Anda di halaman 1dari 8

PENCEMARAN BAHAN ORGANIK (ORGANIC POLLUTANT)

Terdiri dari : 1. Organic compound : chemical having todo with componds, containing carbon 2. Organic matter : material producted by plant or animal activities Sumber : Kontaminan / pencemar organic dalam suatu ekosistem perairan, yang berasal dari : 1. Luar badan air disebut ALLOCHTHONOUS 2. Dalam badan air sendiri disebut AUTOCHTHONOUS Sifat Urai (degradability) : Bahan organik di dalam air dapat bersifat : 1. Sukar atau tidak bisa diuraikan secara alami (Undegradable Organic Compounds or Organic Matter), e.g. Chitin, Lignin, Chlorinated hydrocarbon, etc. 2. Mudah atau dapat diurai (Degradable organic compounds or Organic Matter), e.g. karbohydrat, selulosa, glucose, protein, lemak, etc. Tipe penguraian bahan organik, adalah : 1. Oleh kondisi alami : fotodegradasi, hidrolisis, disebut AGING atau peluruhan 2. Oleh biota : biodegradasi, baik dalam kondisi aerob maupun anaerob oleh biota mikro maupun macro. Status di Perairan atau badan air Di perairan, terdapat atau dihuni oleh biota air hidup (aquatic life) dan bahan organic atau biota yang mati dan senyawa organic. Senyawa dan bahan organic tersebut, berada pada : 1. Permukaan air, mengapung, dan 2. Dalam kolom air, dalam bentuk terlarut, terkoloid, tersuspensi dan / atau terendapkan

Dinamika bahan / senyawa organik dalam perairan Semua bahan/senyawa organik yang berada di perairan, lambat atau cepat akan hancur. Bahan organik sukar urai, mula-mula dihancurkan oleh hewan makro (contoh : wood barer insects), cendawan, dsb. Biota-biota tersebut memanfaatkan bahan/senyawa organic itu sebagai makanannya dan merombaknya menjadi senyawa/bahan organic yang lebih sederhana, baik dalam tekstur maupun struktur kimianya, sehingga terbentuk bahan/senyawa organic mudah urai. Proses perombakan dari bahan organik sukar urai menjadi bahan organik mudah urai, merupakan fungsi dari jenis biota penghuni perairan, dengan kondisi/kualitas lingkungan perairan dan waktu kejadian atau dedah waktu (exposure times). Bahan/senyawa organic mudah urai, didekomposisi oleh mikroba aerob dan, selanjutnya oleh mikroba anaerob, menjadi senyawa organik yang tekstur maupun strukturnya lebih sederhana lagi. Mikroba aerob dalam proses degradasi senyawa/bahan organik, mengambil/memanfaatkan oksigen terlarut dalam air media hidupnya. Akibatnya perairan akan mengalami kekurangan oksigen (oksigen deflexsion), bahkan sampai kandungan oksigen terlarutnya habis. Hasil degradasi dari bahan organik oleh mikroba aerob adalah bahan dan senyawa organik lain yang strukturnya lebih sederhana. Mikroba anaerob memanfaatkan bahan/senyawa organic dengan energi dan oksigen dari bahan/senyawa organik yang dimanfaatkan itu. Hasil degradasinya, adalah senyawa organik dengan struktur sederhana dan gas-gas yang tidak mengandung oksigen, seperti ammonia-nitrogen, methene, ethana, hidrogen sulfida dan fosfin. Senyawa hasil urai bahan organik oleh mikroba anaerob adalah reduktor yang kuat (terutama gas methana, sangat mudah teroksidasi) dan umumnya bersifat racun (racun pernafasan) bagi biota penghuni air lainnya. CH4 + 2 O2 CO2 + H2O Gas-gas hasil urai bahan/senyawa organik oleh mikroba anaerob, apabila berdifusi kelapisan (yang lebih atas) yang DO-nya masih tinggi, akan ter-oksidasi menjadi asam (yaitu asam karbonat, asam sulfat, asam nitrat, dan asam organik lainnya), akibatnya perairan menjadi asam (pH rendah, kurang dari 7).

Daur ulang senyawa organik Sampah/limbah organik mudah urai setelah mengkontaminasi periran diubah oleh aktivitas bakteri menjadi ammonia dan nitrit, akhirnya menjadi nitrat dan fosfat. Kedua senyawa yang terakhir itu diasimilasi oleh algae dan memacu pertumbuhannya. Algae (fitoplankton) dimangsa oleh plankton yang lebih besar, zooplankton dan seterusnya dimangsa oleh ikan. Zona degradasi, dimana aktivitas bakteri tinggi, mempunyai BOD yang tinggi dan DO rendah

Dampak Lingkungan : Dampak positif : apabila kandungan oksigen terlarut dalam perairan masih dapat mendukung hidup dan kehidupan sumberdaya organisme perairan (khususnya sumberdaya hewani), maka kontaminan bahan/senyawa organik akan menyuburkan perairan (euthroph) Dampak negatif : 1. Apabila perairan kelewat subur (euthrophication) dapat terjadi peledakan populasi atau komunitas fitoplankton. Akibatnya pada saat terjadi proses fotosintesa, oksigen yang terlarut dalam air menjadi lebih rendah (oksigen deflextion); biota dapat mati (anoxia). 2. Apabila kandungan senyawa organik sangat tinggi, sehingga dari proses biodegradasinya menyebabkan kondisi anaerob, maka keseimbangan ekologis sumberdaya ikan terganggu, karena perairan tercemari bahan organic Perairan sangat keruh Berbau menyengat Bersifat asam (pH sangat rendah < 7) Beracun

KRITERIA PENCEMARAN ORGANIK Klas Pencemaran I Ringan II Sedang III Kritis IV Berat V Sangat Berat Frekuensi kejadian Rataan 25 - 75 05 - 95 Rataan 25 - 75 05 - 95 Rataan 25 - 75 05 - 95 Rataan 25 - 75 05 - 95 Rataan 25 - 75 05 - 95 BOD (mg/l) 1,7 0,85 8,2 0,36 5,7 3,0 1,6 5,0 0,55 7,7 3,0 1,6 5,0 0,55 9,5 4,8 2,6 8,5 0,55 15 8 5,0 15 1,6 - 25 NH3-N (mg/l) 0,09 0,05 0,12 0,01 0,17 0,18 0,11 0,34 0,03 0,65 0.30 0,17 0,57 0,03 1,3 0,90 0,44 1,7 0,04 4,0 3,6 1,4 1,0 0,45 1,9 NO2-N (mg/l) 0,003 0,001 0,007 0.001 0,023 0,014 0,006 0,032 0,001 0,083 0,026 0,012 0,050 0,003 0,10 0,075 0,034 0,12 0,009 0,34 0,10 0,053 0,17 0,008 0,55

Bahan organik tanah adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi (disebut biotik), termasuk mikrobia heterotrofik dan ototrofik yang terlibat (biotik). Sumber primer bahan organik tanah maupun seluruh fauna dan mikroflora adalah jaringan organiki tanah, baik berupa akar, daun, batang atau ranting, dan buah. Sedangkan sumber sekunder bahan organik berupa jaringan organik fauna termasuk kotorannya serta mikroflora. Dalam pengelolaan bahan organik tanah, sumbernya juga berasal dari pemberian pupuk organik berupa pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos, serta pupuk hayati (inokulan). Bahan organik berperan secara fisik, kimia, dan biologi(Hanafiah, 2005). Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisik, kimia, maupun secara biologi. Bahan organik adalah pemantap agregat

tanah. Bahan organik tanah adalah hasil perombakan organisme hidup yang susunannya merupakan campuran antara polisakarida lignin, protein, dan bahan organik lainnya yang berasal dari batuan dan mineral(Hakim dkk, 1986). Kandungan bahan organik pada masing-masing horizon merupakan petunjuk besarnya akumulasi bahan organik dalam keadaan lingkungan yang berbeda. Komponen bahan organik yang penting adalah C dan N. Bila jumlah C organik dalam tanah
dapat diketahui maka kandungan bahan organik tanah juga dapat dihitung. Kandungan bahan organik merupakan salah satu indikator tingkat kesuburan tanah(Fandicka, 2011).

Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumahnya tidak besar hanya berkisar 3 5 % tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah sangat besar sekali. Bahan organik dalam tanah terdiri dari bahan organik kasar dan bahan organik halus dan humus. Humus terdiri dari bahan organik halus yang berasal dari hancuran bahan organik kasar tersebut melalui kegiatan mikroorganisme dalam tanah(Hardjowigeno, 2003). Lapisan atas profil tanah biasanya cukup banyak mengandung bahan organik dan biasanya berwarna gelap karena penimbunan (akumulasi bahan organik tersebut). Lapisan dengan ciri demikian sudah umum dianggap sebagai daerah (zone) utama penimbunan lahan organik yang disebut tanah atas atau tanah olah. Sub soil adalah tanah dibagian bawahnya, yang mengalami cukup pelapukan, mengandung sedikit bahan organik. Lapisan organik yang berlainan itu berada terutama dalam tanah yang sudah mengalami pelapukan di daerah lembah(Buckman, 1982). Sumber primer bahan organik diperoleh dari jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun, bunga, dan buah. Jaringan ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasi dengan tanah. Sedangkan sumber

sekundernya adalah binatang. Dalam kegiatannya, binatang terlebih dahulu harus menggunakan bahan organik tanaman, setelah itu barulah binatang menyumbang bahan organiknya(Pairunan dkk, 1985). Kedua sumber bahan organik tersebut memiliki pengaruh yang berbeda terhadap tanah. Hal ini dikarenakan perbedaan komposisi atau susunan dari bahan organik tersebut. Jaringan binatang berbeda dengan jaringan tumbuhan, oleh sebab itu pada jaringan binatang umumnya lebih cepat hancur dibandingkan dengan jaringan tumbuhan(Pairunan dkk, 1985). Beberapa senyawa organik lebih tahan lapuk seperti lignin lemak dan beberapa senyawa yang mengandung N melalui proses biokimia menghasilkan suatu kelompok senyawa yang agak stabil, koloid amorf, dan berwarna gelap yang dikenal dengan humus. Humus adalah senyawa kompleks yang agak resisten pelapukan, berwarna coklat, amorfus, bersifat koloid, dan berasal dari jaringan tumbuhan, dan jaringan tumbuhan yang telah didekomposisikan oleh jasad mikro. Senyawa organik yang mudah lapuk antara lain gula, pati, protein, hemiselulosa. Adapun hasil dari perubahan bahan organik meliputi energi, air, C, N, S, P, K, Ca, Mg, dan lain-lain. Kadar bahan organik dalam tanah dipengaruhi oleh kedalaman, iklim, drainase, dan pengolahan dari bahan tersebut. Mengingat peranannya, bahan organik tanah perlu dipertahankan melalui suatu pengelolaan yang baik. 2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Bahan Organik Diantara sekian banyak faktor yang mempengaruhi bahan organik tanah, faktor yang paling penting adalah kedalaman tanah, iklim, tekstur tanah dan drainase. Kedalaman lapisan menentukan kadar bahan organik dan N. Kadar bahan organik terbanyak ditemukan di lapisan atas, setebal 20 cm (15-20) %. Semakin ke bawah kadar bahan

organik semakin berkurang. Hal itu disebabkan akumulasi bahan organik memang terkonsentrasi di lapisan atas(Hakim, dkk, 1986). Faktor iklim yang berpengaruh adalah suhu dan curah hujan. Pada suhu tinggi aktifitas organisme akan semakin cepat sehingga dekomposisi juga berjalan lebih cepat. Hal ini akan mengakibatkan bahan organik yang terbentuk semakin banyak. Makin ke daerah dingin kadar bahan organik dan nitrogen makin tinggi. Tekstur tanah juga cukup berperan, makin tinggi jumlah liat maka makin tinggi kadar bahan organik dan nitrogen tanah, bila kondisi lainnya sama. Tanah berpasir menginginkan oksidasi yang baik sehingga bahan organik cepat habis(Hakim, dkk, 1986). Pada tanah dengan drainase buruk dimana air berlebih, oksidasi terhambat karena aerasi buruk menyebabkan kadar bahan organik dan nitrogen tinggi daripada tanah berdrainase baik. Pada daerah yang mempunyai drainase yang baik proses dekomposisi berjalan baik karena air sebagai pelarut bagi proses kimia yang paling baik. Disamping itu vegetasi penutup tanah dan adanya kapur dalam tanah juga mempengaruhi kadar bahan organik tanah. Vegetasi penutup tanah akan berpengaruh terhadap bahan organik tanah dan juga erosi yang terjadi pada tanah tersebut. Vegetasi hutan akan berbeda dengan padang rumput dan tanah pertanian. Semakin banyak jumlah vegetasi yang tumbuh maka tingkat bahan organik dalam tanah akan semakin banyak pula(Hakim, dkk, 1986). 2.3 Hubungan Bahan Organik Dengan Kesuburan Tanah Bahan organik memainkan beberapa peranan penting di tanah. Sebab bahan organik berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik mempengaruhi struktur tanah dan cenderung untuk menjaga menaikkan kondisi fisik yang diinginkan (Hakim dkk, 1986).

Pergerakan air secara vertical atau infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran permukaan dan erosi diperkecil. Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena ruang pori tanah bertambah akibat terbentuknya agregat(Hakim dkk, 1986). Pada tanah yang mengandung bahan organik lebih banyak maka tanah tersebut akan mempunyai kapasitas pengikat hara dan air lebih banyak sehingga akan berpengaruh terhadap kesuburan tanah, sifat-sifat tanah, dan secara tidak langsung berakibat terhadap pertumbuhan tanaman. Fungsi dari bahan organik yang ada dalam tanah tersebut adalah sebagai granulator (untuk memperbaiki tanah), sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro, menambah kemampuan menahan air dan sebagai sumber energi bagi

mikroorganisme(Hakim, dkk, 1986).

Anda mungkin juga menyukai