Anda di halaman 1dari 3

2008 Desa singasari Tonari: susah air, kalo ambil AM dari tempat jauh, mandi di kolam Sulistyowati: water

always keruh, rasa dan bau lumpur, baju semu kuning, di pancuran untuk AM east singasari, gatal2 untuk mandi 1980 desa baseh di grumbul rabuk 1986 ketua RW, debit untuk (mujamil) air bersih gak cukup jd rebutan antar utara dan selatan grup. Cara bikin alat yang aman dan tahan lama, Bagaimana pembagian debit sama rata

Nemu sistem tabung: pake metode bejana berhubungan Sumber mata air (desa babakan) di persawahan disalurkan pake paralon dari posisi terendah trus dicor biar gag tercontaminated lalu cor-coran ditimbun pake tanah Trus dialirkan ke BP I untuk kontrol dan mengatur trus dialirkan ke pipa induk sampe paling ujung. Bak cuman ada 1. Lalu bikin tugu untuk pengaman dari setelan paralon, air naik ke atas lalu dikasi T trus dialirkan ke pipa yg lebih kecil masuk ke tabung, sisanya

Bayar 2rb Skarang 3rb Retribusi untuk RT, desa babakan, dan penarik duit,

http://tegalan-online.blogspot.com/2007/12/mujamil-dan-cara-adil-membagi-air.html http://www.suaramerdeka.com/harian/0705/22/ban06.htm

Selasa, 22 Mei 2007

BANYUMAS

LAPORAN

Ciptakan Kerukunan dengan Tabung Pembagi Air

Oleh: Anton Soeparno

DISTRIBUSI air yang tidak merata sering menimbulkan masalah. Misalnya, air untuk irigasi pertanian, kebutuhan memasak dan MCK. Mereka yang tidak puas dengan pembagian yang tidak merata langsung memotong selang atau pipa. ''Saya prihatin dengan perilaku tersebut karena akan menimbulkan konflik antarwarga,'' jelas Mujamil, warga Desa Singasari Kecamatan Karanglewas yang juga sebagai Guru Agama SD Negeri 2 Baseh. Dia merancang sistem pembagian air dengan debit kecil, merata dan aman dari upaya perusakan. Dia mempraktikan sistem bejana berhubungan dan membuat dua bak penampung di lokasi dan ketinggian yang berbeda. Selanjutnya, dia mengambil air yang mengalir di antara dua bak penampung. Agar air yang keluar merata perlu dibantu ventilasi udara dengan memasang pipa paralon berbentuk T. Fungsinya, untuk mengatur besar kecilnya air yang keluar dengan debit yang sama. ''Percobaan di Desa Singasari menghasilkan debit 1,25 liter per detik yang didistribusikan kepada 140 rumah.'' Menurut dia, hasil percobaan itu dipraktikan di Desa Baseh karena masyarakat di sana kesulitan mencari air. Jarak antara permukiman warga dengan sumber air mencapai tiga sampai empat kilometer. Air yang terkumpul di bak penampung didistribusikan menggunakan tabung yang dihubungkan dengan puluhan pipa kecil. Pipa-pipa itulah yang mengalirkan air ke rumah seluruh warga. ''Warga tidak perlu berebut dengan memotong selang atau pipa yang sudah ditata sedemikian rupa,'' katanya. Distribusi Sistem pembagian air itu, lanjut Mujamil, telah diuji dihadapan tim dari Cipta Karya, Bina Marga dan Pemkab Banyumas. Sejak itu, tabung dan pipa itu dimanfaatkan warga Desa Singasari dan Baseh. Mereka tidak harus berebut distribusi air untuk keperluan rumah tangga baik untuk mandi, cuci, minum atau mengisi kolam ikan. Di lingkungan warganya, Mujamil sering menjadi tempat mengadu terkait suplai air. Dalam merancang dan membuat tabung distribusi air, Mujamil dibantu Taufik, tetangganya. Banyak kelompok pemakai air dari desa lain yang meminta bantuannya untuk membuat alat yang sama.(75)
Berita Utama | Ekonomi | Internasional | Olahraga Semarang | Sala | Pantura | Muria | Kedu & DIY | Banyumas Budaya | Wacana Cybernews | Berita Kemarin
Copyright 1996-2004 SUARA MERDEKA

Anda mungkin juga menyukai