Anda di halaman 1dari 9

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dalam kehidupan ini baik kehidupan individual maupun sosial kemasyarakatan pada kenyataannya berlaku norma atau aturan-aturan tertentu yang berfungsi sebagai pengatur, pengendali dan pengarah segala perbuatan manusia. Berbicara tentang pendidikan, terutama tentang keberhasilan maupun kurang berhasilnya dan secara khusus lagi bila berbicara tentang masalah yang menjadi hambatan proses belajar yang dialami peserta didik, kapan dan dimanapun akan selalu aktual dan menarik. Sebab kegiatan pendidikan merupakan yang sifatnya integral yang hanya akan membawa suatu keberhasilan bila didukung secara utuh oleh faktor-faktor determinan pendidikan itu sendiri. Sedangkan berhasil atau tidaknya peserta didik dalam belajarnya dan lebih lanjut lagi bila hingga tidak dapat menyelesaikan satu jenjang pendidikan. Kendalakendala dan masalah pendidikan demikian itu di samping di akibatkan oleh kurang mantapnya pengelolaan pengajaran, juga tergantung pada kemampuan peserta didik mengatasi berbagai masalah, baik yang bersumber dari kondisi dan keadaan fisik, psikis dan keadaan sosial ekonomi serta suasana lingkungan

sekitarnya, baik dialami secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap peserta didik.

Berbagai masalah internal maupun eksternal yang dialami peserta didik dalam peristiwa belajarnya yang kadang-kadang sukar dan tidak dapat dielakan, implikasinya berakibat pada terhambatnya kemajuan belajar bagi peserta didik itu, baik secara individual maupun kelompok, setiap sekolah dan madrasah atau lembaga pendidikan dari tingkat satuan pendidikan dasar hingga perguruan tinggi telah ada pihak-pihak atau petugas tertentu yang memiliki wewenang dan dipercayakan menjalankan tugas memberi bantuan dalam mengatasi berbagai persoalan yang dialami oleh peserta didiknya atau yang popular dikenal dengan guru bimbingan dan konseling atau guru BK. Tidak dapat disangkal lagi bahwa keberadaan dan peran guru bimbingan dan konseling pada institute formal dalam menjalankan tugas pemberian tentang bentuk bimbingan dan pengarahan kepada peserta didik terhadap upaya penyelesaian masalah keberhasilan belajarnya adalah penting. Sebagaimana dikemukakan dalam kurikulum 1975 yang dikutip oleh Yusup Gunawan sebagai berikut: Suatu proses bantuan khusus yang diberikan kepada para siswa dengan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan dan kenyataan-kenyataan tentang adanya kesulitan yang dihadapinya dalam rangka perkembangannya yang optimal, sehingga mereka dapat memahami diri, mengarahkan diri, dan bertindak serta bersikap sesuai dengan tuntunan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.1

Dengan demikian tugas pemberian bantuan bukan hanya diperlukan karena pertimbangan kepentingan peserta didik akan tetapi dibutuhkan pula penunjang guna kesuksesan lembaga pendidikan dalam menjalankan fungsinya
Yusup Gunawan, Pengantar Bimbingan dan Konseling Buku Panduan Mahasiswa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992, h. 40
1

dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan pada umumnya maupun tujuan pendidikan secara khusus. Nyatalah bahwa keberadaan dan fungsi guru bimbingan dan konseling pada suatu lembaga penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar seperti pada Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Palu merupakan bagian yang tak terpisahkan dari aktifitas penyelenggaraan pendidikan secara keseluruhan. Namun disini penulis ingin lebih mengetahui lagi bagaimana

mengidentifikasi permasalahan yang sering terjadi dan dialami Peserta didik dan bagaimana cara menangani permasalahan tersebut dengan menggunakan layanan Konseling Individual.

B. Rumusan masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut , maka pokok masalah yang akan menjadi kajian dalam proposal ini adalah: Bagaimana Penerapan

Konseling Individual Dalam Mengidentifikasi Permasalahan Peserta Didik di Mts.Negeri Model Palu. Pokok permasalahan yang dikemukakan di atas maka penulis merumuskan menjadi dua sub masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk penerapan konseling individual dalam mengidentifikasi permasalahan peserta didik di Mts. Negeri Model Palu? 2. Apa saja faktor yang mendukung dan menghambat penerapan konseling individual dalam mengidentifikasi permasalahan peserta didik di Mts.Negeri Model Palu?

Permasalahan pokok yang dikembangkan di atas akan menjadi acuan penulis dalam membahas kelanjutan proposal ini. Selanjutnya dengan menggunakan beberapa metode dan pendekatan yang dianggap relevan untuk memberikan pemecahan terhadap rumusan masalah ini.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Pada prinsipnya setiap penelitian mempunyai tujuan dan manfaat penelitian. Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dan manfaat yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: 1. Tujuan penelitian a. Untuk mengetahui penerapan konseling individual dalam mengidentifikasi permasalahan peserta didik di Mts Negeri Model Palu. b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat penerapan konseling individual dalam mengidentifikasi permasalahan peserta didik di Mts Negeri Model Palu. 2. Manfaat penelitian Adapun hal-hal yang menjadi manfaat dari penelitian ini diharapkan menjadi pengetahuan sehingga dapat memberikan konstribusi bagi pengembangan wawasan keilmuan tentang penerapan konseling individual dalam di Mts Negeri Model Palu.

mengidentifikasi permasalahan peserta didik

Sehingga hal ini dapat berdampak positif pada prestasi hasil belajar peserta didik.

Selanjutnya manfaat penelitian ini paling tidak dapat di lihat dari dua sisi, yaitu manfaat ilmiah dan manfaat praktis, yakni : a. Manfaat Ilmiah Diharapkan penelitian ini dapat menjadi media belajar bagi penulis, baik dalam rangka penyelesaian studi maupun usaha memperdalam pengetahuan tentang penerapan konseling individual dalam mengidentifikasi

permasalahan peserta didik sehingga meningkatkan kualitas guru BK dalam pemberian bimbingan terhadap peserta didik. b. Manfaat praktis 1. Peneliti Mendapat pengetahuan dan wawasan dalam dunia pendidikan khususnya tentang penerapan konseling individual dalam mengidentifikasi

permasalahan peserta didik di Mts Negeri Model Palu. 2. Lembaga Pendidikan Hasil penulisan dan penelitian ini, dapat dijadikan panduan dan pedoman keilmuan tentang penerapan konseling individual dalam mengidentifikasi permasalahan peserta didik dan khususnya dalam pengembangan pendidikan.

D. Penegasan Istilah Untuk memperjelas pengertian pada proposal skripsi yang berjudul: Penerapan Konseling Individual Dalam Mengidentifikasi Permasalahan Peserta

Didik di Mts Negeri Model Palu. Terlebih dahulu di kemukakan pengertian dari unsur kata dalam judul proposal skripsi ini, sebagai berikut : 1. Penerapan Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, yaitu : proses, cara, perbuatan menerapkan.2 2. Konseling Berasal dari bahasa latin Consilium yang berarti dengan atau bersama yang dirangkai dengan menerima atau memahami, sedangkan di dalam bahasa Anglosaxon konseling berasal dari Sellum yang berarti Menyerahkan atau Menyampaikan.3 Konseling (counseling) adalah suatu proses interaksi yang terjadi antara dua orang individu yang disebut konselor dank lien, terjadi dalam situasi yang bersifat pribadi (professional), di ciptakan dan dibina sebagai suatu cara untuk memudahkan terjadinya perubahan-perubahan tingkah laku klien, sehingga ia memperolah keputusan yang memuaskan kebutuhannya.4 Rumusan tentang Konseling yang dikonsepsikan secara ragam dalam berbagai literature bimbingan konseling , memiliki makna yang satu sama lain ada kesemaannya. Kesamaan makna dalam konseling setidaknya dapat dilihat dari kata kunci tentang konseling dalam tataran praktek, dimana konseling menurut Tohirin merupakan:

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga (Jakarta; Balai Pustaka, 2005), h.1180 Priyatno. Dkk, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling,(Jakarta: Proyek pembinaan dan peningkatan mutu tenaga pendidikan (Depdikbud),1994), h.100 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling: Suatu uraian ringkas. (Jakarta: Balai Aksara,1985), h.14
4 3

a. Proses pertemuan tatap muka atau hubungan atau relasi timbal balik antara pembimbing(konselor) dengan Klien(siswa), b. Dalam proses pertemuan atau hubungan timbal balik tersebut terjadi dialog atau pembicaraan yang disebut dengan wawancara konseling.5 3. Individual yaitu mengenal atau berhubungan dengan manusia secara pribadi; bersifat perseorangan.6 4. Mengidentifikasi yaitu menentukan atau menetapkan identitas (orang, benda,dsb).7 Marcia mengatakan bahwa mengidentifikasi merupakan komponen penting yang menunjukan identitas personal individu. Semakin baik struktur pemahaman diri seseorang berkembang, semakin sadar individu akan keunikan dan kemiripan dengan orang lain, serta semakin sadar akan kekuatan dan kelemahan individu dalam menjalani kehidupan. Sebaliknya, jika kurang berkembang maka individu semakin tergantung pada sumber-sumber eksternal untuk evaliasi diri.8 5. Peserta didik Secara etimologi peserta didik dalam bahasa arab disebut dengan Tilmidz jamaknya adalah Talamidz, yang artinya adalah murid, maksudnya adalah orang-orang yang menginginkan pendidikan.Dalam bahasa arab dikenal juga dengan istilah Thalib, jamaknya

Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi. Ed. I, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007 . h. 9.
6 7

55

Ibid. h.430 Ibid. h.417


http://www.slideshare.net/guesta30b50/mengidentifikasi-kebutuhan-masyarakat di akses

tangigal 25 november 2012

adalah Thullab, yang artinya adalah mencari, maksudnya adalah orang-orang yang mencari ilmu.9 Namun secara definitif yang lebih detail para ahli telah menuliskan beberapa pengertian tentang peserta didik. Peserta didik merupakan orang yang mempunyai fitrah (potensi) dasar, baik secara fisik maupun psikis, yang masih perlu dikembangkan. Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Abu Ahmadi juga menuliskan tentang pengertian peserta didik, peserta didik adalah orang yang belum dewasa, yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai warga Negara, sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu pribadi atau individu.10 Dari definisi-definisi yang diungkapkan oleh para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah orang yang mempunyai fitrah (potensi) dasar, baik secara fisik maupun psikis, yang perlu dikembangkan, untuk mengembangkan potensi tersebut sangat membutuhkan pendidikan dari pendidik.

Samsul Nizar. Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press. 2002), h. 25. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991),

10

h. 26

Samsul

Nizar,

sebagaimana

yang

dikutip

oleh

Ramayulis

mengklasifikasikan peserta didik sebagai berikut: a. peserta didik bukanlah miniature orang dewasa tetapi memiliki dunianya sendiri. b. Peserta didik memiliki periodisasi perkembangan dan pertumbuhan. c. Peserta didik adalah makhluk Allah SWT yang memiliki perbedaan individu baik disebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungan dimana ia berada. d. Peserta didik merupakan dua unsur utama jasmani dan rohani, unsur jasmani memiliki daya fisik dan unsur rohani memiliki daya akal hati nurani dan nafsu. e. Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi atau fitrah yang dapat dikembangkan dan berkembang secara dinamis.11 Beberapa pengertian kata tersebut di atas, penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa berdasarkan judul proposal skripsi ini, adalah menyangkut Penerapan Konseling Individual Dalam Mengidentifikasi Permasalahan Peserta Didik di Mts Negeri Model Palu. Adalah berbagai upaya direncanakan dan tersusun secara sistematis dan rasional serta dilakukan oleh Guru Bimbingan dan Konseling dengan menggunakan penerapan Konseling Individual dan dengan bekerja sama dengan pihak lain dalam mengidentifikasi berbagai permasalahan yang dihadapi peserta didik.

11

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press. 2002), h. 20

Anda mungkin juga menyukai