Anda di halaman 1dari 18

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Teknologi adalah alat yang digunakan dalam kehidupan manusia yang berfungsi membantu kerja dari manusia itu sendiri. Teknologi membantu manusia tidak melakukan pekerjaan secara tradisonal atau manual lagi yang membutuhkan tenaga dan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikannya. Perkembangan dunia teknologi pada abad ini semakin pesat setiap tahunnya. Hampir pada setiap tahunnya ada pembaruan dari teknologi tahun sebelumnya. Mengikuti perkembangan teknologi pada era globalisasi ini adalah hal yang wajib bagi sebagian kalangan, agar dapat bersaing dan memiliki pengetahuan yang sama di era globalisasi ini. Khususnya pada dunia pendidikan, pengenalan atas teknologi terbaru adalah suatu hal yang wajib agar anak didik tidak ketinggalan oleh jaman dan mampu bersaing dengan yang lain suatu saat nanti. Penggunaan teknologi pada dunia pendidikan salah satunya pada mata kuliah ilmu ukur tanah atau wilayah. Pada awalnya manusia menggunakan alat bantu meteran untuk mengukur luas suatu wilayah, hingga ditemukan teknologi untuk mengukur wilayah salah satunya adalah Teodolit. Sampai saat ini teknologi teodolit terus disempurnakan agar memiliki keakuratan dan ketelitian yang tinggi. Pada Praktikum kali ini praktikan akan mengukur beda tinggi suatu wilayah dengan menggunakan metode tachimetri yaitu metode pengukuran dengan menggunakan alat alat optis, elektronis, dan digital. 1.2 Tujuan Setelah menyelesaikan praktikum ini diharapkan : 1. Praktikan madapat menggunakan alat ukur teodolit dengan lancar 2. Praktikan dapat melakukan pengukuran beda tinggi dengan metode tachimetri. 3. Praktikan mampu melakukan pengukuran beda tinggi dengan menggunakan alat ukur teodolit. 4. Praktikan mampu menghitung beda tinggi antara dua titik dari hasil pengukuran dengan metode tachimetri.

5. Praktikan mampu menggambar profil lokasi pengukuran disertai dengan skala gambar. 1.3 Peralatan yang digunakan 1. Alat tulis dan formulir pengukuran 3. Nivo 4. Rambu ukur 5. Unting - unting 6. Tripot 7. Patok 8. Teodolit 1.4 Pelaksanaan Pelaksanaan
1. Mendengarkan penjelasan dari dosen untuk melakukan praktikum di lapangan. 2. Kemudian di lapangan, terdapat 12 titik yaitu pergi dan pulang. Yang pertama dilakukan adalah mendirikan alat teodolit pada titik 8.Setelah berdiri dengan benar, lalu mereset setingan awal teodolit Nivo perlu diperhatikan agar letak nivo benar-benar berada di tengah, posisikan dengan mengatur skrup. Teropong di arahkan vertikal 90o, optikal plamnet benar-benar berada di tengah patok. 3. Selanjutnya adalah untuk bacaan biasa, membidik benchmark (bacaan belakang)pada titik 7. Lalu membaca benang atas (BA), benang tengah (BT), benang bawah (BB), dan tinggi alat. 4. Membidik bacaan muka titik 9,lalu membaca benang atas (BA), benang tengah (BT), benang bawah (BB), sudut vertikal, dan tinggi alat. 5. Memindahkan alat ke titik 9, kemudian membidik bacaan muka titik 10, lalu membaca benang atas (BA), benang tengah (BT), benang bawah (BB), sudut vertical, dan tinggi alat. 6. Melakukan hal yang sama ke titik-titik selanjutnya, yaitu memindahkan alat, membidik bacaan muka, kemudian pindah alat, membidik dilakukan hingga titik 2. Titik 1 dijadikan sebagai benchmark, kemudian membidik bacaan muka kembali pada titik 3 hingga 7 dengan langkah yang sama seperti sebelumnya. Yang perlu diperhatikan adalah setiap memindahkan alat, teodolit harus direset terlebih dahulu. 7. Melakukan perhitungan dari data pengukuran. Data yang dibutuhkan adalah jarak (m), beda tinggi (m), dan elevasi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teodolit Teodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak atau bisa dinyatakan juga alat ukur sudut horizontal maupun sudut vertikal. Alat ini juga dilengkapi dengan dua lingkaran berskala, yaitu lingkaran berskala horisontal dan vertikal. Benang stadia yang terdapat pada teropong digunakan untuk mengukur jarak dengan prinsip tachimetri. Apabila sudut vertikal Zenith diatur 90 atau Nadir 0 maka dapat berfungsi sebagai alat penyipat datar. Teodolit berbeda dengan waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam teodolit sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon (detik). Teodolit merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan yang digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada suatu horisontal untuk dasar berbentuk membulat (piringan)yang dapat tersebut juga dipasang pada piringan sumbu horisontal, sehingga diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut dibaca. Teleskop kedua dan dapat diputar- putar mengelilingi

memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Kedua sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi (Farrington 1997). Survei dengan menggunakan teodolit dilakukan bila situs yang akan dipetakan luas dan atau cukup sulit untuk diukur, dan terutama bila situs tersebut memiliki relief atau perbedaan ketinggian yang besar. Dengan menggunakan alat ini, keseluruhan kenampakan atau gejala akan dapat dipetakan dengan cepat dan efisien (Farrington 1997) Instrumen pertama lebih seperti alat survey teodolit benar adalah kemungkinan yang dibangun oleh Joshua Habermel (de: Erasmus Habermehl) di Jerman pada 1576, lengkap dengan kompas dan tripod. Awal altazimuth instrumen yang terdiri dari dasar lulus dengan penuh lingkaran di sayap vertikal dan sudut pengukuran perangkat yang paling sering setengah lingkaran. Alidade pada sebuah dasar yang digunakan untuk melihat obyek untuk pengukuran sudut horisontal, dan yang kedua alidade telah terpasang pada vertikal setengah lingkaran. Nanti satu instrumen telah alidade

pada vertikal setengah lingkaran dan setengah lingkaran keseluruhan telah terpasang sehingga dapat digunakan untuk menunjukkan sudut horisontal secara langsung. Pada akhirnya, sederhana, buka-mata alidade diganti dengan pengamatan teleskop. Ini pertama kali dilakukan oleh Jonathan Sisson pada 1725. Alat instrumen survey 1787 teodolit yang menjadi modern, akurat dalam dengan diperkenalkannya Jesse Ramsden alat survey

teodolit besar yang terkenal, yang dia buat menggunakan mesin pemisah sangat akurat dari desain sendiri. Di dalam pekerjaan pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah, teodolit sering digunakan dalam bentuk pengukuran polygon, pemetaan situasi, maupun pengamatan matahari. Teodolit juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti Pesawat Penyipat Datar bila sudut verticalnya dibuat 90. Dengan adanya teropong pada teodolit, maka teodolit dapat dibidikkan kesegala arah. Di dalam pekerjaan bangunan gedung, teodolit sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada bertingkat. Bagian-bagian yang penting dari alat teodolit: Teropong yang dilengkapi dengan garis bidik Lingkaran skala vertical Sumbu mendatar Indeks pembaca lingkaran Skala tegak Penyangga sumbu mendatar Indeks pembaca lingkaran Skala mendatar Sumbu tegak Lingkaran skala mendatar Nivo kotak Nivo tabung Tribrach perencanaan / pekerjaan pondasi, teodolit juga dapat digunakan untuk menguker ketinggian suatu bangunan

k rup kaki S

tribrach

Gambar 1. Teodolite Beserta Bagian-Bagiannya 2.2 Tata Cara Pengukuran Detil Tachymetri Menggunakan Teodolit Berkompas Pengukuran detil cara tachymetri Dimulai dengan penyiapan alat ukur (Teodolit) titik ikat dan penempatan rambu di titik bidik. Setelah alat siap untuk pengukuran, dimulai dengan perekaman data di tempat alat berdiri, pembidikan ke rambu ukur, pengamatan azimuth dan pencatatan data di rambu BT, BA, BB serta sudut miring m. Tempatkan alat ukur teodolit di atas titik kerangka dasar atau titik kerangka penolong dan atur sehingga alat siap untuk pengukuran, ukur dan catat tinggi alat di atas titik ini. Dirikan rambu di atas titik bidik dan tegakkan rambu

dengan bantuan nivo kotak. Arahkan teropong ke rambu ukur sehingga bayangan tegak garis diafragma berimpit dengan garis tengah rambu. Kemudian kencangkan kunci gerakan mendatar teropong. Kendorkan kunci jarum magnet sehingga jarum bergerak bebas. Setelah jarum setimbang tidak bergerak, baca dan catat azimuth magnetis dari tempat alat ke titik bidik. Kencangkan kunci gerakan tegak teropong, kemudian baca bacaan benag tengah, atas dan bawah serta cata dalam buku ukur. Bila memungkinkan, atur bacaan benang tengah pada rambu di titik bidik setinggi alat, sehingga beda tinggi yang diperoleh sudah merupakan beda tinggi antara titik kerangka tempat

berdiri alat dan titik detil yang dibidik. Gambar 2. Macam-macam bentuk benang silang ( diafragma ) Pengukuran arak dengan metode tachimetri dihitung dengan persamaan berikut : Bila Menggunakan Sudut Kemiringan () Jarak miring (dm) : c (BA-BB) Cos Jarak horisontal (dh) : c (BA-BB) Cos2

Bila menggunakan sudut zenith (m) Jarak miring (dm) : c (BA-BB) Sin Jarak horisontal (dh) : c (BA-BB) Sin2

2.3 Kesalahan-kesalahan Penggunaan Teodolit Kesalahan pengukuran cara tachymetri dengan teodolit berkompas Kesalahan alat, misalnya: a. Jarum kompas tidak benar-benar lurus.

b. Jarum kompas tidak dapat bergerak bebas pada prosnya. c. Garis bidik tidak tegak lurus sumbu mendatar (salah kolimasi). d. Garis skala 0 180 atau 180 0 tidak sejajar garis bidik. e. Letak teropong eksentris. f. Poros penyangga magnet tidak sepusat dengan skala lingkaran mendatar. Kesalahan pengukur, misalnya: a. Pengaturan alat tidak sempurna ( temporary adjustment ). b. Salah taksir dalam pemacaan c. Salah catat, dll. nya. Kesalahan akibat faktor alam, misalnya: a. Deklinasi magnet. b. atraksi lokal. Titik detil yang harus diukur meliputi semua titik alam maupun buatan manusia yang mempengaruhi bentuk topografi peta daerah pengukuran. Sistim pembacaan Sistem dengan indeks garis Sistem dengan nonius Sistem dengan micrometer Sistem koinsidensi Sistem digital

Ketelitiannya Teodolit presisi/teliti, misal Wild tipeT-3 Teodolit satu sekon, misal Wild tipe T2 Teodolit puluhan sekon, misal Shokisa tipe TM-20 Teodolit satu menit, misal Wild tipe T0

2.4 Macam Macam Teodolit Macam Teodolit berdasarkan konstruksinya, dikenal dua macam yaitu: 1. Teodolit Reiterasi ( Teodolit sumbu tunggal ) Dalam teodolit ini, lingkaran skala mendatar menjadi satu dengan kiap, sehingga bacaan skala mendatarnya tidak bisa di atur. Teodolit yang di maksud adalah teodolit type T0 (wild) dan type DKM-2A (Kem)

2. Teodolit Repitisi Konsruksinya kebalikan dari teodolit reiterasi, yaitu bahwa lingkaran mendatarnya dapat diatur dan dapt mengelilingi sumbu tegak. Akibatnya dari konstuksi ini, maka bacaan lingkaran skala mendatar 0, dapat ditentukan kearah bdikan / target myang dikehendaki. Teodolit yang termasuk ke dalam jenis ini adalah teodolit type TM 6 dan TL 60-DP (Sokkisha ), TL 6-DE (Topcon), Th-51 (Zeiss) 3. Teodolit Modern Teodolit di hari ini, membaca vertikal dan dilakukan Readout rotary absolut, atau terang dan gelap sama jauh radial band. dari horisontal secara kalangan biasanya elektronik.

yang dilakukan oleh encoder, yang dapat misalnya meningkat, Gray dengan menggunakan kode,

Gambar 3. Digital Theodolite Nikon NE 102, teodolit modern Macam Teodolit Menurut Sistem Bacaannya: 1. Teodolit sistem baca dengan Indexs Garis 2. Teodolit sistem baca dengan Nonius 3. Teodolit sistem baca dengan Micrometer 4. Teodolit sistem baca dengan Koinsidensi

5. Teodolit sistem baca dengan Digital. Teodolit Menurut Skala Ketelitian 1. Teodolit Presisi (Type T3/ Wild) 2. Teodolit Satu Sekon (Type T2 / Wild) 3. Teodolit Spuluh Sekon (Type TM-10C / Sokkisha) 4. Teodolit Satu Menit (Type T0 / Wild) 5. Teodolit Sepuluh Menit ( Type DK-1 / Kern)

2.5 Kaki Tiga (Tripod Almunium) Kaki tiga digunakan untuk menyangga alas waterpass dan menjaganya tetap stabil selama pengamatan. Kaki tiga ini mempunyai dua baut yaitu baut pertama digunakan untuk menentukan sambungan kaki dengan kepala sedangkan baut kedua digunakan untuk penyetelan kekerasan penggerak engsel antara kaki tiga dengan kepalanya. Saat mendirikan tripod, meja tripod harus rata karena dapat mempengaruhi seimbangnya gelembung pada niveau.

Gambar 4.Tripod Almunium 2.6 Mistar ukur / rambu ukur Menyipat ukur datar memanjang adalah menentukan beda tinggi antar 2 titik yang letaknnya sangat berjauhan atau beda tingginya cukup besar, sehingga untuk menentukan beda tinggi harus dilakukan pengukuran secara berangkai atau bertingkat. Mistar ukur adalah sebuah pita ukur yang ditopang vertikal dan digunakan untuk mengukur jarak vertikal antara garis bidik dan sebuah titik tertentu yang berada di atas atau di bawah garis bidik tadi. Rambu ini terbuat dari bahan kayu atau aluminium. Panjangnya 3 meter (ada yang 4 dan 5 meter). Yang penting dari rambu ukur ini adalah pembagian

skalanya harus betul-betul teliti untuk dapat menghasilkan pengukuran yang baik. Di samping itu cara memegangnya harus benar-benar tegak (vertikal).

Gambar 5.Rambu ukur almunium 2.7 Patok Berfungsi sebagai penandaan awal pengukuran dan hasil pengukuran, dimana pada jarak tertentu setelah pengukuran dilakukan penandaan dengan menggunakan patok kayu/paku. 2.8 Metode Tachimetri Metode tachymetri adalah pengukuran menggunakan alat-alat optis, elektronis,dan digital. Pengukuran detail cara tachymetri dimulai dengan penyiapan alat ukur diatas titik ikat dan penempatan rambu di titik bidik. Setelah alat siap untuk pengukuran,dimulai dengan perekaman data di tempat alat berdiri, pembidikan ke rambu ukur, pengamatan azimuth dan pencatatan data di rambu BT, BA, BB serta sudut miring . Metode tachymetri didasarkan pada prinsip bahwa pada segitigasegitiga sebangun, sisiyang sepihak adalah sebanding. Kebanyakan pengukuran tachymetri adalah dengan garisbidik miring karena adanya keragaman topografi, tetapi perpotongan benang stadiadibaca pada rambu tegak lurus dan jarak miring "direduksi" menjadi jarak horizontal dan jarak vertikal.Pada gambar, sebuah transit dipasang pada suatu titik dan rambu dipegang pada titik tertentu.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Pengamatan Berdasarkan pengamatan dan percobaan yang telah dilakukan pada hari Selasa,23 Oktobert 2012, maka didapatkan hasilnya sebagai berikut :
Temp at Alat 8 8 9 10 11 12 2 2 3 4 5 6 Tinggi Alat (cm) 160 160 162 158 152 164 130 130 157 158 146 140 Titik Bidik an BM(7) 9 10 11 12 2 BM(1) 3 4 5 6 7 Bacaan Belakang BA (cm) 189 186 BT (cm) 178 171 BB (cm) 166 158 Bacaan Muka BA (cm) 160 190 243 121 138 86 184 79 111 198 BT (cm) 152 189 231 115 123 72 171 65 99 189 BB (cm) 141 176 219 112 109 58 157 51 85 181 Sudut Vertikal 88,73 95,987 92,3 90,78 91,89 88,76 89,5 86,7 89,36 88,319 90,345 88,745 Jarak (m) 0,2298 0,1879 0,1398 0,2399 0,0899 0,2898 0,2799 0,279 0,2699 0,2797 0,2599 0,1699 2,7154 Beda Tinggi (m) 0,329 -1,88 -0,83 -1,05 0,073 1,297 -0,16 2,18 0,16 1,75 0,31 -0,117 2,062 Faktor Koreksi 0,1745057 0,1426877 0,1061387 0,1821755 0,0682683 0,2200686 0,2125507 0,2118673 0,2049569 0,2123988 0,1973631 0,1290188 Elevasi (m)

1,27 -5,99 -2,3 -0,78 -1,89 1,24 0,5 3,3 0,64 1,681 -0,34 1,255

775 775,154 773,132 772,196 770,963 770,968 772,045 771,673 773,641 773,596 775,133 775,246 775

3.2 Pembahasan Pada praktikum pengukuran beda tinggi dengan metode tachimetri, didapatkan data pengukuran beda tinggi atau ketinggian dari titik titik yang telah

ditentukan, dan data tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk memberikan gambaran profil dari lahan yang diukur melalui gambar dan grafik perbedaan tinggi. Alat yang digunakan hanya teodolit digital sebagai alat optik. Saat melakukan pengukuran di lapangan, setiap data hasil pembacaan harus dimasukkan ke dalam tabel pengukuran, ada baiknya untuk selalu menghitungnya kembali dengan kalkulator, agar jika terjadi kesalahan jarak yang melebihi 30 meter, pengukuran dapat segera diulang atau harus memindahkan alat. Pada pengukuran jarak antara alat dan rambu ukur tidak boleh melebihi jarak 30 meter karena dapat mempengaruhi ketelitian dan keakuratan dalam membaca rambu ukur yang mengakibatkan kesalahan pada hasil jarak yang sebenarnya di lapangan. Pengukuran beda tinggi yang kami lakukan pada percobaan ini adalah yakni dengan cara metode tachimetri, yaitu pengukuran dengan menggunakan alat alat optis, elektronis, dan digital. Untuk menggambarkan keadaan lokasi pada suatu lokasi dengan mudah, dapat dilakukan dengan membuat beberapa titik detail guna mengetahui secara langsung beda tinggi di suatu areal kawasan yang ingin diamati. Dengan menggunakan metode tachimetri, kita dapat mengetahui perbedaan tinggi dari suatu lahan, dengan mengetahui tinggi berbagai tempat maka kita mengetahui tinggi areal tersebut dan kita menggambarkan secara detail sehingga tidak menimbulkan kesulitan yang serius, dengan ini juga mempermudah kita dalam menggambarkan keadaan lokasi tersebut apakah curam atau landai dan sebagainya. Jika dalam penggambaran keadaan areal tidak teratur, atau bentuk wilayah pengukuran tidak seperti yang diinginkan , maka dalam pengukuran tersebut terjadi kesalahan. Kesalahan kesalahan dalam pengamatan diperkiran disebabkan oleh beberapa hal di antaranya : 1. Teodolit tidak tepat di atas titik acuan atau titik pengukuran. 2. Ketelitian dari pengamat yang kurang. 3. Kesalahan dalam membaca skala pada rambu ukur. 4. Penentuan titik bidik yang salah tidak dalam satu jalur. 5. Kesalahan dalam perhitungan.

6. Bergantian pengamat yang membaca skala.

BAB IV Kesimpulan dan Saran 4.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini adalah: 1. Metode Tachimetri adalah suatu pengukuran dengan menggunakan alat alat optis, elektronis, dan digital. 2. Nivo kotak sangat bermanfaat untuk mengetahui kedataran alat.
3. Pengukuran detail cara tachymetri dimulai dengan penyiapan alat ukur

diatas titik pengukuran dan penempatan rambu di titik bidik 4. Dalam pengukuran jarak alat dan rambu ukur tidak boleh melebihi 30 meter. 5. Beda tinggi antara dua titik adalah jarak antara dua bidang nivo yang melalui titik itu sedangkan untuk beda tinggi dapat ditentukan dengan menggunakan garis yang mendatar sembarang. 6. Hasil pengukuran dan perhitungan dari pengamatan di lapangan sangat berpengaruh terhadap pembentukan gambar dan grafik yang akan dibuat. 4.2 Saran Pada percobaan ini tentunya ada kesalahan-kesalahan baik dalam perhitungan maupun pengamatan. Saran untuk praktikum selanjutnya perlu diperhatikan hal hal sebagai berikut :

1. Praktikan memahami terlebih dahulu materi yang akan dipraktikumkan dengan baik. 2. Usahakan pada saat pengamatan, udara pada nivo kotak selalu berada di tengah-tengah baik yang ada di teodolit ataupun rambu ukur. 3. Usahakan teodolit tepat berada di atas titik acuan atau titik pengukuran. 4. Ketelitian dari pengamat harus ditingkatkan. 5. Dalam menghitung harus mengunakan rumus yang sesuai. 6. Sebaiknya dalam pengamatan, pengamat yang membaca skala tidak bergantian agar hasil pembacaan skala rambu ukur tidak berbeda-beda. 7. Usahakan setiap kali melakukan pengukuran dikerjakan dengan teliti,hati dan semaksimal mungkin agar tidak terdapat kesalahan pengukuran. DAFTAR PUSTAKA Amaru, kharistya STP.,MT dan Gunawan Nawawi Ir.,Msc..2012.Penuntun Praktikum Ilmu Ukur Wilayah.Jatinangor Briker, Russell C. 2000. Dasar-Dasar Pengukuran Tanah. Jakarta: Erlangga. Ruiter, ing D. de. 1980.Mengukur dan Menentukan Titit-Titik di Lapangan. Jakarta: Erlangga Sobatnu, F. Ilmu Ukur Tanah 2. Diktat Kuliah Prodi DIII Teknik Geodesi. Politeknik Negeri Banjarmasin Wongsotjitro, Seotomo. 2000. Ilmu Ukur Tanah . Yogyakarta : Kanisius. http://geomatika07.wordpress.com/2008/07/18/pengukuran-beda tinggi/#comment-182.(Tanggal akses senin, 20 Oktober 2012 pukul 10.45) http://geomatika07.wordpress.com/2008/09/07/kesalahan-dalam-pengukuran waterpass/(Tanggal akses senin, 20 Oktober 2012 pukul 10.45) http://reggaeyangnetral.blogspot.com/2009/01/ukur-tanah.html (Tanggal akses senin, 20 Oktober 2012 pukul 10.45) http://lenaciitikuus.blogspot.com/2010/01/waterpass-itu-apa.html (Tanggal akses senin, 20 Oktober 2012 pukul 10.45) http://pustakats.blogspot.com/2010/07/waterpass.html. (Tanggal akses senin, 20 Oktober 2012 pukul 10.45) http://yogie-civil.blogspot.com/2010/06/rambu-ukur_14.html (Tanggal akses senin, 20 Oktober 2012 pukul 10.45) www.google.com- Theodolite_DT7C[1].JPG www.google.com- Theodolite_in_use.JPG www.google.com- Theodolite_Series20-c.jpg www.google.com- Theodolite_theodolite_2.jpg www.google.com- Theodolite_theodolite_3.jpg

LAMPIRAN

Gambar 7. Penggunaan waterpas

Gambar 8. Penggunaan rambu ukur


Perhitungan Data yang dibutuhkan dari praktikum ini adalah jarak, beda tinggi, dan elevasi. Untuk menghitung jarak, digunakan rumus sebagai berikut : J = (BA-BB)sin2z Titik bidikan BM7: J = (BA-BB)sin2z = (189-166) sin 288.73 = 0.2298 m Titik bidikan 9 : J = (BA-BB) sin2z = (160-141) sin295.987 = 0.1879 m Titik bidikan 10 : J = (BA-BB) sin2z = (190-176) sin292.3 = 0.13977 m Titik bidikan 11 : J = (BA-BB) sin2z = (243-219) sin290.78 = 0.2399 m Titik bidikan 12 : J = (BA-BB) sin2z = (121-112) sin291.89 = 0.0899 m Titik bidikan 2 : J = (BA-BB) sin2z = (138-109) sin288.76 = 0.2898 m Titik bidikan BM1: J = (BA-BB) sin2z = (186-158) sin 289.5 = 0.2799m Titik bidikan 3 : J = (BA-BB) sin2z = (86-58) sin286.7 = 0.279m Titik bidikan 4 : J = (BA-BB) sin2z = (184-157) sin289.36 = 0.2699m Titik bidikan 5 : J = (BA-BB) sin2z

= (79-51) sin288.319 = 0.2797m Titik bidikan 6 : J = (BA-BB) sin2z = (111-85) sin290.345 = 0.2599 m Titik bidikan 7 : J = (BA-BB) sin2z = (198-181) sin288.745 = 0.1699m

Beda tinggi Titik bidikan BM(7) h = c (BA-BB) sin2 + (Hi-BT) = .100 (189-166) sin2x1.27+(160-178) = 0.329 m Titik bidikan 9 h = c (BA-BB) sin2 + (Hi-BT) = .100 (160-141) sin2x(-5.98)+(160-152) = -1.88 m Titik bidikan 10 h = c (BA-BB) sin2 + (Hi-BT) = .100 (190-176) sin2x(-2.3)+(162-189) = -0.83m Titik bidikan 11 h = c (BA-BB) sin2 + (Hi-BT) = .100 (243-219) sin2x(-0.78)+(158-231) = -1.05 m Titik bidikan 12 h = c (BA-BB) sin2 + (Hi-BT) = .100 (121-112) sin2x(-1.89)+(152-115) = 0.073 m Titik bidikan 2

= c (BA-BB) sin2 + (Hi-BT) = .100 (138-109) sin2x1.24+(164-123) = 1.297 m

Titik bidikan BM(1) h = c (BA-BB) sin2 + (Hi-BT) = .100 (186-158) sin2x0.5+(130-171) = -0.16 m Titik bidikan 3 h = c (BA-BB) sin2 + (Hi-BT) = .100 (86-58) sin2x3.3+(130-72) = 2.18 m

Titik bidikan 4 h = c (BA-BB) sin2 + (Hi-BT) = .100 (184-157) sin2x0.64+(157-171) = 0.16 m Titik bidikan 5 h = c (BA-BB) sin2 + (Hi-BT) = .100 (79-51) sin2x1.681+(158-65) =1.75 m Titik bidikan 6 h = c (BA-BB) sin2 + (Hi-BT) = .100 (111-85) sin2x(-0.345)+(146-99) =0.31 m Titik bidikan 7 h = c (BA-BB) sin2 + (Hi-BT) = .100 (198-181) sin2x1.255+(140-189) = - 0.117 m

Anda mungkin juga menyukai