Anda di halaman 1dari 21

RIDLO SAYYIDINA AULIYA 105060800111013 JARINGAN MULTIMEDIA KELAS E

Penerapan Multiprotocol Label Switching (MPLS) untuk Mengatasi Permasalahan pada Best-effort Service

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Seiring dengan pesatnya perkembangan internet saat ini, jumlah user dan aplikasi yang tergabung dalam jaringan IP juga semakin besar. Dengan munculnya berbagai aplikasi baru seperti voice, video, dan web menyebabkan kebutuhan akan aplikasi multimedia dan perbaikan kualitas layanan internet mengalami peningkatan. Best-effort service yang ditawarkan oleh jaringan bertujuan untuk mewujudkan kualitas layanan internet yang lebih baik. Kualitas layanan yang baik tersebut dapat dibuktikan dengan berjalannya aplikasi-aplikasi baru tersebut secara optimal. Namun faktanya, best-effort service ini justru menyebabkan peningkatan kualitas layanan internet tidak dapat diwujudkan dengan baik. Best-effort service memberikan perlakuan forwarding yang sama bagi semua paketpaketnya. Hal ini mungkin tidak akan menjadi masalah, kecuali bagi jaringan yang memiliki bandwidth dan buffer space terbatas. Jaringan dengan keterbatasan bandwidth dan buffer space akan dihadapkan pada kendala berupa linking dan routing yang memakan waktu lama sebagai imbas adanya beban yang signifikan pada backbone. Ketidakmampuan untuk menghadapi kendala tersebut akan menyebabkan tidak terwujudnya peningkatan kualitas layanan internet. Permasalahan ini berimbas pada aspek reliability dan security jaringan yang merupakan komponen penting dalam backbone skala besar.

1.2 Tujuan Tujuan penulisan jurnal ini adalah untuk memberikan pemahaman melalui pembahasan kualitas layanan internet (Quality of Services/QoS) beserta komponenkomponen dan cara kerjanya, pembahasan definisi, komponen, dan cara kerja Multiprotocol Label Switching (MPLS) serta pengaruh antara keduanya.

RIDLO SAYYIDINA AULIYA 105060800111013 JARINGAN MULTIMEDIA KELAS E

1.3 Batasan Masalah Tulisan ini berisi pembahasan mengenai definisi IP Network, aspek-aspek kualitas layanan internet, serta karakteristik, cara kerja, teknologi, dan manfaat MPLS, serta implementasi MPLS dalam usaha peningkatan kualitas layanan internet.

2. Kajian Teori 2.1 IP Network Internet Protocol (IP) merupakan salah satu protokol yang menjadi bagian dari network layer pada OSI Model. IP Network merupakan jaringan yang di dalamnya terdapat komunikasi berbasis IP. IP memiliki beberapa fungsi diantaranya berperan dalam proses transmisi data. IP menggunakan metode dan struktur pengalamatan guna menunjang fungsinya tersebut. Metode yang digunakan IP ini dikenal dengan encapsulation dan diterapkan dari layer teratas hingga layer terbawah. Suatu datagram IP merupakan paket data yang berbentuk blok-blok. Dalam paket data tersebut terdapat data yang telah dilengkapi dengan header dan informasi alamat. 2.1.1 Routing IP Setiap datagram IP ditransmisikan secara terpisah. Paket-paket data tersebut akan ditransmisikan dari source menuju alamat yang dimaksud dan telah diisikan pada header. Mekanisme tersebut hanya berlaku pada datagram yang letaknya berada dalam jaringan lokal. Apabila paket berada di jaringan luar, maka digunakan mekanisme routing. Device yang digunakan yakni router. Algoritma yang digunakan pada routing bertujuan untuk mencari jalur terpendek dan tercepat untuk proses transmisi data. Routing dilakukan dengan pertukaran informasi yang terjadi antara protokol penghitungan jalur terbaik dengan menggunakan hop.

RIDLO SAYYIDINA AULIYA 105060800111013 JARINGAN MULTIMEDIA KELAS E

2.2 Quality of Service (QoS) Quality of Service (QoS) dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu jaringan untuk menyediakan layanan yang baik dengan penyediaan bandwidth dalam jumlah yang tepat serta mengatasi delay dan jitter[5]. QoS juga dapat didefinisikan dari segi networking dan segi application development. Definisi QoS dari segi networking mengacu pada kemampuan QoS untuk memberikan layanan kepada traffic jaringan dengan kelas yang berbeda, sesuai dengan tujuan akhir dari QoS yakni memberikan network service yang lebih baik dan terencana dengan dedicated bandwidth, jitter, dan latency yang terkontrol dan meningkatkan karakteristik loss. QoS dibuat dengan tujuan untuk memberikan jaminan kepada user dalam mendapatkan performansi terbaik dari jaringan. Penyediaan performansi terbaik tersebut dapat dibuktikan oleh QoS melalui pemenuhan layanan dengan kebutuhan yang berbeda, dengan berbagai jenis aplikasi, namun dengan infrastruktur yang sama, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. QoS memiliki 3 tingkatan layanan yang biasanya diterapkan, antara lain best-effort service, integrated service, dan differentiated service[5]. 1. Best-Effort Service Best-effort service merupakan tingkatan layanan yang terfokus pada upaya untuk membuat paket sampai di tujuan yang diinginkan. Meskipun begitu, best-effort service tidak dapat memberikan jaminan paket sampai di tujuan karena sebuah aplikasi dapat mengirimkan data dengan berbagai jenis beban kapan saja tanpa harus meminta izin terlebih dulu pada jaringan. Tidak semua jenis jaringan dan aplikasi cocok menerapkan best-effort service. FTP dan HTTP adalah jenis aplikasi yang dapat menerapkan best-effort service tanpa masalah. Jaringan dengan bandwidth terbatas dan aplikasi yang rentan terhadap network delay tidak cocok digunakan dengan best-effort service.

2. Integrated Service Integrated service merupakan tingkatan layanan yang terfokus pada penyediaan jaminan layanan dalam penyediaan aplikasi melalui negosiasi parameter secara end to end.

RIDLO SAYYIDINA AULIYA 105060800111013 JARINGAN MULTIMEDIA KELAS E

Pada tingkatan layanan ini, aplikasi yang akan beroperasi akan meminta tingkat layanan yang sesuai dan dibutuhkan. Setelah itu, aplikasi meminta penyediaan resource aplikasi. Permintaan penyediaan resource ini menggunakan Reservation Protocol (RSVP) agar dapat melakukan transmisi data. Selain itu penyediaan resource ini tergantung pada mekanisme QoS dan dimulai sejak aplikasi ditransmisikan di awal. Prosedur transmisi didahului dengan pemberian tanda pada aplikasi bahwa jaringan yang akan digunakan memiliki kapasitas beban yang lebih sehingga mampu menampung aplikasi tersebut. Selain itu, aplikasi akan menerima tanda bahwa jaringan mampu menyediakan QoS yang diminta secara end to end. Admission control merupakan suatu prosedur yang dilakukan oleh jaringan dalam usaha pencegahan terjadinya overload pada jaringan. Hal ini dilakukan untuk menanggapi perihal sebelumnya, jika jaringan tidak mampu menyediakan QoS yang diminta maka aplikasi tidak akan menerima tanda yang mengizinkannya memulai proses transmisi. Permasalahan pada tingkatan layanan ini adalah scalability. Mekanisme yang dilakukan harus dikenali oleh setiap node di network. Pengenalan mekanisme dilakukan dengan refresh yang dilakukan secara berkala dan penambahan protokol RSVP untuk setiap aliran traffic. Selain scalability, permasalahan lain yang dihadapi adalah bertambahnya jumlah informasi seiring dengam bertambahnya aliran pada traffic. Pertambahan informasi ini menyebabkan ukuran paket yang juga akan bertambah besar sehingga waktu prosesnya juga semakin lama di router sedangkan kebutuhan router sangat tinggi dan RSVP harus dimiliki oleh setiap router. Integrated service sesuai jika diterapkan untuk komunikasi audio dan video namun tidak tepat untuk aplikasi yang memiliki banyak aliran dengan karakteristik paket yang cenderung kecil.

3. Differentiated Service Differentiated service merupakan tingkatan layanan yang bekerja berdasarkan penandaan pada paket. Differentiated service bertujuan mengatasi permasalahan scalability pada Integrated service dengan menyediakan diferensiasi layanan dan

RIDLO SAYYIDINA AULIYA 105060800111013 JARINGAN MULTIMEDIA KELAS E

menyediakan set perangkat klasifikasi dan mekanisme antrian terhadap protokol atau aplikasi dengan prioritas berbeda pada jaringan yang berbeda. Proses diferensiasi ini dilakukan dengan pembagian traffic ke dalam kelas-kelas tertentu. Pada proses diferensiasi dilakukan identifikasi dengan memasang kode

Differentiated Service Code Point (DSCP). Setelah memasang kode tersebut pada paket IP, differentiated service mengganti IP Type of Service (TOS) dengan DS byte. Tujuan penggantian ini adalah sebagai proses pengklasifikasian paket sehingga dapat diakses tanpa protokol pensinyalan tambahan. Differentiated service bergantung pada kemampuan edge router. Fungsi edge router memungkinkan pemberian klasfikasi dari paket berbeda untuk melewati jaringan, mekanisme sederhana pada sisi core dan mekanisme yang lebih kompleks pada sisi edge dengan membagi layanan ke dalam kelas-kelas yang diberikan kebijakan sesuai dengan permintaan pengguna. Differentiated Service tersusun dari beberapa komponen antara lain traffic conditioning dan perhop behaviors.

QoS dapat dilihat dari tingkat kecepatan dan keandalan dalam mengelola penyampaian data dalam suatu informasi dengan jenis beban yang beragam. [5]Terdapat beberapa parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat kecepatan dan keandalan suatu layanan internet, diantaranya latency (delay), jitter, packet loss, throughput, Mean Operation Score (MOS), echo cancellation, dan Post Dial Delay (PDD). 1. Latency (Delay) Latency atau delay merupakan waktu tempuh data dari asal ke tujuan. Delay dipengaruhi oleh jarak, media transmisi, dan lamanya proses transmisi.

Gambar 2.1 Ilustrasi delay

RIDLO SAYYIDINA AULIYA 105060800111013 JARINGAN MULTIMEDIA KELAS E

Delay dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis, diantaranya : Jenis Delay Algorithmic Delay Keterangan Delay ini disebabkan oleh standar codec yang digunakan. Contohnya, algorithmic delay untuk G.711 adalah 0 ms Packetization Delay Delay ini disebabkan oleh akumulasi bit voice sample ke frame. Contohnya, standar G.711 untuk payload 160 byte memakan waktu 20 ms. Serialization Delay Delay ini disebabkan oleh adanya kebutuhan waktu saat transmisi paket IP dari sisi pengirim. Propagation Delay Delay ini disebabkan oleh perambatan atau perjalanan paket IP di media transmisi hingga ke tujuan. Jenis delay ini pada umumnya akan memakan waktu 4 hingga 6 mikrosekon/km dalam kabel. Coder (processing) delay Delay ini disebabkan adanya waktu yang diperlukan Digital Signal Processing (DSP) untuk compressing blok PCM dan nilainya bergantung dari codec dan kecepatan prosesor. Tabel 2.1 Jenis delay dan penjelasannya

RIDLO SAYYIDINA AULIYA 105060800111013 JARINGAN MULTIMEDIA KELAS E

Gambar 2.2 Ilustrasi delay dalam telekomunikasi

Kategori Latency Excellent Good Poor Unacceptable

Besar Delay <150 ms 150-300 ms 300-450 ms >450 ms

Tabel 2.2 Kategori delay

2. Jitter Jitter merupakan variasi delay, yang menyebabkan adanya perbedaan waktu kedatangan paket. Jitter disebabkan adanya perbedaan panjang antrian, waktu pengolahan data, dan waktu penghimpunan ulang paket-paket di akhir transmisi jitter. Besarnya nilai jitter dipengaruhi oleh variasi beban traffic dan frekuensi terjadinya congestion. Semakin besar nilai jitter, maka nilai QoS akan semakin turun.

RIDLO SAYYIDINA AULIYA 105060800111013 JARINGAN MULTIMEDIA KELAS E

Kategori Degradasi Sangat bagus Bagus Sedang Jelek

Peak Jitter 0 ms 0-75 ms 76-125 ms 125-225 ms

Tabel 2.3 Kategori jitter

3. Packet Loss Packet loss berkaitan dengan adanya paket yang hilang saat ditransmisikan. Packet loss dapat terjadi karena adanya beberapa alasan berikut : 1. Traffic overload 2. Congestion, yakni tabrakan antar dua paket yang sedang ditransmisikan. 3. Error pada media fisik 4. Overflow buffer yang menyebabkan kegagalan pada sisi penerima Paket yang hilang saat ditransmisikan akan ditransmisikan ulang dan hal tersebut akan mempengaruhi seluruh jaringan karena memakan waktu. Meskipun bandwidth yang tersedia cukup untuk dipakai semua aplikasi-aplikasi yang ada dalam jaringan tersebut, efisiensi jaringan akan tetap berkurang.

Kategori Degredasi Sangat bagus Bagus Sedang Jelek

Packet Loss 0% 3% 15% 25%

Tabel 2.4 Kategori packet loss

4. Throughput Throughput merupakan rate transfer efektif yang diukur berdasarkan satuan byte per second (bps). Throughput merupakan jumlah total dari paket yang datang dan

RIDLO SAYYIDINA AULIYA 105060800111013 JARINGAN MULTIMEDIA KELAS E

sampai di tujuan. Paket tersebut diamati ketika berada di destinasi selama interval tertentu dan dibagi berdasarkan interval waktu tertentu.

5. Mean Operation Score (MOS) Mean Operation Score merupakan ukuran secara subjektif dan objektif dari kualitas sinyal yang diterima. Pengukuran secara objektif pada umumnya menggunakan metode Absolute Category Rating (ACR) yang nantinya akan menghasilkan nilai MOS. Pada metode ini tidak terdapat permintaan pada pengamat untuk melakukan perbandingan kualitas speech coder dengan referensi. Skala penilaian untuk MOS adalah Excellent, Good, Fair, dan Bad dengan angka berurutan dari 5 hingga 1.

6. Echo Cancelation Echo cancellation merupakan suatu persyaratan yang berfungsi sebagai jaminan layanan voice over packet. Layanan tersebut membutuhkan jaminan karena delay yang terjadi pada jaringan paket sehingga echo cancellation harus diberlakukan.

7. Post Dial Delay (PDD)

Selain parameter-parameter tersebut, terdapat beberapa hal yang dapat menurunkan nilai QoS, diantaranya redaman, distorsi, dan noise. 1. Redaman Adanya pertambahan jarak pada media transmisi saat melakukan komunikasi menyebabkan sinyal melemah, hal inilah yang disebut dengan redaman. Redaman yang dimiliki oleh media transmisi berbeda-beda tergantung dari bahan penyusunnya. Kadar redaman juga ditentukan oleh kadar frekuensi suatu daerah. Daerah dengan ketinggian lebih besar maka redamannya juga semakin tinggi, hal yang sama berlaku sebaliknya. Untuk menanggulangi adanya redaman, maka diperlukan repeater untuk memperkuat sinyal.

RIDLO SAYYIDINA AULIYA 105060800111013 JARINGAN MULTIMEDIA KELAS E

2. Distorsi Perbedaan bandwidth menyebabkan adanya variasi kecepatan propagasi. Dan perbedaan kecepatan inilah yang nantinya akan menyebabkan distorsi. Distorsi dapat dikurangi dengan pemakaian bandwidth yang seragam dan penggunaan bandwidth yang memadai sehingga kebutuhan akan spektrum sinyal dapat terakomodasi.

Gambar 2.3 Ilustrasi pengaruh bandwidth terhadap distorsi

Gambar 2.4 Ilustrasi analogi bandwidth

3. Noise Noise merupakan jenis gangguan pada jaringan yang dapat menyebabkan jatuhnya nilai QoS.

RIDLO SAYYIDINA AULIYA 105060800111013 JARINGAN MULTIMEDIA KELAS E

Gambar 2.5 Noise

Menurut penyebabnya noise dapat dikategorikan sebagai berikut, a. Thermal noise Jenis noise ini terjadi karena media transmisi mendapat panas berlebih sehingga gangguan terjadi. Suhu mutlak yang sesuai bagi media transmisi adalah 0 0K. Pada media transmisi yang mendapat panas berlebih, elektron penyusun material media transmisi akan mengalami pergerakan secara random dengan karakteristik energi yang sama. Kerentanan media transmisi ini menjadi faktor penentu batas bawah sensitivitas sistem penerima.

b. Intermodulation noise Jenis noise ini terjadi karena komponen media transmisi dan receiver tidak linier, dalam hal ini sinyal output merupakan hasil penjumlahan dan perbedaan dari sinyal input. Sistem yang linier direpresentasikan dengan sinkronnya sinyal output dan sinyal input.

c. Impulse noise Jenis noise ini ditandai dengan adanya durasi yang pendek dan dengan amplitude yang tinggi. Pada noise tipe ini terdapat pulsa-pulsa irregular atau spikes. Impulse

RIDLO SAYYIDINA AULIYA 105060800111013 JARINGAN MULTIMEDIA KELAS E

noise memberi dampak kecil pada komunikasi telepon analog namun sebaliknya pada komunikasi data.

d. Crosstalk Adanya pengaruh elektrik dan pengendalian respon frekuensi yang buruk menyebabkan adanya hubungan hubungan tak diinginkan antara media metal, dalam hal ini twisted pair dan coaxial. Crosstalk terjadi pada proses komunikasi, misalnya saya ketika menelepon kita mendengarkan percakapan lain bukan percakapan yang kita inginkan.

e. Echo Echo adalah tipe noise yang terjadi ketika sinyal yang dikirim oleh media transmisi mengalami feedback.

Untuk mewujudkan adanya perbaikan kualitas layanan internet, dibutuhkan beberapa teknik diantaranya dalam penyediaan network utility. Penyediaan network utility meliputi dua aspek utama yakni pengklasifikasian setiap informasi yang ada sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya dan memberikan informasi-informasi tersebut prioritas.

RIDLO SAYYIDINA AULIYA 105060800111013 JARINGAN MULTIMEDIA KELAS E

Gambar 2.6 Klasifikasi dan prioritas paket

Gambar 2.7 Ilustrasi komunikasi tanpa dan dengan QoS

2.3 MPLS MPLS merupakan paduan antara teknik pengiriman yang bersifat connection-oriented dengan protokol routing yang digunakan di internet. MPLS bertujuan untuk mempercepat proses transmisi data. Dalam upaya mewujudkan tujuan tersebut, MPLS mengintegrasikan kemampuannya dalam mengarahkan traffic paket pada switch di layer 2 dan pada router di layer 3 dan di saat yang sama, MPLS menghapus limitasi kecepatan yang terdapat pada routing table tradisional. MPLS mempercepat proses transmisi data dengan menghindari proses yang memakan waktu, dalam hal ini routing. Dengan menghindari routing table, kecepatan akan bertambah seiring dengan dengan bertambahnya kinerja router. Selain peningkatan kecepatan, MPLS memiliki beberapa kelebihan antara lain : 1. Definisi path MPLS akan menyediakan sebuah mekanisme dimana sebelumnya route untuk seluruh jaringan bisa ditentukan.

2. Kinerja kelas Jenis paket akan dikelompokkan ke dalam kelas-kelas yang nantinya dapat diberikan level prioritas yang beragam dan merupakan metode utama untuk meningkatkan kinerja network untuk kelas tersebut.

3. VWAN (Virtual Wide Area Network)

RIDLO SAYYIDINA AULIYA 105060800111013 JARINGAN MULTIMEDIA KELAS E

MPLS akan melakukan proses tunneling yang tidak terenkripsi melalui jaringan MPLS dan mengurangi kebutuhan akan VPN (Virtual Private Network) khusus host dalam jaringan.

4. Emulasi ATM MPLS memungkinkan proses pembagian dan pengoptimalan traffic network di layer 3 dengan tujuan memberikan fleksibilitas yang lebih besar dan menyederhanakan manajemen network.

2.3.1

Komponen MPLS Network MPLS terdiri dari beberapa komponen, diantaranya adalah 1. Label Switch Path (LSP) LSP dapat diumpamakan sebuah container yang berfungsi menampung label-label MPLS. Label-label tersebut diletakkan dalam label stack. Setiap label mendefinisikan dan menspesifikasikan path tertentu dalam network.

2. Forwarding Equivalence Class (FEC) FEC merupakan kumpulan paket yang memiliki tipe yang sama dan menerima perlakuan routing yang sama. FEC digunakan untuk mendefinisikan kriteria-kriteria yang akan digunakan untuk mengevaluasi paket. Paket-paket yang berkaitan dengan FEC diasosiasikan dan mengalami perlakuan routing yang sama. FEC berbasis rute IP address yang sama atau berbasis kebutuhan layanan yang sama. Misalnya saja low latency. FEC diberikan ke paket oleh sebuah Label Switch Router (LSR).

3. Label Switch Router (LSR) LSR merupakan perangkat pendukung LSP, yakni router yang dapat menjalankan MPLS ketika paket beada di domain MPLS. LSR melihat asal paket, IP header, dan data dari application layer untuk menentukan FEC mana yang sesuai dan akan diberikan. LSR menghubungkan titik-titik dan

RIDLO SAYYIDINA AULIYA 105060800111013 JARINGAN MULTIMEDIA KELAS E

menentukan jalur mana yang akan dilewati paket. LSR pertama disebut ingress dan LSR terakhir disebut egress.

4. Label Distribution Protocol (LDP) LDP merupakan protokol yang berperan dalam distribusi label dan digunakan untuk memindahkan informasi berupa definisi label ke seluruh bagian network. LDP membantu memindahkan informasi ke LSR karena LSR membutuhkan informasi dan asosiasi yang sama dari label ke FEC. Tidak semua protokol dapat digunakan untuk mengimplamentasikan LDP. Terdapat beberapa persyaratan tertentu bagi sebuah protokol yang ingin menerapkan LDP. Syarat pertama bagi protokol yang ingin mengimplementasikan LDP adalah discovery. Protokol harus mampu memaintain komunikasi dengan mengetahui letak LSR. Selanjutnya protokol harus mengetahui kelas message. Messagemessage ini nantinya akan didefinisikan sebagai discovery, adjacency, label advertisement, atau notification. Traffic LDP tergantung pada sifat connectionoriented, dengan perkecualian discovery. LDP mendefinisikan beberapa modus dalam proses distribusi label, diantaranya : 1. Demand/Unsolicited Modus distribusi label ini adalah label yang diminta oleh LSR dapat bersifat berpartisipasi (demand) atau tidak (unsolicited). 2. Order/Idendependent Modus distribusi label mendefinisikan bahwa label yang diminta oleh LSR memiliki dua karakteristik, apakah maintenance dilakukan oleh soerang administrator (order) atau dilakukan oleh LSR sendiri

(independent). 3. Liberal/Conservative Modus distribusi label ini mendefinisikan bahwa label yang diminta oleh LSR akan memegang asosiasi FEC di tengah jaringan yang mengalami konfigurasi ulang.

RIDLO SAYYIDINA AULIYA 105060800111013 JARINGAN MULTIMEDIA KELAS E

2.3.2

Distribusi Label Pada MPLS dikenal adanya label-label. Label digunakan untuk menghubungan

paket-paket data dengan FEC. FEC ini nantinya digunakan untuk menciptakan LSP. Dengan adanya LSP, maka paket akan dapat mengikuti jalur yang telah ditentukan. Label MPLS berada di antara IP header dan informasi layer 2 yang terdiri dari 32 bit. Label digunakan untuk forwarding dan traffic engineering. Panjang label tetap dan menjadi tanda identifikasi paket. Label MPLS terdiri dari beberapa field berikut, 1. Label, merupakan bagian yang terdiri dari 20 bit informasi FEC 2. CoS, merupakan bagian yang terdiri dari 3bit informasi Cost of Service. Bagian ini digunakan untuk menentukan waktu penundaan pembuangan yang berada dalam router. 3. Stack, merupakan bagian yang terdiri dari sebuah bit informasi posisi label pada sebuah multilabel hierarchy. Bagian ini diperlukan ketika label diterapkan pada label tunggal. 4. TTL, merupakan bagian yang terdiri dari 8 bit informasi Time to Leave sebuah paket.

Pendistribusian label pada MPLS membutuhkan bantuan dari protokol LDP dan Edge Label Switching Routers (ELSR). ELSR berperan dalam mengaplikasikan label-label pada paket data. ELSR terletak pada domain MPLS. Mekanisme aplikasi label ke dalam paket dimulai dengan analisa header IP oleh ELSR untuk menentukan label yang tepat. Setelah menentukan label yang tepat, label tersebut akan dienkapsulasikan pada paket begitu paket masuk ke dalam jaringan MPLS dan berada pada LSR dan dilepas begitu paket meninggalkan LSR menuju LSR selanjutnya atau keluar dari jaringan MPLS. Aplikasi label pada paket juga menandai kegiatan enkapsulasi. Informasi pemasangan label tersebut akan disimpan dalam Label Information Base (LIB) yang berupa tabel-tabel yang menyimpan informasi yang memetakan keluar masuknya tabel. Informasi tersebut termasuk port yang digunakan dan link LSR selanjutnya.

RIDLO SAYYIDINA AULIYA 105060800111013 JARINGAN MULTIMEDIA KELAS E

Label paket akan dibaca begitu paket sampai di LSR. Setelah isis paket dibaca, label paket akan diganti dengan label keluar yang nantinya akan dilepas oleh ELSR. Mekanisme inilah yang disebut dengan label switching.

2.3.3

Traffic Engineering Traffic engineering merupakan kemampuan yang dimiliki oleh MPLS untuk

merekayasa traffic jaringan. Prosedur traffic engineering ini adalah dengan memberikan batasan dan kondisi tambahan untuk diperhitungan oleh berbagai LSR ketika melakukan routing dan nantinya route tersebut akan diambil oleh sebuah paket melalui domain MPLS. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan menyeimbangkan beban pada traffic pada berbagai jalur dan titik dalam network. Selain itu tujuan lain dari hal tersebut adalah memungkinkan operasional network yang andal dan efisien, sekaligus mengoptimalkan penggunaan resource dan traffic performance. Dalam melakukan traffic engineering, MPLS menggunakan beberapa komponen, diantaranya : 1. Constraint Shortest Path First (CSPF) CSPF merupakan komponen yang dapat memodifikasi protokol OSPF sehingga memberikan izin untuk menambahkan kelas dan batasan lain untuk paket tertentu. 2. Reservations RSVP dan CR-LDP mampu menghemat bandwidth melalui sebuah LSP dengan tujuan memperluas penggunaan paket tertentu. 3. Link state Link state bekerja dengan memperluas IGP untuk memungkinkan perubahan pada network yang dikomunikasikan ke sleuruh jaringan kepada berbagai LSR.

Terdapat beberapa komponen dalam traffic engineering, diantaranya : 1. Manajemen Path Manajeman path merupakan suatu kegiatan untuk menentukan route dan memaintenance tunnel LSP. Kegiatan tersebut dilakukan berdasarkan karakteristik tertentu secara eksplisit baik secara manual maupun otomatis.

RIDLO SAYYIDINA AULIYA 105060800111013 JARINGAN MULTIMEDIA KELAS E

Constraint-based routing merupakan salah satu metode yang digunakan dalam manajemen path secara otomatis dengan melakukan pertimbangan terhadap beberapa opsi alternatif spesifikasi administratif.

2.

Penempatan Traffic Penempatan traffic dilakukan melalui LSP. Pengalokasian traffic ke dalam LSP

dilakukan oleh manajemen traffic dan meliputi fungsi pemisahan dimana kelas-kelas dibagi-bagi dan dipetakan ke dalam LSP. Hal penting dalam penempatan traffic ini adalah pembagian beban dalam LSP. Hal tersebut dilakukan dengan penyusunan semacam pembobotan pada LSP dan dapat dilakukan baik secara implisit maupun eksplisit.

3.

Penyebaran Informasi Kondisi Network dengan Protokol Persinyalan Dalam pembentukan LSP, akan dibutuhkan protokol persinyalan untuk routing

sehingga menghasilkan route yang paling tepat. Penggunaan protokol persinyalan akan memudahkan penentuan path secara otomatis dalam MPLS traffic engineering. Dua macam protokol persinyalan yang sering digunakan adalah CR-LDP dan RSVPTE. 1. RSVP-TE merupakan pengembangan dari protokol QoS yang menentukan penentuan route dan transfer dari label. RSVP-TE merupakan perluasan dari RSVP dan memungkinkan distribusi label sehingga dapat mendukung persinyalan QoS dan routing secara eksplisit. RSVP-TE bekerja langsung pada IP. 2. CR-LDP merupakan sebuah pengembangan dari LDP asli yang

memungkinkan penetuan route dan menambahkan QoS. CR-LDP bekerja pada TCP-UDP.

Baik RSVP-TE maupun CR-LDP bersifat constraint-based dalam kalkulasi routing. Informasi routing yang digunakan oleh keduanya sama berupa QoS untuk menyusun routing eksplisit dengan alokasi resource yang sama.

RIDLO SAYYIDINA AULIYA 105060800111013 JARINGAN MULTIMEDIA KELAS E

Proses routing dengan menggunakan protokol persinyalan membutuhkan informasi-informasi seperti jumlah maksimal bandwidth link dan bandwidth yang dicadangkan, jumlah maksimal alokasi traffic, hasil pengukuran secara default terhadap traffic engineering, serta atribut kelas resource. Informasi ini harus disebarkan dengan tujuan agar spesifikasi topologi dapat diketahui oleh seluruh bagian jaringan MPLS. Penyebaran info ini dilakukan dengan bantuan protokol gateway, misalnya IGP.

4.

Manajemen Network Manajemen jaringan meliputi beberapa hal, diantaranya konfigurasi, penanganan

kegagalan, dan pengukuran aspek-aspek jaringan. Dalam hal ini pengukuran dilakukan terjadap LSP, traffic flow, path loss, dan path delay. Akan terdapat peringatan jika suatu saat aspek-aspek tersebut berada dalam kondisi di luar batas yang telah ditentukan sesuai hasil pengukuran.

3. PEMBAHASAN Pada jaringan IP yang memiliki keterbatasan pada bandwidth dan buffer space, penerapan layanan best-effort service mungkin menjadi hal yang mustahil dengan adanya resiko berupa pembebanan backbone yang akan menyebabkan banyak permasalahan. Pembebanan backbone akan menyebabkan terjadinya linking dan routing yang akan memakan banyak waktu sehingga efisiensi waktu berkurang. Bukan hanya itu, dampak pembebanan backbone akan mempengaruhi scalability dan security sehingga berimbas pada jatuhnya nilai QoS. Permasalahan tersebut dapat ditanggulangi dengan adanya penggunaan MPLS.

Kemungkinan pembebanan mungkin masih dapat terjadi, tetapi setidaknya MPLS dapat menjadi solusi yang cukup efektif untuk mewujudkan penerapan best-effort service bagi segala jenis jaringan IP. MPLS merupakan salah satu solusi alternatif yang efektif bagi permasalahan tersebut. MPLS terbukti mampu mengatasi permasalahan-permasalahan pada delay, scalability, security, dan traffic engineering. MPLS memecahkan permasalahan-permasalahan tersebut dengan menerapkan fitur-fitur baru dalam pengembangan jaringan sehingga peningkatan kualitas layanan dapat terpenuhi. Metode label-switching yang digunakan dalam MPLS akan

RIDLO SAYYIDINA AULIYA 105060800111013 JARINGAN MULTIMEDIA KELAS E

mempersingkat proses-proses dalam routing sehingga dapat meningkatkan kualitas layanan internet. MPLS menggunakan metode label-switching untuk meningkatkan traffic. Penerapan metode ini memberikan kelebihan dalam hal efisiensi waktu dengan menghindari proses routing table yang memakan waktu. Metode ini dilakukan dengan mengarahkan traffic paket pada Open System Interconnection (OSI) Model, yakni pada switch di layer 2 ( Data Link) dan router di layer 3 (Network) untuk digabungkan. Penggabungan ini mendukung sistem pengiriman data yang ada sebelumnya seperti IP dan ATM dan dalam proses penggabungan ini MPLS menggunakan beberapa protokol seperti IP, IPX, Apple Talk, dan CLNP . Tujuan utama dalam mekanisme kerja MPLS adalah untuk mempercepat proses transmisi data. Dalam upaya mewujudkan tujuan tersebut, MPLS mengintegrasikan kemampuannya dalam mengarahkan traffic paket pada switch di layer 2 dan pada router di layer 3 dan di saat yang sama, MPLS menghapus limitasi kecepatan yang terdapat pada routing table tradisional. MPLS mempercepat proses transmisi data dengan menghindari proses yang memakan waktu, dalam hal ini routing. Dengan menghindari routing table, kecepatan akan bertambah seiring dengan dengan bertambahnya kinerja router. MPLS memiliki beberapa kelebihan yang mendukung kinerjanya dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, diantaranya : 1. Mengurangi kompleksitas pengolahan di layer 3 dan memperbaiki kinerja pengiriman data melalui teknik routing yang baru. 2. MPLS dapat digabungkan dengan sistem yang telah ada seperti ATM dan IP sehingga dapat memudahkan pengembangan jaringan. 3. MPLS menyediakan layanan pengiriman data dengan dilengkapi oleh QoS yang terjamin. Paket dapat ditandai sesuai degan kebutuhan kualitasnya. 4. MPLS menyediakan pengamanan yang cukup baik seperti yang diterapkan pada frame relay dengan mengurangi proses enkripsi jaringan IP. 5. MPLS menawarkan standar baru yang memungkinkan penggunaan secara multivendor.

RIDLO SAYYIDINA AULIYA 105060800111013 JARINGAN MULTIMEDIA KELAS E

4. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Permasalahan linking dan routing yang terjadi pada jaringan IP disebabkan oleh

adanya pembebanan pada backbone. Hal tersebut terjadi karena adanya tuntutan penerapan best-effort service sedangkan jaringan memiliki keterbatasan dalam bandwidth dan buffer space. 2. Permasalahan linking dan routing berdampak pada scalability dan security sehingga

menyebabkan jatuhnya nilai QoS. 3. MPLS mengatasi permasalahan tersebut sekaligus mengoptimalkan nilai QoS dengan

cara menghindari proses routing yang memakan waktu dan meningkatkan efisiensi melalui metode label switching.

5. DAFTAR REFERENSI [1] Brenton, C., and Hunt, Cameron. 2005. Network Security. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. [2] Fatoni. Analisis Kualitas Layanan Jaringan Intranet (Studi Kasus Universitas Bina Darma). Diunduh tanggal : 5 Januari 2013, http://blog.binadarma.ac.id/fatoni/wpcontent/uploads/2011/04/Jurnal-QoS.pdf [3] Kumalasari, Rani. Analisa Korelasi Nilai QoS dan MOS Video Conference Pada Sistem Virtual Education di Jaringan WLAN, Skripsi. Diunduh tanggal : 5 Januari 2013, http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20310968-S42775-Analisa%20korelasi.pdf [4] Hatorangan, Elvanno. Kinerja dan Manfaat Multiprotocol Label Switching (MPLS) di dalam Jaringan IP. Diunduh tanggal : 8 Januari 2013,

http://xa.yimg.com/kq/groups/23334222/267069162/name/MAKALAH [3] Politeknik Telkom, Kualitas Layanan Pada Sistem Telekomunikasi. Diunduh tanggal : 8 Januari 2013, http://ibuku.zxq.net/smester4/sistel/Bab%204%20(QOS).doc

Anda mungkin juga menyukai