Anda di halaman 1dari 8

TUGAS REMIDI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Disusun oleh :
Nama NIS Kelas Progli : Edi Ari Anto : 263/204.071-TKJ : XI-TKJ :Teknik Komputer & Jaringan

YAYASAN PONDOK PESANTREN SABILILLAH SMK TELEKOMUNIKASI SABILILLAH SUKODADI LAMONGAN TAHUN 2012-2013

BAB I STRUKTUR SOSIAL A. Struktur Sosial 1. Pengertian Struktur Sosial Istilah struktur berasal dari kata structum (bahasa latin) yang berarti menyusun. Dengan demikian, struktur sosial memiliki arti susunan masyarakat. 2. Faktor-faktor Pembentukan Ketidaksamaan Sosial a. Keadaan Geografis b. Etnis c. Teknologi B. Diferensiasi Sosial Diferensiasi sosial berasal dari bahasa inggris yaitu difference, yang berarti perbedaan. Secara istilah, pengertian diferensiasi sosial adalah pembeda anggota masyarakat dengan sejajar atau tidak memandang perbedaan lapisan. Asumsinya adalah tidak ada golongan dari pembagian tersebut yang lebih tinggi daripada golongan lainnya. 1. Ciri-Ciri Diferensiasi Sosial Diferensiasi sosial dalam masyarakat ditimbulkan oleh adanya ciri-ciri tertentu, yaitu : a. Ciri Fisik Ciri fisik berkaitan dengan apa yang dinamakan ras, yaitu penggolongan manusia atas dasar persamaan ciri-ciri fisik yang tampak dari luar, seperti warna dan bentuk rambut, warna dan bentuk mata, warna kulit, tinggi badan, jenis kelamin, dan seterusnya. b. Ciri Sosial Ciri sosial berkaitan dengan fungsi masyarakat dalam kehidupan sosial. Di dalam masyarakat setiap orang melakukan aneka fungsi atau tugas untuk kepentingan dirinya sendiri dan masyarakatnya. Aneka macam fungsi dan tugas ini berkaitan dengan pekerjaan atau profesi para warga masyarakat. c. Ciri Budaya Di dalam ciri budaya, orang cenderung membedakan antara masyarakat satu dengan masyarakat lain, bangsa yang satu dengan bangsa yang lain, suku bangsa yang satu dengan suku bangsa yang lain atas dasar perbedaan kebudayaan.

C. Stratifikasi Sosial 1. Pengertian Stratifikasi Sosial Stratifikasi sosial adalah pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara vertikal, yang diwujudkan dengan adanya tingkatan masyarakat dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah. 2. Proses Terbentuknya Stratifikasi Sosial Dilihat dari cara terbentuknya, pelapisan sosial di dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi dua macam antara lain berikut ini. a. Terjadi dengan Sendirinya Sesuai dengan Pertumbuhan Masyarakat yang Bersangkutan. Faktor-faktor dasar terbentuknya pelapisan sosial yang terjadi dengan sendirinya antara lain : 1) Kepandaian. 2) Tingkat Umur. 3) Sifat keaslian keanggotaan di dalam masyarakat (misalnya cikal bakal dan kepala desa). 4) Pemilikan harta. b. Sengaja Disusun untuk Mengejar Tujuan Tertentu. Mengenai pelapisan sosial ini biasanya berkaitan dengan pembagi kekuasaan yang resmi. Misalnya , yang terjadi di dalam perkumpulanperkumpulan formal seperti pemerintahan negara, perusahaanperusahaan, partai politik, angkatan bersenjata, asosiasi atau perkumpulan profesi. 3. Dasar-Dasar Pembentukan Pelapisan Sosial Seperti telah diuraikan di muka, selama dalam suat masyarakat ada sesuatu yang dihargai maka hal itu merupakan bibit terbentuknya pelapisan sosial. Sesuatu yang dihargai itu dapat berupa uang atau harta benda, kekuasaan, ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Ukuran atau kriteria yang biasanya dipakai untuk menggolongkan anggota masyarakat ke dalam pelapisan tersebut adalah sebagai berikut. a. Ukuran kekayaan b. Ukuran kekuasaan c. Ukuran kehormatan d. Ukuran ilmu pengetahuan Keempat ukuran tersebut di atas bukanlah bersifat terbatas, artinya masih ada ukuran lain yang dapat dipergunakan dalam kriteria penggolongan pelapisan sosial dalam masyarakat, namun ukuran di ataslah yang paling banyak digunakan sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial.

BAB II KONFLIK SOSIAL A. Pengertian Konfik Sosial Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik, dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2002) diartikan sebagai percekcokan, perselisihan, dan pertentangan. B. Faktor-Faktor Penyebab Konflik Sosial Penyebab konflik sangatlah kompleks dan tidak berdiri sendiri, tanpa di latar belakangi oleh berbagai dimensi dan latar belakang peristiwa. Dan di antara faktor penyebab konflik sosial itu sendiri antara lain : 1. Perbedaan Individu. 2. Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan. 3. Perbedaan Kepentingan. 4. Perubahan-Perubahan Nilai yang Cepat. C. Dampak Terjadinya Konflik Berikut ini merupakan dampak terjadinya konflik dalam masyarakat : 1. Bertambahnya Solidaritas intern dan rasa in group suat kelompok. 2. Memudahkan perubahan kepribadian individu. 3. Goyah dan retaknya persatuan kelompok, apabila terjadi konflik antar golongan dalam suatu kelompok. 4. Menimbulkan dampak psikologis yang negatif. 5. Mematikan semangat kompetisi dalam kehidupan bermasyarakat. 6. Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia. D. Pengendalian Konflik. Konflik sosial tidak akan berubah menjadi kekerasan apabila dikendalikan dengan baik. Beberapa cara akomodasi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan konflik diantaranya adalah Konsiliasi, Mediasi, dan Arbitrasi.

BAB III Berbagai Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural A. Pengertian, Syarat dan Ciri-Ciri Kelompok Sosial 1. Pengertian Kelompok Sosial Kelompok sosial adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Oleh karena itu, kelompok sosial bukan hanya merupakan kumpulan manusia, tetapi juga mempunyai suat ikatan psikologis yang diwujudkan dalam bentuk interaksi sosial secara tetap dan teratur. 2. Syarat dan Ciri-Ciri Kelompok Sosial Suatu kesatuan atau himpunan manusia baru bisa disebut kelompok sosial, apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut. B. Pola Hubungan Antarkelompok Hubungan antar kelompok juga diwarnai dengan pola-pola tertentu yang khas. Antara lain adalah proses Akulturasi, Dominasi, Paternalisme, Integrasi, dan Pluralisme. C. Berbagai Bentuk Kelompok Sosial 1. Pengelompokan Masyarakat Atas Dasar Ras Ras adalah kategori individu yang secara turun-temurun memiliki ciri-ciri fisik dan biologis tertentu yang sama. Dan dalam penggolongan warga masyarakat atas dasar perbedaan ras ini sifatnya tertutup, artinya antara ras yang satu dan ras yang lain tidak dapat bertukar posisi. 2. Pengelompokan Masyarakat Atas Dasar Agama Menurut Emile Durkheim, agama merupakan suatu sistem terpadu mengenai kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang sui dan menyatukan semua pengikutnya ke dalam suatu komunitas moral yang disebut umat. 3. Pengelompokan Masyarakat Atas Dasar Jenis Kelamin Pengelompokan masyarakat atas dasar jenis kelamin merupakan penggolongan warga masyarakat secara alamiah karena pada saat lahir, setiap individu manusia telah memiliki jenis kelamin. Hal ini sudah menjadi kodrat bahwa manusia diciptakan Tuhan terdiri dari dua jenis kelamin. 4. Pengelompokan Masyarakat Atas Dasar Profesi Perbedaan profesi (pekerjaan) dari setiap individu dapat dijadikan dasar penggolongan masyarakat. Penggolongan masyarakat atas dasar profesi dapat dilihat dari perbedaan status profesinya.

BAB IV Perkembangan Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural A. Perkembangan Kelompok Sosial Kelompok sosial merupakan kelompok yang dinamis. Setiap kelompok sosial pasti mengalami perkembangan serta perubahan. Untuk meneliti gejala tersebut, perlu ditelaah lebih lanjut secara cermat dan teliti perihal dinamika kelompok sosial tersebut. Beberapa kelompok sosial bersifat lebih stabil dari pada kelompok sosial lainnya atau strukturnya tidak mengalami perubahan-perubahan cepat, walaupun tidak ada pengaruh dari luar. Akan tetapi pada umumnya, kelompok sosial mengalami perubahan sebagai akibat proses formasi ataupun reformasi dan pola-pola di dalam kelompok tersebut karena pengaruh dari luar. Di dalam dinamika kelompok, mungkin akan terjadi antagonisme antar kelompok. Oleh karena itu, pada akhirnya dalam masyarakat akan terbentuk kelompok mayoritas dan minoritas. Menurut Kinloch, kelompok mayoritas diartikan sebagai suatu kelompok yang menganggap dirinya normal, sedangkan kelompok lain (kelompok minoritas) dianggap tidak normal, sehingga mereka (kelompok minoritas) cenderung mengalami eksploitasi dan diskriminasi. Di dalam perkembangan hubungan antar kelompok, akan muncul fenomena sosial dan budaya yang baru. Hal tersebut juga akan mengarah pada perubahan suatu kelompok sosial. Adanya kontak antara kelompok-kelompok sosial tidak jarang akan mengakibatkan munculnya ketidakseimbangan kekuatan-kekuatan di dalam kelompok, yang pada akhirnya akan memicu terjadinya konflik. Konflik yang terjadi di antara individu dalam kelompok maupun dengan kelompok lain dapat mengubah struktur kelompok tersebut, misalnya pergantian anggotaanggota kelompok. Anggota kelompok yang dianggap mampu mengatasi situasi ketidak seimbangan dalam kelompok dan yang dipercaya dapat membawa kelompok pada arah yang lebih baik akan tampil ke depan dan menggantikan anggota-anggota yang lain. Adanya konflik dalam kelompok, terutama yang disebabkan oleh faktor dari luar akan dapat mempererat dan memperkuat rasa solidaritas, persatuan, dan kesatuan di antara anggota. Atas dasar perjalanan dan proses yang terjadi dalam hubungan yang terjadi antar kelompok dapat di identifikasi berbagai pola hubungan. Kontak atau hubungan antar kelompok sering diikuti oleh proses diskriminasi, dominasi, akulturasi, pluralisme, atau integrasi.

B. Masyarakat Multikultural Multikultural berasal dari kata multi yang berarti banyak (lebih dari dua) dan culture artinya kebudayaan. Secara sederhana, masyarakat multikultural adalah memiliki lebih dari dua kebudayaan. Masyarakat multikultural tersusun atas berbagai budaya yang menjadi sumber nilai bagi terpeliharaya kestabilan kehidupan masyarakat pendukungnya. Keragaman budaya tersebut berfungsi untuk mempertahankan dasar identitas diri dan integrasi sosial masyarakatnya. Multikulturalisme berkaitan dengan keragaman sebuah bangsa yang berdasarkan kebudayaan, bahasa, agama, ideologi, dan jenis kehidupan sosial lainnya. Plural berarti beragam. Hal tersebut menjadi kekayaan yang memiliki suatu bangsa. Dalam model multikulturalisme, suatu masyarakat dilihat sebagai sebuah kesatuan hidup manusia yang mempunyai kebudayaan yang berlaku umum dalam masyarakat tersebut, yang coraknya seperti sebuah mosaik. Di dalam mosaik tercakup semua kebudayaan dan masyarakat yang lebih kecil sehingga membentuk terwujudnya masyarakat yang lebih besar., dan mempunyai kebudayaan seperti sebuah mosaik tersebut. Multikulturalisme adalah sebuah ideologi, alat, atau wahana untuk meningkatkan derajat manusia dan kemanusiaannya. Sebagai sebuah ide atau ideologi, multikulturalisme terserap dalam berbagai interaksi yang ada dalam berbagai struktur kehidupan manusia yang tercakup dalam kehidupan sosial, ekonomi dan bisnis, politik, dan berbagai kegiatan lainnya di masyarakat. Kajian mengenai corak kegiatan, yaitu hubungan antar manusia dalam berbagai manajemen pengelolaan sumber daya, merupakan sumbangan sangat besar dan penting dalam upaya mengembangkan serta memantapkan multikulturalisme dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

BAB V Keanekaragaman Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural A. Analisis Keanekaragaman Masyarakat Indonesia Keanekaragaman kelompok sosial di Indonesia dapat dianalisis dan di identifikasikan ke dalam penggolongan-penggolongan berdasarkan ras, suku bangsa, kekerabatan, pendidikan, agama, profesi, ekonomi, dan politik. Adanya perbedaan suku bangsa, agama, regional dan pelapisan sosial dalam suatu masyarakat multikultural secara analitis memang dapat dibicarakan sendiri-sendiri, akan tetapi di dalam kenyataan semuanya jalin menjalin menjadi suatu kebulatan yang kompleks, serta menjadi dasar bagi terciptanya kelompokkelompok dalam masyarakat Indonesia. Faktor penting yang mengintegrasikan kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat multikultural Indonesia adalah konsensus bersama yang telah disepakati, yaitu adanya pengakuan bertumpah darah satu, berkebangsaan satu dan berbahasa satu, serta nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila. B. Faktor Penyebab Keanekaragaman Masyarakat Indonesia Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk (multikultural). Banyak kebudayaan yang mempunyai ciri dan karakteristik yang berbeda-beda pada tiap-tiap daerah. Perbedaan yang timbul dalam masyarakat Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut : 1. Faktor Sejarah Dalam sejarah, dinyatakan bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa imigran yang datang dari Yunani Selatan (Indocina). Pada waktu itu, bangsa Yunani Selatan sudah muai berkembang dengan membawa kebudayaannya masuk ke Indonesia. 2. Faktor Geografi Indonesia merupakan negara yang sangat luas yang terdiri dari Kepulauan. Setiap pulau dibatasi oleh lautan di sekelilingnya. Di samping itu, Indonesia juga merupakan negara vulkanis dengan banyak pegunungan, baik gunung berapi ataupun yang bukan berapi. Karena kedua faktor tadi, maka di Indonesia terjadi isolasi geografi. Isolasi geografi adalah pembatasan suatu daerah karena keadaan alam, yaitu laut dan gunung.

Anda mungkin juga menyukai