Anda di halaman 1dari 18

PRAKTIKUM IV UJI COCOK SERASI (CROOSMATCH) METODE GEL TEST Hari/Tanggal Praktikum : Senin, 13 Mei 2013.

Tempat Praktikum : PMI RSUP SANGLAH

I.

Tujuan 1. Mencegah terjadinya reaksi transfusi dengan memastikan penderita tidak mengandung antibodi yg reaktif terhadap eritrosit donor (antibodi golda ABO/golda lain) 2. Memastikan darah yang diberikan sesuai/kompatibel dan tidak menimbulkan reaksi serta bermanfaat bagi pasien.

II. Metode Metode yang digunakan pada pratikum ini adalah metode gel test

III. Prinsip Sel darah merah yang diselimuti oleh antibodi (globulin) atau komplemen dengan menggunakan gel test (yang mengandung gel dan coombs serum) untuk mempercepat reaksi dan sebagai jembatan untuk merekasikan antibodi maka akan terbentuk aglutinasi.

IV. Dasar Teori 1. Darah Darah merupakan materi yang biologis yang multi antigenik dan diproduksi dari sel stem yang terutama terdapat dalam sistem sumsum tulang. Darah adalah suatu organ sirkulasi yang beredar di dalam sistim pembuluh darah karena dipompakan oleh jantung, yang terdiri dari padat dan cair kompnen padat terdiri dari sel-sel darah merah, sel darah putih dan butir trombosit. Komponen cair terdiri dari plasma yang berisi albumin, beberapa factor pembekuan serta immunoglobulin. (Rustam Masri, 1996) Macam-macam komponen darah ( Banundari R. 2005 ) 1. Whole Blood ( darah lengkap ) Whole Blood atau darah lengkap adalah darah yang masih lengkap komponenkomponen darahnya. Masa simpan 35 hari dengan CPD-A pada suhu 42C.

2.

Packed Red Cell ( PRC ) Packed Red cel adalah komponen sel darah merah yang masih ada lekositnya dan mempunayi nilai hematokrit kurang lebih 80 %. Masa simpan sama dengan darah asal (21 hari dengan ACD atau 35 dengan CPD-A hari pada suhu 42C.

3.

Trombocyt Concentrat ( TC ) Komponen trombosit dalam buffer plasma 50 cc. Masa simpan 3 hari pada suhu 2024C dengan agregator

4.

Fresh Frosen Plasma Plasma segar beku yaitu plasma segar yang dibekukan. Masa simpan 1 tahun pada suhu 18 C (beku)

5.

Buffy Coat

1234567Buffy coat adalah lekosit dari WB. Masa simpan 24 jam pada suhu suhu 40-24C. 6. Liquid plasma/ plasma donor tunggal Plasma yang sudah dipisahkan dari WB. Masa simpan sama dengan darah asal (35 hari)suhu 42C. 7. Cryopresipitate Merupakan A Hemofili Faktor (AHF). Masa simpan 1 tahun pada suhu -18C. 8. Washed Eritrosit ( WE )

1234567Merupakan sel darah merah yang telah dicuci. Masa simpan 6 jam dari pembuatan.

2.

Transfusi Darah Transfusi adalah proses pemindahan darah dan produk darah dari donor ke resepien. Transfusi merupakan bagian yang penting pada pelayanan kesehatan modern. Penerapan transfusi secara benar akan dapat menyelamatkan nyawa dan meningkatkan kesehatan, namun demikian penularan penyakit infeksi melalui transfusi darah dan produk harus menjadi perhatian. (R Banundari, 2005) a. Donor Darah ( Penyumbang darah ) Donor adalah semua orang yang memberikan darah untuk maksud dan tujuan transfusi darah ( Peraturan Pemerintah No 18 th 1980 ). Darah harus aman bagi pasien artinya pasien tidak tertular penyakit infeksi melalui transfusi darah, pasien tidak mendapatkan komplikasi seperti ketidakcocokan golongan darah . Aman bagi donor artinya donor tidak tertular penyakit infeksi melalui tusukan jarum/ Vena,

donor tidak mengalami komplikasi setelah penyumbangan darah, seperti: kekurangan darah, mudah sakit/sering sakit. ( R Banundari, 2005 ). b. Resepien ( Pasien ) Orang atau pasien yang menerima darah dari donor yang aman bagi pasien artinya pasien tidak tertular penyakit infeksi melalaui transfusi darah dan pasien tidak mendapatkan komplikasi seperti misalnya ketidak cocokan golongan darah. (Peraturan Pemerintah No 18 th 1980) Interaksi antigen - antibody invitro. Antigen hanya dapat dikenal dengan interaksi terhadap zat antinya atau sebalikanya, dasar reaksi ini adalah : 1. Pemeriksaan antigen (pemerikaan golongan darah) Mereaksikan sel darah merah yang belum dikenal dengan zat anti yang telah diketahui jenisnya. 2. Pemeriksaan zat anti. Serum yang belum diketahui zat antinya direaksikan dengan sel darah merah yang telah yang telah diketaui jenis antigennya. Interaksi antigen - antibody invivo Secara normal, antibody yang melawan antigen tidak akan berada bersama di dalam satu tubuh, dan tubuh kita tidak akan membuat zat anti terhadap antigen kita sendiri, sebab bukan antigen asing ( R Masri 1996 ). Jika suatu zat anti tebentuk di dalam tubuh akibat dari kemasukan antigen asing, kemudian badan kemasukan lagi antigen asing yang serupa dengan antigen yang mulamula tadi, maka akan timbul reaksi antigen dan antibodi dalam tubuh penderita itu dan ia akan mengalami hal yang sangat fatal (R Masri 1996). Dalam transfusi darah di mana pembawa antigen itu ialah sel darah merah, maka akan terjadi penghancuran sel-sel darah merah itu dengan akibat hemoglobin ke luar dan menyebar ke seluruh peredaran darah. Hemoglobin bebas ini akan merupakan beban pada ginjal, hati, limpa dan jantung. Bila sel darah merah ini tidak segera hancur maka interaksi antigen-antibodi ini akan mengakibatkan sel darah merah berumur pendek dalam sikulasi, sehingga transfusi merupakan hal yang sia-sia belaka (R Masri 1996).

3.

Uji Cocok Serasi (Crossmatch) Crossmatch adalah reaksi silang in vitro antara darah pasien dengan darah donornya yang akan di transfusikan. Reaksi ini dimaksudkan untuk mencari tahu apakah

darah donor yang akan ditranfusikan itu nantinya akan dilawan oleh serum pasien didalam tubuhnya, atau adakah plasma donor yang turut ditransfusikan akan melawan sel pasien didalam tubuhnya hingga akan memperberat anemia, disamping kemungkinan adanya reaksi hemolytic transfusi yang biasanya membahayakan pasien.

Tujuan Cross Match Adapun metode uji silang serasi yaitu metode aglutinasi dan metode Crossmatch. Fungsi dari uji silang antara lain : 1. Mengetahui ada tidaknya reaksi antara darah donor dan pasien sehingga menjamin kecocokan darah yang akan ditranfusikan bagi pasien. 2. Mendeteksi antibodi yang tidak diharapkan dalam serum pasien yang dapat mengurangi umur eritrosit donor/menghancurkan eritrosit donor. 3. Cek akhir uji kecocokan golongan darah ABO. Darah donor dan pasien yang di crossmatch ini, kecuali golongan darah ABO dan Rhesus yang kita ketahui (diperiksa lebih dahulu), kita tidak mengetahui antigen lainya yang ada didalam sel donor dan pasien, dan kita tidak mengetahui pula adanya antibody lain (irregular) yang complete maupun incomplete di dalam serum pasien atau plasma donor. Cross-matching darah, dalam transfusi kedokteran, mengacu pada pengujian kompleks yang dilakukan sebelum transfusi darah, untuk menentukan apakah darah donor kompatibel dengan darah dari penerima yang dimaksud, atau untuk mengidentifikasi pertandingan untuk transplantasi organ. Cross-matching biasanya dilakukan hanya setelah lain, tes kurang kompleks belum dikecualikan kompatibilitas. Kompatibilitas darah memiliki banyak aspek, dan tidak hanya ditentukan oleh golongan darah (O, A, B, AB), tetapi juga oleh faktor-faktor darah, ( Rh , Kell , dll).

Macam Dari Reaksi Silang 1. Reaksi silang mayor : eritrosit donor + serum resipien Memeriksa ada tidaknya aglutinin resipien yang mungkin dapat merusak eritrosit donor yang masuk pada saat pelaksanaan transfusi

2.

Reaksi silang minor : serum donor + eritrosit resipien Memeriksa ada tidaknya aglutinin donor yang mungkin dapat merusak eritrosit resipien. Reaksi ini dianggap kurang penting dibanding reaksi silang mayor, karena agglutinin donor akan sangat diencerkan oleh plasma di dalam sirkulasi darah resipien. Cara menilai hasil pemeriksaan adalah sebagai berikut: Bila kedua pemeriksaan (crossmatch mayor dan minor tidak mengakibatkan aglutinasi eritrosit, maka diartikan bahwa darah donor sesuai dengan darah resipien sehingga transfusi darah boleh dilakukan; bila crossmatch mayor menghasilkan aglutinasi, tanpa memperhatikan basil crossmatch minor, diartikan bahwa darah donor tidak sesuai dengan darah resipiensehingga transfusi darah tidak dapat dilakukan dengan menggunakan darah donor itu. Bila crossmatch mayor tidak menghasilkan aglutinasi, sedangkan dengan crossmatch minor terjadi aglutinasi, maka crossmatch minor harus diulangi dengan menggunakan serum donor yang diencerkan. Bila pemeriksaan terakhir ternyata tidak menghasilkan aglutinasi, maka transfuse darah masih dapat dilakukan dengan menggunacan darah donor tersebut, hal ini disesuaikan dengan keadaan pada waktu transfusi dilakukan, yaitu serum darah donor akan mengalami pengaan dalam aliran darah resipien. Bila pemeriksaan dengan serum donor yang diencerkan menghasilkan aglutinasi, maka darah donor itu tidak dapat ditransfusikan. Pemeriksaan crossmatch dapat dilakukan saat transfusi darah diantisipasi, yaitu dalam keadaan:

Pendarahan parah yang terjadi, misalnya karena trauma utama, atau perdarahan internal dari usus atau perut

Pendarahan berat dapat terjadi, misalnya ketika operasi besar direncanakan Anemia berat (hemoglobin rendah atau jumlah darah) hadir

Grup darah saja, tanpa crossmatch, dapat dilakukan:


Secara rutin pada kehamilan Untuk mengkonfirmasi status Rhesus pada wanita hamil, ketika ada risiko sensitisasi rhesus - misalnya berikut cedera pada perut, atau perdarahan vagina karena terancam keguguran. Melakukan crossmatch sebelum transfusi darah memiliki keuntungan sebagai berikut:

Mendeteksi utama ABO kesalahan (mis. crossmatching donor A atau B dengan penerima O) Mendeteksi penerima antibodi terhadap antigen pada kebanyakan merah sel donor (jika antibodi berada dalam titer yang cukup tinggi untuk bereaksi)

Interpretasi Hasil Pemeriksaan Crossmatch - Normal Tidak adanya aglutinasi menunjukkan kompatibilitas antara donor dan penerima darah, yang berarti bahwa transfusi darah donor dapat dilanjutkan. Catatan bahwa ini tidak menjamin transfusi yang aman. - Abnormal Sebuah crossmatch positif menunjukkan ketidakcocokan antara darah donor dan penerima darah, yang berarti bahwa darah donor tidak bisa ditransfusikan ke penerima. Tanda dari crossmatch positif aglutinasi, atau menggumpal, ketika sel darah merah donor dan serum penerima benar dicampur dan diinkubasi. Aglutinasi menunjukkan reaksi antigen-antibodi yang tidak diinginkan. darah donor harus dipotong dan crossmatch terus untuk menentukan penyebab ketidaksesuaian dan mengidentifikasi antibodi. No 1. 2. Mayor Minor + AC Interpretasi Darah pasien kompatibel dengan darah donor. Darah boleh dipergunakan. Periksa sekali lagi golongan darah Os, apakah sudah sama dengan donor, apabila golongan darah sudah sama : - Terdapat Irregular Antibody pada Serum Os - Ganti darah donor, lakukan crossmatch lagi sampai didapat hasil cross negatif pada mayor dan

minor. - Apabila tidak ditemukan hasil crossmatch yang kompatibel meskipun darah donor telah diganti maka harus dilakukan screening dan Identifikasi Antibody pada Serum Os. 3. + Terdapat Irregular Anti Body pada Serum / Plasma Donor. Ganti darah donor, dengan darah yang lain, lakukan crossmatch lagi 4. +

Lakukan Direct Coombs Test pada OS Apabila DCT = positif, hasil positif pada crossmatch Minor dan AC berasal dari autoantibody Apabila derajat positif pada Minor sama atau lebih kecil dibandingkan derajat positif pada AC / DCT, darah boleh dikeluarkan / digunakan. Apabila derajat positif pada Minor lebih besar dibandingkan derajad positif pada AC / DCT, darah tidak boleh dikeluarkan. Ganti darah donor, lakukan crossmatch lagi sampai ditemukan positif pada Minor sama atau lebih kecil dibanding AC / DCT

5.

Periksa ulang golongan darah Os maupun donor, baik dengan cell grouping maupun back typing, pastikan tidak ada kesalahan gol. Darah Lakukan DCT pada Os, apabila positif, bandingkan derajat positif DCT dg Minor, apabila derajat positif Minor sama atau lebih rendah dari DCT, maka positif pada Minor dapat diabaikan, artinya positif tersebut berasal dari autoantibody. Sedangkan positif pada Mayor, disebabkan adanya Irregular Anti Body pada Serum Os, ganti dengan darah donor baru sampai ditemukan hasil Mayor negative

4. Metode Gel Test a. Sejarah Gel Test Gel Test ditemukan pertama kali oleh Y.Lapierre pada tahun 1984 di Regional Blood Transfusion Center of Lyon. Lapierre telah melakukan bermacam-macam

percobaan, misalnya dengan Gelatin, polyacrylamide,Solid nets,Silica Beads, Ficoll dan Dextran gels. Dan akhirnya Lapierre menemukan bahwa pemeriksaan yang terbaik untuk dapat membedakan antara reaksi positip dengan reaksi negatip secara jelas dan stabil, yaitu dengan menggunakan Sephadex G 100 Superfine yang secara kebetulan ditemukan, oleh karena kesalahan tehnisi laboratorium saat memesan Sephadex G 100 yang seharusnya Sephadex G 25. Akhirnya untuk menentukan parameter centrifugasi, bentuk tube dan komposisi medium serta antiglobulin serum yang sesuai tidak membutuhkan waktu yang lama,sehingga pada : - Tahun 1985 dilakukan regiatrasi patent yang pertama - Tahun 1987 uji coba di lapangan - Tahun 1988 dibuat kit pertama Metode gel test dapat digunakan pada pemeriksaan : - Sistim golongan darah (ABO,Phenotyp Rhesus, subgroup A dan H, Kell, Duffy, Kidd, Lewis, MNS, P1, Lutheran, dan profil antigen lainnya). - Uji Cocok Serasi - Skrining antibodi - Identifikasi antibodi

b.

Pemeriksaan Crossmatch Metode Gel Test Metode gel test yang merupakan suatu pengembangan dari metode uji reaksi silang

yang sebelumnya yang menggunakan tabung raksi sebagai alat tesnya. Gel tes mempermudah kerja penguji darah dan lebih akurat dalam pemeriksaan hasil dari uji reaksi silang. Gel test selain lebih akurat juga lebih efisien dalam waktu, sehingga banyak jumlah permintaan darah dapat diselesaikan tepat waktu dan lebih praktis. Sampel darah pasien cocok menunjukan hasil negatif (kompatibel) sedangkan yang tidak cocok menunjukkan keruh pada gel test dan hasilnya positif (inkompatibel). Hal ini menyebabkan aglutinasi pada darah pasien apabila terjadi transfusi (Aziz, 1996). Adapun interpretasi hasil dari pemeriksaan crossmatch metode gel test adalah : a) Terbentuk aglutinasi sel berupa garis merah pada permukaan gel atau aglutinasi menyebar di dalam gel dikatakan positif . b) Terbentuk garis yang kompak (padat) pada dasar microtube dikatakan negatif.

V. Alat dan Bahan Alat yang digunakan : 1. ID Setrifuge 2. ID Inkubator 3. Mikropipet 5 l, 25 l, 50 l 4. ID Dispenser 5. Yellow tip Bahan yang digunakan : 1. ID Liss / Coombs Card 2. ID Diluent 3. Sampel serum resipien 4. Sampel sel darah pekat (100%) resipien 5. Sampel plasma donor 6. Sampel sel darah pekat (100%) donor VI. Cara Kerja A. Pembuatan Suspensi Sel Darah Resipien dan Sel Darah Donor 1 % 1. Alat dan bahan yang diperlukan disiapkan. 2. 2 buah tabung reaksi yang akan digunakan diberi label terlebih dahulu. 3. Ditambahkan 500 l diluent kedalam masing- masing tabung reaksi tadi dengan melalui dispenser dengan cara menekan dispenser sebanyak 1 kali, maka jumlah larutan diluent yang keluar akan tepat 500 l. 4. Kemudian ke dalam masing masing tabung dengan menggunakan mikropipet ditambahkan : Tabung 1 (tabung sel darah resipien) ditambahkan 5 l sel darah resipien pekat. Tabung 2 (tabung sel darah donor) ditambahkan 5 l sel darah donor pekat. 5. Masing masing tabung dikocok secara perlahan lahan hingga semua sel darah dan diluent dapat bercampur sempurna. 6. Suspensi sel darah 1 % telah siap untuk digunakan.

B. Uji Silang Serasi (Crossmatch) Terhadap 1 Orang Donor 1. ID liss ( Coombs card) disiapkan. 2. Kemudian penutupnya dibuka sebanyak ID liss yang akan digunakan. 3. Kedalam masing masing mikrotube dimasukkan : Mikrotube 1 ( Mayor Test ) dengan menggunakan mikropipet dimasukkan 50 l sel donor suspensi 1 % kemudian ditambahkan dengan 25 l serum pasien/ resipien. Mikrotube 2 ( Minor Test ) dengan menggunakan mikropipet dimasukkan 50 l sel resipien suspensi 1 % kemudian ditambahkan dengan 25 l serum donor. Mikrotube 3 ( Autocontrol ) dengan menggunakan mikropipet dimasukkan 50 l sel resipien suspensi 1 % kemudian ditambahkan dengan 25 l serum pasien/ resipien. 4. Diinkubasi pada ID inkubator suhu 37 o C selama 15 menit 5. Diputar dalam ID sentrifuge 6. Hasil reaksi dibaca secara makroskopis 7. Pembacaan hasil : Tidak hemolisis / aglutinasi cocok / compatible. Darah boleh diberikan kepada pasien Terjadi hemolisis / aglutinasi tidak cocok / incompatible. Darah tidak boleh diberikan kepada pasien.

I.

Interpretasi Hasil

Hasil Aglutinasi Negatif

Interpretasi Terbentuknya endapan eritrosit yang jelas di dasar mikrotube. Gel di atas endapan eritrosit jernih dan bebas aglutinat

1+

Aglutinat eritrosit mendominasi di bagian setengah bawah kolom gel dengan terdapat juga di dasar mikrotube. Reaksi bisa lemah dengan gambaran sedikit aglutinat tepat di atas endapan eritrosit di dasar mikrotube

2+

Aglutinat eritrosit terpencar di sepanjang kolom gel dengan sedikit aglutinat di dasar mikrotube. Aglutinat terdistribusi di setengah bagian atas dan bawah kolom gel

3+

Aglutinat eritrosit mendominasi di bagian atas kolom gel dengan sedikit aglutinat berada di bawah pita tebal. Sebagian besar aglutinat terletak di setengah atas kolom gel

4+

Aglutinat eritrosit berbentuk pita solid di bagian atas kolom gel. Biasanya tidak terdapat eritrosit yang terlihat di bagian dasar kolom

Mixed-field reaction

Lapisan aglutinat eritrosit pada bagian atas gel disertai dengan adanya endapan sel yang tidak teraglutinasi di bagian bawah mikrotube

II.

Hasil Pengamatan

2.1 Gambar Alat dan Bahan a. Bahan Bahan Gambar Sampel Darah Keterangan

Sampel darah dan serum pasien

Sampel darah dan plasma donor

Suspensi Sel

Suspensi sel 1% donor

Suspensi sel 1 % pasien

b. Alat Gambar Penjelasan ID Liss atau Coombs card

ID Sentrifuge

Dispenser

ID Deluent

2.2 Hasil Pemeriksaan Data Sampel Nama Umur Jenis Kelamin : Mrs. X :x : Perempuan

Tanggal pemeriksaan : Senin, 13 Mei 2013

Gambar Hasil Pemeriksaan

Tidak terjadi adanya aglutinasi pada microtube mayor dan minor, maupun microtube auto control yang ditandai dengan terbentuknya endapan eritrosit yang jelas di dasar mikrotube dan gel di atas endapan eritrosit jernih dan bebas aglutinat. Kesimpulan Hasil Pemeriksaan Tidak hemolisis / aglutinasi cocok / compatible sehingga darah boleh diberikan kepada pasien.

III.

Pembahasan Crossmatch adalah reaksi silang in vitro antara darah pasien dengan darah donornya yang akan di transfusikan. Reaksi ini dimaksudkan untuk mencari tahu apakah darah donor (antigen) yang akan ditranfusikan itu nantinya akan dilawan oleh antibodi pasien didalam tubuhnya, atau adakah antibodi pada plasma donor yang turut ditransfusikan akan melawan sel (antigen) pasien didalam tubuhnya hingga akan memperberat anemia, disamping kemungkinan adanya reaksi hemolytic transfusi yang biasanya membahayakan pasien. Cross-matching darah, dalam transfusi kedokteran, mengacu pada pengujian kompleks yang dilakukan sebelum transfusi darah, untuk menentukan apakah darah donor kompatibel dengan darah dari penerima yang dimaksud, atau untuk

mengidentifikasi perbandingan untuk transplantasi organ. Kompatibilitas darah memiliki banyak aspek, dan tidak hanya ditentukan oleh golongan darah (O, A, B, AB), tetapi juga oleh faktor-faktor darah, ( Rh , Kell , dll). Dalam kegiatan praktikum yang dilakukan, reaksi silang untuk menentukan kecocokan darah donor terhadap pasien dilakukan dengan metode gel test, metode gel test merupakan suatu pengembangan dari metode uji reaksi silang yang sebelumnya yang menggunakan tabung raksi sebagai alat tesnya. Gel tes mempermudah kerja penguji darah dan lebih akurat dalam pemeriksaan hasil dari uji reaksi silang. Gel test selain lebih akurat juga lebih efisien dalam waktu, sehingga banyak jumlah permintaan darah dapat diselesaikan tepat waktu dan lebih praktis. Dalam uji menggunakan metode gel tes ini juga sama menggunakan 2 jenis pemeriksaan yaitu mayor test (mereaksikan sel donor 1% dengan serum pasien) dan minor test ( mereaksikan sel resipien 1 % dengan plasma donor) Pada prinsipnya coombs card yang digunakan untuk pengujian reaksi silang serasi mengandung gel (sephadex G 100) dan sejenis protein pada bagian permukaan microtubenya. Protein tersebut berfungsi sebagai media reaksi antara antigen antibody pada sel darah dan plasma atau serum, dimana protein ini juga berfungsi sebagai media pengganti bovine albumin dan coombs serum pada uji silang serasi metode konvensional, sehingga hanya dibutuhkan sekali pengujian dengan satu media protein. Selain protein tersebut, pada microtube juga terdapat gel, dimana gel ini berfungsi sebagai filter atau saringan, apabila terjadi aglutinasi antara suspense sel darah dengan serum atau plasma maka aglutinat yang terbentuk tidak akan dapat menembus lapisan gel hingga bagian dasar karena terbentuk kompleks partikel yang besar (tergantung dari derajat aglutinasi) begitu juga sebaliknya, apabila tidak terjadi aglutinasi maka suspense sel darah dan serum atau plasma dapat dengan mudah melewati barrier gel pada microtube sehingga dapat terendapkan dibagian dasar tabung, karena tidak terbentuk kompleks partikel yang besar hal ini juga terkait dengan suspense sel darah yang digunakan yaitu 1% , dimana pada suspense tersebut lebih banyak kandungan diluent daripada sel darah merah, sehingga memudahkan suspense untuk mengalir melewati gel menuju dasar tabung. Sebelum dilakukan pembacaan hasil, terlebih dahulu dilakukan inkubasi pada suhu 37oC dimana inkubasi ini bertujuan untuk mengkondisikan suspense darah dan serum atau plasma agar dapat bereaksi optimal sesuai dengan kondisi tubuh selain proses inkubasi, dilakukan juga proses centrifugasi, dimana proses centrifugasi akan membantu aliran aglutinat (apabila terbentuk) menuju kedasar tabung. Dari hasil

praktikum sendiri, didapatkan hasil yang compatible baik pada uji mayor, minor dan control, hal ini menandakan bahwa darah donor compatible dengan darah pasien sehingga darah dapat digunakan. Dalam melakukan uji silang serasi dengan metode gel test terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan , diantaranya kualitas dari kit yang digunakan, dimana harus diperhatikan tanggal kadaluarsa dari kit itu sendiri karena apabila telah melewati tanggal kadaluarsa gel sudah tidak dapat berfungsi dengan baik, selain itu volume penetesan juga perlu diperhatikan agar volume suspense dan serum yang digunakan tidak melebihi kapasitas dari mikrotube yang akhirnya menyebabkan sampel meluber keluar. Dan yang paling terpenting untuk diperhatikan adalah sampel yang pertama kali dimasukkan ke dalam mikrotube adalah sel darah terlebih dahulu kemudian baru ditambahkan dengan serum atau plasma, karena hal ini akan berpengaruh terhadap reaksi antara antigen dan antibodi yang akan terjadi di dalam mikrotube tersebut. Yang juga penting untuk diperhatikan adalah suspensi sel yang digunakan dalam pemeriksaan dengan menggunakan metode gel ini digunakan suspensi sel 1 % dan suspensi ini dibuat dengan menggunakan pengencer diluent bukan larutan saline dengan perbandingan tertentu.

IV.

Simpulan Dari kegiatan praktikum uji silang serasi dengan metode gel test didapatkan hasil compatible (tidak terjadi aglutinasi) sehingga darah boleh diberikan kepada pasien.

DAFTAR PUSTAKA Anonim b. 2011. Blood typing and Crossmatching. Diakses dari : http://www.modernmedicalguide.com/blood-typing-and-crossmatching/ pada tanggal 11 April 2013 Anonim c. 2012. Cross Matching. Diakses dari : http://imadanalis.blogspot.com/2012/02/cross-matching-blodd.html pada tanggal 11 April 2013 Anonim d. 2012. Reaksi Silang (Crossmatch) diakses dari http://www.sodiycxacun.web.id/ 2010/10/reaksi-silang-crossmatch.html pada tanggal 11 April 2013 Anonim. 2008. Tehnik Gel Test Dalam Pemeriksaan Serologi Golongan Darah diakses dari : http://mokotransequipment.blogspot.com/2008/10/teknik-gel-test.html pada tanggal 18 Mei 2013 Anonim. BAB II Tinjauan Pustaka. Diakses dari digilib.unimus.ac.id/download.php?id=7943 pada tanggal 18 Mei 2013 Anonim. 2011. Metode Reaksi Silang (Crossmatch). Diakses dari :

http://elizabethayu.blogspot.com/2011/06/metode-reaksi-silang-crossmatch.html pada tanggal 18 Mei 2013 Anonim. 2009. Cara Kerja Cross Match Dengan Diamed Gel Tes. Diakses dari http://mokotransequipment.blogspot.com/2009/08/cara-kerja-cross-match-dengandiamed.html pada tanggal 18 Mei 2013 Anonim. -. Crossmatch. Diakses dari http://id.scribd.com/doc/57205714/Cross-Match pada tanggal 18 Mei 2013 Anonim. -. Reaksi Silang Crossmatch. Diakses dari dari http://www.sodiycxacun.web.id/ 2010/10/reaksi-silang-crossmatch.html Ayu Setyo. 2011. Metode Reaksi Silang (Crossmatch). Diakses dari http://elizabethayu.blogspot.com/2011/06/metode-reaksi-silang-crossmatch.html pada tanggal 11 April 2013 Drdjebrut. 2010. Reaksi Silang (Crossmatch reaction). Diakses dari : http://drdjebrut.wordpress.com/2010/08/31/reaksi-silang-crossmatch-reaction/ pada tanggal 11 April 2013 Puspita, Anila. 2012. Reaksi Silang (Crossmatch). Diakses dari : http://aniellaolala.blogspot.com/2012/03/reaksi-silang-crossmatch.html pada tanggal 11 April 2013

Anda mungkin juga menyukai