Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1.1. Latar Belakang Makhluk hidup dipelajari dalam suatu cabang sains yaitu biologi. Makhluk hidup memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh benda tak hidup. Adapun ciri-ciri makhluk hidup diantaranya bernapas, bergerak, dan berkembang biak. Belum bisa dikatakan makhluk hidup apabila tidak bisa bernafas, bergerak dan berkembang biak. Makhluk hidup juga harus bisa beradaptasi dengan lingkungan untuk mempertahankan dirinya. Kita tentu telah memahami bahwa bumi kita ini dahulu kala terbentuk dalam keadaan sangat panas dan pijar. Secara perlahan-lahan bumi mengadakan kondensasi atau menjadi lebih dingin sehingga pada suatu saat terbentuklah kerak atau kulit bumi. Yang berbentuk cair membentuk samudra atau hidrosfer, yang berbentuk gas disebut atmosfer dan yang berbentuk padat disebut litosfer. Dahulu orang beranggapan bahwa makhluk hidup berasal bukan dari mahluk hidup. Namun, hal tersebut dibantah setelah Fransisco Redi melakukan sebuah percobaan untuk menguji asal-usul makhluk hidup. Dalam percobaannya yang membuktikan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup. Lingkungan hidup yang ada di bumi mengalami perubahan dari waktu ke waktu seiring dengan perubahan lingkungan tersebut, terjadi pula dalam perubahan makhluk hidup. Perubahan yang terjadi pada makhluk hidup dari zaman ke zaman dipelajari dalam teori evolusi. Teori evolusi masih dipertentangkan sampai saat ini. Banyak teori yang dikemukakan oleh para ahli tapi belum dapat membuktikan secara perkembangan makhluk hidup. pasti sejarah
Seiring berjalannya waktu dan perkmbangan zaman, maka tatanan makhluk hidup di bumi ini mengalami perubahan. Perubahan itu terjadi salah satunya karena proses seleksi alam. Akibatnya makhluk hidup harus beradaptasi dan sebagian besar berpindah tempat. Perpindahan ini tergantung pada tingkat jenis makhluk hidup itu tersebut. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan jenisnya agar tidak punah. Jika kita mengamati dengan seksama, maka kita akan menemukan banyak sekali makhluk hidup di sekitar kita. Berbagai makhluk hidup juga memiliki ciri yang berbeda-beda. Ada yang berukuran besar dan ada yang berukuran kecil. Bentuk dan warnanya bermacam-macam. Ada yang hidup di darat dan ada yang hidup di air. Hal ini menunjukkan bahwa makhluk hidup yang ada di bumi ini banyak sekali. Adapun faktor-faktor yang menyebebkan perbedaan antar makhluk hidup baik faktor internal maupun faktor eksternal. Keanekaragaman makhluk hidup disebut juga
keanekargaman hayati.
1.2. Rumusan Masalah 1.2.1. 1.2.2. 1.2.3. 1.2.4. 1.2.5. Apa yang kamu ketahui tentang makhluk hidup ? Bagaimanakah asal mula kehidupan di bumi ? Bagaimanakah sejarah perkembangan makhluk hidup ? Bagaimana proses persebaran makhluk hidup ? Apa yang kamu ketahui tentang keanekaragaman makhluk hidup ?
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Makhluk Hidup Makhluk hidup dibagi menjadi tiga, yaitu tumbuhan, hewan, dan manusia. Tumbuhan dan hewan ada yang hidup di darat dan ada yang hidup di air. Makhluk hidup juga memiliki ciri-ciri tertentu yang bisa membedakan antara makhluk tak hidup. Adapun ciri-ciri makhluk hidup tersebut, yaitu sebagai berikut: 1. Bergerak Bergerak adalah proses peralihan tempat atau kedudukan, baik hanya sekali maupun berkali-kali. Pada hewan dan manusia proses bergeraknya tampak jelas. Tumbuhan juga melakukan gerak. Macam-macam gerak yang terjadi pada tumbuhan, yaitu: Endonom : Gerak tumbuhan yang disebabkan oleh gerak tumbuhan itu sendiri. Contohnya : Gerak Sitoplasma pada sel Esionom : Gerak yang disebabkan oleh rangsangan dari luar. Contohnya
: Cahaya, Suhu, Gravitasi bumi, DLL Higroskopis : Gerak yang disebabkan oleh perubahan kadar air secara terus-menerus, sehingga biji, buah, dan spongarium menjadi retak Kompleks : Gerak yang disebabkan oleh banyak rangsangan (faktor)
2. Makan Semua makhluk hidup memerlukan makanan. Tumbuhan dan hewan memerlukan makanan yang berbeda. Tumbuhan memerlukan zat-zat anorganik, sedangkan hewan memerlukan zat-zat organik untuk makanannya. Zat anorganik terdapat bebas di alam seperti air dan mineral. Tumbuhan mendapatkan air dan mineral dari dalam tanah.
3. Bernapas Bernapas (respirasi) yaitu suatu proses untuk menghirup oksigen dari lingkungan dan mengeluarkan gas karbon dioksida serta uap air ke lingkungan. Hewan dan manusia bernapas menggunakan paru-paru. Pada umumnya hewan yang hidup di air bernapas menggunakan insang, kecuali mamalia air yang bernapas menggunakan paru-paru. Pada tumbuhan alat pernapasannya menggunakan stomata pada daun dan lentisel yang terdapat pada batang. Respirasi terbagi menjadi dua yaitu proses menghirup (inspirasi) dan proses menhembuskan (ekspirasi). Mekanisme inspirasi yaitu : otot rongga dada kontraksi tekanan udara dalam rongga dada lebih kecil dari tekanan udara luar udara masuk ke dalam paru-paru rongga dada membesar. Mekanisme ekspirasi yaitu : otot rongga dada relaksasi tekanan udara dalam rongga dada lebih besar dari tekanan udara luar udara keluar dari paru-paru rongga dada mengecil.
4. Peka terhadap rangsangan (Iritabilitas) Makhluk hidup selalu memiliki indera yang peka apabila diberikan sebuah rangsangan. Apabial pada hewan dan manusia terdapat pada kulit dan lidah. Kulit dapat merasakan tekanan, panas, dingin, tekanan permukan, sentuhan, dan nyeri. Lidah mampu measakan rasa masakan seperti, rasa manis, pahit, asam, dan asin. Sedangkan pada tumbuhan peka terhadap sentuhan seperti pada daun putri malu. Peka terhadap sumber cahaya dan sumber air.
5. Tumbuh dan berkembang Pertumbuhan adalah pertambahan jumlah sel pada suatu organisme. Pertumbuhan bersifat tidak dapat kembali (irreversible). Proses pertumbuhan biasanya diikuti oleh pertambahan berat tubuh. Pertumbuhan pada tumbuhan berbeda dengan hewan. Pertumbuhan pada tumbuhan terbagi menjadi dua. Pertumbuhan primer yang terdapat pada titik tumbuh akar dan titik tumbuh
4
batang, sedangkan pertumbuhan sekunder ditandai dengan bertambah besarnya diameter batang. Pada hewan, proses pertumbuhannya terbagi menjadi 2 tahap, yaitu tahap embrio dan tahap pasca embrio. Tahap embrio dimulai dari proses fertilisasi, kemudian terbentuk zigot yang mengalami proses pembelahan. Tahap embrio dikelompokkan menjadi beberapa fase, yaitu fase morula, fase blastula, fase grastula, fase diferensiasi, serta organogenesis. Pada tahap kedua yaitu tahap pasca embrio, terjadi pertumbuhan dan perkembahan hingga dewasa.
6. Mengeluarkan zat (metabolisme) Zat metabolisme adalah suatu zat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh. Proses pengeluaran zat ini disebut juga ekskresi. Zat sisa pada proses oksidasi antara lain uap air dan karbon dioksida. Zat sisa ini dikeluarkan melalui pernapasan. Pengeluaran zat hasil penyaringan kadar glukosa berupa urin. Dan pengeluaran urin dan keringat diatur dalam hipothalamus dalam otak.
7. Berkembang biak Berkembang biak adalah suatu cara makhluk hidup untuk
mempertahankan jenisnya agar tidak mengalami kepunahan. Setiap makhluk hidup memiliki organ reproduksi yang berbeda-beda dan masa waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu atau lebih keturunannya. Pada hewan dapat kita bedakan antara kelamin jantan dan betinanya. Perkembang biakan juga bisa terjadi secara internal maupun eksternal. Perkembang biakan pada hewan bisa terjadi dengan cara bertelur (ovipar), melahirkan (vivipar), dan bertelur melahirkan (ovovivipar). Pada tumbuhan perkembang biakan bisa terjadi secara alami (generatif) dan buatan (vegetatif). Perkembang biakan yang secara alami bisa melalui tunas, dan bunga. Pada bungan alat kelamin jantan pada benang sari dan alat kelamin betina pada putik. Proses perkembang biakan ini disebut
5
penyerbukan. Proses penyerbukan bisa dibantu oleh angin (anemogami), hewan (zoidiogami). Sedangkan perkembang biakan vegetatif adalah perkembang biakan yang sengaja dibuat manusia untuk memperolah hasil yang maksimal, seperti cangkok dan stek.
2.2. Asal Mula Kehidupan di Bumi Semua makhluk hidup tersusun atas sel. Berdasarkan bukti fosil yang ditemukan, sel telah ada milyaran tahun yang lalu. Para ilmuan berusaha menemukan jawaban mengenai asal-usul kehidupan. Melalui berbagai percobaan yang mereka lakukan, muncul berbagai teori yaitu : 1. Teori Abiogenesis Klasik Teori abiogenesis klasik disebut juga teori generatio spontanea. Teori tersebut menerangkan bahwa asal mula makhluk hidup dari benda mati. Orang menyususn teori ini berdasarkan fakta yang tidak terlalu sulit, seprti ikan berasal dari air dan katak berasal dari lumpur. Teori ini dianut sejak lama, tanpa memerlukan pengetahuan yang rumit, sesuai dengan tingkat pengetahuan manusia saat itu. Teori generatio spontanea dianut oleh ilmuan terdahulu, yaitu Aristoteles (384-322 SM). Teori ini diteguhkan pula oleh ilmuan belanda yaitu Antony Van Leuwenhoek pada tahun 1677. Leuwenhoek didukung oleh mikroskop memperlihatkan zat renik yang tumbuh dari jerami yang direndam. Dan kuman berasal dari udara dan makanan basi.
2.
Teori Biogenesis Teori biogenesis muncul sejak abad ke-19. Teori ini menyanggah teori abiogenesis klasik. Teori ini dikemukakan oleh Louis Pasteur, Lazzaro Spallanzani, dan Fansisco Redi. Pengamatan mereka yang lebih terencana, teliti dan sabar dalam bereskperimen membuktikan bahwa kuman yang tumbuh pada daging berasal dari induk kuman yang sudah ada sejak daging
basi. Jadi teori generatio spontanea dibantah dan digantikan dengan teori biogenesis.
Percobaan Fansisco Redi menggunakan sepotong daging yang ditempatkan pada tiga tabung yang sama. Yang membedakan hanya pada tabung pertama ditutup rapat, pada tabung kedua ditutup dengan kain kasa, dan tabung ketiga dibiarkan terbuka. Pada tabung pertama tidak terjadi kentak langsung dengan udara sehingga tidak terdapat belatung pada daging. Sedangkan pada tabung kedua dan ketiga terdapat belatung, karena adanya pengaruh udara dari luar.
Percobaan Lazzaro Spallanzani menggunakan dua tabung berisi air kaldu yang dipanaskan didiamkan selama beberapa hari. Pada tabung petama, setelah kaldu dipanaskan, tabung langsung ditutup rapat sehingga air kaldu tetep jernih. Pada tabung kedua, setelah kaldu dipanaskan, tabung dibiarkan terbuka sehingga air kaldu menjadi keruh. Hal ini terjadi karena adanya mikroba yang masuk dari udara luar.
Percobaan Louis Pasteur menggunakan tabung leher angsa berisi air kaldu yang dipanaskan didiamkan selama beberapa hari. Pada saat tabung dipanaskan dan dibiarkan berdiri dalam keadaan terbuka, tidak ada mikroba yang masuk. Kemudian tabung dimiringkan sehingga air kaldu sampai mendekati ujung lubang. Akhirnya mikroba dapat masuk ke dalam tabung tersebut dan air kaldu menjadi keruh.
Teori biogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya. Teori ini memiliki tiga semboyan, yaitu : Omne vivum ex ovo yang berarti semua makhluk hidup berasal dari telur. Omne ovum ex vivo yang berarti semua telur berasal dari makhluk hidup. Omne vivum ex vivo yang berarti semua makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya.
3.
Teori Abiogenesis Modern (Evolusi Kimia) Teori evolusi kimia menerangkan bahwa bahan-bahan organik berasal dari bahan anorganik yang mengalami perubahan secara perlahan-lahan. Teori ini dikemukan oleh A. J. Oparin dan J. B. S. Haldane pada tahun 1920. Dua orang ahli ini membuat postulat bahwa atmosfer bumi pada zaman purba memiliki kecenderungan menyintesis senyawa organik dari molekul anorganik, yaitu metana (CH4), ammonia (NH3), hidrogen (H2), dan air (H2O). Oparin dan haldane hanya membuat postulat tanpa didukung oleh bukti-bukti dari atmosfer zaman purba. Evolusi kimia terjadi sebelum evolusi biologi. Tahapan yang kemungkinan terjadi adalah sebagai berikut. 1) Pembentukan senyawa organik sederhana dari zat anorganik dengan bantuan energi kosmis di atmosfer : NH3+ + H2 + H2O + HCN urea, formaldehid, asetat, dan sebagainya. 2) Pembentukan senyawa kimia yang lebih kompleks : urea, formaldehid, asetat, dan sebagainya asam amino, glukosa, asam lemak, nukleotida. 3) Pembentukan senyawa kompleks dengan cara pelimerisasi senyama monomer organik. Asam amino polimer protein Glukosa polimer amilum, selulosa Asam lemak gliserol lemak Nukleotida RNA 4) Beberapa molekul sederhana dan molekul polimer menjadi agregat seluler. Beberapa molekul berfungsi secara struktual dan menjadi substrat reaksi untuk menghasilkan energi bagi reaksi-reaksi sintesis. 5) Beberapa molekul (nukelotida) mengalami polimerisasi menjadi RNA dan mampu bertindak sebagai enzim untuk sintesis, sekaligus mengarahkan jalannya reaksi-reaksi dalam kompartemen (koaservat atau protobion). 6) RNA menjadi cukup stabil untuk bertindak sebagai molekul pembawa informasi genetis
7) Reaksi-reaksi kimia agregat cikal bakal seluler tersebut tersekat atau terjebak dalam sekat hidrofobik (lemak) dan ini menjadi cikal bakal sel. Pada tahun 1953, Stanley Miller dan Harold Urey melakukan percobaan laboratorium untuk membuktikan hipotesis Oparin dan Haldane. Percobaan itu pada dasarnya memenuhi syarat-syarat atmosfer purba untuk terjadinya senyawa organik sederhana dari zat anorganik sederhana. Hanya saja dalam percobaanya, mereka menggunakan loncatan listrik segabai ganti sinar kosmis. 4. Teori Panspermia Teori ini menerangkan bahwa terbentuknya senyawa organik berasal dari meteorit dan komet yang masuk ke atmosfer bumi sambil membawa zatzat organik yang diperluakn bagi evolusi makhluk hidup. Molekul organik itu telah terbentuk dari proses abiotik di luar angkasa. Beberapa material organik (asam amino) memang telah ditemukan pada meteorit yag masuk ke bumi. Teori ini memberikan dukungan terhadap teori generatio spontanea yang menyatakan bahwa sel organik berasal dari benda mati.
5.
Teori Evolusi Biologi Teori evolusi biologi menyatakan bahwa makhluk hidup pertama merupakan hasil dari evolusi molekul anorganik (Evolusi Kimia) yang kemudian berkembang menjadi struktur kehidupan (sel). Molekul yang dihasilkan secara abiotik disebut protobion. Sel-sel hidup dapat berasal dari protobion. Protobion tidak dapat melakukan reproduksi namun dapat mempertahankan lingkungan kimia di dalamnya dari pengaruh lungkungan luar. Protobion menunjukkkan ciri-ciri hidup lainnya, yaitu mengalami metabolisme. Ada beberapa tipe protobion, yaitu koaservat, mikrosfir, dan liposom. Protobion ini selanjutnya menjadi sebuah RNA. Sel purba memiliki struktur dan metabolisme yang sangat sederhana. Transisi dari RNA ke DNA terjadi karena DNA merupakan tempat penyimpanan informasi genetik yang lebih
9
stabil dibandingkan RNA. Sesudah DNA disintesis, RNA kemudian berperan sebagai molekul intermediet pada tahap sintesis protein.
2.3. Sejarah Perkembangan Makhluk Hidup Sel Prokariotik (kingdom monera) Protobion dianggap sebagai bahan dasar pembentuk sel purba atau disebut progenot. Progenot merupakan cikal bakal universal segala jenis sel yang ada sekarang. Progenot berkembang menjadi sel prokariotik purba seperti archaebacteria. Archaebacteria merupakan bakteri yang beradaptasi terhadap suhu sekitar 100oC, kadar garam tinggi, atau kadar asam tinggi. Archaebacteria bersifat anaerob, memiliki dinding sel yang tersusun dari berbagai jenis protein, memiliki pigmen fotosintetik berupa bakteriodopsin, dan mampu menghasilkan ATP sendiri. Kelompok sel yang lain yaitu eubacteria, merupakan bakteri yang hidup dalam lingkungan yang tidak ekstrim. Eubacteria bersifat aerob dan anaerob, memiliki dinding sel yang tersusun dari peptidoglikan, memiliki pigmen fotosintetik berupa bakterioklorofil, dan mampu menghasilkan ATP secara lebih efisien karena sistem transpor elektronnya lebih berkembang. Kemudian kelompok cyanobacteria, merupakan organisme prokariota yang warna tubuhnya biru kehijauan. Hal ini disebabkan oleh pigmen fikosianin (biru) dan klorofil. Oleh karena itu, semua anggota cyanobacteria bersifat fotoautotrof. Namun, tidak semua cyanobacteria berwarna hijau. Ada juga yang berwarna kuning, cokelat, merah, dan hitam. Sel Eukariotik (kingdom protista, kingdom fungi, kingdom plantae, dan kingdom animalia) Protista merupakan sel uniselular dengan setiap sel membentuk sebuah organisme sempurna yang dapat melakukan seluruh fungsi utama kehidupan seperti proses pencernaan makanan dan proses pembuangan zat sisa.
10
Kebanyakan protista bereproduksi secara aseksual melalui pembelahan mitosis sel. Beberapa protista juga melakukan reproduksi seksual dengan konjugasi (apabila lingkungan di sekitar sesuai). Protista membentuk spora ataupun sista untuk bertahan di lingkungan yang tidak sesuai. Protista terbagi menjadi tiga yaitu jamur protista, protozoa, dan alga. Protista terbagi menjadi tiga filum yaitu myxomycota (jamur lendir plasmodial), acrasiomycota (jamur lendir selular), dan oomycota (jamur air). Protozoa terbagi lagi menjadi empat filum yaitu rhizopoda (sarcodina), flagellata (mastigophora), ciliata (infusoria), dan sporozoa. Alga terbagi lagi menjadi empat filum yaitu alga hijau (clorophyta), alga merah (rhodophyta), alga cokelat (phaeophyta), dan alga keemasan (chrysophyta). Jamur dapat hidup di berbagai substrat, baik di darat, perairan maupun udara. Jamur mendapatkan makanan melalui penyerapan nutrisi dari lingkungan. Untuk memenuhi kebutuhan makanan, jamur hidup sebagai saprofit, parasit dan melakukan simbiosis dengan hewan , tumbuhan, dan protista. Kebanyakan jamur bereproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi seksual umumnya lebih penting karenaindividu yang dihasilkan lebih banyak. Reproduksi seksual melibatkan penyatuan gamet jantan dan betina (melalui isogami, anisogami, dan oogami). Ada tiga cara jamu bereproduksi secara aseksual. Pertama, fragmentasi, satu bagian jamur akan patah dan individu baru akan tumbuh. Kedua, dengan cara pembentukan tunas, sebuah tunas kecil akan terlepas dari sel induk dan tumbuh menjadi individu baru. Ketiga, dengan cara pembentukan spora aseksual, misalnya konidia dan sporangiospora. Jamur diklasifikasikan menjadi 5 divisi berdasarkan ciri reproduksinya. Zygomycota, Klasifikasi jamur tersebut adalah
Chytridiomycota, Deuteromycota.
Ascomycota,
Basidiomycota,
Tumbuhan (kingdom plantae) merupakan eukariota multiselular yang memiliki kemampuan untuk membuat makanan sendiri (autrotrof). Tumbuhan memiliki kloroplas yang mengandung pigmen klorofil. Sel
11
tumbuhan memiliki dinding sel yang tersusun atas selulosa. Struktur tubuh tumbuhan juga sudah terdiferensiasi membentuk jaringan dan organ tubuh. Kingdom Plantae terdiri atas Bryophyta (tumbuhan lumut), Pteridophyta (tumbuhan paku), dan Spermatophyta (tumbuhan berbiji). Lumut merupakan tumbuhan darat pertama dengan susunan yang masih sangat sederhana. Secara khusus, lumut dikenal sebagai tumbuhan tidak berpembuluh. Lumut kebanyakan ditemukan ditempat lembap. Lumut tidak memiliki organ tubuh sebenarnya. Lumut dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi secara seksual dapat terjadi melalui peleburan gamet jantan dan betina, sedangkan aseksualnya melalui fragmentasi dan pembentukan gema (kuncup tunas). Pada umumnya dikenal 3 kelas tumbuhan lumut, yaitu Bryopsida (lumut daun), Hepaticopsida (lumut hati), Anthoceropsida (lumut tanduk). Tumbuhan paku termasuk tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta). Tumbuhan paku juga disebut tumbuhan berkormus, artinya sudah memiliki akar, batang, dan daun sebenarnya. Tumbuhan paku juga mengalami metagenesis. Pada umumnya, daun yang telah tua akan membentuk alat reproduksi berupa sorus pada sisi bagian bawah daun. Tumbuhan paku dikelompokkan dalam empat divisi, yaitu Psilotophyta, Lycopodophyta, Equisetophyta, dan Pterophyta. Tumbuhan berbiji merupakan tumbuhan yang dapat ditemukan di bebagai habitat. Salah satu ciri utama tumbuhan berbiji adalah dapat menghasilkan biji. Di dalam biji biasanya disimpan embrio beserta cadangan makanan (endosperma). Spermatophyta dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok utama, yaitu Gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka) dan Angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup). Karangan bunga Gymnospermae berbentuk strobilus (runjung). Gymnospermae dapat dikelompokkan menjadi empat divisi, yaitu Cycadophyta, Ginkgophyta, Pinophyta, dan Gnetophyta. Tumbuhan Angiospermae memiliki struktur reproduksi yang sudah dilengkapi oleh perhiasan bunga. Ovul terlindung
12
di dalam karpel, yang nantinya akan membentuk buah. Berdasarkan jumlah keping yang dimilikinya, angiospermae dibedakan menjadi Monocotyledonia (monokotil, berkeping biji satu) dan Dicotyledonea (dikotil, berkeping biji dua). Salah satu kelompok penghuni bumi adalah hewan. Kelompok hewan menjadi satu dalam kingdom Animalia. Suatu organisme dapat dikatakan hewan apabila memenuhi beberapa syarat berikut ini: 1. Tidak berklorofil dan bersifat heterotrof karena tidak dapat menyintesis makanan sendiri. 2. Pada seluruh atau sebagian dari kehidupannya hewan mampu berpindah tempat atau menggerakkan satu bagian tubuhnya yang berhubungan dengan bagian yang lain. 3. 4. Multiselular Memiliki sel bernukleus, tetapi tidak memiliki dinding sel. Kingdom Animalia terbagi menjadi sepuluh filum, yaitu filum Porifera, filum Coelenterata, filum Platyhelminthes, filum Nemathelminthes
(Nematoda), filum Annelida, filum Mollusca, filum Arthropoda, filum Echinodermata, dan filum Chordata. Hewan dapat diklompokkan
berdasarkan ada tidaknya tulang belakang, tipe simetri tubuh, jumlah lapisan benih, tipe rongga tubuh dan cara mengaturan suhu tubuh. Berdasarkan Ada Tidaknya Tulang Belakang 1. Invertebtata, yaitu hewan yang tidak memiliki tulang belakang, terdiri atas Porifera, Coelenterata, Platyhelminthes,
Nemathelminthes, Annelida, Mollusca, Arthropoda, Echinodermata, dan sebagian Chordata. 2. Vertebrata, yaitu hewan yang memiliki tulang belakang. Hampir semua vertebrata ada di dalam filum Chordata.
13
Berdasarkan Tipe Simetri Tubuh 1. Asimetri (misalnya spons) tidak memiliki rancangan umu tubuh atau aksis simetri yang membagi tubuh menjadi separuh bagian. Dalam dunia hewan, hal tersebut tampak sebagai kondisi primitif. 2. Simetri Bilateral (misalnya vertebrata), jika tubuh hewan terbagi menjadi dua bagian yang sama oleh pemotongan yang melalui garis tengah yang sejajar dengan panjang tubuh (arterior-pasterior) hewan tersebut. 3. Simetri Radial (misalnya bintang laut), jika tubuh hewan terbagi menjadi dua bagian yang sama oleh setiap pemotongan yang melalui titik tengah organisme. Berdasarkan Jumlah Lapisan Benih 1. Diplobastik adalah hewan yang selama perkembangan embrio memiliki dua lapis jaringan utama, yaitu ektoderm dan endoderm. Contohnya Porifera dan Coelenterata. 2. Tripoblastik adalah hewan yang selama perkembangan embrio memiliki tiga lapis jaringan utama, yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm. Seluruh hewan (kecuali Porifera dan Coelenterata) termasuk tripoblastik Berdasarkan Tipe Rongga Tubuh (Selom) 1. Aselomata adalah hewan yang tidak memiliki selom. Contohnya Platyhelminthes (cacing pipih). 2. Pseudoselomata adalah hewan yang memiliki pseudoselom (rongga semu). Rongga tubuhnya tidak dilapisi oleh lapisan mesoderm. Contohnya Nemathelminthes (cacing gilig). 3. Selomata adalah hewan yang mmiliki selom sebenarnya. Seluruh ruangan antara ektoderm dan endoderm dilapisi oleh lapisan mesoderm. Contohnya vertebrata dan invertebrata (kecuali cacing pipih dan cacing gilig).
14
Berdasarkan Cara Pengaturan Suhu Tubuh 1. Hewan poikiloterm (heteroterm atau ektoterm) adalah hewan yang mengatur suhu tubuhnya secara bervariasi sesuai dengan suhu lingkungan. Hewan ini disebut juga hewan berdarah dingin. Contohnya cacing, reptil, dan serangga. 2. Hewan homeoterm (homoterm atau endoterm) adalah hewan berdarah panas yang dapat menjaga suhu tubuhnya agar konstan, meskipun lingkungan bervariasi. Contohnya mamalia dan burung.
2.4. Proses Persebaran Makhluk Hidup Pada dasarnya hewan dan tumbuhan sudah menempati suatu tempat tertentu (habitat aslinya). Namun, sebagian besar hewan dan tumbuhan mengalami perubahan struktur yang disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut ada yang terjadi secara alamiah dan ada juga yang terjadi karena campur tangan manusia. Berikut ini adalah beberapa faktor yang menjadi awal suatu proses persebaran Makhluk hidup yang ada di dunia ini. 1. Iklim (klimatik) Iklim berpengaruh besar terhadap kehidupan. Akibat perubahan iklim banyak mahluk hidup yang harus beradpatasi ataupun berpindah tempat ke tempat yang lain. Hal inilah yang menyebabkan banyak spesies dari makhluk hidup bermigrasi dari tempat asalnya. Contohnya burung finch yang habitat asalnya di Benua Amerika kini tersebar ke seluruh dunia akibat adanya perubahan iklim disana waktu itu.
2.
Terjadi Bencana Alam Pada dasarnya bencana alam adalah kejadian alami yang terjadi akibat pergerakan lapisan bumi, tanah longsor, dan banjir. Hal ini dapat
menyebabkan banyak sebagian makhluk hidup melakukan perpindahan tempat (migrasi). Hal ini biasanya sering terjadi di daerah pengunungan, pinggiran pantai dan di kota yang padat penduduk. Bencana alam ini tidak
15
dapat dihindari sehingga harus bagaimanapun makhluk hidup yang berpindah tempat. Makhluk hidup yang berada menetap di daerah asalnya mungkin akan mati atau mengalami perubahan struktur tubuhnya yang berbeda dari bentuk aslinya.
3.
Tidak Adanya Isolasi Geografis Isolasi Georafis merupakan batas alam. Apabila batas alam ini tidak dilewati maka tidak akan ada makhluk hidup yang mampu menghasilkan jenis baru di tempat yang baru. Hal ini terjadi karena makhluk hidup tersebut hanya akan melakukan perkawinan dengan sesama jenisnya yang ada ditempat tersebut. Namun dengan tidak adanya isolasi geografis ini, maka makhluk hidup yang ada dapat berpindah ke segala tempat tanpa ada batasan wilayah. Mereka dapat bermigrasi ketempat yang beda dari tempat asalnya.
4.
Terbawa Arus Air Hal ini terjadi secara alami. Biasanya hal ini terjadi pada saat musim kawin (pada saat bertelur). Telur ikan yang ada di suatu tempat tersebut terbawa ombak dan tumbuh menjadi ikan di tempat yang beda. Akibat perbedaan suhu, kelembapan dan kadar garam dalam air, ikan yang tumbuh di tembat yang baru ini memiliki perbedaan dengan induk di tempat asalnya. Hal ini menyebabkan perbedaan spesies dan persebaran spesies yang terjadi secara tidak langsung.
5.
Adanya Kebakaran Hutan Kebakaran hutan ini dapat menyebabkan perubahan struktur ekosistem hutan. Akibatnya banyak tumbuhan yang mati. Hal ini berpengaruh pada keadaan hewan didalam hutan tersebut. Apabila tumbuhan di hutan habis, maka sumber makanan hewan disana juga habis, akibatnya banyak hewan yang berpindah ke kota ataupun ke pantai.
16
6.
Dibentuknya Kebun Binatang. Kebun binatang mengoleksi dan melestarikan berbagai satwa yang ada. hal ini yang dapat menyebabkan persebaran hewan diseluruh dunia. Hewan yang ada di habitat asalnya sengaja dipindahkan ke habitat yang baru karena untuk menambah koleksi dan melestarikan jenisnya. Ini adalah upaya manusia untuk menciptakan variasi spesies yang ada di suatu tempat. Dampak ini sangat berpengaruh besar, karena adanya campur tangan manusi dalam proses migrasinya.
2.5. Keanekaragaman Makhluk Hidup Keanekaragaman hayati atau yang lebih dikenal dengan istilah biodiversitas adalah keseluruhan variasi makhluk hidup, baik bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat, yang dapat ditemukan pada tingkat gen, spesies, maupun tingkat ekosistem. Dengan demikian, perbedaan antara berbagai organisme ataupun ekosistem disebabkan adanya variasi yang dimiliki oleh masing-masing organisme dan ekosistem. 1. Keanekaragaman Tingkat Gen Keanekaragaman Tingkat Gen adalah keanekaragaman atau variasi yang dapat ditemukan diantara organisme dalam satu spesies. Misalnya, beberapa perbedaan ciri dan sifat yang ditemukan di antara sesama manusia. Walaupun sama-sama dalam satu spesies, yaitu Homo Sapiens, tetapi diantara kita memiliki bentuk hidung, mata, rambut, tinggi tubuh, warna kulit, ataupun kecerdasan yang berbeda. Keanekaragaman tingkat gen juga ditunjukkkan di antara jeruk keprok garut, jeruk keprok medan, dan jeruk keprok pontianak. Perbedaan kondisi habitat juga mendukung adanya perbedaan ciri dan sifat pada organime. Misalnya, dua pohon rambutan satu spesies yang secara kebetulan hidup di dua tempat dengan kondisi lingkungan yang berbeda dapat memiliki fenotipe yang berbeda.
17
2.
Keanekaragaman Tingkat Spesies Keanekaragaman Tingkat Spesies (jenis) adalah keanekaragaman yang ditemukan ditemukan di antara organisme yang tergolong dalam spesies yang berbeda. Misalnya, keanekaragaman di antara tamaman padi, jagung mangga dan kelapa ataupun di antara kucing, ayam, dan burung merpati. Contohnya pada berbagai jenis kucing, yaitu kucing rumah (Felis catus), singa (Panthera leo), citah (Acinonyx jbatus), kucing lynx (Felis lynx), Macan tutul (Panthera onca), dan harimau (panthera tigris).
3.
Keanekaragaman Tingkat Ekosistem Keanekaragaman Tingkat Ekosistem adalah keanekaragaman yang dapat ditemukan di antara ekosistem. Sususnan biotik dan abiotik setiap jenis ekosistem di permukaan bumi tidaklah sama. Lingkungan abiotik sangat berpengaruh terhadap komposisi biotik suatu ekosistem. Oleh karena itu, dua wilayah dengan kondisi abiotok yang berbeda umumnya mengandung komposisi organisme yang berbeda pula.
18
BAB III PENUTUP Kesimpulan Makhluk hidup dibagi menjadi tiga, yaitu tumbuhan, hewan, dan manusia. Ciri-ciri makhluk hidup diantaranya sebagai berikut: bergerak, makan, bernapas, iritabilitas (menanggapi rangsang), tumbuh dan berkembang, mengeluarkan zat (metabolisme), dan berkembang biak Bergerak adalah proses peralihan tempat atau kedudukan, baik hanya sekali maupun berkali-kali. Hewan, manusia dan tumbuhan melakukan gerak. Macam-macam gerak yang terjadi pada tumbuhan, yaitu: endonom, esionom, higroskopis, dan kompleks. Bernapas (respirasi) yaitu suatu proses untuk menghirup oksigen dari lingkungan dan mengeluarkan gas karbon dioksida serta uap air ke lingkungan. Pertumbuhan adalah pertambahan jumlah sel pada suatu organisme. Pertumbuhan bersifat tidak dapat kembali (irreversible). Zat metabolisme adalah suatu zat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh. Proses pengeluaran zat ini disebut juga ekskresi. Berkembang biak adalah suatu cara makhluk hidup untuk
mempertahankan jenisnya agar tidak mengalami kepunahan. Perkembang biakan pada hewan bisa terjadi dengan cara bertelur (ovipar), melahirkan (vivipar), dan bertelur melahirkan (ovovivipar). Pada tumbuhan perkembang biakan bisa terjadi secara alami (generatif) dan buatan (vegetatif). Semua makhluk hidup tersusun atas sel. Teori abiogenesis klasik disebut juga teori generatio spontanea. Teori tersebut menerangkan bahwa asal mula makhluk hidup dari benda mati.
19
Teori generatio spontanea dikemukakan oleh Aristoteles (384-322 SM) dan diteguhkan oleh Antony Van Leuwenhoek pada tahun 1677. Teori biogenesis muncul sejak abad ke-19 dan menyanggah teori abiogenesis klasik. Teori ini dikemukakan oleh Louis Pasteur, Lazzaro Spallanzani, dan Fansisco Redi. Teori biogenesis memiliki tiga semboyan, yaitu : Omne vivum ex ovo yang berarti semua makhluk hidup berasal dari telur, Omne ovum ex vivo yang berarti semua telur berasal dari makhluk hidup, Omne vivum ex vivo yang berarti semua makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya. Toeri evolusi kimia menerangkan bahwa bahan-bahan organik berasal dari bahan anorganik yang mengalami perubahan secara perlahan-lahan. Teori ini dikemukan oleh A. J. Oparin dan J. B. S. Haldane pada tahun 1920 dan Stanley Miller dan Harold Urey Pada tahun 1953. Teori panspermia menerangkan bahwa terbentuknya senyawa organik berasal dari meteorit dan komet yang masuk ke atmosfer bumi sambil membawa zat-zat organik yang diperluakn bagi evolusi makhluk hidup. Teori evolusi biologi menyatakan bahwa makhluk hidup pertama merupakan hasil dari evolusi molekul anorganik (Evolusi Kimia) yang kemudian berkembang menjadi struktur kehidupan (sel). Makhluk hidup pertama adalah berupa sel prokariotik purba seperti archaebacteria, eubacteria, dan cyanobacteria (kingdom monera) dan kemudian berkembang menjadi Sel Eukariotik yang terdiri dari empat kingdom, yaitu kingdom protista, kingdom fungi, kingdom plantae, dan kingdom animalia. Faktor yang menyebabkan persebaran makhluk hidup diantaranya iklim, terjadinya bencana alam, tidak adanya isolasi geografis, terbawa arus air, terjadinya kebakaran hutan, dan adanya kebun binatang. Keanekaragaman hayati atau yang lebih dikenal dengan istilah biodiversitas adalah keseluruhan variasi makhluk hidup, baik bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat, yang dapat ditemukan pada tingkat gen, spesies, maupun tingkat ekosistem.
20
DAFTAR PUSTAKA Campbell, N.A., J.B. Reece and L.G. Mitchell. 2003. Biologi 5th ed. Penerbit Erlangga, Jakarta. Aryulina, Diah, dkk. 2007. Biologi 3 SMA & MA. Esis, Jakarta. Sumarwan, Sumartini dan Kusmayadi. 2004. Sains Biologi SMP Jilid 1A. Penerbit Erlangga, Jakarta. Syamsuri, Istamar, dkk. 2002. IPA Biologi Jilid 1 untuk SLTP. Penerbit Erlangga, Jakarta. Priadi, Arif. 2008. Biology 1 for Senior High School. Yudhistira, Jakarta.
21