Anda di halaman 1dari 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pielonefritis adalah infeksi saluran kemih ascending yang telah mencapai''''pyelum (panggul) dari ginjal (nephros''''dalam bahasa Yunani). Pielonefritis merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tubulus, dan jaringan interstisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih melalui uretra dan naik ke ginjal. Meskipun ginjal menerima 20% - 25% curah jantung, bakteri jarang mencapai ginjal melalui darah; kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3%. Pielonefritis sering sebagai akibat dari refluks uretero vesikal, dimana katup uretrovresikal yang tidak kompeten menyebabkan urin mengalir baik (refluks) ke dalam ureter. Obstruksi traktus urinarius yang meningkatkan kerentanan ginjal terhadap infeksi), tumor kandung kemih, striktur, hyperplasia prostatik benigna, dan batu urinarius merupakan penyebab yang lain. Inflamasi pelvis ginjal disebut Pielonefritis, penyebab radang pelvis ginjal yang paling sering adalah kuman yang berasal dari kandung kemih yang menjalar naik ke pelvis ginjal. Pielonefritis ada yang akut dan ada yang kronis (Tambayong, 2000) 2.2 Etiologi Penyebab pyelonepritis dikarenakan oleh bakteri atau virus yang menginfeksi ginjal. Meskipun banyak bakteri atau virus dapat menyebabkan pyelonepritis, tetapi Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di usus besar) merupakan penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar rumah sakit dan penyebab dari 50% infeksi ginjal di rumah sakit. Infeksi biasanya berasal dari daerah kelamin yang naik ke kandung kemih. Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih. Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya batu ginjal atau pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi ginjal. Infeksi juga bisa dibawa ke ginjal dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah. Keadaan lainnya yang meningkatkan resiko terjadinya infeksi ginjal adalah:

1. Kehamilan 2. kencing manis 3. keadaan-keadaan yang menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi. 2.3 Tanda dan Gejala Gejala biasanya timbul secara tiba-tiba berupa demam, menggigil, nyeri di punggung bagian bawah, mual dan muntah. Beberapa penderita menunjukkan gejala infeksi saluran kemih bagian bawah, yaitu sering berkemih dan nyeri ketika berkemih. Bisa terjadi pembesaran salah satu atau kedua ginjal. Kadang otot perut berkontraksi kuat.Bisa terjadi kolik renalis, dimana penderita merasakan nyeri hebat yang disebabkan oleh kejang ureter. Kejang bisa terjadi karena adanya iritasi akibat infeksi atau karena lewatnya batu ginjal. Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal seringkali sangat ringan dan lebih sulit untuk dikenali. Pada infeksi menahun (pielonefritis kronis), nyerinya bersifat samar dan demam hilang-timbul atau tidak ditemukan demam sama sekali. Pielonefritis kronis hanya terjadi pada penderita yang memiliki kelainan utama, seperti penyumbatan saluran kemih, batu ginjal yang besar atau arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter (pada anak kecil). Pielonefritis kronis pada akhirnya bisa merusak ginjal sehingga ginjal tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya (gagal ginjal). 2.4 Patofisiologi Pielonefritis akut biasanya akan berlangsung selama 1 sampai 2 minggu. Bila pengobatan pada pielonefritis akut tidak sukses maka dapat menimbulkan gejala lanjut yang disebut dengan pielonefritis kronis. Bakteri mencapai kandung kemih melalui uretra dan naik ke ginjal. Meskipun ginjal menerima 20% - 25% curah jantung, bakteri jarang mencapai ginjal melalui darah; kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3%. Pielonefritis sering sebagai akibat dari refluks uretero vesikal, dimana katup uretrovresikal yang tidak kompeten menyebabkan urin mengalir balik(refluks) ke dalam ureter. Obstruksi traktus urinarius yang meningkatkan kerentanan ginjal terhadap infeksi), tumor kandung kemih, striktur, hyperplasia prostatik benigna, dan batu urinarius merupakan penyebab yang lain.

Bakteri naik ke ginjal dan pelvis ginjal melalui saluran kandung kemih dan uretra. Flora normal fekal seperti Eschericia coli, Streptococus fecalis, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphilococus aureus adalah bakteri paling umum yang menyebabkan pielonefritis akut. E. coli menyebabkan sekitar 85% infeksi. Pada pielonefritis akut, inflamasi menyebabkan pembesaran ginjal yang tidak lazim. Korteks dan medula mengembang dan multipel abses. Kalik dan pelvis ginjal juga akan berinvolusi. Resolusi dari inflamasi menghsilkan fibrosis dan scarring. Pielonefritis kronis muncul stelah periode berulang dari pielonefritis akut. Ginjal mengalami perubahan degeneratif dan menjadi kecil serta atrophic. Jika destruksi nefron meluas, dapat berkembang menjadi gagal ginjal. 2.5 Manifestasi klinis Pielonefritis akut: pasien pielonefritis akut mengalami demam dan menggigil, nyeri tekan pada kostovertebrel(CVA), Leokositosis, dan adanya bakteri dan sel darah putih dalam urin selain itu gejala saluran urinarius bawah seperti disuria dan sering berkemihumumnya terjadi. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimut antibodi bakteri dalam urin. Ginjal pasien pielonefritis biasanya membesar disertai infiltrasiinterstisial sel-sel inflamasi. Abses dapat di jumpai pada kapsul ginjal dan pada taut kartiko medularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi. Ketika pielonefritis menjadi kronis, ginjal membentuk jaringan parut, berkontraksi dan tidak berfungsi Pielonefritis kronis:biasanya tanpa gejala infeksi, kecuali terjadi eksaserbasi. Tada-tanda utama mencakup keletiah sakit kepala, nafsumakan rendah, poliuria, haus yang berlebihan, dan kehilangan berat badan. Infeksi yang menetap atau kambuh dapat menyebabkan jaringan parut progresif di ginjal disertai gagal ginjal pada akhirnya. 2.6 Komplikasi Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut (Patologi Umum & Sistematik J. C. E. Underwood, 2002: 669): Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah pada area medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papila guinjal, terutama pada penderita diabetes melitus atau pada tempat terjadinya obstruksi.

Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yang dekat sekali dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dan sistem kaliks mengalami supurasi, sehingga ginjal mengalami peregangan akibat adanya pus.

Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan meluas ke dalam jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.

2.7 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan yang digunakan untuk diagnosa pyelonephritis tergantung pada usia pasien, jenis kelamin, dan respon terhadap pengobatan dan meliputi : 1. Urinalisis Urine adalah pengujian dari sampel urin. Sampel urin dikumpulkan dalam wadah khusus di kantor penyedia perawatan kesehatan atau fasilitas komersial dan dapat diuji di lokasi yang sama atau dikirim ke laboratorium untuk dianalisis. Kehadiran sel darah putih dan bakteri dalam urin menunjukkan infeksi. 2. Kultur urin Sebuah kultur urin dilakukan dengan menempatkan bagian dari sampel urin dalam tabung atau piring dengan zat yang mendorong bakteri yang hadir untuk tumbuh. Sampel urin dikumpulkan dalam wadah khusus di kantor penyedia layanan kesehatan atau fasilitas komersial dan dikirim ke laboratorium untuk kultur. Setelah bakteri ini berkembang biak, yang biasanya memakan waktu 1 sampai 3 hari, mereka dapat diidentifikasi. Penyedia layanan kesehatan kemudian dapat menentukan perawatan terbaik. 3. USG USG menggunakan perangkat yang disebut transducer, yang memantul aman, gelombang suara menyakitkan dari organ untuk membuat gambar struktur mereka. Prosedur ini dilakukan di kantor penyedia perawatan kesehatan, pusat rawat jalan, atau rumah sakit oleh teknisi yang terlatih khusus, dan gambar diinterpretasikan oleh radiolog atau dokter yang mengkhususkan diri dalam pencitraan medis, anestesi tidak diperlukan. Gambar dapat menunjukkan penghalang di saluran kemih. USG sering digunakan untuk orang yang tidak merespon pengobatan dalam waktu 72 jam.

4. Computerized tomography (CT) scan CT scan menggunakan kombinasi sinar x dan teknologi komputer untuk membuat gambar tiga-dimensi (3-D). CT scan mungkin termasuk suntikan pewarna khusus, yang disebut media kontras. CT scan memerlukan seseorang untuk berbaring di meja yang dapat digeser ke dalam perangkat berbentuk terowongan di mana sinar x diambil. Prosedur ini dilakukan di pusat rawat jalan atau rumah sakit oleh teknisi x-ray, dan gambar diinterpretasikan oleh ahli radiologi. Anestesi tidak diperlukan. CT scan dapat menunjukkan penghalang di saluran kemih. Tes ini sering digunakan untuk orang yang tidak merespon pengobatan dalam waktu 72 jam. 5. Voiding cystourethrogram (VCUG) VCUG adalah gambar x-ray dari kandung kemih dan uretra diambil saat kandung kemih penuh dan saat buang air kecil. Prosedur ini dilakukan di pusat rawat jalan atau rumah sakit oleh teknisi sinar-x diawasi oleh seorang ahli radiologi, yang kemudian menafsirkan gambar. Anestesi tidak diperlukan, tetapi sedasi dapat digunakan bagi sebagian orang. Kandung kemih dan uretra diisi dengan media kontras untuk membuat struktur jelas terlihat pada gambar sinar-x. Mesin x-ray menangkap gambar dari media kontras saat kandung kemih penuh dan ketika orang kencing. Tes ini dapat menunjukkan kelainan dari bagian dalam uretra dan kandung kemih dan biasanya digunakan untuk mendeteksi Vur pada anak-anak. 6. Digital rectal examination (DRE) Sebuah DRE adalah pemeriksaan fisik dari prostat yang dilakukan di kantor penyedia perawatan kesehatan. Anestesi tidak diperlukan. Untuk melakukan ujian, penyedia layanan kesehatan meminta orang untuk membungkuk di atas meja atau berbaring di sisinya sambil memegang lututnya dekat dengan dadanya. Penyedia perawatan kesehatan slide yang bersarung, jari dilumasi ke dalam rektum dan merasa bagian dari prostat yang terletak di depan rektum. Pria yang diduga pielonefritis mungkin memiliki DRE untuk menentukan apakah prostat bengkak dapat menghalangi leher kandung kemih. 7. Dimercaptosuccinic acid (DMSA) scintigraphy

DMSA scintigraphy adalah teknik pencitraan yang bergantung pada deteksi sejumlah kecil radiasi setelah injeksi bahan radioaktif. Karena dosis bahan radioaktif kecil, risiko menyebabkan kerusakan pada sel-sel yang rendah. Prosedur ini dilakukan di pusat rawat jalan atau rumah sakit oleh teknisi yang terlatih khusus, dan gambar diinterpretasikan oleh ahli radiologi. Anestesi tidak diperlukan. Bahan radioaktif yang disuntikkan ke pembuluh darah di lengan seseorang dan perjalanan melalui tubuh ke ginjal. Kamera khusus dan komputer yang digunakan untuk membuat gambar dari bahan radioaktif saat melewati ginjal. Bahan radioaktif membuat bagian-bagian dari ginjal yang terinfeksi atau terluka menonjol pada gambar. DMSA scintigraphy digunakan untuk menunjukkan tingkat keparahan infeksi ginjal atau kerusakan ginjal, seperti jaringan parut. 7. Penatalaksanaan Pielonefritis Akut: pasien pielonefritis akut beresiko terhadap bakteremia dan memerlukan terapi antimikrobial yang intensif. Terapi parentral di berikan selama 24-48 jam sampai pasien afebril. Pada waktu tersebut, agens oral dapat diberikan. Pasien dengan kondisi yang sedikit kritis akan efektif apabila ditangani hanya dengan agens oral. Untuk mencegah berkembangbiaknya bakteri yang tersisa, maka pengobatan pielonefritis akut biasanya lebih lama daripada sistitis. Masalah yangmungkin timbul dlam penanganan adalah infeksi kronik atau kambuhan yang muncul sampai beberapa bulan atau tahun tanpa gejala. Setelah program antimikrobial awal, pasien dipertahankan untuk terus dibawah penanganan antimikrobial sampai bukti adanya infeksi tidak terjadi, seluruh faktor penyebab telah ditangani dan dikendalikan, dan fungsi ginjal stabil. Kadarnya pada terapi jangka panjang. Pielonefritis kronik: agens antimikrobial pilihan di dasarkanpada identifikasi patogen melalui kultur urin, nitrofurantion atau kombinasi sulfametoxazole dan trimethoprim dan digunakan untuk menekan pertumbuhan bakteri. Fungsi renal yang ketat, terutama jika medikasi potensial toksik. 8. Pengobatan a. Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif. b. Apabila pielonefritis kronisnya di sebabkan oleh obstruksi atau refluks, maka diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalh-masalah tersebut.

c. Di anjurkan untuk dering munum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas mikroorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri faeces.

Anda mungkin juga menyukai