Anda di halaman 1dari 6

Letak lintang terjadi bila sumbu memanjang janin menyilang sumbu memanjang ibu secara tegak lurus atau

mendekati 90 . Beberapa rumah sakit di Indonesia melaporkan angka kejadian letak lintang pada beberapa rumah sakit sebagai berikut : RSUP Pirngadi Medan 0,6%, RS Hasan Sadikin Bandung 1,9%; RSUP Cipto Mangunkusumo selama 5 tahun0,1% dari 12827 persalinan. II. IDENTIFIKASI KASUS IDENTITAS Nama : Ny.Y No. Medrec : 01 05 0768 Usia : 21 tahun Alamat : Sukaresmi Pendidikan terakhir : SMU Pekerjaan : Ibu rumah tangga Tanggal Masuk RS : 15 September 2007 , Pukul 10.00 WIB Tanggal Keluar RS : 18 September 2007 ANAMNESA Keluhan Utama: hamil Anamnesa Khusus : G2P1A0 mengatakan hamil 9 bulan dan telah diperiksa di dokter ahli kandungan dan dinyatakan letak lintang, atas hal ini ibu direncanakan untuk dioperasi seksio sesaria. Ibu partus terakhir 2 tahun yang lalu di bidan dengan berat badan 3500gram dan meninggal beberapa jam setelah bersalin.. ANAMNESA TAMBAHAN HPHT : Awal Desember 2006 PNC : Bidan Menikah : Istri 18 tahun, ibu rumah tanggara Suami 20 tahun, wiraswasta Menarch : Usia 13 tahun Riwayat KB : PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis Kesadaran : Compos mentis Tekanan darah : 100/70 mmHg Nadi : 84 x/menit Respirasi : 20 x/menit Suhu : Afebris Konjungtiva : Anemis -/Thoraks : t.a.k Cor : t.a.k Pulmo : t.a.k Abdomen : Lihat status obstetrikus Tinggi Badan : 136 cm Status Obstetrikus a. Pemeriksaan luar: abdomen : cembung, tegang TFU : 28 cm LP : 92 cm His : LA : lintang b. Pemeriksaan dalam: v/v : t.a.a Portio : tebal lunak

OUE : tertutup Fluxus : (+), sedikit PEMERIKSAAN PENUNJANG o Hasil USG, dinyakatan letak lintang. o Laboratorium lengkap, hasilnya: - Hb : 11,9 gr/dl - Ht : 35,5% - Leukosit : 7.700 /mm3 - Trombosit : 208.000 /mm3 - GDS : 73 mg/dl - SGOT : 26 U/l - SGPT : 15 U/l - Ureum : 13 mg/dl - Kreatinin : 0,66 mg/dl - waktu perdarahan : 2 - waktu pembekuan : 8 DIAGNOSA KERJA G2P1A0 gravida 37 38 minggu + letak lintang PENATALAKSANAAN a. infus RL 20 gtt/menit b. rencana operasi Sectio sesaria LAPORAN OPERASI Tanggal : 15 September 2007, jam 12.20 WIB Diagnosa prabedah : G2P1A0 Gravida 37-38 minggu + letak lintang Diagnosa pasca bedah : P2A0 partus maturus dengan SC atas indikasi letak lintang Indikasi operasi : Letak Lintang Jenis operasi : Sectio Sesaria Transperitoneal Profunda Prosedur operasi 1. Dilakukan tindakan a dan antiseptik pada daerah abdomen sekitarnya dengan betadine. 2. Dilakukan insisi pfanensteil 10 cm 3. Setelah peritonium dibuka tampak dinding depan uterus 4. Segmen Bawah Rahim disayat konkaf dan diperlebar ke kiri dan kanan. 5. Pukul 12.30 Bayi lahir dengan ekstraksi kaki, Jenis Kelamin laki-laki, BB : 2450 gr, PB : 45 cm. AS :6-7 cm. Lalu uterus diinjeksi dengan oksitosin 10 IU intramural 6. Pukul 12.33 Plasenta lahir lengkap dengan berat 500gr, ukuran 20x20x2 cm 7. Uterus dijahit 2 lapis secara jelujur interlocking. 8. Rongga abdomen dibersihkan lalu dinding abdomen dijahi lapis demi lapis. 9. Kulit dijahit subkutikuler. 10. Therapi : cefotaxim 1 gr/12 jam kaltropen supp/8 jam FOLLOW UP POST OPERASI Tanggal Keterangan 16/ 09/ 07 S : nyeri pada luka operasi O : CM, KU baik T : 100/70 mmHg N : 84x/menit R : 18x/menit S : afebris

17/09/2007

18/ 09/07

Konjungtiva anemis -/BAK terpasang kateter BAB (-), flatus (+) BU (+) TFU : 1 jari di bawah pusat Kontraksi Uterus : +, baik Luka operasi : tertutup verband ASI +/+ Perdarahan +, sedikit Balance Cairan - input cairan 2500 cc Darah 250 cc - output 1500 cc Balance : + 1250 cc Hb : 10,5 gr/dl Leukosit : 14.700 Trombosit : 204.000 Ht : 30,8 % A : post SCTP atas indikasi letak lintang P : Cefotaxim 1 gr/12 jam Metronidazol 500 mg/12 jam As. Mefenamat 3 x 500 mg Mobilisasi S : batuk berdahak O : CM, KU baik T : 90/70 mmHg N : 80 x/mnt RR : 22 x/mnt S : afebris Konjungtiva anemis -/TFU : 1 jari dibawah pusat BAK (+) BAB (+), BU (+), flatus (+), luka operasi tertutup verband Mobilisasi (+) A : post SCTP atas indikasi letak lintang P : off infus Mobilisasi bertahap Cefadroksil 2x 500mg As.Mefenamat 3 x 500 mg Sulfas Ferous 11 S : mules, batuk berkurang. O : CM, KU baik T : 110 /60 mmHg N : 80 x/mnt RR : 20 x/mnt S : afebris Konjungtiva anemis -/TFU : 1 jari dibawah pusat

BAK (+),BAB (+) Luka operasi kering A : post SCTP atas indikasi letak lintang P : Ganti Verband Cefadroksil 2x 500mg As.Mefenamat 3 x 500 mg Sulfas Ferous 11 BLPL IIi. PERMASALAHAN 1. Apakah penegakan diagnosis pada pasien ini sudah benar? 2. Apakah penatalaksanaan pasien sudah sesuai dengan standar pelayanan ? 3. Bagaimana prognosis pasien ini ? IV. PEMBAHASAN IV.1. apakah penegakan diagnosis pada pasien ini sudah benar? LETAK LINTANG Letak lintang ialah suatu keadaan di mana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Punggung janin dapat berada : - Di depan (dorsoanterior) - Di belakang (dorsoposterior) - Di atas (dorsosuperior) - Di bawah (dorsoinferior) EtTIOLOGI Multiparitas disertai dinding uterus dan perut yang lembek. Kehamilan prematur, hidramnion dan kehamilan kembar Keadaan lain yang dapat menghalangi turunnya kepalake dalam rongga panggul sempit, tumor daerah panggul dan plasenta previa. Kelainan bentuk rahim seperti uterus arkuatus atau uterus subseptus. DIAGNOSIS Pada inspeksi tampak bahwa perut melebar ke samping dan pada kehamilan cukup bulan, fundus uteri lebih rendah dari biasa, hanya beberapa jari diatas pusat. Pada palpasi ternyata bahwa fundus uteri maupun bagian bawah rahim kosong, sedangkan bagianbagian besar (kepala dan bokong) teraba disamping kiri atau kanan di atas fossa iliaka. Pada auskultasi BJA dapat dinilai setinggi pusat kanan dan kiri. Dan pada USG juga terlihat gambaran letak lintang. Pada pasien ini penegakkan diagnosis sudah dilakukan dengan benar. Dimana sudah dilakukan pemeriksaan luar yaitu pada pemeriksaan leopold. Dan pada pemeriksaan leopold II dimana untuk menentukan letak punggung janin namun pada pasien ini yang teraba bokong dan kepala pada kedua sisi kanan dan kiri. Kemudian sudah dilakukan juga pemeriksaan penunjang USG sebelumnya yang menyatakan pada pasien ini mengalami kehamilan letak lintang. IV.2 apakah penatalaksanaan pada pasien ini sudah sudah sesuai dengan standar pelayanan? PENANGANAN Apabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang, sebaiknya diusahakan mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Meskipun versi luar berhasil janin akan dapat memutar kembali oleh karena itu dianjurkan menggunakan korset dan dilakukan pemeriksaan antenatal ulangan untuk menilai letak janin. Pada seorang primigravida bila versi luar tidak berhasil sebaiknya segera dilakukan seksio sesaria. Sikap ini berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : 1. Bahu tidak dapat melakukan dilatasi pada serviks dengan baik, sehingga seorang primigravida kala I menjadi lama dan pembukaan serviks sukar menjadi lengkap.

2. Karena tidak ada bagian besar janin yang menahan tekanan intrauterin pada waktu his, maka lebih sering terjadi pecah ketuban sebelum pembukaan serviks sempurna dan dapat mengakibatkan terjadinya prolapsus funikuli. 3. Pada primigravida versi ekstraksi sukar dilakukan. Pada keadaan hamil diusahakan jadi letak membujur dengan melakukan versi luar pada primigravida yaitu pada usia kehamilan 34 minggu atau multigravida pada usia kehamilan 36 minggu. Versi luar adalah upaya yang dilakukan dari luar untuk dapat mengubah kedudukan janin menjadi kedudukan lebih menguntungkan dalam persalinan pervaginam. Berdasarkan ketetapan tersebut dikenal bentuk versi luar : 1. Versi Sefalik : melakukan perubahan kedudukan janin menjadi letak kepala. 2. Versi podalik : perubahan kedudukan janin menjadi letak bokong (sungsang). Untuk dapat melaksanakan versi luar perlu diperhatikan beberapa pertimbangan berikut ini: 1. Kontraindikasi versi luar Ketuban sudah pecah. Penderita mempunyai hipertensi Rahim pernah mengalami pembedahan : seksio sesaria, pengeluaran mioma uteri. Penderita pernah mengalami perdarahan selama hamil. Pernah mengalami tindakan operasi pervaginam. Terdapat faktor resiko tinggi kehamilan: kasus infertilitas, sering mengalami keguguran, persalinan prematuritas atau kelahiran mati, tinggi badan kurang dari 150 cm, mempunyai deformitas pada tulang panggul/ belakang. Pada kehamilan kembar. 2. Syarat versi luar dapat berhasil dengan baik : Dilakukan pada usia kehamilan 34-36 minggu Pada inpartu dilakukan sebelum pembukaan 4 cm. Bagian terendah belum masuk atau masih dapat dikeluarkan dari PAP. Bayi dapat dilahirkan pervaginam Ketuban masih positif utuh. Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung kepada beberapa faktor. Apabila riwayat obstetrinya baik dapat ditunggu dan diawasi sampai pembukaan lengkap untuk kemudian dilakukan versi ekstraksi. Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan terdapat prolapsus funikuli harus segera dilakukan seksio sesaria. Pada letak lintang kasep versi ekstraksi akan mengakibatkan ruptur uteri, sehingga bila janin masih hidup hendaknya dilakukan seksio sesaria dengan segera sedangkan pada janin yang sudah mati dilahirkan pervaginam dengan dekapitasi. MEKANISME PERSALINAN Pada letak lintang dengan ukuran panggul normal dan janin cukup bulan, tidak dapat terjadi persalinan spontan. Bila persalinan dibiarkan tanpa pertolongan akan menyebabkan kematian janin dan ruptur uteri. Bahu masuk ke dalam panggul, sehingga rongga panggul seluruhnya terisi bahu dan bagian-bagian tubuh lainnya. Janin tidak dapat turun lebih lanjut dan terjepit dalam rongga panggul. Dalam usaha untuk mengeluarkan janin, segmen atas uterus terus berkontraksi dan beretraksi sedangkan segmen bawah uterus melebar serta menipis sehingga batas antara dua bagian itu makin lama makin tinggi dan terjadi lingkaran retraksi patologik. Keadaan demikian dinamakan letak lintang kasep. Kalau janin kecil, sudah mati dan menjadi lembek, kadang-kadang persalinan dapat berlangsung spontan. Janin lahir cara Denman atau Douglas. Cara Denman Bahu tertahan pada simfisis dan dengan fleksi kuat di bagian bawah tulang belakang , badan bagian bawah, bokong dan kaki turun di rongga panggul dan lahir. Kemudian disusul badan bagian atas dan kepala.

Cara Douglas, bahu masuk ke dalam rongga panggul, kemudian dilewati oleh bokong dan kaki, sehingga bahu, bokong dan kaki lahir, selanjutnya disusun oleh lahirnya kepala. Pada pasien ini penatalaksanaannya sudah sesuai dengan standar pelayanan. Pada pasien tidak dilakukan versi luar karena pasien ini terdapat kontraindikasi untuk dilakukan tindakan tersebut yaitu tinggi badan ibu kurang dari 150 cm (136 cm). Oleh karena pasien tidak dilakukan tindakan versi luar maka persalinan pervaginam tidak dapat dilakukan. Dan persalinan ibu dilakukan dengan operasi seksio sesaria. IV.3 bagaimana prognosis pasien ini? Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya. Faktorfaktor yang mempengaruhi kematian janin pada letak lintang disamping kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan ruptura uteri, juga sering akibat adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi untuk melahirkan janin. Prognosis pada pasien ini bisa dikatakan kurang baik. Pada Quo ad vitam ad bonam dan quo ad functionam ad bonam. Sewaktu melakukan sectio sesaria pada pasien ini tidak disertai dengan tindakan pemasangan IUD. Dimana pasien yang dilakukan operasi sectio sesaria kontraindikasi bila terjadi kehamilan dalam kurun waktu 2 tahun pasca operasi. Dan untuk mencegah hal ini terjadi sebaiknya pada saat dilakukan sectio sesaria disertai dengan pemasangan IUD. Namun hal ini bukanlah kesalahan yang mutlak karena pelaksanaan kontrasepsi bisa dilakukan dalam waktu 40 hari setelah partus. Dan sebaiknya dilakukan kontrasepsi yang tidak mengganggu asi. V. KESIMPULAN 1. Penegakan diagnosa pada pasien ini sudah tepat. Sesuai dengan tanda dari letak lintang. Pemeriksaan obstetrik Pemeriksaan luar: abdomen : cembung, tegang TFU : 28 cm LP : 92 cm His : LA : lintang Pemeriksaan penunjang Hasil USG dinyatakan letak lintang. 2. Penatalaksanaan letak lintang pada pasien ini sudah benar, sesuai dengan standar pelayanan. Tindakan versi luar tidak dilakukan karena kontraindikasi yaitu tinggi badan pasien 136 cm. Dilakukannya Operasi sectio sesaria pada pasien ini. 3. Fungsi reproduksi pada pasien ini masih baik. Namun pada pasien ini kita harus melakukan motivasi KB. Dan sebaiknya menggunakan kontrasepsi yang tidak mengganggu laktasi. V. KEPUSTAKAAN Prawiroharjo, Sarwono, Ilmu Kebidanan, Edisi ke-3, Yayasan Bina Pustaka Jakarta, 1999, 622-627 2. Sastrawinata, Sulaiman dkk., Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi edisi 2 Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2005 3. Manuaba, Ida Bagus, Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. EGC, Jakarta, 1998. DIarsipkan di bawah: obsgyn

Anda mungkin juga menyukai