil wawancara dan angket.

4.2 Angket Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya yaitu hal-hal yang ia ketahui, Suharsimi Arikunto (1998:140). Penulis menyediakan 10 item pertanyaan yang disertai alternatif jawaban yang berkaitan dengan Tanggapan Siswa Terhadap Pendidikan Keimanan (Variabel X) sekaligus

ditentukan kriteria penilaiannya terhadap Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI(Variabel Y), hasil perhitungan yang diperoleh dari responden (sampel penelitian) bersifat obyektif dan murni. 4.3 Wawancara Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara, Suharsimi Arikunto (1997:145). Wawancara dilakukan kepada Kepala Sekolah, dan Guru Agama. Untuk memperoleh informasi yang dapat memperkuat hasil penelitian dari angket melalui tanya jawab berkisar tentang permasalahan yang diteliti. 5. Analisis Data Analisis data penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu: (Variabel X) Tanggapan Siswa Terhadap Pendidikan Keimanan , dan (Variabel Y) Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI, maka untuk melakukan proses pengolahan data terhadap kedua variabel itu, selanjutnya disebarkan angket pertanyaan, sedangkan

13

untuk memudahkan melakukan pengukuran dan penilaian hasil yang akan diperoleh, maka setiap item pertanyaan telah disertai dengan standar penilaian untuk alternatif jawabannya. Data tersebut selanjutnya diolah dengan langkahlangkah sebagai berikut: 5.1 Analisis Parsial Proses analisis ini adalah dengan mengadakan analisis terhadap masingmasing variabel (Variabel X dan Y) dengan cara menghitung rata-rata penilaian terhadap masing-masing indikator kedua variabel tersebut sehingga dapat diketahui bagaimana penilaian tiap-tiap item keseluruhan dari kedua variabel dengaan langkah sebagai berikut : 5.1.1 Analisis Parsial Perindikator Variabel X dengan rumus : X =
fx n fx n

Variabel Y dengan rumus : Y =

Kemudian diinterpretasikan ke dalam skala 5 norma absolut yaitu : 0,1-1,5 1,5-2,5 2,5-3,5 3,5-4,5 4,5-5,5 : Rendah sekali : Rendah : Cukup : Tinggi : Tinggi sekali (Muhibbin Syah, 2001 : 153)

5.1.2 Menghitung jumlah skor indikator Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI untuk menginterpretasikan tinggi rendahnya masing-masing item dari tiap-

14

tiap indikator Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI, maka akan dilihat dari kriteria berikut : -Antara 80 -Antara 70 -Antara 60 -Antara 50 -Antara 0 10 0 79 69 59 49 = = = = = Istimewa Baik Cukup Kurang Gagal

5.1.3 Membuat daftar distribusi frekuensi - Menentukan rentang dengan rumus : r = xt - xr + 1 - Menentukan kelas dengan rumus : i = 1+3,3 log n - Jumlah interval dengan rumus : i =
r k fx N

5.1.4 Menentukan Mean ( X ) dengan rumus: M = 5.1.5 Menentukan Median : Md = b + p


1 / 2n fkb fme
2x

(Subana dkk, 2000 : 74) (Anas Sudjono, 1996 :

5.1.6 Menentukan Modus : Mo = 3.Md 103)

5.1.7 Menentukan standar deviasi (SD), yaitu : SD =


fx 2 fx ) 2 N N

5.1.8. Mencari nilai chi kuadrat daftar dengan taraf sifnifikan 5 % 5.2 Analisis Korelasi - Persamaan regresi linier dengan rumus : Y = a + bX (Sudjana, 2002 : 315)

15

- Menentukan jumlah kuadrat (Jka) dengan rumus : Jka =

(Yi ) 2 n

(Sudjana, 2002 : 327) - Menentukan jumlah kuadrat kekeliruan, yaitu : JK (E) = Yi 2 331) 5.3 Koefisiensi korelasi product moment :
rxy = n(xy ) (x ).(y ) [ n.(x 2 ) (x) 2 ].[n.(Y 2 ) (Y ) 2 ]

(Yi ) 2 n

(Sudjana, 2002 :

(Anas Sudjono, 1996 :

103) 5.4 Menghitung Signifikai Korelasi Kedua Variabel dengan Rumus :


t= n2 1 r2

(Sudjana, 2002 : 37)

5.5 Menghitung Besarnya Pengaruh Dengan Rumus : E = 100(1-K) E 100:1 K


K = 1r 2

= = =

Indeks efisiensi ramalan angka konstan derajat tidak ada korelasi

5.6 Penafsiran dengan Standar Konservatif 0,0 - 0,20 = Tidak ada korelasi

0,21 - 0,40 = Korelasi rendah 0,41 - 0,60 = Korelasi sedang 0,61 - 0,80 = Korelasi tinggi 0,81 - 1,00 = Korelasi sangat tinggi (Suharsimi, 2001 : 75)

Anda mungkin juga menyukai