Anda di halaman 1dari 19

INSTRUMENTASI METROLOGI I (Bagian 1)

Oleh : Ir.H. Bimbing Atedi


Bahan ajar semester IV

1. Umum.

Instrumentasi (Instrumentation)
Bidang ilmu dan teknologi yang mencakup perencanaan, pembuatan dan penggunaan
instrument atau alat ukur besaran fisika atau sistem instrument untuk keperluan diteksi, penelitian,
pengukuran, pengaturan serta pengolahan data.

Metrologi (Metrology)
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang berkaitan dengan kegiatan pengukuran.

Metrologi mencakup tiga hal utama:

1. Penetapan definisi satuan-satuan ukuran yang diterima secara internasional; misal:


meter, kilogram dsb.
2. Perwujuan satuan-satuan ukuran berdasarkan metode-metode ilmiah, misal perwujudan
nilai meter menggunakan gelombang cahaya laser.
3. Penetapan rantai ketertelusuran dengan menentukan dan merekam nilai dan akurasi
suatu pengukuran dan menyebarluaskan pengetahuan tersebut, misalnya hubungan
(perbandingan) antara nilai ukur sebuah mikrometer ulir terhadap balok ukur sebagai
standar panjang dilaboratorium.

1.1. Satuan-satuan dalam Metrologis

Satuan ”Sistem Internasional” (Le Systeme Internationale d’Unites) – SI

Satuan Dasar adalah satuan pengukuran sebuah besaran dasar pada sebuah sistem besaran phisik.
Definisi dan realisasi dari setiap satuan dasar dapat berubah dengan adanya penelitian
kemetrologian yang dapat menemukan kemungkinan dicapainya definisi dan realisasi yang lebih
akurat dari besaran phisik tersebut.

Contoh: Definisi ”meter”


Th. 1889 didasarkan pada prototipe internasional X meter dari bahan Platinum- Iredium yang
sekarang disimpan di Perancis.
Th. 1960, meter berubah menjadi standar cahaya yang difinisinya sebagai panjang gelombang dari
spektral Krypton 86
Th. 1983, pada konggres CGPM 17, didefinisikan ulang bahwa satu meter adalah jarak tempuh dari
gelombang cahaya Helium-Neon pada tabung vakum dengan kecepatan
1/ 299 792 458 second, yang direliarisasikan dalam panjang gelombang laser yang distabilkan
dengan iodine.

1.2.Satuan Dasar SI
Besaran Satuan Turunan Simbol
Panjang Meter M
Massa Kilogram Kg
Waktu Sekon S
Arus listrik Amper A
Suhu termodinamika Kelvin K
Jumlah zat mole Mol
Intensitas cahaya candela Cd

1.2.1.Definisi Satuan Dasar SI

Meter : panjang lintasan yang ditempuh oleh cahaya dalam tabung vakum dalam
waktu
1/ 299 792 458 second.

Kilogram : massa prototipe kilogram internasional

Sekon: durasi dari 9 192 631 770 periode radiasi yang sesuai dengan transisi antara
dua tingkat sangat halus dari ground state sebuah atom cecium 133.

Ampere: arus tetap yang jika tidak dijaga dalam dua kawat konduktor yang lurus
dan paralel dengan panjang tak terhingga dan luas penampang dapat diabaikan
serta berjarak 1 meter satu sama lain , dalam ruang hampa akan menghasilkan
gaya sebesar 2 x 10-7 newton per meter panjang kawat.

Kelvin: 1/ 273,16 dari suhu termodinamis titik tripel air.

Mole : jumlah zat dari sebuah sistem yang mengandung intensitas sebanyak
intensitas yang ada dalam 0,012 kg atom karbon -12.

Candela: intensitas luminasi pada arah tertentu dari sejumlah sumber yang
memancarkan radiasi monocromatik dengan frequensi 540 x 10-12 herz dan
mempunya intensitas radian pada arah tersebut sebesar 1/638 watt per steradian.
1.2.2.Satuan Turunan SI

Satuan Turunan adalah sebuah satuan pengukuran dari sebuah besaran turunan dalam sebuah
sistem besaran.

Satuan turunan SI yang dinyatakan dengan satuan SI

Besaran Turunan Satuan Turunan Simbol


Luas Meter persegi m2
Isi Meter kubik m3
Kecepatan Meter per sekon m s-1
Percepatan Meter per sekon kuadrat m s-2
Kecepatan sudut Radian per sekon rad s-1
Percepatan sudut Radian per sekon kuadrat rad s-2
Densitas Kilogram per meter kubik kg m-3
Intensitas medan listrik Amper per meter A m-1
Densitas arus listrik Amper per meter persegi A m-2
Momen gaya Newton meter Nm
Kekuatan medan listrik Volt per meter V m-1
Permeabilitas Henry per meter H m-1
Permisivitas Farad per meter F m-1
Kapasitas panas spesifik Joule per kilogram kelvin J kg-1K-1
Konsentrasi jumlah zat Mol per meter kubik mol m-3
luminasi Candela per meter persegi cd m-3

Contoh: Dari hubungan fisik antara besaran panjang yang diukur dalam satuan m, dan besaran
waktu yang diukur dalam satuan s, maka besaran kecepatan yang diukur dalam satuan m/s dapat
diturunkan.
Satuan turunan dinyatakan dalam satuan dasar dengan simbol matematis perkalian dan pembagian.

1.2.3.Satuan Turunan SI yang nama dan simbolnya terdapat satuan turunan SI dengan nama simbol
khusus.

Besaran Turunan Satuan turunan SI Simbol Dalam satuan SI Dalam Satuan


nama khusus khusus Dasar SI
Frequensi Herz Hz s-1
Gaya Newton N m.kg.s-2
Tekanan Pascal Pa N/m2 m-1 kg s-2
Energi, kerja, jumlah panas Joule J N.m m2 kg s-2
Daya, fluk radian Watt W J/s m2 kg s-3
Muatan listrik Coulmb C s.A
Beda potensial listrik Volt V W/A m2 kg s-3A-1
Kapasitasi listrik Farad F C/V m2 kg-1 s-4A2
Tahanan listrik Ohm Ω V/A m2 kg s-3A-2
Daya hantar listrik Siemens S A/V m-2 kg-1 s3A2
Fluks magnet Webere Wb V.s m2 kg s-2A-1
Induktansi Henry T Wb/m2 kg s-2 A-1
Fluk luminan lumen H Wb/A m2 kg s-2A-2
Iluminasi lux lm Cd.sr m2 s-2Cd = Cd
Aktifitas radio nuklida becquerel Bq s-1
Dosis, kerma, energi gray Gy J/kg m2 s-2
Setara dosis sievert Sv J/kg m2 s-2
Sudut bidang radian Rad m.m-1 = 1
Sudut ruang Steradian Sr m.m-1 = 1

1.2.4.Satuan dasar yang digunakan dalam besaran yang berbeda-beda seperti pada Tabel berikut:
Besaran Turunan Satuan Turunan Simbol Dalam Satuan Dasar SI
Viskositas dinamik pascal newton Pa.s m-1 kg.s-1
Momen gaya newton meter N.m m-2 kg.s-2
Tegangan permukaan newton per meter N/m kg.s-2
Kecpatan sudut radian per sekon Rad/s m.m-1 s-1 = s-1
Percepatan sudut radian per sekon kuadrat Rad/s2 m.m-1 s-2 = s-2
2
Densitas fluk panas watt per meter persegi W/m Kg.s-3
Kapasitan panas, entropi joule per kelvin J/K m-2 kg. s-2.K-1
Kapasitas panas spesifik, entopi joule per kilogram kelvin J(kh.K) m-2. s-2.K-1
spesifik
Energi spesifik joule per kilogram J/kg m-2 . s-2
Konduktivitas termal watt per meter kelvin W(m.K) m.kg.s-3.K-1
3
Densitas energi joule per meter kubik J/m m-1.kg.s-2
Kekuatan medan listrik volt per meter V/m m.kg.s-3.A-1
Densitas muatan listrik colomb per meter kubik C/m3 m-3.s.A
2
Densitas fluks listrik coulom per mtr persegi C/m m-2.s.A
Permitivitas farad per meter F/m m-3.kg-1 s4 A2
Permeabilitas henry per meter H/m m.kg.s-2.A-2
Energi molar joule per mole J/mol m2.kg.s-2.mol-1
Entropy molar, kapasitas panas joule per mole kelvin J/(mol/K) m2.kg.s-2.K-1mol-1
Paparan sinar X dan Y coulomb per kilogram C/kg kg-1.s.A
gray per sekon Gy/s m2s-3
Intensitas radian watt per steradian W/sr m4.m-2.kg.s-3=
m-2 kg.s-3
radiansi watt perian meter pesegi W/(m2-sr) m2.m-2.kg.s-3 =
sterad kg s-3
Konsentrasi katalik katal per meter kubik Kat/m3 m-3.s-1.mol

1.2.5.Satuan-satuan SI yang diterima untuk digunakan bersama dengan satuan SI, karena banyak
digunakan (Satuan Selain SI yang diterima)

Besaran Satuan Simbol Nilai dalam satuan SI


Waktu Menit min 1 min = 60 s
Jam h 1 h = 60 min = 3600 s
hari d 1 d = 24 h
Sudut permukaan derajat ˚ 1˚ = ( π/180) rad
menit ́ 1́ = (1/60)́ = (π/10800) rad
sekon ́́ 1́ ́ = (1/60)́ ́ = (π/648000)rad
nygrad gon 1 gon = (π/2000) rad
Volume liter L, l 1 l = 1 dm3 = 10-3 m3
Massa ton metrik T 1 t = 103 kg

1.2.6. Satuan-satuan selain SI yang digunakan pada bidang-bidang tertentu


Besaran Satuan Simbol Nilai dalam satuan SI
Panjang Mil laut 1 mil laut = 1852 m
Kecepatan Knot 1 mil laut/jam = 1852/ 3600 m/s
Massa Karat 1 karat = 2 x 10-4 kg = 200 mg
Densitas linier Tex tek 1 tek = 10-6 kg/m = 1 mg/m
Kekuatan sistem optik Dioptri 1 dioptri = 1 m-1
Tekanan pada fluida dalam Milimeter merkuri mmHg 1 mmHg = 133 322 Pa
tubuh manusia
Luas Are a 1 a = 100 m2
Luas Hektar ha 1 ha = 104 m2
Tekanan Bar bar 1 bar = 100 k Pa = 10-5 Pa
jarak Angtrom A 1 A = 0,1 nm = 10-10 m
penampang barn b 1 b = 10 -28 m2

1.2.7.Prefiks atau Awalan Satuan SI

Faktor Nama Perfiks Simbol Faktor Nama Perfiks Simbol


1 -1
10 deka da 10 desi d
102 hekto h 10-2 centi c
103 kilo k 10-3 milli m
106 mega M 10-6 micro µ
109 giga G 10-9 nano n
1012 tera T 10-12 pico p
1015 peta P 10-15 femto f
1018 exa E 10-18 atto a
1021 zetta Z 10-21 zepto z
1024 yolta Y 10-24 yocto y

1.2. Pengertian Metrologi dan Penerapannya

Ukuran suatu benda kerja baru dapat diketahui setelah benda tersebut diukur.
Ilmu pengetahuan teknik tentang ukur mengukur secara luas dinamakan metrologi
(metrology), sebagaimana ditulis dalam bahasa inggris “ Metology is science of measurement” .

Pembagian Utama dalam Metrologi


1. Metrologi Ilmiah (Scientific Metrology) : pengukuran yang berhubungan dengan
pengaturan dan pengembangan standar-standar pengukuran dan pemeliharaannya.
2. Metrologi Industri (Industrial Metrology): pengukuran yang bertujuan untuk
pengendalian mutu suatu produk di industri dengan memastikan bahwa sistem
pengukuran dan alat-alat ukur berfungsi dengan akurasi yang memadai, baik dalam
proses produksi maupun pengujiannya.
3. Metrologi Legal (Legal Metrology): pengukuran yang berkaitan dengan transaksi
perdagangan, kesehatan, keselamatan dan kepentingan umum.

Metrologi Ilmiah dan Metrologi Industri merupakan bagian dari Metrologi Teknis.

Berdasarkan sifat besaran fisiknya , metrologi dapat dibagi menjadi beberapa kelompok kerja,
yaitu :
• metrologi dimensi yang berkaitan dengan pengukuran panjang, sudut, profil
permukaan, geometrik dsb.
• metrologi massa menangani besaran massa, gaya, tekanan dst
• metrologi mekanik yang melibatkan kecepatan, momen, getaran dst
• metrologi fisik yang berhubungan dengan msalah volemetri, viskositas, densitas,
aliran dst
• metrologi listrik dengan besaran dasar arus listrik dan waktu dan turunannya
sebagai komponen utamanya.
• metrologi suhu melibatkan pengukuran suhu dibawah suhu 0 0 C sd ribuan 0 C.
• metrologi optik pengukuran yang berkaitan dengan photometri, radiometri
• dan lain-lain

Berdasarkan bidang aplikasinya, metrologi dapat dibedakan menjadi :


• metrologi industri dengan fokus pengukuran untuk pengendalian mutu produk.
• metrologi medik untuk ketepatan analisis penyakit, dalam pelayanan kesehatan.
• metrologi astronomi untuk kepentingan penerbangan antariksa dan ilmu falak.
• metrologi akustik untuk perancangan akustik gedung, analisis kebisingan dst.

Jadi perlu diketahui bahwa kegiatan pengukuran tersebut tergantung pada tujuan
pemakaian, suatu jenis alat ukur yang sama dapat dikelola berdasarkan metrologi legal atau
metrologi teknis.

Didalam pembahasan selanjutnya akan banyak berkaitan dengan kegiatan pegukuran di


industri yaitu metrologi teknis, yang penerapannya pada pengukuran besaran fisik sebagai metrologi
industri.

1.2.1. Pengukuran (measurement)


Kegiatan mengukur dapat diartikan sebagai proses perbandingan suatu obyek
terhadap standar yang relevan dengan mengikuti peraturan-peraturan terkait dengan tujuan
untuk dapat memberikan gambaran yang jelas tentang obyek ukurnya.

Dengan melakukan proses pengukuran dapat:


• membuat gambaran melalui karakteristik suatu obyek atau prosesnya.
• mengadakan komunikasi antar perancang, pelaksana pembuatan, penguji mutu
dan berbagai pihak yang terkait lainnya.
• memperkirakan hal-hal yang akan terjadi
• melakukan pengendalian agar sesuatu yang akan terjadi dapat sesuai dengan
harapan perancang.

Bidang-bidang dan sub-bidang dengan contoh standar pengukuran yang berkaitan dapat dijelaskan
seperti pada Tabel 1

Tabel 1
Bidang Sub-bidang Standar pengukuran yang penting
Massa dan besaran Pengukuran Massa Standar massa eimbangan standar, mass
yang terkait comparator
Gaya dan tekanan Load cell, dead weight tester, force, moment and
torque converter; pressure balance oil ang gas.
Universal Testing Machine.
Volume, densitas dan Aerometer gelas, glassware laboratory um,
viskositas vibration densitometer, viscometer capiler gelas,
viscometer rotasi, skala viskometri
Kelistrikan DC Komparator arus kriogenis, efek Josephson dan
efek Quantum Hall, acuan diode Zener, metode
potensiometris, jembatan (bridge) komparator
Kelistrikan dan Kelistrikan AC Pengubah (converter) AC/DC, kapasitor standar,
kemagnitan kapasitor udara, induktansi standar, kompensator,
watt meter.
Kelistrikan frekuensi tinggi Pengubah termal, calorimeter, bolo meter
Arus kuat dan tegangan tinggi Transformator pengukur arus dan tegangan,
sumber tegangan tinggi acuan
Panjang gelombang danLaser stabil, interfeometri, sistem laser
interferometri pengukuran, komparator interfrometri
Metrologi Dimensi Balok ukur,skala mistar, step gauge, setting ring,
Panjang plug gauge, heih master, dial indicator,
micrometer, standar kerataan optis, CMM, scan
micrometer

Pengukuran sudut Autocolimator, rotary table, balok sudut, polygon,


precision level
Bentuk Kelurusan, kerataan, kesejajaran, kesikuan,
kebundaran, cylinder square
Kekasaran Permukaan Step height and groove standard, standar
kekasaran, roughness measu ring machine
Waktu dan Frekuensi Pengukuran waktu Standar frekuensi atomic sesium, alat ukur interval
waktu

Frekuensi Standar frekuensi atomic Cecium, isola tor kuarsa,


laser, pencacah elektronik dan sinthesiser, alat
ukur geodetic.
Termometri Pengukuran suhu secara kontak Temometer gas, titik tetap, ITS 90, ter mometer
tahanan platina, temokopel
Pengukuran suhu secara non Black body suhu tinggi, radiometer krio genis,
kontak pyrometer,fotodiode Si

Kelembaban Miirror dew point meter atau hygrometer


elektronik, dobel pressure, temperature humidity
generator
Dosis terserap – produk industryKalorimeter, high dose rate cavity ter kalibrasi,
tingkat tinggi dosimeter dikromat.
Dosis terserap – produk medis Kalorimeter, kamar ionisasi.
Radiasi Pengion dan Perlindungan terhadap radiasi Kamar ionisasi, berkas/medan radiasi acuan,
Radioaktive pencacah proposional dan lain nya, TEPC,
spektroneter neutron Bonner
Radioaktivitas Kamar ionisasi tipe sumur (well), sum ber
radioaktivitas bersertifikat, spektroskopi gama dan
alpha , ditektor 4 Gamma.
Serat optis Bahan acuan – serat Au
Radiometri optis Radiometer kriogenis,ditektor, sumber acuan laser
Fotometi dan stabil, bahan acuan – serat Au
Radiometri Fotometri Ditektor cahaya tampak, fotodioda Si, ditektor
efisiensi kuantum
Kolorimetri Spektrofotometer
Aliran Aliran gas (volume) Bell profer, meter gas rotary, meter gas turbin,
meter transfer dengan critical nozzle

1.2.3. Metode Pengukuran

Pada umumnya metode pengukuran adalah membandingkan besaran yang diukaur terhadap
standarnya. Bagaimana proses membandingkan dilakukan, diantarnaya harus diketahui:
- konsep dasar tentang besaran yang dilakukan
- dalil fisika tentang besaran tersebut
- spesifikasi peralatan yang harus digunakan pengukuran
- proses pengukuran yang dilakukan
- urut-urut an langkah yang harus dilakukan
- kualifikasi operator
- kondisi lingkungan

1.2.4.Terminologi dan metodologi pengukuran yang standarkan meliputi sbb:

a. Metode pengukuran fundamental

Pengukuran berdasarkan besaran-besaran dasar (panjang, massa, waktu dsb) yang dipakai
untuk mendifinisikan besaran yang diukur. Misal pengukuran gravitasi dengan cara bola
jatuh, diukur massa benda yang jatuh, jarak yang ditempuh dan waktu yang diperlukan
untuk menempuh jarak tersebut. Disini nilai percepatan gravitasi langsung ditentukan
dengan mengukur besaran dasar massa, panjang dan waktu.

a. Metode pengukuran langsung


Metode pengukuran dimana nilai besaran langsung terbaca pada alat ukur tanpa
memerlukan pengukuran besaran-besaran lain yang mempunyai hubungan fungsional
dengan besaran yang diukur. Contoh:
- pengukuran panjang dengan memakai mistar.
- pengukuran massa dengan neraca sama lengan

a. Metode pengukuran tidak langsung

Pengukuran yang diukur ditentukan dengan jalan mengukur besaran lain yang mempunyai
hubungan funsional dengan besaran yang diukur, Contoh:
- pengukuran tekanan dengan mengukur tingginya kolom cairan didalam suatu tabung
- pengukuran suhu dengan mengukur tahanan listrik kawat platina ( temometer tahanan
platina).

d. Metode perbandingan
Membandingkan besaran yang diukur dengan besaran sejenis yang telah diketahui
nilainya. Contoh:
-. mengukur tegangan dengan pontensio meter. Disini tegangan yang akan diukur
dibandingkan dengan tegangan sel standar
-. mengukur tahanan listrik dengan jembatan Wheatstone.

e. Metode subtitusi
Metode pengukuran dimana besaran yang diukur diganti oleh besaran yang sejenis yang
nilainya telah diketahui dan dipilih sedemikian rupa sehingga menimbulkan efek yang sama
terhadap penunjukkan alat ukur.

f. Metode deferensial
Metode dimana besaran yang diukur dibandingkan dengan besaran yang sejenis yang telah
diketahui yang nilainya hanya berbeda sedikit dengan yang diukur adalah perbedaan itu.
Contoh:
-. Pengukuran panjang dengan menggunakan komparator
-. Pengukuran distribusi suhu didalam ruangan yang suhunya hampir seragam dengan
memakai termokopel differinsial.

g. Metode nol
Metode pengukuran dimana nilai besaran yang diukur ditentukan dengan
menyetimbangkan, mengatur satu atau lebih besaran yang telah diketahui yang dengan
besaran ini mempunyai hubungan tertentu dan dalam keadaan setimbang diketahui
bentuknya. Contoh:
- pengukuran impendansi dengan memakai rangkaian jembatan impendansi
- pengukuran tegangan dengan memakai potensiometer.

1.2.5. Karakteristik alat ukur dan Proses Pengukuran

Proses pengukuran identik dengan proses produksi disuatu industri. Produk proses
pengukuran adalah berupa angka-angka. Karakteristik yang menonjol dari proses pengu kuran
adalah pengukuran yang dilakukan berkalikali terhadap suatu besaran yang konstan harganya
menghasilkan yang tidak sama. Bagaimana sempurnanya persyaratan metodenya dipenuhi selalu
ada perbedaan pada hasil-hasil ukurnya. Angka mana yang dianggap benar ? Analisis statistik
menyatakan bahwa nilai yang benar akan didapat bila pengukuran dilakukan tak terhingga kali
pada kondisi yang sama Dan kita tidak akan punya waktu dan biaya untuk melakukan seperti
tersebut diatas. Karena itu harga yang benar tidak akan pernah diketahui, kemungkinan hanya
dapat angka pendekatan saja. yang berdasarkan harga rata-rata dari sejumlah pengamatnya.
Akan tetapi harga rata-rata saja tidak cukup, angka tersebut harus disertai dengan keterangan
yang menyatakan:

a. Rentang yang menyatakan berapa dekatnya nilai pendakatan tersebut terhadap harga yang
sebenarnya.
b. Jaminan atau tingkat keyakinan (Confidence Level) bahwa angka rata-rata akan diperoleh
lagi jika kita melakukan beberapa kali terhadap besaran tersebut.

Contoh: Bila dari hasil penimbangan massa dituliskan sbb:

( 100 ± 2 ) kg pada “Confidence Level” = 95%


INSTRUMENTASI METROLOGI I (Bagian 2)
Oleh : Ir.H. Bimbing Atedi
Bahan ajar semester IV

2. ALAT UKUR

2.1. Pengertian Alat Ukur (instrument)

Untuk melakukan kegiatan pengukuran, diperlukan suatu perangkat yang dinamakan


instrumen (alat ukur). Jadi instrumen adalah sesuatu yang digunakan untuk membantu kerja indera
untuk melakukan proses pengukuran. Misalnya pada mobil, manometer (pressure gauge) pengukur
tekanan udara dalam ban, termometer ( pengukur suhu mesin), speedometer ( pengukur kecepatan)
levelmeter (pengukur bahan bakar pada tangki), pH meter (pengukur derajat keasaman dalam
batere) dst.

Instrument atau alat ukur terdiri dari banyak jenis yang dapat juga dikelompokkan
melalui disiplin kerja atau besaran fisiknya. diantaranya:
• alat ukur dimensi: mistar, jangka sorong, mikrometer, bilah sudut, balok ukur,
profile proyector, universal measurung machine dst.
• alat ukur massa : timbangan,comparator elektronik,weight set dst
• alat ukur mekanik; tachometer, torquemeter, stroboscope dll
• alat ukur fisik : gelas ukur, densitometer, visosimeter, flowmeter .
• alat ukur listrik: voltmeter, amperemeter, jembatan Wheatstone
• alat ukur suhu: termometer gelas, PRT
• alat ukur optik: luxmeter,fotometer, spectrometer
• dan lain-lain

2.1.1. Istilah-istilah pada alat ukur


• Rentang Ukur (Range) besarnya daerah pengukuran mutlak suatu alat ukur.
Sebuah jangka sorong mempunyai range 0 sd 150 mm
• Dayabaca (sering disebut resolusi/atau resolution) jarak ukur antara dua garis
skala yang berdampingan pada alat ukur analog, atau perbedaan penunjukkan terbaca
dengan jelas pada alat ukur digital.
• Span: besarnya kapasitas ukur suatu alat ukur, misal mikrometer luar mempunyai
span ukur 25 mm, artinya rentang ukur 0 – 25, 25 – 50, 50 – 75 …………….dst.
• Kepekaan (sensitivity) perbandingan antara perubahan besarnya keluaran dan
masukkan pada suatu alat ukur setelah kesetimbangan tercapai.
• Kemampuan ulang (repeatibility) kesamaan penunjukkan suatu alat ukur jika
digunakan untuk mengukur obyek yang sama, ditempat yang sama, serta dalam waktu
yang hampir tidak ada berselisih antara pengukuran-pengukuran tersebut.
2.2. Bagian-bagian dari alat ukur
Secara garis besar suatu alat dibagi menjadi 3 komponen utama yaitu :
1. Sensor atau peraba
2. Pengubah /pengolah sinyal atau tranduser
3. Penunjuk atau indikator/ display dan pencatat atau rekorder

1. Sensor bagian alat ukur yang merasakan adanya sinyal yang harus diukur atau bagian yang
berhubungan langsung dengan benda ukurnya. Ada dua jenis sensor, yaitu kontak dan non
kontak. Sensor kontak banyak digunakan pada prinsip alat ukur mekanik dan elektrik,
sedang sensor non kontak pada prinsip optik dan pneumatik. Contoh sensor pada mikrometer
adalah kedua permukaan ukur yang menjepit benda ukur, pada dial indikator terletak pada
ujung tangkai batang ukurnya.

2. Tranduser berfungsi untuk memperkuat/memperjelas dengan mengubah sinyal sinyal yang


diterima dari sensor dan mengirim hasil ke penunjuk atau indikator/ rekorder maupun
kontroler. Kemungkinan pada tranduser sinyal dirubah dengan besaran lain, misalnya system
mekanik menjadi elektrik kemudian diubah kembali menjadi sistem mekanik Jadi prinsip
kerja dari alat ukur tergantung dari pengubahnya, yang dapat dibedakan menjadi beberapa
prinsip kerja, yaitu :
1. sistem mekanik
2. sistem elektrik
3. sistem optik
4. sistem pneumatik
5. sistem gabungan diantara tersebut diatas, diantaranya:
a. sistem optomekanik
b. sistem optoelektronik
c. sistem mekatronik dst
Contoh tranduser pada mikometer berupa sistem ulir presisi, pada dial indikator berupa sistem
rodagigi yang dapat mengubah dari gerakan linier menjadi gerakan berputar pada indikatornya.

3. Penunjuk atau indikator bertugas untuk menayangkan data ukur yang berupa garis-garis skala
pada mikrometer atau jarum yang bergerak melingkar dengan menunjuk skala ukur yang
melingkar juga.
Rekorder dapat mencatat data ukur dalam bentuk numerik atau grafik, sedangkan kontroler
berfungsi untuk mengendalikan besarnya nilai obyek yang diukur sesuai dengan nilai ukur yang
dikehendaki. Tidak semua alat ukur dilengkapi dengan rekorder dan atau kontroler, namun untuk
alat-alat ukur yang modern yang dilengkapi dengan pembacaan digital sering dilengkapi dengan
pengolah data secara statistik (SPC – statistic process control). Komponen pengolah data ini
sangat membantu khususnya bagi mereka yang bekerja dibagian pengendalian mutu produk yang
dibuat secara massa (mass product). Setiap dimensi dilakukan pengukuran beberapa kali,
langsung data-data tersebut dapat diolah, sehingga operator dapat memperoleh informasi tentang
harga rata-rata, simpangan baku dan parameter statistik lainnya termasuk penayangan
histogram, diagram x-R dsb.

2.3. Pengambilan data pengukuran


Pengambilan data adalah bagian dari proses pengukuran yang menuntut ketelitian atau
kesaksamaan yang tinggi, karena kegiatan ini selalu dibayangi oleh kemungkinan sulitnya pengulangan
proses pengukuran jika data yang sudah diperoleh mengalami kekeliruan. Kesulitan pengambilan data
ulang antara lain disebabkan oleh sudah berlalunya obyek pangukuran ke pos pengerjaan berikutnya,
sehingga menyulitkan pelacakan, dan berubahnya karakteristik elemen pengukuran terhadap waktu,
misalnya perubahan suhu atau perubahan karakteristik alat ukur yang akan mengakibatkan berubahnya
nilai ukur. Oleh karena itu, proses pengambilan data sebaiknya dilakukan hanya pada satu kesempatan
sampai tuntas dan tanpa kekeliruan.
2.3.1 Elemen Pengambilan data
Dalam proses pengambilan data terdapat lima elemen yang terlibat yaitu:
1. Obyek ukur
2. Standar ukur
3. Alat Ukur
4. Operator pengukuran
5. Lingkungan

Proses pengukuran tidak dapat berlangsung dengan baik bila salah satu dari keempat elemen
yang pertama tidak ada. Faktor lingkungan selalu hadir pada setiap situasi. Kelima elemen perlu
dipahami agar kesalahan yang ditimbulkan oleh setiap elemen dapat dipelajari. Proses pengukuran
dilakukan si operator dengan membandingkan benda ukur (obyek) dengan alat ukur (standar) yang
sudah diketahui nilai ukurnya (kalibrasi) dengan sarana ruang dan alat bantu ukur yang memenuhi
persyaratannya.

1) Obyek ukur
Obyek ukur adalah komponen sistem pengukuran yang harus dicari karakteristik dimensionalnya,
misal panjang, jarak, diameter, sudut, kekasaran permukaan dst, agar hasil ukurnya memberikan
nilai yang aktual, maka sebelum proses pengukuran dilakukan, obyek ukur harus dibersihkan
dahulu dari debu, minyak atau bahan lain yang menutup atau mengganggu permukaan yang akan
diukur.

2). Standar Ukur


Standar ukur adalah komponen sistem pengukuran yang dijadikan acuan fisik pada proses
pengukuran. Bagi pengukuran dimensional standar satuan ukuran adalah standar panjang dan
turunannya. Dalam proses pengukuran yang baik menuntut standar ukur yang mempunyai akurasi
yang memadai dan mampu telusur ke standar nasional/ internasional.

3) Alat Ukur
Alat ukur adalah komponen sistem pengukuran yang berfungsi sebagai sarana pembanding antara obyek
ukur dan standar ukur, agar nilai obyek ukur dapat ditentukan secara kuantitatif dalam satuan standarnya.
Ciri-ciri dari alat ukur yang baik adalah yang memiliki kemampuan ulang yang ketat, kepekaan yang
tinggi, histerisis yang kecil dan linieritas yang memadai.

4) Operator pengukur
Operator pengukur adalah orang yang menjalankan tugas pengukuran dimensonal baik secara
keseluruhan maupun bagian demi bagian. Tugas ini terdiri dari pos pekerjaan, diantaranya:
• pemeriksaan obyek ukur (dan gambar kerja)
• pemilihan alat-alat ukur (dan standar ukur)
• persiapan pengukuran (penjamin kebersihan, penyusunan sistem ukur,
pemeliharaan kondisi lingkungan dan lain-lain).
• perhitungan analisis kesalahan pengukuran ( dan pembuatan interprestasi
ketidakpastian pengukuran)
• penyajian hasil pengukuran (dalam bentuk laporan pengukuran).

Seorang operator hendaknya dibekali dengan pengetahuan:

- kemampuan membaca gambar kerja


- pengetahuan tentang sistem toleransi
- kemampuan menjalankan alat/mesin ukur
- pengetahuan tentang statistika pengukuran dan teori ketidakpastian

5).Lingkungan
Proses pengukuran dapat dilakukan dimana saja: diruang terbuka maupun diruang ysng
terkondisi. Pada ruang terkondisi khususnya pengukuran dimensional tentunya akan menjamin
hasil ukur lebih akurat,dengan persyaratan yang dipersyaratkan bagi sebuah ruang untuk
keperluan pengukuran/kalibrasi dimensional adalah sbb:

- suhu 20 ± 1 0 C
- kelembaban relatif ≤ 50 %

2.4.Proses Pengukuran

Sebelum pengukuran dilakukan , secara administratif perlu dipersiapkan petunjuk pemakaian


alat ukur, dan grafik untuk mencatat hasil pengambilan data, serta gambar tata letak dari sistem
pengukuran. Alat ukur yang akan digunakan perlu dilakukan pemeriksaan, yaitu uji visual,
fungsional dan unjuk kerja.

- Uji visual dimaksudkan untuk melihat kelengkapan alat ukur, dan cacat yang dapat
dilihat mata.
- Uji fungsional untuk memeriksa tanggapan yang terjadi sebagai akibat input yang
diberikan dengan mengubah posisi setiap tombol.
- Apabila semua fungsinya dapat bekerja alat ukur tersebut dapat digunakan dengan
catatan terdapat hasil uji unjuk kerja secara tertulis, yang berupa laporan kalibrasi
atau sertifikat kalibrasi.

Dilihat dari jumlahnya pengambilan data dapat dilakukan satu sampai beberapa kali dimaksudkan
untuk menjamin nilai kebenaran hasil ukur, data-data harus diambil lebih dari dua kali pada setiap
posisi. Oleh karena itu pengambilan data yang dilakukan secara berulang, sehingga dapat memiliki
peluang yang lebih baik untuk mendekati harga yang sebenarnya.

Di pihak lain, jumlah obyek pendataannya sendiri dapat hanya satu atau beberapa buah.
Dengan demikian dapat terjadi kombinasi :
⇒ obyek tunggal – pengambilan data satu kali
⇒ obyek tunggal – pengambilan data berulang
⇒ obyek majemuk homogen – pengambilan data satu kali
⇒ obyek majemuk homogen – pengambilan data berulang

Dalam kasus obyek majemuk homogen baik pengambilan data satu kali maupun berulang, dapat
diperoleh proporsi status obyek. Namun untuk hasil yang lebih akurat, lebih baik dipilih
pengambilan data yang berulang. Karena cara ini akan mengurangi kemungkinan adanya status
obyek yang meragukan khususnya bagi obyek yang berada pada nilai batas.

3.KALIBRASI (CALIBRATION)

3.1.Definisi
Kalibrasi bagian dari Metrologi kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai
penunjukkan alat ukur dan bahan ukur. atau Kalibrasi adalah memastikan hubungan antara
harga-harga yang ditunjukkan oleh suatu alat ukur atau sistem pengukuran, atau harga-harga yang
diabadikan pada suatu bahan ukur dengan harga yang “sebenarnya” dari besaran yang diukur.

3.2.Kalibrasi di industri
Menjamin ketertelusuran peralatan ukur yang digunakan dalam pengukuran dan
pengujian suatu produk industri. Atau menjamin suatu hasil pengukuran, maka alat ukur dan
bahan ukur yang digunakan dalam proses pengukuran harus dikalibrasi.

3.3. Kalibrasi alat ukur


Kalibrasi adalah kegiatan untuk mengetahui kebenaran konvensional nilai penunjukkan suatu alat
ukur. Kalibrasi dilakukan dengan cara membandingkan alat ukur yang diperiksa terhadap standar ukur yang
relevan dan diketahui lebih tinggi nilai ukurnya. Selanjutnya untuk mengetahui nilai ukur standar yang
dipakai, standarnya juga harus dikalibrasi terhadap standar yang lebih tinggi akurasinya. Dengan demikian
setiap alat ukur dapat ditelusuri (traceable) tingkat akurasinya sampai ke tingkat standar nasional dan atau
standar internasional.
Dari proses kalibrasi dapat menentukan nilai-nilai yang berkaitan dengan kinerja alat ukur atau
bahan acuan. Hal ini dicapai dengan pembandingkan langsung terhadap suatu standar ukur atau bahan
acuan yang bersertifikat. Output dari kalibrasi adalah sertifikat kalibrasi dan label atau stiker yang
disematkan pada alat yang sudah dikalibrasi.
Tiga alasan penting, mengapa alat ukur perlu dikalibrasi
1. Memastikan bahwa penunjukan alat tersebut sesuai dengan hasil pengukuran lain
2. Menentukan akurasi penunjukan alat.
3. Mengetahui keandalan alat,yaitu alat ukur dapat dipercaya.

3.4. Manfaat kalibrasi


Dengan kalibrasi suatu alat ukur atau standar ukur, nilai ukurnya dapat dipantau,
sehingga tindakan yang tepat dapat segera diambil bila penyimpangan yang terjadi sudah diluar
batas toleransi yang diijinkan terhadap spesifikasi standarnya.

Penggunaan alat ukur yang masih baik berdasarkan hasil kalibrasi berguna:
• untuk pengukuran yang baik langsung atau tidak langsung menyangkut
keselamatan.
• hasil produk yang cacat atau menyimpang dapat dihindari/ditekan sekecil
mungkin
• untuk menjamin bahwa hasil pengukuran yang dilakukan dapat tertelusur
ke standar nasional/internasional.
Untuk menarik manfaat tersebut diatas, semua jenis alat ukur semua besaran perlu dikalibrasi.

3.5. Interval Kalibrasi dan Sertifikasi


Alat ukur yang dikelola berdasarkan metrologi legal, interval kalibrasi (tera) ditetapkan
secara periodik berdasarkan oleh peraturan perundang-undangan (UUML)yang berlaku di
Direktorat Metrologi (Deperindag).
Untuk alat ukur yang dikelola berdasarkan metrologi teknis, interval kalibrasi tergantung
pada tingkat akurasi, lokasi / penyimpanan dan frekuensi pemakaian.
Kalibrasi harus lebih sering dilakukan untuk alat ukur yang :

• tingkat akurasinya lebih rendah


• lokasi pemakaian/penyimpanan yang mengakibatkan kondisi alat ukur
makin cepat memburuk.
• lebih tinggi frekuensi pemakaiannya.

Setelah proses kalibrasi selesai dilakukan, Sertifikat atau laporan kalibrsi diterbitkan.

3.6. Persiapan kalibrasi


Dalam suatu proses kalibrasi, terdapat enam unsur yang terlibat yaitu:
1. Obyek kalibrasi yang berupa alat ukur
2. Standar ukur
3. Sistem kalibrasi (kalibrator)
4. Standar dokumenter
5. Operator kalibrasi
6. Lingkungan yang terkondisi (ruang ukur)

3.7. Ketertelusuran (traceability)

Kemampuan telusur (traceability) sangat erat kaitannya dengan kegiatan kalibrasi, yaitu
sifat dari alat ukur dan bahan ukur yang dapat menghubungkan ke standar yang lebih tinggi
sampai ke standar nasional dan atau internasional yang dapat diterima sebagai system pengukuran
melalui suatu mata rantai tertentu. Secara umum semua bahan ukur, alat ukur harus tertelusur ke
standar yang lebih tinggi akurasinya, standar-standar yang dipakai sebagi acuan adalah sbb:

 Standar Kerja (Working Standard) – merupakan pembanding dari alat-alat ukur
industri berada di Lab.Kalibrasi industri-industri
 Standar Acuan (Reference Standard) – merupakan pembanding dari standar-
standar kerja dan berada di Pusat- pusat Kalibrasi yang terakreditasi (KAN)
 Standar Nasional (National Standard) – merupakan pembanding dari pusat- pusat
kalibrasi (JNK). Standar tersebut berada di Puslit KIM-LIPI, Serpong.
 Standar Internasional (International Standard) – merupakan pembanding dari
Institusi Metrologi Nasional (NMI) di masing-masing negara yang dikordinasikan secara
regional yang berpusat di BIPM, International Intercomparation

3.8. Prosedur Acuan


Prosedur acuan dapat diartikan sebagai prosedur untuk melakukan pengujian,
pengukuran dan analisis yang ditelaah dengan teliti dan dikontrol dengan ketat. Tujuannya adalah
untuk mengkaji prosedur lain untuk pekerjaan yang serupa atau untuk menentukan sifat-sifat
bahan acuan (termasuk obyek acuan) atau untuk menentukan suatu nilai acuan.
Ketidakpastian dalam hasil kerja suatu prosedur acuan harus diperkirakan dengan memadai dan
sesuai untuk penggunaan yang dimaksudkan.
Prosedur acuan dapat digunakan:
1. Memvalidasi pengukuran lain atau prosedur pengujian lain yang digunakan untuk
pekerjaan yang serupa, dan mementukan ketidakpasyiannya.
2. Menentukan nilai acuan sifat-sifat dari suatu bahan yang dapat disusun dalam buku
panduan atau pangkalan data.atau nilai acuan yang terkandung dalam bahan acuan atau
obyek acuan.

3.9.Standardisasi (Standardisation)
Jaminan untuk kelancaran kerja bagi semua pihak dalam menyatukan pengertian teknik
antar negara yang mempunyai kepentingan bersama. Khususnya sebagai dasar yang tepat bagi
pembuatan komponen dengan sifat mampu tukar (interchangability).
Dokument standar seperti ISO / IEC bertujuan :

1. memudahkan perdagangan internasional


2. memudahkan komunikasi teknis
3. memberikan petunjuk-petunjuk praktis pada persoalan khusus dalam bidang teknologi bagi
negara berkembang.

4. INSTRUMENTASI PROSES

4.1.Fungsi instrument

• mengurangi kesalahan manusia


• mempertinggi kualitas hasil
• menurunkan biaya produksi
• cepat dan efisien
4.2.Jenis instrument

a. Instrument Ukur
Untuk mengetahui harga (nilai) dari besaran fisik yang diukur dari suatu proses sedang
berjalan. Pengukuran bisa dilakukan secara langsung (panjang, berat) atau melalui fisis lain seperti
pengukuran temperatur dengan thermokopel, air raksa. Alat ukur bisa berupa alat penunjuk
(indicator) transmitter (untuk disalurkan) atau rekorder (alat pencatat).

b. Instrument pengendali (kontrol)


Untuk mengatur suatu proses sehingga nilai sesuai dengan yang dikehendaki.

• Pengendalian kontinyu – feedback kontrol


• Pengendalian berurutan – sequencial kontrol

Untuk mengatur urutan dengan waktu tertentu suatu pelaksanaan pekerjaan (proses) sesuai dengan
yang diiginkan.

4.3. Perkembangan Instrument Pengendali (Kontrol)

A. Kontrol Analog
• Lokal kontrol
• Central kontrol (Kontrol Room)
• Satu alat untuk satu pengendali
• Butuh alat banyak
• Personil banyak
• Informasi terbatas.

A. Supervisori Kontrol

• Kontrol analog masih digunakan sebagai kontrol utama


• Komputer sebagai supervisi dan melakukan akuisisi data (mengambil,
menyiapan, dan menampilkan data)
• Informasi lebih cepat, akurat dan variatif
• Monitoring dapat diterapkan

A. Direct Digital Control (DDC)

• Pengukuran dan pengendalian proses dilakukan langsung oleh


komputer.
• Bisa menanganni banyak loop pengendalian, 1000 loop-2000 loop
• Resiko tinggi, semua tergantung kepada alat.
• Untuk keamanan pakai back up (redundant komputer)
• Sistem stabil tidak ada driff untuk nialai parameter dan set point
• Masalah rumit dapat diaplikasikan.
A. DDC terpusat

• Komputer terlalu sibuk


• Instalasi komplek, banyak saluran kabel
• Resiko masih tinggi
• Untuk lop banyak, real time menjadi lambat

A. Distributed Control System (DCS)

• Mempertahankan keunggulan dan menghilangkan kelemahan sistem


kontrol terpusat.
• Mudah dikembangkan (exspand) karena moduler
• Capability lebih baik
• Waktu proses lebih cepat
• Instalasi cost rendah, wiring sedikit, diganti system komunikasi
• Maitein ability bagus, jenis modul sedikit, suku cadang terdiri dari :
1. Local Control Unit (LCU) atau Field Control Unit (FCU)
2. Master Control – berfungsi sebagai supervisi.

A. Jenis Lain.

• Telemetri – Mengukur Jarak jauh


• Telecontrol- Mengontrol jarak jauh.
• SCADA – Supervisory Control and Data Accuisision – RTU – Master.

5. PENGUJIAN

Pengujian adalah suatu kegiatan untuk menentukan sifat-sifat suatu produk, proses atau
jasa, menurut suatu prosedur, metodologi atau persyaratan tertentu.
Pengujian suatu produk peralatan bertujuan untuk mengetahui kondisi peralatan tersebut
cukup baik dan sesuai dengan spesifikasi peralatan yang diminta oleh konsumen pada saat dikirim
oleh produsen pada saat dikirim oleh produsen/kontraktor. Pengujian biasanya dilakukan pada awal
penggunaan peralatan tersebut

Secara umum pengujian suatu produk dapat dibagi menjadi 3 jenis pengujian, yaitu:

• Pengujian keandalan (Reliability Test)


• Pengujian keamanan (Safety Test)
• Pengujian Fungsi ( Fungtion Test)

Pengujian keandalan adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui unjuk kerja dari sebuah
peralatan dalam waktu yang lama.

Pengujian keamanan adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui bahwa sebuah peralatan
cukup aman digunakan bagi penggunanya dan juga aman bagi peralatan itu sendiri pada tempat dia
digunakan.
Pengujian fungsi adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kerja/fungsi dari sebuah
peralatan sesuai dengan spesifikasinya.

Menurut jenis/item uji, pengujian secara garis besar dibagi menjadi 3 bagian besar:

1. Efek lingkungan ( Enviromental effect)

Pengujian yang dilakukan pada sebuah peralatan dengan mengkondisikan/mensimulasikan kondisi


ruang uji seperti kondisi dimana peralatan tersebut akan digunakan. Bagian uji efek lingkungan ini
antara lain:

1.
• Efek temperatur
• Efek kelembaban
• Efek tekanan

1. Efek dinamik (Dynamic effect)

Pengujian yang dilakukan pada sebuah peralatan dengan mensimulasikan kondisi dinamik
yang akan dirasakan oleh peralatan tersebut pada saat/atau sebelum peralatan tersebut
digunakan. . Bagian dari uji dinamik antara lain:
• Efek getaran (vibrasi)
• Efek jatuhan
• Efek denyut (shock)
• Efek bump

1. Efek kelistrikan (Electricity Effect)

Pengujian yang dilakukan pada sebuah peralatan dengan mensimulasikan kondisi efek
kelistrikan yang dirasakan oleh peralatan tersebut pada saat digunakan. Bagian dari uji
efek kelistrikan antara lain:
• Arus denyut
• Variabel voltage
• On-Off
• Kebocoran arus (Current Leakage)
• Efek elektro magnit (Electromagnetic Compatibility)

5.2. Kriteria Alat Uji

Persyaratan alat uji dan alat Bantu uji:

1. Handal: Alat uji harus dapat dioperasikan dalam waktu yang cukup lama secara
terus menerus tanpa mengalami gangguan dan penurunan kemampuan. Apabila peralatan
uji dikendalikan dengan menggunakan sistem kontrol, maka alat uji tersebut harus
mempunyai karakteristik yang baik walaupun dioperasikan dalam waktu yang cukup lama.
1. Akurat: penujukkan alat uji harus tepat dan mempunyai kesalahan pembacaan yang relatif
kecil. Akurasi peralatan uji mutlak diperlukan untuk pengukuran point to point
( melakukan peralatan pada titik-titik ukur tertentu) maupun untuk pengukuran terkontrol
dan siklus tertentu dengan slope yang dipersyaratkan (melakukan pengukuran secara
kontinyu yang biasanya berupa grafik dengan karakteristik tertentu). Pembenaran
penunjukkan hasil ukur alat uji dapat diketahui dengan melihat hasil kalibrasi alat uji
tersebut. Besarnya kesalahan hasil ukur alat uji akan menentukan klasifikasi dari alat uji.

1. Mampu Telusur: Semua peralatan ukur dan uji yan mempengaruhi ketelitian atau
keabsahan pengujian harus dikalibrasi dan/atau dilakukan verifikasi dan keabsahan
peralatan harus didesain dan dilaksanakan sebagai mana mestinya sehingga menjamin
pengukuran yang dilakukan oleh laboratorium kalibrasi yang dapat ditelusuri ke standar
nasional. Atau mengikuti progran uji banding antara laboratorium atau program uji
profesiensi yang sesuai. Standar pembanding pengukuran yang memiliki laboratorium
harus dipakai untuk kalibrasi saja, kecuali jika dapat dibuktikan bahwa standar
pembanding pengukuran wajib dikalibrasi ulang dan dilakukan oleh instansi yang
berwewenang.

Anda mungkin juga menyukai