Anda di halaman 1dari 22

Studi Perencanaan Portal dan Pondasi Gedung B 23

Rusun Siwalankerto Surabaya Dengan Metode Daktilitas Terbatas


STUDI PERENCANAAN PORTAL DAN PONDASI
GEDUNG B RUSUN SIWALANKERTO SURABAYA
DENGAN METODE DAKTILITAS TERBATAS
Ir. H. Arifin, MT, MMT
ABSTRAK
Perencanaan dengan metode daktilitas terbatas pada gedung rusun dimungkinkan karena
beberapa aspek seperti bangunan tersebut tidak begitu tinggi dan masuk dalam wilayah
gempa yang cenderung kecil. Untuk analisa perhitungan struktur, menggunakan
program SAP 2000. Dari hasil analisa struktur, kemudian didapatkan dimensi profil
balok induk melintang 40/60 (9D22 & 4D22), balok anak 20/25 (6D22 &2D22),
dimensi kolom 50 x 50 (24D22), dimensi sloof adalah 35/50 (6D22 & 3D22), tebal plat
lantai 2, 3, & 4: 12 cm, untuk plat lantai 1 10 cm, dimensi tiang pancang 35 x 35 cm
dengan kedalaman tiang 10 m, dimensi poer 3,2m x 3,2 m x 0,65 m (40D22 &
40D19).Setelah melakukan analisa tehadap dimensi struktur, maka dapat diketahui
bahwa hasil studi perencanaan portal dan pondasi dengan metode daktilitas terbatas
pada Gedung B Rusun Siwalankerto Surabaya diharapkan tetap tahan terhadap gempa
dan mempunyai nilai efisiensi secara ekonomis yang cukup tinggi.
Kata kunci : perencanaan, portal, pondasi, daktilitas.
PENDAHULUAN
Latar Belakang: Perencanaan gedung bertingkat perlu memperhatikan
beberapa kriteria, antara lain kriteria kekuatan, perilaku struktur yang baik pada taraf
gempa rencana serta aspek ekonomis. Merencanakan bangunan bertingkat banyak dari
segi struktur memerlukan pertimbangan yang matang, terutama bila suatu gedung
bertingkat dirancang tahan terhadap gempa maka pertimbangan struktur ini akan
mempengaruhi perencana dalam menentukan alternatif perencanaannya, misalnya tata
letak kolom, tata letak balok, panjang dan bentang. Dalam penelitian ini dilakukan
Redesain Rusunawa (Rumah Susun Sewa) Siwalankerto Surabaya dengan metode
daktilitas terbatas.
Perencanaan dengan metode daktilitas terbatas pada gedung rusunawa
dimungkinkan karena beberapa aspek seperti bangunan tersebut tidak begitu tinggi dan
masuk dalam wilayah gempa yang cenderung kecil. Dengan metode daktilitas terbatas
diharapkan gedung rumah sewa ini mampu berespons inelastik tanpa mengalami
keruntuhan getas pada kondisi kekuatan penuh beban rencana, dan mampu berespons
elastis pada gempa kecil.
Obyek penelitian ini adalah Rusunawa Siwalankerto Surabaya yang memiliki
struktur bangunan atas (lantai 1 s/d 5) menggunakan konstruksi beton bertulang dan
konstruksi atap menggunakan konstruksi baja dan plat beton. Struktur bangunan bawah
mengunakan pondasi tiang pancang. Sedangkan luas bangunan 32 m x 22 m x 4 lantai.
Rumusan Masalah: Bagaimana melakukan studi perencanaan portal dan
pondasi dengan metode daktilitas terbatas pada Gedung B Rusunawa Siwalankerto
Surabaya dengan catatan gedung tetap tahan terhadap gempa dan tidak mengalami
keruntuhan?
24 NEUTRON, VOL.8, NO.1, FEBRUARI 2008 : 23-44
TINJAUAN PUSTAKA:
Perencanaan Terhadap Gempa Dengan Metode Daktilitas Terbatas
Pengertian Metode Daktilitas Terbatas
Metode daktilitas terbatas merupakan suatu sistem dimana struktur beton
diproporsikan sedemikian rupa, sehingga memenuhi persyaratan detail struktur yang
khusus, struktur mampu berespons terhadap gempa kuat secara inelastik tanpa
mengalami keruntuhan getas. Beban geser dasar akibat gempa untuk perancangan
dengan tingkat daktilitas 2 harus ditentukan menurut Standar Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung 1991 dengan ketentuan, bahwa nilainya harus
dihitung berdasarkan nilai faktor jenis struktur sekurang-kurangnya K = 2.
Langkah Perencanaan Metode Daktilitas Terbatas
Penentuan Tebal Plat
Tebal plat ditentukan berdasarkan persyaratan lendutan. Dalam SK SNI T-15-
1991-03 terdapat pernyataan ketebalan minimum sehingga kontrol lendutan tidak perlu
dilakukan. Syarat tebal plat menurut SK SNI T-15-1991-03 dapat ditinjau, yakni
tinjauan untuk tebal plat penulangan utama satu arah.
Tabel 1: Penentuan Tebal Plat Satu Arah (SK SNI T-15-1991-03 Tabel 3.2.5.a)
Tebal Minimum Plat, h
Komponen Dua tumpuan Satu ujung Kedua ujung Kantilever
struktur Menerus Menerus
Komponen tidak mendukung atau menyatu dengan partisi atau
konstruksi lain yang akan rusak karena lendutan yang benar
Plat masif satu
arah
20 / l 24 / l 28 / l 10 / l
Balok atau plat
jalur satu arah
16 / l 5 . 18 / l 21 / l 8 / l
Tabel 2: Penentuan Tebal Plat Dua Arah (SK SNI T-15-1991-03 Tabel 3.2.5.c)
Tegangan
Leleh fy*)
(Mpa)
Tanpa penebalan Dengan penebalan
Panel luar Panel
dalam
Panel luar Panel
dalam
Balok pinggir Balok pinggir
Dengan Tanpa ) Dengan Tanpa )
300 Ln/33 Ln/36 Ln/36 Ln/36 Ln/40 Ln/40
400 Ln/30 Ln/33 Ln/33 Ln/33 Ln/36 Ln/36
Untuk
be = bw + 4t
be = bw + (h - t)
diambil yang terkecil
be
t
bw
bw
POT. A-A
balok
kolom
A
dk
A
lb'
bw
db
kolom
balok
Studi Perencanaan Portal dan Pondasi Gedung B 25
Rusun Siwalankerto Surabaya Dengan Metode Daktilitas Terbatas
Untuk
be = bw + 8t
be = bw + 2 (h - t)
diambil yang terkecil
Persyaratan Perencanaan Balok
1. bw 200 mm
bk + 1,50 db
2.
db
bw
0,25
3.
db
eb'
4 (tidak berlaku pada balok perangkai dinding geser)
dimana :
bw = lebar balok
bk = lebar kolom
db = tinggi balok
eb = panjang bentang bersih balok
Perencanaan Balok Portal Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03
Kuat lentur perlu
Kuat lentur perlu pada balok portal yang dinyatakan dengan M
u,b
harus
ditentukan berdasarkan kombinasi pembebanan tanpa atau dengan beban gempa,
sebagai berikut:
- M
u,b
= 1.2 M
D,b
+ 1.6 M
L,b
( SKSNI91 3.2.2(1))
= 1.05 ( M
D,b
+ M
L,bR
+ M
E,b
) ( SKSNI91 3.2.4-a )
= 0.9 M
D,b
+ M
E,b
( SKSNI91 3.2.3 )
bw
t
be
26 NEUTRON, VOL.8, NO.1, FEBRUARI 2008 : 23-44
- M
nb
M
ub
- Momen redistribusikan maximum untuk balok beton bertulang biasa 30% ( SK
SNI T-15-1991-03. Ps. 3.1.4 )
- Momen redistribusi untuk balok beton pratekan 20 % ( SK SNI T-15-1991-03.
Ps. 3.11.10 )
Kuat geser perlu
- V
ub
= 1,2 V
db
+ 1,6 V
lb
= 1,05 ( V
Db
+ V
Lb
M
Eb
) ( SK SNI 3.14.9.9(1))
- V
nb
V
ub
-
d bw fc Vc . .. '
6
1

( SK SNI 3.14.9.10(1))
- Vn = Vc + Vs
Nilai Vc khusus pada daerah sepanjang d dari muka kolom adalah setengah kuat
geser beton Vc. (SK SNI T-15-1991-03. Ps. 3.14.9.10.(1)
Penulangan Balok Portal
Dalam segala hal tidak boleh kurang dari persyaratan untuk struktur Tingkat
Daktilitas 2
Diameter sengkang minimum = 10 mm ( SK SNI 3.16.11 (1))
S
jarak tumpuan
(jarak antar sengkang ), dalam jarak d
b
dari muka kolom
S
4
db
10 kali diameter tul. memamnjang
24 kali diameter tul. sengkang
300 mm
S yang diambil yang terkecil (SK SNI 3.14.9.3.(3-b))
S dalam daerah lapangan sama dengan S pada persyaratan untuk struktur tingkat
daktilitas 1

3
1

+
M
M
(pada balok dibidang muka kolom)
As min =
fy
d bw. . 40 , 1
bila Nu 0,10 Ag . fc
Bila Nu > 0,10 . Ag . fc, As sama dengan persyaratan untuk struktur Tingkat
Daktilitas I
As max =
fy
d bw. . 7
Persyaratan Perencanaan Tulangan Geser
Kondisi Vu 0,5. .Vc tidak perlu tulangan geser
Pakai tulangan geser Praktis
Kondisi 0,5. .Vc< Vu .Vc tulangan geser minimum
fy
S bw
Av
. 3
.

d bw Vs . .
3
1
min

Studi Perencanaan Portal dan Pondasi Gedung B 27
Rusun Siwalankerto Surabaya Dengan Metode Daktilitas Terbatas
bw
fy Av
S
. . 3

2
d
S
atau
S < 300 mm diambil yang terkecil
Kondisi .Vc< Vu (Vc + Vs
min
) tulangan geser minimum
fy
S bw
Av
. 3
.

d bw Vs . .
3
1
min

bw
fy Av
S
. . 3

2
d
S
atau
S < 300 mm diambil yang terkecil
Kondisi (Vc + Vs
min
) < Vu ( Vc + 1/.3
d bw fc . . '
)
Perlu tulangan geser
Vc
Vu
Vs

min
S
d fy Av
Vs
. .

Vs
fy d Av
S
. .

2
d
S
atau
S < 300 mm diambil yang terkecil
Kondisi (Vc + 1/3
d bw fc . . '
) < Vu ( Vc + 2/3
d bw fc . . '
)
Perlu tulangan geser
Vc
Vu
Vs

min
S
d fy Av
Vs
. .

Vs
fy d Av
S
. .

4
d
S
atau
S < 300 mm diambil yang terkecil
Prosedur Perhitungan Geser dan Torsi
1. Tentukan Vu dan Tu dari analisa struktur
2. Kontrol perlu tidaknya tulangan torsi.
Tu

y x
fc
2
20
'
, torsi diabaikan. (SK SNI 3.4.6-1)
28 NEUTRON, VOL.8, NO.1, FEBRUARI 2008 : 23-44
Dimana = 0,6
3. Hitung Tn = Tc + Ts (SK SNI T-15-1991-03. Ps. 3.4.6.5)
Dimana : Tc = kuat momen torsi nominal yang disumbangkan oleh beton.
Ts = kuat momen torsi nominal yang disumbangkan oleh tulangan
torsi.
4. Kuat geser beton akibat geser dan lentur (SK SNI T-15-1991-03. Ps. 3.4.3.1(1))
Vc =
) .
6
( d bw
fc

,
_

5. Kuat geser beton dimana momen torsi terfaktor Tu melebihi



1
1
]
1

,
_

y x
fc
2
24
(SK SNI T-15-1991-03. Ps. 3.4.3.1.(4))
Vc =

,
_

,
_

,
_

2
5 , 2 1
6
'
Vu
Tu
C
d b
fc
t
w
6. Beberapa persyaratan untuk perhitungan torsi
o Tu < y x
fc

2
20
'
Vu < Vc
o Tu < y x
fc

2
20
'
Vu > Vc
Dimana :
S
At
= 0 ;
S
Av
=
fy
Bw
3
o Tu < y x
fc

2
20
'
Vu > Vc
Dimana :
S
At
= 0 ;
S
Av
=
d fy
Vs
.
o Tu > y x
fc

2
20
'
Vu < Vc
Dimana : 2
S
At
=
fy
Bw
3
;
S
Av
= 0
Ada tulangan memanjang.
o Tu > y x
fc

2
20
'
Vu > Vc
Dimana :
S
At
=
fy y x
Ts
t
. . .
1 1

;
S
Av
=
d fy
Vs
.
S
Avt
= 2
S
At
+
S
Av
Kontrol Avt min =
fy
S Bw
3
.
- 2 At
Torsi diabaikan
Perlu tulangan minimum
Studi Perencanaan Portal dan Pondasi Gedung B 29
Rusun Siwalankerto Surabaya Dengan Metode Daktilitas Terbatas
Ada tulangan memanjang
o Tu > 4 Tc, besarkan penampang (SK SNI 3.4.6.(9).(4))
7. Akibat geser lentur
S
Av
=
d fy
Vs
.
; Vs =

Vs
- Vc
8. Akibat geser torsi
S
At
=
fy y x
Ts
t
. . .
1 1

Dimana : Ts =

Tu
- Ts

t
= 1/3 (2 +
1
1
x
y
) ;
t
1,5
9. Tulangan memanjang
Ambil nilai terbesar dari :
A1 = 2 At

,
_

+
S
Y X
1 1
atau
A1 =

,
_

+
1
1
1
1
]
1

,
_

+
S
Y X
At
ct
Vu
Tu
Tu
fy
S x
1 1
2
3
. . 8 , 2
Kontrol (tidak perlu lebih dari)
A1maks
fy
S Bw
3
.

,
_

+
S
Y X
1 1
atau
A1maks

,
_

+
1
1
1
1
]
1

,
_

+
S
Y X
fy
S bw
ct
Vu
Tu
Tu
fy
S x
1 1
. 3
.
3
. . 8 , 2
Perencanaan Kolom Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03 Pasal 3.14.9.4
Ketentuan struktur kolom untuk daktilitas yaitu mampu merespons terhadap
gempa kuat secara inelastik tanpa mengalami keruntuhan getas.
Persyaratan
Diameter sengkang minimum = 10 mm
( SK SNI T-15-1991-03 Pasal 3.16.10.4.(2) ) dan ( SK SNI T-15-1991-03 Pasal
3.16.10.5 )
S jarak tumpuan S
2
dk
atau
S
2
dk

S 10 kali diameter tulangan
S 200 mm diambil yang terkecil
S jarak lapangan sama dengan S pada persyaratan untuk struktur daktilitas
tingkat 1
X1
Y1
30 NEUTRON, VOL.8, NO.1, FEBRUARI 2008 : 23-44
Perencanaan Kolom Portal (Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03)
Kuat lentur perlu (Nu > 0.10.Ag.fc)
1. Kuat lentur kolom harus memenuhi :
M
UK
1,05 (M
DK
+ M
LK

d .
KM
EK
)
( SK SNI T-15-1991-03 Pasal 3.14.9.4.2.(a))
2. Gaya aksial rencana N
uk
yang bekerja pada kolom dihitung dari :
NUK = 1,05 (NDK + NLK + d..KNEK )
( SK SNI T-15-1991-03 Pasal 3.14.9.4.2.(b))
3. Mnk Muk
4. Nnk Nuk
Kuat geser perlu
1. Komponen struktur rangka yang dibebani kombinasi lentur dan aksial , kuat geser
rencana dari kolom harus dihitung dari :
VuK = 1,05 (VDK + VLK + d..KVEK )
( SK SNI T-15-1991-03 Pasal 3.14.9.9.( 2)
2. Vnk Vuk
3. Vnk = Vc + Vn
4. V
C
= 2
bwd
fc
Ag
N

,
_

,
_

+
6
'
14
1
(SK SNI T-15-1991-03 Pasal 3.4.3.1.(2))
V
C
yang diperhitungkan adalah sama dengan setengah setengah dari persyaratan
yang ditentukan untuk struktur tingkat daktilitas I sepanjang daerah ujung dari kolom,
sedangkan untuk daerah diluar daerah ujung kolom mengikuti struktur tingkat
Daktilitas I.
( SK SNI T-15-1991-03 Pasal 3.14.9.10.(1))
Pada daerah ujung ,
Panjang I
0
tidak boleh kurang dari :
Tinggi komponen dari dimensi struktur untuk Nu0.3 Ag fc
Satu setengah kali tinggi komponen dimensi struktur untuk Nu>0.3 Ag fc
Seperenam bentag bersih dari komponen struktur
450 mm
Diambil yang terbesar
( SK SNI T-15-1991-03 Pasal 3.14.9.6.(3))
Panjang penyaluran
Panjang penyaluran adalah panjang penambahan yang diperlukan untuk
menggambarkan tegangan leleh dalam tulangan, merupakan fungsi dari tegangan local.
Panjang penyaluran menentukan tahanan tergelincirnya tulangan.
ld panjang penyaluran dasar ( ldb ) x faktor modifikasi
Panjang penyaluran tulangan baja tarik
a) Panjang penyaluran dasar -
ldb
Untuk baja tulangan baja D-36 atau lebih kecil
Studi Perencanaan Portal dan Pondasi Gedung B 31
Rusun Siwalankerto Surabaya Dengan Metode Daktilitas Terbatas
'
. . 02 , 0
fc
fy A
l
b
db

(SK SNI 3.5.2.2)
tetapi tidak boleh kurang dari
b)
ldb
= 0.06. db . fy
dimana :
ldb
= panjang penyaluran dasar (m)
fy = tegangan leleh baja (Mpa)
fc = tegangan beton (Mpa)
Ab = luas penampang batang tulangan baja (mm2)
d = diameter nominal batang tulangan baja (mm)
Faktor modifikasi
Penulangan tersedia lebih banyak
tersedia
perlu
As
As
(SK SNI 3.5.3.2)
Panjang penyaluran
ld
tidak boleh kurang dari 300 mm.
Panjang penyaluran tulangan baja tekan
a) Panjang penyaluran dasar
ldb
'
. 100
fc
d
l
b
db

untuk fy = 400 Mpa (SK SNI 3.5.3.1)
tetapi tidak boleh kurang dari
ldb = 0.04. db .
' fc
b) Faktor modifikasi
Penulangan tersedia lebih banyak
tersedia
perlu
As
As
(SKSNI 3.5.3.1)
Panjang penyaluran
ld
tidak boleh kurang dari 200 mm.
Persyaratan jangkar, kait dan bengkokan
l
d
= panjang penyaluran dasar ( l
db
) x faktor modifikasi
a) Panjang penyaluran kait tarik l
hb

'
. 100
fc
d
l
b
hb

untuk fy = 400 Mpa (SK SNI 3.5.5.2)
b) Faktor modifikasi
1) Untuk fy selain 400 Mpa, maka
400
fy
2) Untuk batang < D 36 dengan tebal selimut < 60 mm (SK SNI 3.5.5-3.2)
Dan untuk kait 90 dengan selimut pada perpanjangan kait < 50 mm.
3) Apabila penjangkaran fy atau penyalurannya
tersedia
perlu
As
As
(SK SNI 3.5.5-3.1)
Tidak khusus diperlukan dan jumlah penulangannya lentur teredia lebih
banyak.
Dimana :
db
l
= panjang kait (mm)
hb
l
= panjang penyaluran kait (mm)
32 NEUTRON, VOL.8, NO.1, FEBRUARI 2008 : 23-44
d
b
= diameter nominal batang tulangan baja (mm)
fy = tegangan leleh baja (Mpa)
Syarat panjang penyaluran adalah :
dh
l
> 8 d
db
> 150 mm
ANALISA DAN HASIL PERHITUNGAN
Perencanaan Dimensi Balok (SK SNI T-15-1991-03 Pasal 3.2.5-2)
o Balok Induk Melintang l = 800 cm
h =
12
L
x
,
_

+
700
4 . 0
fy
=
12
800
x
,
_

+
700
320
4 . 0
= 57,14 cm 60 cm
b =
3
2
x h =
3
2
x 60 = 40 cm
Direncanakan dimensi balok induk melintang 40/60
o Balok Induk Memanjang l = 800 cm
h =
12
L
x
,
_

+
700
4 . 0
fy
=
12
800
x
,
_

+
700
320
4 . 0
= 57,14 cm 60 cm
b =
3
2
x h =
3
2
x 60 = 40 cm
Direncanakan dimensi balok induk melintang 40/60
o Balok Kantilever untuk bentang l = 165 cm
h
8
l
x
,
_

+
700
4 . 0
fy
=
8
165
x
,
_

+
700
320
4 . 0
= 17,68 cm 35 cm
b =
3
2
x h =
3
2
x 35 = 23,33 cm 25 cm
Direncanakan dimensi balok anak memanjang 25/35
o Balok Anak Memanjang dan melintang
l = 800 cm
h =
21
L
x
,
_

+
700
4 . 0
fy
=
21
800
x
,
_

+
700
320
4 . 0
= 32,65 cm 40 cm
b =
3
2
x h =
3
2
x 40 = 26,67 cm 30 cm
Direncanakan dimensi balok anak 30/40
l = 400 cm
h =
21
L
x
,
_

+
700
4 . 0
fy
=
21
400
x
,
_

+
700
320
4 . 0
= 16,32 cm 25 cm
Studi Perencanaan Portal dan Pondasi Gedung B 33
Rusun Siwalankerto Surabaya Dengan Metode Daktilitas Terbatas
b =
3
2
x h =
3
2
x 25 = 16,67 cm 20 cm
Direncanakan dimensi balok anak 20/25
Perencanaan Dimensi Kolom (SNI 03-2847-2002 Pasal 15.7.4)
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 dimensi kolom direncanakan sebagai berikut :
Kolom persegi :

kolom
kolom
L
I

Balok L
IBalok

425
bh
12
1
3

800
bh
12
1
3

425
xh
12
1
4

800
x40x60
12
1
3
h
4
4590000
46,28 cm 50 cm
Direncanakan dimensi kolom : 50 x 50
Perencanaan Dimensi Sloof
Diambil bentang terpanjang = 800 cm (diasumsi kolom sloof jepit-jepit).
E
sloof
= E
kolom
4700 ' c
f
= 4700 25
= 23500 Mpa
I
kolom
=
3
xbxh
12
1
=
4
h x
12
1
=
4
50 x
12
1
= 520833,33 cm
4
h
kolom
= 425 cm (diambil yang terpanjang)
I
sloof
=
3
h x b x
12
1
b =
xh
3
2
=
3
h x h x
3
2
x
12
1

,
_

=
4
xh
18
1

kolom
kolom
L
EI
=
sloof
sloof
L
EI

425
33 , 520833
=
800
xh
18
1
4

h
4
= 17647058,71 cm
4
h = 64,81 cm 50 cm
b =
3
2
x h =
3
2
x 50 = 33,33 cm 35 cm
Direncanakan dimensi sloof adalah 35/50
Perhitungan Pembebanan Plat
Pembebanan Plat Lantai 2, 3, & 4
o Lantai kelas
1. Beban Mati
Berat sendiri plat = 0,12 x 2400 = 288 kg/m
2
Ubin (2 cm) = 2 x 24 = 48 kg/m
2
34 NEUTRON, VOL.8, NO.1, FEBRUARI 2008 : 23-44
Spesi (2 cm) = 2 x 21 = 42 kg/m
2
Ducting AC + instalasi listrik = 40 kg/m
2
Plafond + penggantung = 11 + 7 = 18 kg/m
2
+
qd = 436 kg/m
2
2. Beban Hidup
Beban hidup lantai = 250 kg/m
2
+
qLL = 250 kg/m
2
Jadi, kombinasi pembebanan
U = 1,2 DL + 1,6 LL
= 1,2 . 436 + 1,6 . 250 = 923,2 kg/m
2
o Lantai serba guna
1. Beban Mati
Berat sendiri plat = 0,12 x 2400 = 288 kg/m
2
Ubin (2 cm) = 2 x 24 = 48 kg/m
2
Spesi (2 cm) = 2 x 21 = 42 kg/m
2
Ducting AC + instalasi listrik = 40 kg/m
2
Plafond + penggantung = 11 + 7 = 18 kg/m
2
+
qd = 436 kg/m
2
2. Beban Hidup
Beban hidup lantai serbaguna = 400 kg/m
2
+
qLL = 400 kg/m
2
Jadi, kombinasi pembebanan
U = 1,2 DL + 1,6 LL
= 1,2 . 436 + 1,6 . 400 = 1163,2 kg/m
2
Pembebanan Plat Atap
1. Beban Mati
Berat sendiri plat = 0,10 x 2400 = 240 kg/m
2
Aspal (2 cm) = 2 x 14 = 28 kg/m
2
Ducting AC + instalasi listrik = 40 kg/m
2
Plafond + penggantung = 11 + 7 = 18 kg/m
2
+
qd = 326 kg/m
2
2. Beban Hidup
Beban hidup akibat pekerjaan pada atap = 100 kg/m
2
+
qLL = 100 kg/m
2
Jadi, kombinasi pembebanan
U = 1,2 DL + 1,6 LL
= 1,2 . 326 + 1,6 . 100 = 551,2 kg/m
2
Pembebanan Tangga dan Bordes
Pembebanan Pada Tangga
1. Beban Mati (D
L
)
Berat anak tangga : 0,0726 x 2400 = 174,24 kg/m
2
Berat spesi (2 cm) : 2 x 21 = 42 kg/m
2
Berat ubin (2 cm) : 2 x 24 = 48 kg/m
2
Berat pipa pegangan 4 (diasumsikan) = 20 kg/m
2
+
Studi Perencanaan Portal dan Pondasi Gedung B 35
Rusun Siwalankerto Surabaya Dengan Metode Daktilitas Terbatas
q D
L
= 284,24 kg/m
2
Berat sendiri plat tangga input SAP 2000
2. Beban Hidup (L
L
)
Beban hidup (ql) = 300 kg/m
2
Kombinasi beban (qu) = 1,2 qd + 1,6 ql
Pembebanan Pada Bordes
1. Beban Mati (D
L
)
Berat spesi (2 cm) : 2 x 21 = 42 kg/m
2
Berat ubin (2 cm) : 2 x 24 = 48 kg/m
2
Berat pipa pegangan 4 (diasumsikan) = 20 kg/m
2
+
q D
L
= 110 kg/m
2
Berat sendiri plat tangga input SAP 2000
2. Beban Hidup (L
L
)
Beban hidup (ql) = 300 kg/m
2
Beban hidup didefinisikan sebagai potensial
Kombinasi beban (qu) = 1,2 qd + 1,6 ql
Perhitungan Beban Gempa
Perencanaan beban gempa pada struktur rusun ini menggunakan metode Beban
Statik Ekivalen (BSE), dimana pengaruh gempa pada struktur dianggap sebagai beban
gempa statik horizontal untuk menirukan pengaruh gempa yang sesungguhnya akibat
gerakan tanah.
Perhitungan Beban Gempa Cara Statis Ekivalen Dengan Memperhitungkan
Eksentrisitas
Pengertian Eksentrisitas
Pengertian eksentrisitas adalah jarak dari pusat massa (Center of Mass)
kepusat kekakuan (Center of Rigidity).
Akibat adanya eksentrisitas antara pusat massa dan pusat kekakuan maka
timbul momen puntir (momen torsi). Momen torsi adalah hasil kali antara gaya
geser yang terjadi pada suatu tingkat bangunan dengan jarak dari pusat massa ke
pusat kekakuan, kemudian momen torsi itu didistribusikan sebagai gaya geser
pada masing-masing kolom, dimana besarnya gaya geser itu tergantung dari
kekakuan masing-masing kolom dan jarak kolom itu kepusat kekakuan pada
lantai / tinkat yang ditinjau. Untuk perhitungannya adalah sebagai berikut :
Berat bangunan per latai
Berat Lantai 1 (W0) = 295956,5 kg
Berat Lantai 2 (W1) = 887761,98 kg
Berat Lantai 3 (W2) = 892543,23 kg
Berat Lantai 4 (W3) = 837386,98 kg
Berat Lantai Atap (W4) = 450655,95 kg
Berat Total ; W
t
= W
0
+ W
1
+ W
2
+ W
3
+ W
4

= 295956,5 + 887761,98 + 892543,23 + 837386,98 + 450655,95
= 3364304,64 kg
36 NEUTRON, VOL.8, NO.1, FEBRUARI 2008 : 23-44
Berdasarkan Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Rumah dan Gedung
(PPKGURG) 1987 pasal 2.3.2 mensyaratkan agar unsur-unsur primer direncanakan
terhadap pengaruh 100 % dari gempa rencana dalam satu arah utama yang
dikombinasikan dengan pengaruh 30 % dari gempa rencana dalam arah tegak lurus
padanya. Berhubung dengan itu, kombinasi-kombinasi pengaruh beban gravitasi, gempa
dalam arah x dan gempa dalam arah y (tegak lurus dalam arah x) berikut harus ditinjau
dalam perencanaan unsur-unsur struktur (artinya : pengaruh gempa arah x dikerjakan
pada unsur dalam arah itu dikombinasikan dengan pengaruh gempa arah y dikerjakan
dengan arah tegak lurus pada arah x)
Gravitasi 100% gempa arah x 30% gempa arah y
Gravitasi 100% gempa arah x 30% gempa arah y
Adapun yang dipakai dalam perencanaan adalah kombinasi pembebanan
(dengan memperhatikan tanda yang sesuai) yang menghasilkan keadaan yang paling
berbahaya. Untuk perhitungan beban gempa per kolom dan per portal dengan kombinasi
sesuai diatas dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3: Perhitungan Gaya Gempa (Fx ; Fy) Tiap Lantai
Lantai
F tiap lantai
(kg)
Fx (kg) Fy (kg) ex
(m)
ey
(m)
MR (kg.m)
Fx=Flantai
Fy=0.3*F lantai
MRx MRy
1
2
3
4
atap
0
64114,02
128918,64
181427,84
130185,19
0
64114,02
128918,64
181427,84
130185,19
0
-19234,206
-38675,592
-54428,352
-39055,557
0,83
0,82
0,82
0,82
-1,12
0,86
1,31
1,31
1,31
-4,46
0
52573,49
105713,28
148770,83
-145807,41
0
25196,80
50665,02
71301,14
-174187,78
PENULANGAN STRUKTUR UTAMA
Penulangan Kolom
Penulangan Tekan dan Lentur Kolom
Direncanakan penulangan kolom pada empat sisi
Fc = 25 Mpa
Fy = 320 Mpa
= 0,8
b = h = 500 mm
As perlu = 0,03 x 500 x 500 = 7500 mm
2
Dipasang tulangan 24 D 22 ( 9118,56 mm
2
)
Penulangan Geser, untuk sepanjang dan di luar daerah ujung kolom :
Setelah hasil perhitungan, maka akan dipasang sengkang 10 150 mm
Studi Perencanaan Portal dan Pondasi Gedung B 37
Rusun Siwalankerto Surabaya Dengan Metode Daktilitas Terbatas

24 D 22
10 - 150
50
50
Gambar 1: Penulangan Kolom
Penulangan Balok
Material Property Balok Induk
Mutu beton : 25 Mpa (fc)
Mutu baja untuk tulangan utama : D 22 mm (fy = 320 Mpa)
Mutu baja untuk tulangan sengakang : 10 mm (fy = 240 Mpa)
Selimut beton (decking) : 40 mm
Ukuran balok :
o Lebar balok : 400 mm
o Tinggi balok : 600 mm
o Bentang : 8000 mm
Penulangan Lentur Balok Induk
Diambil contoh penulangan pada balok induk memanjang lantai 2 As B-C, 2.
Penulangan lentur tumpuan direncanakan dengan tulangan rangkap penampang persegi.
Tulangan utama dipakai D 22 mm, tulangan sengkang dipakai 10 mm.
Sehingga hasil akhir tulangan memanjang menjadi :
Tulangan Tumpuan :
Top : 2896,03 + 318,98 = 3215,01 mm
2
9 D 22 (As = 3419,46 mm
2
)
Web : 2 (318,98) = 637,96 mm
2
2 D 22 (As = 759,88 mm
2
)
Bottom : 965,34 + 318,98 = 1284,32 mm
2
4 D 22 (As = 1519,76 mm
2
)
Tulangan Lapangan :
Top : 848,15 + 318,98 = 1167,13 mm
2
4 D 22 (As = 1519,76 mm
2
)
Web : 2 (318,98) = 637,96 mm
2
2 D 22 (As = 759,88 mm
2
)
Bottom : 2544,45 + 318,98 = 2863,43 mm
2
9 D 22 (As = 3419,46 mm
2
)
38 NEUTRON, VOL.8, NO.1, FEBRUARI 2008 : 23-44
60
12
2 D 22 2 D 22
60
40
Tumpuan Lapangan
10 - 100
40
4 D 22 9 D 22
10 - 150
4 D 22
9 D 22
12
Gambar 2: Hasil Akhir Penulangan Balok Induk
Penulangan Balok Anak
Mutu beton : 25 Mpa (fc)
Mutu baja untuk tulangan utama : D 22 mm (fy = 320 Mpa)
Mutu baja untuk tulangan sengakang : 10 mm (fy = 240 Mpa)
Selimut beton (decking) : 30 mm
Ukuran balok :
o Lebar balok : 300 mm
o Tinggi balok : 400 mm
o Bentang : 8000 mm
Penulangan Lentur Balok Anak
a. Daerah Tumpuan
Dipasang 6 D 22 ( 2279,64 mm
2
)
Dipasang 2 D 22 ( 759,88 mm
2
)
b. Daerah Lapangan
Dipasang 6 D 22 ( 2279,64 mm
2
)
Dipasang 2 D 22 (759,88 mm
2
)
Penulangan Geser
Dipasang 10 100 mm
a. Untuk daerah sepanjang d 0.25 B :
Dipasang 10 100 mm
b. Untuk daerah sepanjang 0.25 B 0.50 B :
Dipasang 10 150 mm
Studi Perencanaan Portal dan Pondasi Gedung B 39
Rusun Siwalankerto Surabaya Dengan Metode Daktilitas Terbatas
6 D 22
2 D 22
10 - 100
30
Lapangan
6 D 22
2 D 22
10 - 150
2 D 22
40
12
2 D 22
Tumpuan
30
40
12

Gambar 3: Hasil Akhir Penulangan Balok Anak
PERENCANAAN PONDASI
Adapun perencanaan bangunan bawah ini meliputi :
Perencanaan pondasi, yang meliputi : perhitungan daya dukung satu tiang,
jumlah tiang dalam satu kelompok, efisiensi, pemeriksaan daya dukung pondasi
kelompok, dan pemeriksaan terhadap beban lateral.
Perencanaan poer, yang meliputi : pemeriksaan kuat geser poer dan penulangan
lentur poer.
Perencanaan sloof, yang meliputi : perencanaan terhadap kombinasi beban
lentur, aksial tarik dan geser.
Untuk perencanaan jumlah tiang pancang yang diperlukan akan digunakan data tanah
hasil uji sondir.
Data Perencanaan
Adapun spesifikasi teknis PC Pile yang akan digunakan adalah sebagai berikut :
1. Dimensi tiang pancang : 35 x 35 cm
2. Luas bruto tiang pancang : 1225 cm
2
3. Berat tiang pancang : 306,25 kg/m
2
4. Keliling tiang pancang : 140 cm
5. Panjang tiang pancang : 12 m
6. Mutu beton tiang pancang (fc) : 30 Mpa
7. Tegangan beton (fct) : 0,45 fc
: 0,45 x 30 = 13,5 Mpa = 135 kg/cm
2
8. Kedalaman tiang : 10 m
9. Mutu beton untuk poer (fc) : 25 Mpa
10. Mutu baja untuk poer (fy) : 320 Mpa
40 NEUTRON, VOL.8, NO.1, FEBRUARI 2008 : 23-44
0.65
kolom
50/50
3.20
3.20
Mx
My
X
Y
0.60 1.00 1.00 0.60
0.60
1.00
1.00
0.60
0.35
P
Gambar 4: Tiang Pancang Kelompok
Gaya yang dipikul tiang :
P =
2 2
y
Ymax Mx
x
Xmax My
n
P
t t
Pmax =
2 2
y
Ymax Mx
x
Xmax My
n
P
+ +
=
6
1 31342,09
6
1 7110,64
9
241344,09
+

+
= 33224,79 kg < P ijin x = 51296,5 x 0,677 = 34727,73 kg .................(Ok)
Pmin =
2 2
y
Ymax Mx
x
Xmax My
n
P

=
6
1 31342,09
6
1 7110,64
9
241344,09

= 20780,55 kg < P ijin x = 51296,5 x 0,677 = 34727,73 kg .................(Ok)


(tidak terjadi cabut)
Jadi beban maximum yang diterima 1 tiang adalah 33224,79 kg
Perencanaan Pile Cap (Poer)
Studi Perencanaan Portal dan Pondasi Gedung B 41
Rusun Siwalankerto Surabaya Dengan Metode Daktilitas Terbatas
Poer direncanakan terhadap gaya geser pons pada penampang kritis dan penulangan
akibat momen lentur.
Data Perencanaan
Dari perhitungan dimuka diperoleh data-data sebagai berikut :
P : 33224,79 kg
Dimensi poer : 3,2 m x 3,2 m x 0,65 m
Jumlah tiang pancang : 9 buah
Dimensi kolom : 50 cm x 50 cm
Mutu beton (fc) : 25 Mpa
Mutu baja (fy) : 320 Mpa
Diameter tulangan pokok : 22 mm
Selimut beton (dc) : 50 mm
Tinggi efektif (d) : 650 50 .22 = 589 mm
Penulangan Lentur Arah X
As =
' fs
C
=
160
2225700
= 13910,625 mm
2
Dipasang tulangan 40 D 22 (15197,6 mm
2
)
Jarak pemasangan tulangan :
s =
1 40
) 5 2 ( 320

x
= 7,9 cm
Penulangan Lentur Arah Y
Karena bentuk dari poer adalah persegi empat dengan panjang arah X dan arah Y
sama, maka penulangan arah Y dipakai sama dengan penulangan arah X, yaitu
dipakai tulangan 20 D 22 dengan jarak 7,9 cm
42 NEUTRON, VOL.8, NO.1, FEBRUARI 2008 : 23-44
0.65
4
0

D

2
2
4
0

D

1
9
40D22
40D19
3.20
3.20
0.60 1.00 0.60 1.00
40D22
40D22
40D19
40D19
Gambar 5: Penulangan Poer
Perhitungan Sloof
Data perencanaan perhitungan sloof didasarkan pada beban maximum yang bekerja
pada pondasi, dimana pada perencanaan rusun ini sloof hanya direncanakan untuk
menghubungkan antara pondasi kolom dengan kolom.
Dari perhitungan dimuka diperoleh data sebagai berikut :
P : 213509,69 kg = 2135096,9 N
Panjang sloof : 8 m
Mutu beton (fc) : 25 Mpa
Mutu baja (fy) : 320 Mpa
Diameter tulangan utama : 22 mm
Diameter tulangan sengkang : 10 mm
Dimensi sloof : 35 x 50 cm
Selimut beton (dc) : 50 mm
Tinggi efektif (d) : 500 50 10 - . 22 = 629 mm
Studi Perencanaan Portal dan Pondasi Gedung B 43
Rusun Siwalankerto Surabaya Dengan Metode Daktilitas Terbatas
Penulangan Lentur Sloof
sloof poer poer
qu =1779 kg/m
1.60 m 4.80 m 1.60 m
8.00 m
0.50 0.65
Gambar 6: Pembebanan Sloof
Maka hasil akhir penulangan memanjang sloof menjadi :
As
bottom
= As lentur + As tarik
= 493,89 + . 834,02 = 910,9 mm
2
Dipasang 3 D 22 (As = 1139,82 mm
2
)
As
top
= As lentur + As tarik
= 1481,69 + . 834,02 = 1898,7 mm
2
Dipasang 6 D 22 (As = 2279,64 mm
2
)
Penulangan Geser Sloof
Karena Vu < 0,5 Vc, maka tidak perlu tulangan geser.
Dipasang tulangan geser praktis :
Pasang 10 100 mm (tumpuan)
Pasang 10 200 mm (lapangan)
6 D 22
3 D 22 6 D 22
3 D 22
50
35
Tumpuan Lapangan
35
50
10 - 100 10 - 200
Gambar 7: Penulangan Sloof
44 NEUTRON, VOL.8, NO.1, FEBRUARI 2008 : 23-44
KESIMPULAN & SARAN
Kesimpulan
Perencanaan rumah susun dengan daktilitas 2 sangat sesuai untuk wilayah surabaya,
dikarenakan surabaya jarang akan terjadinya gempa (wilayah 4). Dari hasil analisa
struktur, kemudian didapatkan dimensi profil balok induk melintang 40/60 (9D22 &
4D22), balok anak 20/25 (6D22 &2D22), dimensi kolom 50 x 50 (24D22), dimensi
sloof adalah 35/50 (6D22 & 3D22), tebal plat lantai 2, 3, & 4: 12 cm, untuk plat lantai 1
10 cm, dimensi tiang pancang 35 x 35 cm dengan kedalaman tiang 10 m, dimensi poer
3,2m x 3,2 m x 0,65 m (40D22 & 40D19).
Saran
Untuk penelitian pada gedung-gedung lainnya sebaiknya menggunakan tingkat
daktilitas 2 karena selain bermanfaat terhadap gempa dan juga meminimalkan biaya
pembangunan gedung-gedung tersebut nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Das, B.M. (1995), Mekanika Tanah & Pondasi, Jakarta : Penerbit Erlangga
Departemen Pekerjaan Umum (1991), Tata cara Perhitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung (SK SNI T 15 1991 03), Bandung : Yayasan Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan.
Departemen Pekerjaan Umum (1987), Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Untuk
Rumah Dan Gedung (SKBI-1.3.53.1987), Jakarta : Yayasan Badan Penerbit PU
Departemen Pekerjaan Umum (1984), Peraturan Perencanaan Bangunan Gedung Baja
Indonesia, Bandung : Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan,
Departemen Pekerjaan Umum (1983), Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk
Bangunan Gedung, Bandung : Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan,
Departemen Pekerjaan Umum (1971), Pedoman Beton 1971, Bandung: Badan
Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum
Labolatorium Beton dan Bahan Bangunan FTSP ITS (1992), Tabel Grafik dan Diagram
Interaksi Untuk Perhitungan Struktur Beton Berdasarkan SNI 1992, Surabaya: FTSP
ITS
Sosrodarsono, Suyono & Nakazawa, Kazuto (2005), Mekanika Tanah & Teknik
Pondasi, Cetakan Ke Delapan, Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
Wang, C.K, dan Salmon, C. G. (1990), Disain Beton Bertulang, Edisi 4, Jilid 1,
Jakarta: Penerbit Erlangga
Wang, C.K, dan Salmon, C. G. (1990), Disain Beton Bertulang, Edisi 4 Jilid 2, Jakarta:
Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai