Anda di halaman 1dari 8

Credentialing: Upaya Profesi Keperawatan Menunjukkan Responsibilitas dan Akuntabilitasnya Kepada Masyarakat Oleh: Tim 2 A.

Pendahuluan Semakin berkembangnya kebutuhan akan pemenuhan pelayanan kesehatan oleh masyarakat, maka sistem lisensi (surat izin) dan credentials (pengakuan profesi) dalam sistem pelayanan kesehatan sangat diperlukan untuk menyakinkan para pengguna sistem pelayanan kesehatan bahwa hanya para pemberi pelayanan kesehatan yang berkualitaslah dan memiliki kompetensi saja yang berhak untuk memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Lisensi dan credential memiliki tujuan utama unuk melindungi masyarakat sebagai pengguna sistem pelayanan kesehatan. Melalui lisensi dan credentials maka hanya para praktisi kesehatan yang berkompeten dan berkualitas yang diperbolehkan melakukan praktik profesi, sehingga masyarakat sebagai pengguna sistem pelayanan kesehatan tidak akan dirugikan karena suatu kesalahan dan kejahatan pelayanan kesehatan yang sifatnya tidak berkualitas dan tidak berkompetensi. Keperawatan sebagai suatu profesi (Profession) (Nursalam, 2007:293) mengacu pada kriteria profesi: 1. Tubuh pengetahuan (body knowledge) yang berbatas jelas 2. Pendidikan khusus yang berbasis keahlian pada jen jang pendidikan tinggi 3. Pelayanan pada masyarakat 4. Praktik sesuai dengan bidang keprofesian 5. Terdapat pengendalian terhadap praktik 6. Bertanggung jawab dan bertanggung gugat (acuntable) terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan 7. Motivasi yang bersifat altruistik Pada saat ini profesi keperawatan berada dalam penataan dan pemantapan sesuai dengan kriteria profesi di atas. Dalam melindungi hak masyarakat terhadap pelayanan keperawatan, pemberi pelayanan dalam hal ini perawat harus mempunyai kompetensi yang berkualitas. Kompetensi perawat disetiap jenjang pendidikan tinggi berbeda-beda, baik DIII Keperawatan, Ners generelais maupun ners spesialis. Hal ini memerlukan kredentialing bagi profesi keperawatan. Krendentialing ini merupakah bentuk upaya perlindungan terhadap masyarakat melalui pengaturan praktik keperawatan. Beberapa alasan perlunya dilakukan perlindungan terhadap masyarakat sebagai penerima layanan keperawatan antara lain: 1. Alasan utama perlunya pengaturan praktik keperawatan yakni jasa perawat. Azas ini dapat dilaksanakan apabila ada seperangkat undangundang/peraturan yang mengatur praktik keperawatan sehingga praktik yang dilaksanakan bermutu. Masyarakat akan terlindungi terhadap tindakan kelalaian atau tidak tepat dalam praktik keperawatan tersebut. 2. Dengan berkembangnya IPTEK dan berdampak pula terhadap pendidikan dasar masyarakat yang makin meningkat, maka masyarakat semakin kritis dalam memenuhi kebutuhannya termasuk kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan yang bermutu, selain itu masyarakat juga semakin sadar akan haknya sebagai warga negara Indonesia yang perlu mendapatkan perlindungan terhadap praktik yang tidak dapat dipertanggungjawabkan

3. Era kesejagatan (globalisasi) sudah di ambang pintu yang akan ditandai

dengan adanya pasar bebas. Tempat setiap negara dapat menawarkan produk dan jasanya ke Indonesia termasuk jasa keperawatan. Masyarakat kemungkinan dihadapkan dengan berbagai ragam bentuk jasa keperawatan dari berbagai begara dan tentunya masyarakat pun harus menentukan ;pilihan yang tepat agar tidak keliru. Menurut Swanburg (2001) alasan mengapa perlu adanya sertifikasi bagi perawat dan akreditasi institusi pendidikan harus dilakukan: 1. Sertifikasi perawat dapat berupa ijasah maupun sertifikat pelatihan. Sertifikasi dalam bentuk ijasah dapat menunjukkan kompetensi yang dimiliki (menggambarkan jenjang pendidikan keperawatan yang dimiliki) dan ijasah tersebut didapatkan dari lembaga atau institusi pendidikan yang terakreditasi atau belum terakreditasi. 2. Memastikan bahwa institusi penyelenggara pendidikan tinggi keperawatan terakreditasi karena institusi ini adalah penghasil SDM perawat yang harus dapat dipertanggung jawabkan maupun pertanggunggugatan (akuntabilitas). 3. Badan Akreditasi Nasional harus melakukan akreditasi pada semua penyelenggaran pendidikan tinggi keperawatan sebagai upaya mempertahankan kualitas lulusan/kualitas perawat yang dihasilkan. Melalui akreditasi ini dapat diketahui apakah institusi pendidikan tinggi keperawatan memenuhi kriteris atau memenuhi standar untuk meluluskan seorang calon perawat atau tidak B. Credentialing Keperawatan Berdasarkan arti bahasa credence berarti kepercayaan, credentials berarti surat kepercayaan, (surat) mandat (John M Echnos,2005). Credentials adalah bukti/ jaminana dari kualitas, yang biasanya tertulis dalam suatu format, dimana setiap individu atau organisasi memiliki standar khusus yang berbeda. Sedangkan Credentialing adalah istilah yang digunakan untuk proses yang dapat menunjukkan bahwa seorang individu, program, lembaga, atau produk telah memenuhi standar yang ditetapkan yang ditetapkan oleh lembaga (pemerintah atau LSM) yang diakui dan memenuhi syarat untuk melaksanakan tugas ini Apa itu credentialing ? 1. Review dari kualifikasi individu atau suatu organisasi. Jadi, kredensial dapat diartikan sebagai bukti tertulis dari lembaga yang berwenang dalam upaya mempertahankan standar praktik dan akuntabilitas anggotanya terhadap masyarakat. 2. Merupakan suatu bentuk keberhasilan seseorang atau organisasi untuk memperoleh nilai dari suatu badan kredensial. 3. Merupakan keseragaman proses yang telah disetujui oleh semua anggota, dan semua harus menerapkan standar yang sama pada setiap aplikasi kredensial 4. Suatu bukti pengakuan yang biasanya dalam bentuk tertulis yang menyatakan bahwa individu atau organisasi mempunyai standar praktek yang spesifik. Apa tujuan dari credentialing? Tujuan utama credentialing adalah untuk melindungi masyarakat dengan memastikan tingkat minimum kompetensi professional untuk menjamin kepedulian terhadap hak-hak pasien.

Mengapa perlu credentialing ? Asuhan keperawatan yang berkualitas akan menjadi tolak ukur awal kemampuan personal bagi perawat, karena akan mampu melindungi konsumen dari kesalahan yang merugikan dari seorang praktisi yang tidak kompeten. Arti sebuah profesi juga dapat dilihat dari kemampuan anggotanya dalam menjalankan profesinya. Melalui Credential maka dapat dikatakan bahwa seseorang yang memiliki lisensi dan sertifikasi telah memiliki kemampuan batasan minimal unjuk kerja yang dimilikinya sehingga dapat melindingi masyrakat dari para praktisi kesehatan yang tidak berkualitas. Melalui lisensi dan sertifikasi inilah bentuk operasional mempertahankan kualitas sebuah profesi dimata konsumen dan profesi lain yang bersinggungan dengan praktik keperawatan. Credential harus diperbaharui secara periodik sebagai sarana untuk menjamin kualitas lanjutan dan mereka dapat ditarik ketika standar kompetensi atau perilaku yang tidak lagi sesuai. Saat ini perawat dihadapkan pada arus globalisasi yang mau tidak mau harus meningkatkan kompetensinya untuk bersaing dengan kompetensi perawat di kancah Internasional. Standarisasi perawat melalui proses credentialing merupakan hal yang sangat penting. Namun sayangnya, keperawatan Indonesia masih mempunyai tantangan yang cukup berat dalam hal ini. Profesionalisme perawat Indonesia kurang diakui karena tidak adanya Undang-Undang Keperawatan dan Konsil keperawatan untuk mengatur kompetensi RN sesuai standar nasional. PELAKSANAAN KREDENTIALING DI INDONESIA (Kepmenkes No 1726 / th 2011) Lulusan

Sertifikasi SERTIFIKASI Ijazah Uji Kompetensi Sertifikat kompetensi

REGISTRASI

PERIZINAN

STR

SIPP

STR (Surat Tanda Registrasi) yang diperoleh dalam proses Registrasi bermakna sekaligus sebagai izin praktek untuk bekerja sebagai perawat di tempat pelayanan umum. Bagi mereka yang bekerja di tempat pelayanan khusus yang mempersyaratkan keterampilan khusus perlu mendapatkan sertifikat khusus yang diperoleh melalui diklat atau pendidikan dan pelatihan yang sesuai. Bagi mereka yang akan melakukan praktik mandiri perlu mendapatkan izin khusu berupa SIPP.

C.

Sertifikasi Di Amerika Serikat setelah lulus NCLEX-RN, perawat dapat memilih untuk mencapai sertifikasi pada bidang keperawatan tertentu. Persyaratan minimal praktik didasarkan pada sertifikasi yang diinginkan oleh perawat tersebut. Setelah melewati ujian awal. Perawat dapat mempertahankan sertifikasi dengan mengikuti pendidikan berkelanjutan dan praktik administrasi atau klinis (Potter dan Perry, 2009). Untuk menyatakan kompetensi lanjut yang dimiliki oleh seorang perawat setelah mengikuti program pendidikan formal maupun non formal. Sertifikasi merupakan syarat registrasi dan mendapatkan lisensi. Secara umum, sertifikasi adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan. Sertifikasi merupakan dokumen pengakuan yang diberikan kepada perawat setelah mengikuti pendidikan formal/non formal untuk mendapatkan kemampuan/kompetensi sesuai standar yang berlaku (Rismalinda, 2011). Sertifikasi merupakan proses pengabsahan bahwa seorang perawat telah memenuhi standar minimal kompetensi praktik pada area spesialisasi tertentu seperti kesehatan ibu dananak, pediatrik , kesehatan mental, gerontology dan kesehatan sekolah. Sertifikasi telahditerapkan di Amerika Serikat. Di Indonesia sertifikasi belum diatur, namun demikian tidak menutup kemungkinan dimasa mendatang hal ini dilaksanakan. Sertifikasi ini dapat juga diartikan sebagai pengakuan kompetensi perawat sebagai seorang yang profesional sehingga perawat tersebut dapat diberikan kewewenangan untuk melaksanakan asuhan keperawatan professional dalam bentuk praktek keperawatan professional. Sistem sertifikasi perawat di Indonesia akan diharmonisasikan dengan ASEAN, terutama terkait pemberlakuan Mutual Recognition Arrangement (MRA) atau kesepakatan perjanjian internasional (www.seputarindonesia.com,10 Desember 2011) Tujuan sertifikasi: 1. Menyatakan penguasaan pengetahuan, keterampilan dan perilaku perawat sesuai dengan pendidikan 2. Menetapkan klasifikasi, tingkat dan lingkup praktik keperawatan sesuai pendidikan 3. Memenuhi persyaratan registrasi 4. Memenuhi persyaratan menjalankan praktik keperawatan sesuai area praktik dan kekhususan Mekanisme sertifikasi 1. Perawat teregistrasi mengikuti kursus lanjutan di area khusus praktik keperawatan yang diselenggarakan oleh institusi yang memenuhi syarat 2. Mengajukan aplikasi disertai dengan perlengkapan dokumen untuk ditentukan kelayakan diberikan sertifikat 3. Mengikuti proses sertifikasi yang dilakukan oleh konsil keperawatan 4. Perawat registrasi yang memenuhi persyaratan, diberikan sertifikat oleh konsil keperawatan untuk melakukan praktik keperawatan lanjut

D.

Registrasi
1. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kesehatan yang telah

memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta diakui secara hukum untuk menjalankan praktik dan/atau pekerjaan profesinya (Kepmenkes no 1769 tahun 2011).

2. Untuk dapat terdaftar, perawat harus telah menyelesaikan pendidikan

keperawatan dan lulus ujian dari badan pendaftaran dengan nilai yang diterima. 3. Izin praktik maupun registrasi harus diperbaharui setiap lima tahun. Registrasi keperawatan merupakan proses administrasi yang harus ditempuh oleh seorang yang ingin melakukan pelayanan keperawatan kepada orang lain sesuai dengan kemampuan atau kompetensi yang dimilikinya. Dengan kata lain, registrasi merupakan suatu proses pengakuan terhadap kemampuan seorang lulusan pendidikan keperawatan untuk mendapatkan kewenangan dan keabsahan melakukan praktik keperawatan (Kusnanto, 2004) Apa tujuan dilakukan registrasi bagi perawat? 1. Menjamin kemampuan perawat untuk melakukan praktik keperawatan sesuai dengan kewenangan dan kompetensinya 2. Mempertahankan pelaksanaan pelayanan sesuai standar prosedur operasional secara objektif dan etik profesi, sehingga terjadi kasus kelalaian tugas atau malpraktik dapat dicegah. 3. Mengidentifikasi jumlah dan kualifikasi perawat profesional dan vokasional yang melakukan praktik keperawatan 4. Melakukan proses pemantauan dan pengendalian jumlah dan kualitas perawat profesional dan vokasional yang akan melakukan praktik keperawatan Bagaimana mekanisme registrasi dilakukan? Mekanisme registrasi dilakukan sesuai dengan yang tercantum dalam Kemenkes No 1976 tahun 2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan antara lain: Pasal 3 (1) Ijazah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dikeluarkan oleh perguruan tinggi bidang kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dikeluarkan oleh MTKI. Pasal 4 (1) Sertifikat kompetensi berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang setiap 5 (lima) tahun. (2) Untuk pertama kali sertifikat kompetensi diberikan selama jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal kelahiran tenaga kesehatan yang bersangkutan. (3) Sertifikat kompetensi dipergunakan sebagai dasar untuk memperoleh STR. Pasal 5 (1) Sertifikat kompetensi yang telah habis masa berlakunya dapat diperpanjang melalui partisipasi tenaga kesehatan dalam kegiatan pendidikan dan/atau pelatihan serta kegiatan ilmiah lainnya sesuai dengan bidang tugasnya atau profesinya. (2) Partisipasi tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat digunakan sepanjang telah memenuhi persyaratan perolehan Satuan Kredit Profesi. (3) Perolehan Satuan Kredit Profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mencapai minimal 25 (dua puluh lima) Satuan Kredit Profesi selama 5 (lima) tahun.

(4) Jumlah Satuan Kredit Profesi dari setiap kegiatan pendidikan dan/atau pelatihan serta kegiatan ilmiah lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk setiap kegiatan ditentukan oleh Organisasi Profesi. Pasal 6 (1) (2) Pelaksanaan uji kompetensi dilakukan oleh perguruan tinggi bidang kesehatan yang telah terakreditasi dari badan yang berwenang, bersamaan dengan pelaksanaan ujian akhir. Perguruan tinggi bidang kesehatan melaporkan akan dilakukannya uji kompetensi kepada MTKI melalui MTKP sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan sebelum dilakukan uji kompetensi. (3) MTKI setelah menerima laporan dari perguruan tinggi bidang kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menyiapkan soal uji kompetensi, dan pengawas. Setelah uji kompetensi dilakukan, perguruan tinggi bidang kesehatan melaporkan kepada MTKI melalui MTKP tentang peserta didik yang dinyatakan lulus. MTKI setelah menerima laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempersiapkan sertifikat kompetensi. Sertifikat kompetensi diberikan MTKI kepada peserta didik pada waktu pengambilan sumpah.

Pasal 8 (1) (2) (4) Pasal 9 (1)

MTKI setelah menerima laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1), selain mempersiapkan sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (2) juga mempersiapkan STR. (2) STR diberikan MTKI kepada peserta didik yang dinyatakan lulus bersamaan dengan pemberian sertifikat kompetensi. (3) STR dikeluarkan oleh MTKI dan berlaku secara nasional. (4) Masa berlaku STR sepanjang masa berlakunya sertifikat kompetensi. (5) Format STR sebagaimana tercantum dalam Formulir II terlampir. Pasal 12: Sertifikat kompetensi dan STR tidak berlaku apabila: a. masa berlaku habis; b. dicabut atas dasar peraturan perundang-undangan; c. atas permintaan yang bersangkutan; atau d. yang bersangkutan meninggal dunia. E. Lisensi Lisensi sangat diperlukan oleh perawat profesional dalam melakukan kegiatan praktik secara bertanggung jawab kepada masyarakat. Lisensi adalah pemberian ijin melaksanakan praktik keperawatan. Lisensi ini merupakan sebuah dokument yang diberikan pada seorang perawat, dimana perawat tersebut diperbolehkan memberikan pelayanan keperawatan kepada masyarakat yang masih berada di area khusus kewenangannya, jika seorang perawat tidak ,mempunyai dokumen ini dan melakukan praktik keperawatan maka dianggap perawat tersebut melanggar hukum (Marquis dan Huston, 2003). Lisensi ini merupakan kegiatan administrasi yang dilakukan oleh profesi atau Departemen Kesehatan berupa penerbitan surat ini praktik bagi perawat profesional di berbagai tatanan layanan kesehatan. Lisensi ini diberikan bagi perawat sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No.647/Menkes/SK/IV/2000 tentang Registrasi dan praktik perawat (Ismani, 2001). Adanya lisensi bagi

seorang perawat ini akan memberikan konstribusi bagi pemberian asuhan keperawatan karena: 1. Asuhan keperawatan yang berkualitas, baik sesuai tanggung jawab maupun tanggung gugat perawat yang merupakan bagian dari lisensi profesi 2. Bila perawat menyakini bahwa profesi serta konstribusinya terhadap asuhan kesehatan adalah penting, maka mereka akan tampil dengan percaya diri dan penuh tanggung jawab. Tujuan dari lisensi ini adalah: 1. Membatasi pemberian kewenangan melaksanakan praktik keperawatan hanya bagi yang berkompeten 2. Meyakinkan masyarakat bahwa yang melakukan praktik mempunyai kompetensi yang diperlukan Mekanisme lisensi Perawat yang telah memenuhi proses registrasi mengajukan permohonan kepada pemerintah untuk memperoleh perizinan/lisensi resmi dari pemerintah. Perawat yang telah teregistrasi dan sudah memiliki lisensi disebut perawat register, dan dapat bekerja di tatanan pelayanan kesehatan dan institusai pendidikan keperawatan. F. Akreditasi Status akreditasi suatu penyelenggara pendidikan tinggi merupakan cermin kinerja pendidikan tinggi yang bersangkutan dan menggambarkan mutu, efisiensi, serta relevansi suatu program studi yang diselenggarakan. Akreditasi dalam dunia pendidikan tinggi merupakan upaya pengakuan atau suatu lembaga pendidikan yang menjamin standar minimal sehingga lulusannya memenuhi kualifikasi untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi atau memasuki pendidikan spesialisasi, atau untuk dapat menjalankan praktek profesinya. Tujuan dan manfaat akreditasi institusi perguruan tinggi adalah: 1. Memberikan jaminan bahwa institusi perguruan tinggi yang terakreditasi tela h memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh BANPT, sehingga mampu memberikan perlindungan bagi masyarakat dari penyelenggaraan per guruan tinggi yang tidak memenuhi standar. 2. Mendorong perguruan tinggi untuk terus menerus melakukan perbaikan dan mempertahankan mutu yang tinggi 3. Hasil akreditasi dapat dimanfaatkan sebagai dasar pertimbangan dalam transfer kredit perguruan tinggi, pemberian bantuan dan alokasi dana, serta pengakuan dari badan atau instansi yang lain. Daftar Pustaka
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1796/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan Echnos, J.M (2005). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PenerbitPT.Gramedia Guido, J.W. (2006). Legal and ethical issues in nursing, 4th edition.Pearson education:New Jersey Ismani, S. (2001). Etika Keperawatan. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Widya Medika Kozier Erb (1997). Fundamentals of Nursing the art and science of nursing care , volume 1, 3th edition.Lippincott:Philadelphia

Kusnanto, (2004). Pengantar Profesi & Praktik Keperawatan Profesional . Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Marquis, B.S dan Huston,C.J. (2003). Leadership Roles and Management Functions in Nursing Theory and Application. Fifth Edition. Lippincontt Williams & Wilkins Nursalam. (2007). Manajemen keperawatan Aplikasi dalam praktik keperawatan profesional. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Salemba Medika Rismalinda, (2011). Buku Saku Etika Profesi dan Hukum Kesehatan . Cetakan I. Jakarta: Penerbit Trans Info Media Swanburg, R.C. (2001). Pengembangan Staf Keperawatan. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Departemen Pendidikan Nasional Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (2007 ). Buku I naskah akademik Akreditasi institusi perguruan tinggi, jakarta, Departemen Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai