Anda di halaman 1dari 13

Definisi 'adab' Indonesian to Indonesian

noun
1. kehalusan dan kebaikan budi pekerti; kesopanan; akhlak: ayahnya terkenal sbg orang yg tinggi -- nya; beradab v 1 mempunyai adab; mempunyai budi bahasa yg baik; berlaku sopan:perbuatannya spt kelakuan orang yg tidak ~; 2 telah maju tingkat kehidupan lahir batinnya: bangsa-bangsa yg telah ~; mengadabi v memperlakukan dng sopan; menghormati: sbg orang sopan kita harus ~ sesama manusia; peradaban n 1 kemajuan (kecerdasan, kebudayaan) lahir batin: bangsa-bangsa di dunia ini tidak sama tingkat ~ nya; 2 hal yg menyangkut sopan santun, budi bahasa, dan kebudayaan suatu bangsa; memperadabkan v mengusahakan supaya beradab; meningkatkan taraf hidup; membudayakan: Pemerintah berusaha ~ suku-suku bangsa terasing; keadaban n ketinggian tingkat kecerdasan lahir batin; kebaikan budi pekerti (budi bahasa dsb): melanggar ~ manusia

SUBAK ( IRIGASI )

Subak adalah organisasi kemasyarakatan yang khusus mengatur sistem pengairan sawah yang digunakan dalam cocok tanam padi di Bali, Indonesia. Subak ini biasanya memiliki pura yang dinamakan Pura Uluncarik, atau Pura Bedugul, yang khusus dibangun oleh para petani dan diperuntukkan bagi dewi kemakmuran dan kesuburan dewi Sri. Sistem pengairan ini diatur oleh seorang pemuka adat yang juga adalah seorang petani di Bali. Revolusi hijau telah menyebabkan perubahan pada sistem irigasi ini, dengan adanya varietas padi yang baru dan metode yang baru, para petani harus menanam padi sesering mungkin, dengan mengabaikan kebutuhan petani lainnya. Ini sangatlah berbeda dengan sistem Subak, di mana kebutuhan seluruh petani lebih diutamakan. Metode yang baru pada revolusi hijau menghasilkan pada awalnya hasil yang melimpah, tetapi

kemudian diikuti dengan kendala-kendala seperti kekurangan air, hama dan polusi akibat pestisida baik di tanah maupun di air. (en) [1] Akhirnya ditemukan bahwa sistem pengairan sawah secara tradisional sangatlah efektif untuk menanggulangi kendala ini. Subak telah dipelajari oleh Clifford Geertz, sedangkan J. Stephen Lansing telah menarik perhatian umum tentang pentingnya sistem irigasi tradisional. Ia mempelajari pura-pura di Bali, terutama yang diperuntukkan bagi pertanian, yang biasa dilupakan oleh orang asing. Pada tahun 1987 Lansing bekerja sama dengan petanipetani Bali untuk mengembangkan model komputer sistem irigasi Subak. Dengan itu ia membuktikan keefektifan Subak serta pentingnya sistem ini.

SUPRA INSUS

Supra Insus bertujuan untuk melestarikan swasembada pangan yang telah dicapai pada tahun 1984. Maka sejak tahun 1987 diterapkan program intensifikasi Supra Insus di bidang pertanian tanaman pangan untuk meningkatkan produktivitas tanaman khususnya padi, sekaligus meningkatkan pendapatan petani. Alat utama yang menjadi ciri Supra Insus adalah kerjasama, sedangkan alat struktural penyelenggara adalah organisasi Bimas. Untuk mengkoordinasikan kerja sama yang akan menentukan keerhasilan program Supra Insus ini diperlukan sistem pengelolaan yang tepat, baik pada tingkat aparatur pemerintah maupun tingkat kelembagaan petani.

Keberhasilan penyelenggaraan program intensifikasi Supra Insus sangat ditentukan oleh tiga unsur strategis, yaitu pengelolaan irigasi, pengelolaan penyuluhan dan pengelolaan kelompok tani. Dapat dikatakan bahwa semakin baik pengelolaan irigasi maka akan semakin mendorong keberhasilan program Intensifikasi Supra Insus, semakin baik kerja sama antar kelompok tani maka akan semakin baik pengadopsian program intensifikasi Supra Insus dan pengelolaan irigasi petani.

Analisis SWOT terhadap sistem pengelolaan irigasi, penyuluhan dan kelomppok tani adalah sebagai berikut: 1. Pengelolaan Irigasi: Pembagian golongan air adalah factor kekuatan sistem ini, namun kelemahannya

adalah belum seluruh organisasi P3A Mitra Cai berjalan seperti yang diharapkan. Kursus-kursus pengairan merupakan peluang bagi terciptanya keadaan pengairan yang lebih baik. Namun dalam sistem ini terdapat

ancaman yaitu terjadi keterlambatan waktu tanam oleh petani sehingga menimbulkan masalah-masalah pengairan. 2. Pengelolaan Penyuluhan : Faktor kekuatan pengelolaan penyuluhan adalah kerjasama yang cukup baik

antar pihak pengelola dengan petani dan peran serta yang tinggi dari petani dan peran sserta yang tinggi dari petani dalam kegiatan ini. Namun metode penyuluhan yang belum memenuhi kebutuhan petani merupakan factor kelemahannya. Untuk keragaan Supra Insus di masa dating , kursus-kursus pertanian merupakan peluang yang baik. Namun di sisi lain kurangnya pendekatan PPL terhadap petani merupakan ancaman yang cukup berpengaruh. 3. Pengelolaan Kelompoktani : Faktor kekuatan pengelolaan kelompok tani adalah peran serta yang cukup baik dalam kegiatan kerja sama. Namun kerja sama tersebut hanya terbatas pada kegiatan usaha tani di lapang, sehingga belum ada kegiatan pemupukan modal kelompok dan sebagainya. Penilaian kelompok tani dilakukan oleh PPL dan disertai pertandingan-pertandingan antar kelompok tani merupakan peluang untuk mendorong kelompok tani lebih maju. Ancaman bagi kelompok tani ini adalah belum semua kelompok tani berfungsi sebagaimana mestinya.

Dalam sistem pengelolaan Supra Insus ini, para aparat pemerintah sebagai pihak pengelola masih sangat besar peranannya dalam mendorong dan membina petani, karena memang hal ini masih sangat diperlukan mengingat perkembanhan kelompok tani yang pada umumnya masih rendah. Di sisi lain KUD belum dapat berfungsi secara penuh dalam menunjang penyelenggaraan program Supra Insus ini. Sistem pengelolaan Supra Insus yang telah di terapkan telah menunjukkan hasil, yaiu peningkatan produktivitas usaha tani dan pendapatan petani , jika dibandingkan dengan keadaan sebelum Supra Insus. Namun pencapaian tersebut belum mencapai sasaran yang diharapkan, sehingga untuk keragaan Supra Insus yang lebih baik di masa dating diperlukan adanya perbaikan dalam sistem pengelolaan Supra Insus.

Untuk mencapai hal tersebut perlu diciptakan jalinan komunikasi yang lebih baik erat antara pihak pengelola dengan petani, misalnya melalui peningkatan kunjungan pengelola ke lapang, peningkatan frekuensi pertemuan sejenis penyuluhan, dalam suasana yang dapat mendorong petani untuk mengemukakan pendapat dan masalah-masalah yang dihadapi. Dengan demikian diharapkan akan tercapai suatu keselarasan gerak

antara petani dengan pihak pengelola.

PEKARANGAN

FUNGSI HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA

Ditinjau dari segi sosial budaya, dewasa ini nampak ada kecenderungan bawa pekarangan dipandang tidak lebih jauh dari fungsi estetikanya saja. Pandangan seperti ini nampak pada beberapa anggota masyarakat pedesaan yang elah maju, terlebih pada masyarakat perkotaan. Yaitu, dengan memenuhi pekarangannya dengan tanaman hias dengan dikelilingi tembok atau pagar besi dengan gaya arsitektur modern. Namun, bagi masyarakat pedesaan yang masih murni, justru masih banyak didapati pekarangan yang tidak berpagar sama sekali. Kalaupun berpagar, selalu ada bagian yang masih terbka atau diberi pinu yang mudah dibuka oleh siapapun dengan maksud untuk tetap memberi keleluasaan bagi masyarakat umum untuk keluar masuk pekarangannya. Nampaknya, bagi masyarakat desa, pekarangan juga mempunyai fungsi sebagai jalan umum (lurung) antar tetangga, atar kampung, antar dkuh, ahkan antar desa satu dengan yang lainnya. Di samping itu, pada setiap pekarangan terdapatpelataran (Jawa) atau buruan (Sunda) yang dapat dipergunakan sebagai tempat bemain anak-anak sekampung. Adanya kolam tempat mandi atau sumur di dalam pekarangan, juga dapat dipergunakan oleh orang-orang sekampung dengan bebas bahkan sekaligus merupakan tempat pertemuan mereka sebagai sarana komunikasi masa (Soemarwoto, 1978). Jadi, bagi masyarakat desa yang asli, pekarangan bkanlah milik pribadi yangeksklusif, melainkan juga mempunai fungsi sosial budaya di mana anggota masyarakat (termasuk anak-anak) dapat bebas mempergunakannya untuk keperluan-keperluan yang bersifat sosial kebudayaan pula.

FUNGSI HUBUNGAN EKONM

Selain fungsi hubungan sosial budaya, pekarangan juga memiliki fungsi hubungan ekonomi yang tidak kecil artinya bagi masyarakat yang hidup di pedesaan. Dari hasil survey pemanfaatan pekarangan di Kalasan, disimpulkan oleh Danoesastro (1978), sedikitnya ada empat fungsi pokok yang dipunyai pekarangan, yaitu (Tabel 1): sebagai sumber bahan makanan, sebagai penhasil tanaman perdagangan, sebagai penghasl tanaman rempah-rempah atau obatobatan, dan juga sumber bebagai macam kayu-kayuan (untuk kayu nakar, bahan bangunan, maupun bahan kerajinan).

Tabel 1. Daftar berbagai macam tanaman di pekarangan petani di kelurahan Sampel, dikelompokkan menurut fungsina (Kecamatan Kalasan).

No. I

Golongan Tanaman Sumber bahan makanan tambahan : 1. Tanaman karbohdrat 2. Tanaman sayuran 3. Buah-buahan 4. Lain-lain

Macam Tanamannya

II III IV

Tanaman perdagangan Rempah-rempah, obat-obatan. Kayu-kayuan: 1. Kayu bakar 2. Bahan bangunan 3. Bahan kerajinan

Ubikayu, ganyong, uwi, gembolo, tales,garut dll. Mlinjo, koro, nangka, pete. Pepaya, salak, mangga, jeruk, duku, jambu, pakel, mundu, dll. Sirih. Kelapa, cengkeh, rambutan. Jahe, laos, kunir, kencur, dll. Munggur, mahoni, lmtoro. Jati, sono, bambu, wadang. Bambu, pandan, dll.

Sumber: Danoesastro, 1978.

Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebutlah, maka Danoesastro (1977) sampai pada kesimpulan bahwa bagi masyarakat pedesaan, pekarangan dapat dipandang sebagai lumbung hidup yang tiap tahun diperlukan untuk mengatasi paceklik, dan sekaligus juga merupakan terugval basis atau pangkalan induk yang sewaktu-waktu dapat dimabil manfaatnya apabila usahatani di sawah atau tegalan mengalami bencana atau kegagalan akibat serangan hama/penyakit, banjir, kekeringan dan bencana alam yang lain.

FUNGSI HUBUNGAN BIOFISIKA

Pada pandangan pertama, bagi orang kota yang baru pertama kali turun masuk desa, akan nampak olehnya sistem pekarangan yang ditanami secara acak-acakan dengan segala macam jenis tanaman dan sering pula menimbukan kesan menjijikkan karena adanya kotoran hewan ternak di sana sini. Namun, dalam penelitian menunjukkan, bahwa keadaan serupa itu adalah merupakan manifestasi kemanunggalan manusia dengan lingkungannya sebagaimana yang telah diajarkan nenek moyangnya. Di daerah Sunda misalnya, tetapi terdapat pandangan ang oleh Hidding (1935) disebutkan:

Manusia adalah bagian dalam dan dari satu kesatuan yang besar ..........Semua mempunai tempatna sendiri dari tidak ada sesuatu yang berdiri sendiri.....

Dalam teori kebatinan Jawa, disebutkan bahwa sesuatu yang ada dan yang hidup pada pokoknya satu dan tunggal. Bahkan, justru pola pengusahaan pekarangan seperti itulah ternyata, yang secara alamiah diakui sebagi persyaratan demi berlangsungnya proses daur ulang (recycling) secara natural (alami) yang paling efektif dan efisien, sehingga pada kehidupan masyarakat desa tidak mengenal zat buangan. Apa yang menjadi zat buangan dari suatu proses, merupakan sumberdaya yang dipergunakan dalam proses berikutnya yang lain. Sebagai contoh, segala macam sampah dan kotoran ternak dikumpulkan menjadi kompos untuk pupuk tanaman. Sisa dapur, sisa-sisa makanan, kotoran manusia dan ternak dibuang ke kolam untuk dimakan ikan. Ikan dan hasil tanaman (daun, bunga, atau buahnya) dimakan manusia, kotoran manusia dan sampah dibuang ke kolam atau untuk kompos, demikian seterusnya tanpa berhenti dan berulang-ulang. Dengan demikian kalaupun dalam proses kemajuan peradaban manusia ada sesuatu yang perlu diperbaki seperti: pembuatan jamban Keluarga di atas kolam, sistem daur ulang yang tidak baik dan efisiensi harus tetap terjaga kelangsungannya.

DAMPAK MODERNISASI YANG MEMPRIHATINKAN

Tetapi sayang, berbaai fungsi dari pekarangan yang begitu kompleks dan mencakup banyak segi kehidupan manusia serta pelestarian lingkungan itu kan mengalami erosi yang memprihatinkan karena sering hanya dijadikan korban untuk memenuhi alasan modernisasi. Proyek-proyek pembangunan industri dan prasarana lain di desa pinggiran sering kurang memperhitungkan bahwa, pembangunan kompleks perumahan karyawannya yang terlampau mewah dibandingkan dengan perumahan penhuni asli dan yang dipagar keliling rapat serta mewah pula itu merupakan isolasi bagi masyarakat penatang dengan lingkungannya yang bisa menimbulkan ketegangan sosial dan kriminalitas. Lebih-lebih jika pembangunan itu sendiri membutuhkan tanah urug yang harus diambilkan dari tanah lapisan aas (top soil) pekarangan penduduk di sekitarnya. Penduduk asli tidak saja menjadi kehilangan lumbung hidup atau pangkalan induknya karena pekarangan dan tegalannya tidak produktif lagi, tetapi sekalgus kualitas lingkungannya menjadi rusak karena daur ualng idak lagi berlangsung lancar. Pengaruh pembangunan yang kurang bijak, modernisasi perumahan yang mengganti tanaman pekarangan menjadi tanaman hias dan agar hidup yang berubah menjadi tembol atau tulang besi, sebenarnya sangat disayangkan. Modernisasi memang harus tumbuh, tetapi bkan dengan merusak lingkungan hidup. Peningkatan kesejahteraan lahiriah memang salah satu tuntutan hidup, tetapi bukan dengan menciptakan masayarakat eksklusif yang mengisolir diri. Kurangnya halaman tempat bermain bagi anak-anak mungkin saja dapat dialihkan, tetapi keakraban anak-anak sekampung yang merenggang akan dapat berbalik menjadi iri dengki, dan dendam yang tersembuni. Itulah masalahnya.

TEGALAN DAN SAWAH

Tegal/kebun/ladang/huma Lahan kering yang ditanami tanaman musiman seperti padi ladang, palawija/hortikultura dan letaknnya terpisah dengan halaman sekitar rumah Sawah Sawah adalah lahan usahatani yang secara fisik permukaan tanahnya rata, dibatasi oleh pematang, dapat ditanami padi dan palawija / tanaman pangan lainnya. Sawah Irigasi Sawah Irigasi adalah sawah yang sumber air utamanya berasal dari air irigasi. Sawah Irigasi Teknis Sawah yang memperoleh pengairan dimana saluran pemberi terpisah dari saluran pembuang agar penyediaan dan pembagian irigasi dapat sepenuhnya diatur dan diukur dengan mudah. Jaringan seperti ini biasanya terdiri dari saluran induk, sekunder dan tersier. Saluran induk, sekunder serta bangunannya dibangun, dikuasai dan dipelihara oleh Pemerintah. Sawah Irigasi Setengah Teknis Sawah berpengairan teknis akan tetapi pemerintah hanya menguasai bangunan penyadap untuk dapat mengatur dan mengukur pemasukan air, sedangkan jaringan selanjutnya tidak diukur dan dikuasai pemerintah. Sawah Irigasi Sederhana Sawah yang memperoleh pengairan dimana cara pembagian dan pembuangan airnya belum teratur,walaupun pemerintah sudah ikut membangun sebagian dari jaringan tersebut (misalnya biaya membuat bendungannya). Sawah Tadah Hujan Sawah tadah hujan adalah sawah yang sumber air utamanya berasal dari curah hujan. Sawah Sistim Surjan Sawah sistim surjan adalah sawah yang sumber air utamanya berasal dari air irigasi atau air reklamasi rawa pasang surut dan bukan pasang surut (lebak) dengan sistim tanam padi dan palawija / hortikultura yang ditanam pada tabukan dan guludan. Sawah Pasang Surut Sawah yang pengairannya tergantung pada air sungai yang dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut. Sawah Reklamasi Rawa Pasang Surut Sawah reklamasi rawa pasang surut adalah sawah yang sumber air utamanya berasal dari reklamasi rawa pasang surut. Sawah Reklamasi Rawa Bukan Pasang Surut (Lebak) Sawah reklamasi rawa bukan pasang surut (Lebak) adalah sawah yang sumber air utamanya berasal dari

reklamasi rawa bukan pasang surut (lebak).

PENATAAN PERTANAMAN (CROPPING SYSTEM)

PENATAAN PERTANAMAN ADALAH CARA PENGATURAN DAN PEMILIHAN JENIS TANAMAN YANG DIUSAHAKAN PADA SEBIDANG TANAH TERTENTU SELAMA JANGKA WAKTU TERTENTU. PENATAAN TANAMAN BERGANDA (MULTIPLE CROPPING) PADA GARIS BESARNYA DAPAT DIKELOMPOKKAN MENJADI DUA, YAITU :

1.PENATAAN BERGANDA SECARA TUNGGAL (MONO CULTUR), JENIS TANAMAN MUSIMAN 2.PENATAAN BERGANDA SECARA CAMPURAN (CATCH CROPPING)

PENATAAN BERGANDA SECARA TUNGGAL DIATAS TANAH TERTENTU DALAM WAKTU TERTENTU (SEPANJANG UMUR TANAMAN) HANYA DITANAMI SATU JENIS TANAMAN. SETELAH PANEN, TANAH TERSEBUT DITANAMI LAGI SECARA BERGILIRAN URUTAN (ROTASI)

VARIASI PENATAAN TUNGGAL : 1.BERGILIRAN SECARA BERURUTAN PADA MUSIM HUJAN DITANAMI PADI DAN PADA MUSIM KEMARAU DITANAMI PALAWIJA, PADI ATAU BERO TERGANTUNG PADA PENGAIRAN, IKLIM DAN SEBAGAINYA 2.BERGILIRAN SECARA URUTAN DAN GLEBAKAN PETANI MEMBAGI TANAH SAWAHNYA MENJADI DUA UNTUK MENGURANGI RESIKO,SEBAGIAN DIKELOLA SEBAGAI SAWAH AN SEBAGIAN SEBAGAI TEGAL DENGAN TANAMAN YANG COCOK DENGAN SISTEM BERGILIR BERURUTAN. SETELAH BEBERAPA TAHU BAGIAN YANG DIJADIKAN TEGAL DIJADIKAN SAWAH KEMBALI, KARENA ITU DISEBUT GLEBAKAN 3.BERGILIRAN SECARA BERJAJAR ATAU PARALEL TAPI TIDAK MENGANUT SISTEM GLEBAKAN PADA MUSIM HUJAN SELURUH SAWAH DITANAMI PADI, TAPI PADA MUSIM KEMARAU ADA YANG DIBIARKAN KOSONG,DITANAMI PADI GADU ATAU PALAWIJA

4.PENATAAN TANAMAN SECARA BERLADANG SELAMA BEBERAPA TAHUN TERUS MENERUS DITANAMI PADI GOGO ATAU TEMBAKAU, KEMUDIAN DIBELUKARKAN KEMBALI AGAR MENJADI SUBUR LAGI 5.PENATAAN TANAMAN SECARA GLEBAKAN DIATAS SAWAH TADAH HUJAN SAWAH TADAH HUJAN YANG SETELAH BEBERAPA TAHUN TERUS MENERUS DIGUNAKAN SEBAGAI SAWAH,DIRUBAH MENJADI TANAH TEGALAN YANG DITANAMI PALAWIJA

PENATAAN BERGANDA SECARA CAMPURAN MENANAM BEBERAPA JENIS ATAU VARIETAS SECARA BERCAMPUR DAN BERSAMASAMA DIATAS SUATU BIDANG TANAH.

VARIASINYA : 1.PENANAMAN CAMPURAN SECARA ACAK-ACAKAN (MIXED CROPPING) PENATAAN BERBAGAI JENIS TANAMAN SECARA BERSAMAAN DAN TIDAK TERATUR SEHINGGA KURANG NAMPAK SEBAGAI PERGILIRAN TANAMAN (CONTOH : PEKARANGAN) 2.PENATAAN PERTANAMAN SECARA TUMPANGSARI (INTERCROPPING) PENANAMAN CAMPURAN DUA ATAU LEBIH VARIETAS DARI SATU JENIS TANAMAN. MISALNYA PADI DENGAN KETAN 3.PENATAAN PERTANAMAN SELA PENANAMAN DUA ATAU LEBIH TANAMAN YANG BELAINAN SIFAT, UMUR DAN SEBAGAINYA. CONTOH : TANAMAN KACANG TANAH DISELA-SELA TANAMAN KETELA POHON ATAU PADI GOGO DISELA-SELA KARET 4.TANAMAN SISIPAN PENANAMAN DUA JENIS TANAMAN BERSAMA-SAMA DIATAS TANAH YANG SAMA TAPI WAKTU TANAM DAN PEMUNGUTAN HASIL TIDAK SAMA. SERING JUGA DISEBUT PERTANAMAN TUMPANG TINDIH ATAU PENETAAN SECARA PEMASANGAN GENTENG

PEMBANGUNAN PERTANIAN

Trimatra Pembangunan Pertanian yang terdiri dari : (1). Usahatani terpadu, (2). Komoditas terpadu, dan (3). Wilayah terpadu.

Kebijaksanaan Pembangunan Pertanian pada saat itu diwujudkan dalam 4 usaha pokok yaitu : (1). Intensifikasi (swa sembada pangan), (2). Ekstensifikasi (perluasan areal, program transmigrasi, dan pembangunan daerah), (3). Rehabilitasi (pemulihan kesuburan tanah kritis), dan (4). Diversifikasi (horizontal dan vertikal). Puncak keberhasilan kita saat itu adalah tercapainya swa sembada berasa beras dalam tahun 1984. Lima faktor utama (mutlak) yaitu faktor-fakor harus ada supaya pembangunan pertanian dapat berlangsung, yang terdiri dari : (a) faktor pasar, yang dapat disamakan dengan faktor adanya kebutuhan (b) faktor teknologi, yang berkembang yang dapat disamakan dengan keahlian (c) faktor tersedianya alat-alat dan bahan-bahan pertanian yang dapat disamakan dengan modal (d) faktor insentif yang dapat mempengaruhi kesediaan petani (e) faktor transportasi yang dapat disamakan dengan faktor modal (Hadisapoetro, 1973). Sedangkan menurut Mosher (1991) faktor faktor yang memperlancar pembangunan pertanian adalah : (a) pendidikan pembangunan yaitu bagaimana mendidik petani untuk mengambil manfaat dari masyarakat lain dimasa lampau yang dapat membantu masyarakat itu maju dan berkembang sesuai yang dikehendaki (b) kredit produksi adalah meminjamkan sejumlah dana untuk membiayai usaha tani petani dalam rentang waktu saat pembelian sarana produksi dan saat penjualan hasil panen (c) kerjasama kelompok petani, karena kesibukan dalam usaha taninya kebanyakan petani tidak mau bekerja sama sehingga perlu suatu dorongan dan bantuan sistematis bagi kegiatan kelompok petani tersebut dan diharapkan akan segera menjadi suatu aktivitas bersama secara sukarela (d) memperbaiki dan memperluas tanah pertanian yaitu memperbaiki mutu tanah yang telah dijadikan usaha tani dan mengusahakan tanah baru untuk pertanian (e) perencanaan nasional pembangunan pertanian yaitu proses pengambilan keputusan oleh pemerintah tentang apa yang hendak dilakukan mengenai tiap kebijaksanaan dan tindakan yang mempengaruhi pembangunan. Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa pembangunan pertanian adalah suatu proses perubahan yang lebih baik untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat tani. Pembangunan pertanian dapat berlangsung dengan adanya 5 faktor mutlak yang berupa faktor pasar, faktor teknologi, faktor tersedianya alat-alat dan bahan pertanian/modal, faktor intensif dan faktor transportasi. Dimana kelima faktor mutlak tersebut dapat dibantu dengan faktor-faktor yang memperlancar pembangunan pertanian yaitu berupa pendidikan pembangunan, kredit produksi, kerjasama dengan kelompok petani, memperbaiki dan memperluas tanah pertanian serta perencanaan nasional. Yang secara keseluruhan terpadu guna memperlancar dan menyukseskan pembangunan pertanian

Anda mungkin juga menyukai