Anda di halaman 1dari 15

Struktur Ginjal dan Keseimbangan Cairan Tubuh Christin Doko Rehi

(102012256) Alamat korespondensi : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 6 - Jakarta Barat 11510

Pendahuluan Manusia membutuhkan cairan tubuh untuk mempertahankan kehidupannya. Cara mempertahankanya yaitu dengan cara homeostatis, hal ini dilakukakan oleh system urinaria. Sistem urinaria merupakan salah satu system dalam tubuh manusia yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan homeostasis tubuh. Sistem ini merupakan salah satu system yang kerja utamanya ialah sebagai tempat pembuangan zat-zat sisa metabolisme tubuh, yang tidak terpakai. Yang kalau tidak segera dibuang akan menjadi racun bagi tubuh manusia itu sendiri dan akan mengganggu homeostasis tubuh. Sistem ini melibatkan beberapa organ-organ tubuh dan juga memiliki mekanisme tersendiri. Oleh sebab itu melalui makalah ini akan dibahas mengenai hal-hal tersebut. Ginjal Ginjal adalah organ berbentuk seperti kacang berwarna merah tua, panjangnya sekitar 12,5 cm dan tebalnya 2,5 cm (kurang lebih sebesar kepalan tangan). Setiap ginjal memiliki berat antara 125 175 gram pada laki-laki dan 115 155 gram pada perempuan.7 Ginjal terletak di area yang tinggi, yaitu pada dinding posterior yang berdekatan dengan dua pasang iga terakhir. Organ ini merupakan organ retroperitoneal dan terletak di antara otot-otot punggung dan peritoneum rongga abdomen atas. Tiap-tiap ginjal memiliki sebuah kelenjar adrenal di atasnya. Ginjal kanan terletak agak dibawah dibandingkan ginjal kiri karena ada hati pada sisi kanan.7 Ren sinistra terletak setinggi costa XI dan vertebra lumbal 2-3, sedangkan ren dextra terletak setinggi costa XII atau vertebra lumbal 3-4. Jarak antara ekstremitas superior ren dextra dan sinistra adalah 7 cm, sedangkan jarak antara ekstremitas inferior ren dextra dan
1

sinistra adalah 11 cm. Sedangkan jarak dari ekstremitas superior ke crista iliaca adalah 3-5 cm. Ren memiliki dua polus atau ekstremitas yaitu ekstremitas superior dan ekstremitas inferior, kedua ekstremias superior ditempati oleh glandula suprarenalis, yang dipisahkan dari ren oleh lemak perirenalis. Memiliki dua margo yaitu margo medialis yang berbentuk konkaf dan margo lateralis yang berbentuk konveks. Pada margo medialis terdapat satu pintu yang disebut hilus renalis.1 Setiap ginjal diselubungi tiga lapisan jaringan ikat, yaitu fasia renal, capsula adiposa, dan capsula fibrosa. Fasia renal adalah pembungkus ginjal yang terluar, pembungkus ini melabuhkan ginjal pada struktur disekitarnya dan mempertahankan posisi organ. Capsula adiposa adalah jaringan adiposa yang terbungkus fasia ginjal, jaringan ini membantali ginjal dan membantu organ tetap pada posisinya. Capsula fibrosa adalah membran halus transparan yang langsung membungkus ginjal dan dapat dengan mudah dilepas.7 Ginjal juga memiliki dua fasies yaitu facies anterior yang bernbentuk cembung dan facies posterior yang agak datar. Facies anterior dan posterior merupakan bagian ren yang berhubungan dengan organ sekitarnya sehingga masing-masing facies anterior ren memiliki karakteristik masing-masing. Facies anterior ren dextra berhubungan dengan pars affixa hepatis (dipisahkan oleh fasia renalis), pada margo medialis berhubungan dengan pars descenden duodeni, mendekati ekstremitas inferior berhubungan dengan kolon ascendens atau flexura coli dextra. Sebagian besar facies anterior dan margo lateralis berhubungan dengan facies inferior hepar (dipisahkan oleh peritoneum). Mendekati ekstremitas inferior berhubungan dengan lengkunglengkung ileum.1 Facies anterior ren sinistra bagian craniolateral menghadap facies postero inferior gaster, margo lateralis berhubungan dengan impressio renalis lienis dan cauda pancreatic. Margo medialis, caudal hilus renalis berhubungan dengan lengkung-lengkung jejunum atau disebut dengan facies jejunalis. Margo medialis dan cranial facies jejunalis berhubungan dengan corpus pankreatis dan vena lienalis. Mendekati ekstremitas inferior renalis berhubungan dengan flexura coli sinistra atau colon descendens. Facies posterior ren dextra menyerupai facies ren sinister tapi hanya berhubungan dengan costa XII saja karena letak ginjal kanan lebih rendah. Ekstremitas atau polus superior ren dexter lebih lebal, dan membulat dibandingkan ekstremitas inferior, juga lebih dekat
2

dengan bidang median. Karena letak ekstremitas superior dan inferior berbeda letaknya dengan bidang median, maka axis memanjang ginjal terbentang dari mediocranial ke laterocaudal atau sesuai dengan arah musculus psoas major.1 Facies posterior ren sinister bagian cranialnya berhadapan dengan diafragma dan costa XII dan sedikit costa XII. Di sebelah medial facies diafragmatica berhadapan dengan crus diafragmatica dan proccesus tranversus vertebra L1, sedangkan lateral berhadapan dengan arcus lumbocostalis medialis dan lateralis. Daerah yang terletak cranial arcus lumbocostalis berhadapan dengan daerah segitiga yang disebut trigonum lumbocostale. Daerah segitiga ini sering tidak lengkap pertumbuhannya sehingga facies posterior ginjal hanya dipisahkan oleh lemak dan pleura. Caudal facies diafragmatica behubungan berturut-turut dari medial ke lateral dengan M. psoas mayor, M. Quadratus lumborum, apeneurosis muskulus transversus abdominis. Berhubungan juga dengan a. subcostalis, a. lumbalis 1 2, n. subcostalis, n. iliohipogastricus, dan n. Ilioinguinalis.1 Pada sisi medial terdapat cekungan, hilus yang merupakan tempat keluar masuk pembukuh darah dan keluarnya saluran keluar yakni ureter. Umumnya susunan pembuluh pada hilus renalis dari ventral ke dorsal adalah vena renalis- arteri renalis- ureter. Bagian atas ureter melebar dan mengisi hilus ginjal, bagian ini disebut pelvis ginjal yang berlanjut menjadi dua sampai tiga kaliks mayor yaitu rongga yang mencapai glandula, bagian penghasil urin pada ginjal. Setiap kaliks mayor bercabang menjadi beberapa (8-18) kaliks minor. Setiap kaliks minor meliputi tonjolan jaringan ginjal berbentuk kerucut yang disebut papila ginjal yang berlubang, lubang karena bermuaranya 10-25 buah duktus koligens. Diantara kaliks terdapat bangunan yang disebut sinus ginjal yang berupa rongga berisi lemak yang membuka pada hilus. Sinus ini membentuk perlekatan untuk jalan masuk dan keluar ureter, vena dan arteri renalis, saraf dan limfatik. Pada potongan vertikal ginjal tampak bahwa tiap papila merupakan puncak daerah piramid yang meluas dari hilus sampai ke kapsula dan yang dalam keadaan segar tampak pucat bergaris-garis. Daerah seperti ini disebut piramid medulla dan gambaran bergaris-garis itu karena adanya tubulus lurus dan pembuluh darah sejajar. Bagian tepi atau basal masingmasing piramid tidak berbatas tegas dari korteks ginjal yang granular, gelap dan kecoklatcoklatan, karena substansi medula meluas ke dalam korteks sebagai berkas radier yang halus, berkas medulla.5

Medulla secara garis besar dapat dibagi menjadi zona dalam dan luar, yang merupakan petunjuk variasi morfolgi dinding tubulus dalam medulla. Di antara piramid medula yang berdekatan terdapat perluasan substansi korteks dan disebut collum ginjal (bertin). Gambaran granular korteks disebabkan adanya badan bulat yakni korpuskel ginjal dan tubulus uriniferus kontortus. Masing-masing piramid dengan korteks yang berkaitan dan yang mendasarinya dianggap sebagai satu lobus; oleh karena itu disebut ginjal multipiramidal dan multilobar.5 Koteks tersusun dari tubulus dan pembuluh darah nefron yang merupakan unit struktural dan fungsional ginjal. Pendarahan Ginjal Masing-masing ginjal mendapat cabang langsung aorta abdominal yakni melalui a. renal dan pada umumnya darah melalui glomerulus sebelum mendarahi ginjal lainnya. Pada hilus arteri renalis terbagi menjadi tiga cabang utama, dua cabang ke depan dan satu ke belakang pelvis ginjal dan masing-masing cabang dapat bercabang-cabang lagi. Diantara arteri-arteri utama ini terdapat sedikit atau tidak ada anastomosis dan masing-masing arteri mendarahi tiga atau empat piramid medula dan substansi korteks yang berhubungan dengannya. Daerah yang mendapat pendarahan ini disebut renule. Dalam jaringan lemak sekitar hilus, setiap cabang utama bercabang menjadi arteri interlobar yang berjalan di antara piramid medulla yang berdekatan dengan kolom bertin, biasanya terletak eksentrik pada satu sisi. Juga terdapat arteri interlobaris pada polus atas dan bawah ginjal di antara piramid dan permukaan ginjal. Pada perbatasan koterks medula, arteri interlobar bercabang menjadi arteri arciformis atau arcuata yang meninggalkan pembuluh asalnya hampir tegak lurus, menelusuri dasar piramid medula dan berjalan sejajar terhadap permukaan ginjal. Dari sini cabang-cabang berjalan secara radier ke tepian korteks. Pembuluh ini terdapat di antara berkas medula, yaitu antar lobulus, dan disebut arteri interlobular. Dari arteri interlobular terdapat banyak cabang samping yang memasui substansi korteks sebagai arteri interlobular dan bercabang menjadi satu atau lebih arteriol glomerular afferen yang mendarahi glomerulus.5 Arteriol glomerular eferen berjalan dari glomeruli untuk mendarahi bagian terbesar dari nefron yang sama, yang terdapat dalam korteks bagian luar membentuk jaringan kapiler interlobular korteks sementara arteriol eferen dari glomerulus juxtamedularis berjalan ke
4

piramid medular dan mendarahinya. Arteriol-arteriol eferens ini berjalan lurus dalam arah sentripetal, dan disebut arteriol rekta spuria (vasa recta).5 Pengaliran darah venosa jalannya sama seperti pada arteri. Dalam korteks, kapiler bermuara ke venula kecil (vena stellata) yang kemudian bergabung dalam bentuk seperti bintang untuk membentuk vena interlobular yang menuju medula bersama arteri interlobular, menerima cabang-cabang dari semua bagian korteks. Gabungan ini membentuk vena arcuata atau vena arciformis yang juga menerima pembuluh lurus berasal dari piramid medula. Vena arcuata bermuara ke vena interlobar yang berjalan menuju hilus dan akhirnya bergabung untuk membentuk vena renal, yang kemudian bermuara ke vena cava inferior.5 Nefron Didalam tiap ginjal terdapat 1 juta atau lebih nefron. Setiap nefron terdiri atas beberapa bagian bangunan dan fungsi yang berbeda. Bagian pertama nefron terdapat dalam korteks, bersifat buntu, menggelembung dan dilapisi oleh epitel yang sangat tipis. Bangunan ini disebut korpuskel ginjal (malpighi). Bagian yang melebar disebut kapsula bowman dan jumbai kapiler dikenal sebagai glomerulus. Yang berhubungan dengan korpuskel ginjal adalah tubulus kontortus proksimal, ansa henle, dan tubulus kontortus distal yang kemudian melanjutkan diri ke duktuss koligens. Tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal terletak berdekatan dengan korpuskel ginja dalam korteks. Ansa henle yang terletak dalam berkas medula dan meluas dari korteks ke medula untuk jarak tertentu. Mempunyai pars ascendens dan descendens, berjalan radial dan sejajar yang dihubungkan oleh lengkungan yang tajam.5 Nefron dapat digolongkan berdasarkan letak korpuskel dalam korteks, misalnya kapsular atau superficial, korteks-tengah atau jukstamedular. Berdasarkan panjang ansa henlenya di kenal 2 jenis nefron yaitu nefron pendek yang meluas hanya sampai ke zona luar medula, dengan segmen tipis dan pendek pada pars descendens. Nefron panjang mencapai zona dalam medula bahkan dekat puncak papila, dengan segmen tipis pars descendens dan ascendens membentuk ansa. Korpuskel Renalis Lapisan parietal kapsula bowman tersusun dari epitel selapis gepeng dengan inti sedikit menonjol ke rongga kapsula. Lapisan viseral epitel melekat erat pada kapiler glomerulus
5

dengan inti sel-sel epitel ini pada sisi kapsula lamina basal, akan tetapi tidak membentu lembaran yang utuh dan sel-selnya telah mengalami perubahan. Sel ini disebut podosit dan pada dasarnya berbentuk bintang yang dari badan selnya meluas prosesus yang kecil atau pedikel yang melekat pada permukaan luar (kapsula) lamina basal kapiler. Pedikel podosit yang saling berselang-seling dalam susunan yang rumit dengan sistem celah yang disebut celah filtrasi diantara pedikel. Endotel kapiler glomerulus sangat banyak pori atau tingkap (fenestra), yang berdiameter sekitar 80m. Glomerulus adalah massa kapiler yang berbelitbelit terdapat sepanjang arteriol. Diameter arteriol aferen lebih besar dari diameter arteriol eferen dan akibatnya glomerulus merupakan sebuah sistem yang bertekanan tinggi dan membantu pembentukan cairan jaringan dalam jalinan kapiler.2 Berdekatan dengan glomerulus sel-sel otot polos dalam tunika media arteriol aferen bersifat epiteloid yang disebut sel juxtaglomerular. Dalam arteriol aferen, lamina elastika interna tidak ada, sehingga sel JG berdekatan dengan endotel, jadi berdekatan dengan darah dalam lumen. Sel-sel itu berhubungan erat dengan macula densa, suatu bagian khusus tubulus kontortus distal yang terdapat di antara arteriol aferen dan eferen. Berhubungan erat dengan sel yang bergranula terdapat beberapa sel berwarna pucat yakni sel lacis atau sel mesangial ekstraglomerular. Fungsinya mungkin menghasilkan eritropoietin, hormon yang merangsang eritropoiesis di dalam sumsum tulang. Sel juxtaglomerular menghasilkan enzim yang disebut rennin. Dalam darah, rennin mempengaruhi angiostensinogen untuk menghasilkan angiostensin I. Bentuk ini tidak aktif. Tubulus Renalis Tubulus kontortus proksimal, mulai dari polus urinarius korpuskel ginjal, panjangnya 14 mm dengan diameter luar 50 sampai 60 m. Tubulus ini jalannya sangat berkelok dan selalu membentuk lengkung yang besar menghadap ke permukaan kapsula ginjal, disamping banyak sekali putaran dan kelokan yang kecil. Tubulus ini kemudian melanjutkan diri menjadi ansa henle. Tubulus ini disusun oleh epitel selapis silindris rendah dan bersifat eosinofilik dengan batas sikat (brush border) dan lumen biasanya nyata lebar. Batas sel tidak jelas dengan inti besar, bulat, dan terletak di pusat.5 Sel-sel tubulus rektus (pars desenden) serupa dengan sel-sel pada tubulus kontortus proksimal, akan tetapi lebih pendek. Peralihan dari pars desenden yang tebal (tubulus proksimal pars rekta) ke segmen tipis biasanya mendadak, berselang beberapa sel dengan
6

perubahan epitel dari kuboid atau torak rendah ke gepeng. Peralihan dari segmen tipis ke segmen tebal tiba-tiba, dengan sel-sel yang bertambah tinggi dari gepeng sampai kuboid. Strukturnya mirip tubulus kontortus distal, akan tetapi tinggi epitel lebih pendek dan inti cenderung menonjol ke lumen.5 Tubulus kontortus distal lebih pendek dari tubulus kontortus proksimal, diameternya lebih kecil dan sel-selnya kuboid lebih kecil dan tidak mempunyai brush border. Setiap tubulus kontortus distal dihubungkan oleh saluran penghubung pendek ke duktus koligens yang kecil. Duktus koligens bukan merupakan bagian dari nefron. Duktus koligens berjalan dari berkas medulla menuju ke medulla. Di bagian medulla beberapa dukrus koligens bersatu untuk membentuk duktus yang besar yang bermuara ke apeks papilla dan disebut duktus papilaris (Bellini). Sel-sel yang melapisi saluran ini bervariasi, mulai dari kuboid rendah dibagian proksimal sampai silindris tinggi di duktus papilaris utama.5 Mekanisme Kerja Ginjal Ginjal merupakan organ yang memainkan banyak peran penting dalam rangka mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh. Ginjal melakukan fungsi.-fungsi spesifik yang sebagian besar adalah untuk mempertahankan stabilitas lingkungan cairan internal. Selain itu, ginjal juga merupakan rute utama untuk mengeluarkan bahan-bahan sisa metabolik yang berpotensi toksik dan senyawa asing dari tubuh. Bahan-bahan tersebut dikeluarkan dalam bentuk larutan yakni dalam bentuk urin.3 Ada tiga proses dasar yang terlibat dalam pembentukan urin yakni filtrasi glomerulus, rearbsobsi tubulus dan sekresi tubulus. Ketiga proses ini terjadi dalam suatu unit fungsional ginjal yang disebut nefron.3 Filtrasi Glomerulus Sewaktu darah mengalir melalui glomerulus, plasma protein tersaring melalui kapiler glomerulus ke dalam kapsula bowman. Dalam keadaan normal 20% plasma yang masuk ke glomerulus tersaring. Cairan yang difiltrasi dari glomerulus ke dalam kapsul bowman harus melewati tiga lapisan yang membentuk membran glomerulus (membran basal, dinding kapiler glomerulus, lapisan dalam kapsula bowman).6
7

Untuk melaksanakan fungsi glomerulus, harus terdapat gaya yang mendorong sebagian dari plasma di glomerulus menembus lubang-lubang di membran glomerulus. Tidak terdapat mekanisme transport aktif atau pengeluaran energi lokal yang berperan dalam pemindahan cairan ini. Filtrasi dilakukan oleh gaya-gaya pasif yang bekerja pada kapiler.3 Tiga gaya yang terlibat dalm filtrasi glomerulus adalah tekanan darah kapiler glomerulus, tekanan osmotik koloid plasma, dan tekanan hidrostatik kapsula bowman. Tekanan darah kapiler glomerulus adalah tekanan cairan yang ditimbulkan oleh darah dalam kapiler glomerulus. Tekanan ini bergantung pada kontraksi jantung dan resistensi terhadap aliran darah yang ditimbulkan oleh arteriol aferen dan eferen. Tekanan darah kapiler glomerulus mendorong filtrasi, dua gaya lain yang bekerja menembus membran glomerulus (tekanan osmotik koloid plasma dan tekanan hirostatik kapsul bowman) melawan filtrasi. Tekanan osmotik koloid plasma ditimbulkan oleh distribusi tak seimbang proteinprotein plasma di kedua sisi membran glomerulus. Karena protein tidak difiltrasi maka konsentrasi H2O lebih tinggi di kapsula bowman dibanding kapiler glomerulus. Sehingga timbul kecenderungan H2O untuk berpindah dari kapsula bowman ke glomerulus melawan filtrasi. Tekanan hidrostatik kapsula bowman ditimbulkan oleh cairan dibagian awal tubulus. Tekanan ini cenderung mendorong cairan keluar kapsul bowman , melawan filtrasi cairan dari glomerulus menuju kapsul bowman.6 Dalam keadaan normal, sekitar 20% plasma yang masuk ke glomerulus disaring pada tekanan filtrasi netto 10mmHg, melalui seluruh glomerulus secara kolektif dihasilkan 180 liter filtrate glomerulus setiap hari untuk laju filtrasi rerata 125 ml/mnt pada pria dan 160 liter filtrate per hari pada LFG rerata 115 ml/mnt pada wanita.6 LFG dapat diubah-ubah dengan mengubah tekanan darah kapiler glomerulus melalui pengaruh simpatis pada arteriol aferen sebagai bagian dari respons refleks baroreseptornya yang mengompensasi perubahan tekanan darah arteri. Ketika tekanan darah turun terlalu rendah terjadi vasokontriksi arteriol kemudian mengurangi aliran darah ke glomerulus sehingga tekanan darah ke glomerulus dan LFG berkurang, hal ini juga berlaku pada keadan sebaliknya. Jika LFG berubah maka jumlah cairan yang keluar di urin juga berubah, sehingga volume plasma dapat disesuaikan untuk membantu memulihkan teakanan darah ke normal dalam jangka panjang.
8

Rearbsorbsi Tubulus Sewaktu filtrat mengalir melalui tubulus, bahan-bahan yang bermanfaat bagi tubuh dikembalikan ke plasma kapiler peritubulus. Bahan yang secara aktif direarbsorbsi bersifat penting bagi tubuh misalnya glukosa, asam amino, dan nutrien organik lainnya, serta Na+ dan elektrolit lain seperti PO43-.3 Rearbsorbsi natrium bersifat unik dan kompleks. Rearbsorbsi natrium di tubulus proksimal berperan penting dalam rearbsorbsi glukosa, asam amino, H2O, Cl-, dan urea. Rearbsorbsi natrium di pars asendens ansa Henle, bersama dengan rearbsorbsi Cl-, berperan sangat penting dalam kemampuan ginjal menghasilkan urin dengan konsentrasi dan volume bervariasi, bergantung pada kebutuhan tubuh untuk menghemat atau mengeluarkan H2O. Rearbsorbsi natrium di tubulus distal dan koligens bervariasi berada di bawah kontrol hormon. Rearbsorbsi ini berperan kunci dalam mengatur volume CES, yang penting dalam kontrol jangka panjang tekanan darah arteri dan juga sebagian berkaitan dengan sekresi K+ dan sekresi H+. Natrium direabsorbsi disepanjang tubulus kecuali di pars desenden ansa henle.6 Rearbsorbsi natrium yang berada di bawah kontrol hormon diatur sebagai berikut; jika jumlah Na+, volume CES, volume plasma, dan tekanan darah arteri di bawah normal maka apparatus juxtaglomerulus ginjal akan mengeluarkan rennin, suatu hormon enzimatik yang memicu serangkaian proses yang akhirnya menyebabkan peningkatan sekresi aldosteron di korteks adrenal. Aldosteron meningkatkan rearbsorbsi Na+ dari bagian distal tubulus sehingga mengoresi penurunan Na+, volume CES, dan tekanan darah. Glukosa dan asam amino secara normal direarbsorbsi seluruhnya kembali ke darah melalui mekanisme yang dependen energi dan dependen Na+ di tubulus proksimal sehingga tidak satupun dari bahan-bahan tesebut diekskresikan di urin. Karena keseluruhan proses rearbsorbsi glukosa dan asam amino bergantung pada energi maka molekul-molekul organik ini dianggap direarbsorbsi secara aktif meskipun energi tidak digunakan secara langsung untuk memindahkan keduanya menembus membran. Glukosa dan asam amino dipindahkan oleh pembawa kotranspor khusus yakni dengan bersama-sama menggunakan energi yang telah digunakan dalam rearbsorbsi Na+.3 Pada LFG yang tetap, jumlah glukosa yang terfiltrasi setiap menit berbanding lurus dengan konsentrasi glukosa plasma. Semua glukosa yang tersaring dapat direarbsorbsi
9

sampai maksimum tubulus (Tm). Jika jumlah glukosa yang difiltrasi permenti melebihi Tm, maka jumlah glukosa yang direarbsorbsi akan maksimum (senilai Tm) dan sisanya tetap berada dalam filtrat untuk diekskresikan di urin. Ambang ginjal adalah konsentrasi plasma dimana Tm tercapai dan glukosa pertama kali muncul di urin.3 Ginjal tidak secara langsung berperan dalam pengaturan banyak elektrolit, misalnya fosfat (PO43-) dan kalsium (Ca2+) karena ambang ginjal untuk ion-ion inorganik ini sama dengan konsentrasi plasma normalnya. Pembawa transport elektroli-elektrolit ini terletak di tubulus proksimal. Tidak seperti rearbsorsi nutrien organik, rearbsorbsi PO43- dan Ca2+ juga berada dibawah kontrol hormon.3 Selain rearbsorbsi aktif sekunder glukosa dan asam amino berkaian dengan pompa Na+ K+, rearbsorbsi pasif Cl-, H2O, dan urea juga bergantung pada mekanisme Na+ aktif ini. Sekresi Tubulus Sekresi tubulus juga melibatkan transport transepitel, dalam hal ini dari plasma kapiler peritubulur ke dalam lumen tubulus. Dengan sekresi tubulus, tubulus ginjal dapat secara selektif menambahkan bahan-bahan tertentu ke dalam cairan tubulus. Sekresi suatu bahan dapat mempercepat ekskresinya di urin.6 Sistem sekresi terpenting adalah untuk H+, yang berperan penting dalam mengatur keseimbangan asam-basa di tubuh. Ion hidrogen yang disekresikan ke dalam cairan tubulus dieliminasi dari tubuh melalui urin. Ion hidrogen dapat disekresikan oleh tubulus proksimal, distal atau koligentes, dengan tingkat sekresinya bergantung pada keasaman cairan tubuh. Ketika cairan tubuh terlalu asam maka sekresinya meningkat. Sebaliknya, sekresi H+ berkurang jika konsentrasi H+ di cairan tubuh terlalu rendah. Ion kalium secara selektif berpindah dalam arah berlawanan di berbagai bagian tubulus; ion ini secara aktif direarbsorbsi di tubulus proksimal dan secara aktif disekresikan di tubulus distal dan koligentes dengan dikontol oleh aldosteron. Hormon ini merangsang sekresi K+ oleh sel tubulus di akhir nefron sekaligus meningkatkan rearbsorbsi Na+ oleh sel-sel ini. Peningkatan konsentrasi K+ plasma secara langsung merangsang korteks adrenal untuk meningkatkan pengeluaran aldosteronnya, yang kemudian mendorong sekresi K+ .6

10

Sekresi aldosteron dirangsang oleh dua jalur terpisah yakni peningkatan konsentrasi K+ plasma dan penurunan konsentrasi Na+ plasma melalui jalur kompleks RAS. Karena itu, sekresi K+ dapat secara tidak sengaja ditingkatkan akibat peningkatan aktivitas aldosteron yang timbul oleh deplesi Na+, penurunan volume CES, atau penurunan tekanan darah arteri yang sama sekali tidak berkaitan dengan keseimbangan K+ .6 Metabolisme Air Metabolisme natrium dan air berhubungan dekat. Kandungan air dan natrium tubuh tergantung pada keseimbangan antara asupan (intake) natrium dari makanan dan ekskresi oleh ginjal. Cairan tubuh terdapat dalam dua kompartemen besar, yaitu cairan intrasel dan ekstrasel. Cairan intrasel adalah cairan yang terdapat dalam sel tubuh. Sekitar 60% dari cairan tubuh total berupa cairan intrasel. Cairan intrasel berperan pada proses menghasilkan, menyimpan, penggunaan energi, serta proses perbaikan sel. Cairan intrasel juga berperan dalam proses replikasi serta sebagai cadangan air untuk mempertahankan volume dan osmolalitas cairan ekstrasel. Cairan ekstrasel terletak di luar sel tubuh. Cairan ekstrasel terdiri dari cairan intersistium (cairan antar sel), cairan intravaskuler (cairan dalam pembuluh darah), serta cairan trans-sel (cairan dalam rongga khusus, seperti otak, bola mata, dan sendi). Cairan ekstrasel berperan sebagai pengantar semua keperluan sel, misalnya zat gizi dan oksigen. Cairan ekstrasel juga berperan sebagai pengangkut CO2, sisa metabolisme, serta bahan toksik.7 Water Intake Sekama aktifitas dan temperatur yang sedang, seorang dewasa minum sekitar 1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh sekitar 2500 ml per hari sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses metabolisme. 6 Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pengendali pusat haus berada di otak, sedangkan rangasangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler. Sekresi angiostensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walaupun kadang terjadi sendiri. Sensasi haus segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal.

11

Water Loss Kehilangan cairan tubuh, melalui 4 rute yaitu urin, insesible water loss, berkeringat dan feces. Proses pembentukan urin oleh ginjal dan ekskresi melalui traktus urinarius merupakan proses output cairan yang utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1100 1250 ml per 24 jam atau sekitar 30 50 ml per jam. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam tiap harinya. Bila aktivitas kelenjar keringat meningkat mka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh. Insesible Water Loss terjadi melalui melalui paru paru dan kulit. Melalui kulit secara difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar antara 300 400 ml per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningka maka insesible water loss dapat meningkat.3 Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas. Respon ini berasal dari anterior hipotalamus sedangkan impulsnya diteruskan melali sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan saraf simpatis pada kulit. Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100 200 ml per hari. Yang diatur oleh mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon). Dehidrasi Dehidrasi atau disebut juga ketidak seimbangan hiperosmolar terjadi akibat kehilangan cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit dan jumlah proporsional, terutama natrium. Pada saat dehidrasi terjadi penurunan asupan cairan dan kelebihan pengeluaran cairan. Kehilangan cairan (air) menyebabkan peningkatan kadar natrium, peningkatan osmolaritas, serta dehidrasi intraseluler. Tubuh akan merespons kekurangan cairan tubuh dengan mengosongkan cairan vaskular. Sebagai kompensasi akibat penurunan cairan interstisial, tubuh akan mengalirkan cairan keluar sel.4 Ada 3 macam kekurangan volume cairan eksternal atau dehidrasi, yaitu : 1. Dehidrasi isotonik, terjadi jika kehilangan sejumlah cairan dan elektrolitnya yang seimbang. 2. Dehidrasi hipertonik, terjadi karena kehilangan sejumlah air yang lebih banyak dari pada elektrolitnya. Air dalam cairan ekstrasel benyak yang keluar sehingga
12

cairan ekstrasel menjadi hipertonik. Cairan intrsasel keluar ke ekstrasel untuk menyeimbangkan cairan ekstrasel, sehingga cairan intrasel menjadi hipertonik. 3. Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak kehilangan elektrolitnya dari pada air. Dehidrasi dapat menimbulkan gejala yang bervariasi sesuai dengan tingkatan dehidrasinya. Dehidrasi ringan menimbulkan gejala haus, lelah, kulit kering, serta mulut dan tenggorokan kering. Dehidrasi tingkat sedang dapat mengakibatkan detak jantung menjadi cepat, pusing, tekanan darah rendah, lemas, urin pekat dan berkurang volumenya. Dehidrasi tingkat berat mengakibatkan kejang, lidah membengkak, dan kegagalan fungsi ginjal. Faktor yang Mempengaruhi Kerja Ginjal Produksi urin kental yang sedikit atau urin encer yang lebih banyak diatur melalui mekanisme hormon dan mekanisme pengkonsentrasi urin ginjal. Mekanisme hormonal ginjal meliputi Antidiuretic hormon (ADH) yang berfungsi meningkatkan permeabilitas tubulus kontrortus distal dan tubulus pengumpul terhadap air sehingga mengakibatkan terjadinya rearbsorbsi dan volume urin yang sedikit. ADH disintesis oleh badan sel saraf seraut saraf hipofisis posterior. ADH kemudian dilepas sesuai impuls yang sampai ke serabut saraf.7 Neuron hipotalamus adalah osmoreseptor dan sensitive terhadap perubahan konsentrasi ion natrium, serta zat terlarut lain dalam cairan intraseluler yang menyelubunginya. Peningkatan osmolaritas plasma seperti yang terjadi saat dehidrasi, menstimulasi osmoreseptor untuk mengirim impuls ke kelenjar hipofisis posterior agar melepas ADH. Air direarbsorbsi kembali dari tubulus ginjal sehingga dihasilkan urin kental dengan volume sedikit. Penurunan osmolaritas plasma mengakibatkan berkurangnya sekresi ADH, berkurangnya rearbsorbsi air dari ginjal, dan produksi urin yang encer dan banyak. 7 Baroreseptor dalam pembuluh darah memantau volume darah dan tekanan darah. penurunan volume dan tekanan darah menurunkan sekresi ADH. Faktor lain yang juga mempengaruhi adalah nyeri, kecemasan, olahraga, analgesic narkotik, dan barbiturate meningkatkan sekresi ADH. Alkohol menurunkan sekresi ADH.7 Aldosteron adalah hormon steroid yang disekresi oleh sel-sel korteks kelenjar adrenal. Hormon ini bekerja pada tubulus distal dan duktus pengumpul untuk meningkatkan absorbsi aktif ion natrium dan sekresi aktif ion kalium.
13

Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berlungsi meresponsradang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakangastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal Gukokortikoid merupakan hormon yang berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yangmenyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium . Selain itu ginjal menghasilkan Renin; yang dihasilkan oleh sel-sel apparatus jukstaglomerularis. Sel aparatus juxtaglomerularis merupakan regangan yang apabila regangannya turun akan mengeluarkan renin. Renin mengakibatkan hipertensi ginjal, sebab renin mengakibatkanaktifnya angiotensinogen menjadi angiotensin I, yg oleh enzim lain diubah menjadiangiotensin II; dan ini efeknya menaikkan tekanan darah. Suhu internal atau eksternal, jika suhu naik di atas normal, maka kecepatan respirasi meningkat dan mengurangi volume urin. Konsentrasi darah juga mempengaruhi yakni jika kita tidak minum air seharian, maka konsentrasi air dalam darah rendah. Reabsorpsi airdi ginjal mengingkat, volume urin menurun. Kesimpulan Ginjal merupakan organ yang sangat penting dalam tubuh kita karena melalui ginjal maka keseimbangan cairan tubuh kita bisa terjaga. Cairan tubuh terdiri dari cairan intrasel dan cairan ekstrasel. Apabila terjadi gangguan pada ginjal, maka keseimbangan cairan tubuh juga akan ikut terganggu. Pada keadaan normal, jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh (water intake) sama besar dengan jumlah cairan yang akan dikeluarkan tubuh (water loss) sehingga jika terjadi gangguan, maka akan terjadi dehidrasi yang bisa menyebabkan pingsan. Daftar pustaka 1. 2. 3. 4. 5. Gunardi S. Anatomi sistem urogenitale. Jakarta : Balai penerbit FKUI; 2008.h.12-7. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar. Jakarta: EGC; 2007.h.268-9. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2006.h.174-6 Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Jakarta: EGC; 2009.h.145-8. Mescher Anthony l. Histologi dasar Junqueira teks dan atlas. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2011. Hal. 247-8.
14

6. 7.

Ganong wf. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed-22. Jakarta: EGC; 2008.h.417-31. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2003.

15

Anda mungkin juga menyukai