Anda di halaman 1dari 0

1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Terkait
1. Remaja
Menurut Departemen Kesehatan RI definisi remaja yang digunakan
adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan belum kawin..
(Kollman,1998). Sedangkan menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan
Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia remaja adalah 10 sampai 21
tahun. (http://www.suarya.karya-online.com)
Istilah remaja merupakan padanan dari istilah adolescence yang
berasal dari kata latin yang berarti bertumbuh atau tumbuh menjadi
matang. Jadi remaja sebagai seseorang yang mengalami pertumbuhan atau
berkembang menjadi dewasa yang digunakan untuk meyebutkan suatu
periode yang terletak diantara masa kanak-kanak dan masa dewasa..
(http://www.geocities.com)
Remaja adalah anak-anak yang berusia sekitar 11 hingga 20 tahun,
mengalami masa pertumbuhan dan belum mencapai bentuk akhir dari
tubuhnya. (http://telaga.org).
Di Indonesia kelompok usia remaja merupakan kelompok yang
cukup besar yaitu sekitar 23% dari total populasi. Sebagai generasi
penerus, kelompok ini merupakan aset/modal utama SDM bagi
pembangunan bangsa dimasa mendatang. Karena remaja yang berkualitas
2
akan berpotensi penting memegang peranan dalam mencapai
kelangsungan serta keberhasilan pembangunan nasional
bangsa.(Syamsu,2007). Perubahan fisik yang terjadi pada remaja putri
berkaitan dengan masa pubertas yang ditandai oleh membesarnya
payudara, tumbuhnya rambut/bulu pubis,menarche, dan mulai berproduksi
hormone seksual yang penting yaitu estrogen dan progesterone. Sekalipun
perubahan itu bersifat biologis, namun sangat mempengaruhi sikap dan
perilaku remaja, yaitu faktor psikis anak terhadap diri sendiri dan
konstitusi tubuhnya. Jika pada periode terdahulu , yaitu pada masa pra
pubertas anak gadis acuh tak acuh dan mengabaikan tubuhnya, maka kini
pada masa puber, anak mulai menaruh minat besar terhadap keadaan
dirinya. Ia mulai mencoba memakai wangi-wangian, bermacam-macam
gincu, sepatu dan baju yang indah-indah. Hal ini dikerjakan tidak semata-
mata untuk menirukan tingkah laku orang dewasa , akan tetapi untuk
menunjukkan secara riil harga-diri dan ekstitensi dirinya sebagai wanita.
Disamping untuk memupuk keluwesan, serta memuaskan suatu kebutuhan
baru agar tampak cantik dan menarik. Pakaian, sepatu, mode, dan
perhiasan sekarang menjadi topik minatnya yang actual (Gunarsa,1991).
Perkembangan remaja juga ditandai dengan meningkatnya
interaksi dengan teman sebaya, dimana mereka menghabiskan waktu lebih
banyak untuk bersama teman-temannya daripada keluarga. Ia mulai
meninggalkan dunia keluarga dan memasuki ruang lingkup kehidupan
yang lebih luas, yakni dunia luar, lingkungan social dan lingkungan
3
pergaulan. Saat ini pula timbul kompleksitas tingkah laku yang antagonis
atau bertentangan. Yaitu, disatu pihak timbul perasaan sudah menjadi
dewasa, lebih pandai, lebih tahu, merasa diri kuat, berani menentang, tidak
patuh, dengan sengaja melanggar peraturan-disiplin- ketertiban, suka
memprotes terhadap peraturan-peraturan pendidikan orang tua,serta
mengekspresikan perilaku yang agresif. Pada saat pertumbuhan ini remaja
mengalami satu bentuk krisis yaitu kurang terkendalinya keseimbangan
anatar jasmani dan rohani. Kadang kala harmoni dan fungsi-fungsi
motorik (gerak) juga terganggu, yang dapat terlihat pada gejala tingkah
laku sebagai berikut : canggung, kaku-kikuk, tegar, muka tampak kasar
dan buruk (Syamsu,2007).
Secara kognitif remaja mulai mengembangkan kemampuan berfikir
abstrak & perspektif jangka panjang. Dorongan untuk berkembang
tersebut senantiasa disertai dorongan berjuang dan dorongan untuk
mencapai prestasi. Semua aktivitas baik yang berupa permainan usaha
belajar, maupun kegiatan melakukan tugas tersebut hakikatnya merupakan
tanda dari berfungsinya kemampuan fisik dan psikis,dan merupakan usaha
yang bersungguh-sungguh dari remaja untuk berjuang dan berprestasi.
(Yakobus,2006).
Remaja putri sebagai ornamen yang hidup dan dinamis dalam
suatu sekolah memiliki keragaman kepribadian yang merupakan nuansa
yang paling memberi warna pada kehidupan sekolah. Berbagai kegiatan
baik belajar maupun berorganisasi merupakan hal yang akrab dengan
4
kehidupan pelajar, disamping perannya dalam keluarga dan masyarakat.
Dalam hal keterbatasan pelajar putri dalam kegiatan tertentu tidak sebebas
pelajar putra, misalnya saat mereka berolahraga, remaja putri yang
mengalami nyeri / kram perut dapat menjadikan hal tersebut sebagai
alasan ketidakaktifannya dalam kegiatan berolahraga. (Kartini,1992)
Berdasarkan uraian di atas, maka masalah kesehatan remaja seperti
masalah reproduksi, selain berdampak secara fisik juga berpengaruh
terhadap kesehatan mental dan emosi, keadaan ekonomi dan kesejahteraan
sosial dalam jangka panjang juga dapat mempengaruhi fungsi dan
perannya dalam beraktifitas di lingkungan rumah maupun sekolah.
Misalnya menurunnya prestasi di sekolah karena kurangnya konsentrasi,
gagal dalam ujian sekolah atau tidak masuk sekolah karena nyeri yang
sangat hebat juga kurang harmonisnya hubungan interpersonal remaja
tersebut. Hal ini dapat diakibatkan karena kurangnya pengetahuan dan
informasi terhadap gejala yang sedang terjadi pada dirinya sendiri
sehingga penanganan yang tepat untuk masalah tersebut tidak dapat
dilakukan oleh remaja. (Kollman,1998)
2. Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan
social yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran,
dan system reproduksi. (Konferensi Internasional Kependudukan dan
Pengembangan, 1994).
5
Kesehatan reproduksi merupakan salah satu cakupan pelayanan
kesehatan reproduksi yang cukup penting karena merupakan tahap awal
untuk menyelesaikan masalah kesehatan reproduksi . Hal ini didukung
oleh populasi remaja yang jumlahnya terbesar dalam piramida Indonesia
saat ini. (Kollman,1998)
Undang-undang No 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
menetapkan definisi anak yaitu sebagai seseorang yang belum mencapai
usia 21 tahun dan belum pernah kawin. Batasan 21 tahun ini ditetapkan
berdasarkan pertimbangan bahwa baru pada usia inilah tercapai
kematangan mental.fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh
remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit
(bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta social cultural
(Kollman,1998)
Secara umum alat reproduksi wanita dibagi atas dua bagian yaitu
alat kelamin (genitalia) luar dan alat kelamin bagian dalam. Alat kelamin
bagian luar diantaranya mons veneris yang menutup tulang kamaluan,
labia mayora yang mengandung banyak ujung saraf sehingga sensitive saat
hubungan seks, labia minora yang bagian depannya mengelilingi
klitoris,klitoris yang merupakan bagian yang erektil, seperti penis pada
pria, vestibulum (terdapat muara vagina,saluran kencing, kelenjar
Bartholini dan kelenjar Skene), dan hymen yang merupakan selaput tipis
yang menutupi sebagian lubang vagina luar. Sedangkan alat kelamin
wanita bagian dalam diantaranya vagina yang berguna sebagai saluran
6
senggama, jalan lahir bagian lunak saran hubungan seksual, saluran untuk
mengeluarkan lender dan darah mentruasi (Manuaba Ida Bagus
Gede,1999). Menstruasi adalah peristiwa paling penting pada masa
pubertas anak gadis yang menjadi pertanda biologis dari kematangan
seksual. Pada proses menstruasi dengan ovulasi ( terjadi pelepasan telur),
hormone estrogen yang dikeluarkan makin lama makin meningkat yang
menyebabkan lapisan dalam rahim mengalami pertumbuhan dan
perkembangan (fase proliferasi). Peningkatan estrogen ini menekan
pengeluaran hormone perangsang folikel (FSH), tetapi merangsang
hormone luteinezing (LH), sehingga dapat merangsang folikel Graff yang
telah dewasa, untuk melepaskan telur yang disebut sebagai proses ovulasi.
Telur ini akan ditangkap rumabi pada tuba falopii, dan dibungkus oleh
korona radiate yang akan memberikan nutrisi selama 48 jam. Folikel Graff
yang mengalami ovulasi menjadi korpus rubrum dan segera menjadi
korpus luteum dan mengeluarkan dua macam hormone indung telur yaitu
estrogen dan progesterone (Lowdermilk, D.L, Perry, S E & Bobak, I
M,1999).
Hormon estrogen yang menyebabkan lapisan dalam rahim
(endometrium) berkembang dan tumbuh dalam bentuk proliferasi, maka
setelah dirangsang oleh korpus luteum dengan mengeluarkan estrogen dan
progesterone lapisan dalam rahim berubah menjadi fase sekresi, dimana
pembuluh darah menjadi semakin dominan dan mengeluarkan cairan (fase
sekresi). Bila tidak terjadi pertemuan antara spermatozoa dan ovum (telur)
7
maka korpus luteum mengalami kematian. Korpus luteum berumur 8 hari,
sehingga setelah kematiannya tidak mampu lagi mempertahankan lapisan
dalam rahim, oleh karena hormone estrogen dan progesterone,
menyebabkan terjadi fase vasokontriksi (pengerutan) pembuluh darah,
sehingga lapisan dalam rahim mengalami kekurangan aliran darah
(kematian). Selanjutnya diikuti dengan vasodilatasi (pelebaran pembuluh
darah) dan pelepasan darah dalam bentuk perdarahan yang disebut
menstruasi (Lowdermilk, D.L, Perry, S E & Bobak, I M,1999).
Beberapa waktu yang lampau masalah remaja dengan alat
reproduksinya kurang mendapat perhatian karena umur relative muda,
masih dalam status pendidikan sehingga seolah-olah bebas dari
kemungkinan menghadapi masalah penyulit dan penyakit yang berkaitan
dengan alat reproduksinya. Tetapi saat ini sejalan dengan derasnya arus
globalisasi yang melanda berbagai sector dan sendi kehidupan,
berkembang pula masalah kesehatan remaja yang terjadi di masyarakat.
Masalah tersebut baik yang berhubungan dengan kesehatan fisik, psikis
dan psikososial. Terbukti bahwa remaja yang sedang mencari identitas diri
telah sangat mudah menerima informasi dunia berkaitan dengan masalah
fungsi alat reproduksinya sehingga cenderung ke arah pelaksanaan
hubungan seksual yang semakin bebas. Informasi yang makin cepat dalam
bebagai bentuk telah menyebabkan dunia semakin menjadi milik remaja
(Kollman,1998).
8
3. PreMenstruasi Syndrom (PMS)
PMS merupakan kumpulan gejala fisik dan psikologi yang dimulai
pada fase luteal dalam siklus menstruasi. PMS memang kumpulan gejala
akibat perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus saat ovulasi
(pelepasan sel telur dari ovarium) dan haid.. Sedangkan menurut Thomas
akibat dari perubahan atau fluktuasi hormone dalam tubuh perempuan yang
dapat mempengaruhi fisik dan mental perempuan hingga menimbulkan gejala
depresi, sensitive, mudah marah dan menangis, perut kembung dan ngidam
makan tertentu (Leifer,1999). PMS biasanya terjadi saat ovulasi yakni 2 14
hari sebelum haid, dan kemudian berangsur menghilang pada saat menstruasi.
Jadi PMS hanya dapat terjadi selama wanita tersebut masih mengalami
menstruasi. Siklus haid biasanya berlangsung selama 28 hari (normal 28-35),
dengan banyaknya darah yang keluar sekitar 20-80 ml. (http://www.tabloid-
wanita-indonesia.com/937/sehat.htm)
PMS merupakan suatu kombinasi yang kompleks antara gejala-
gejala psikologis, termasuk di dalamnya ketegangan, sensitif, rasa cepat
marah, depresi, kelesuan, perasaan cemas, cepat lupa dan perubahan-
perubahan somatis di antaranya seperti retensi cairan, nyeri payudara, sakit
kepala, kenaikan berat badan, pembengkakan, pegal dan nyeri otot, dan
gangguan kulit (jerawat).
Penyebab PMS sampai sekarang belum diketahui dengan pasti, tapi
diperkirakan ada hubungannya dengan perubahan hormon. Pada orang
dengan siklus haid normal, ovulasi (pelepasan sel telur yang sudah matang)
9
terjadi pada 14 hari menjelang haid. Saat itu, hormon estrogen berada di
puncak. Bila sel telur yang sudah matang dan dilepaskan tersebut tidak
dibuahi, hormon estrogen perlahan-lahan menurun dan hormon progesteron
mulai naik. Naik turunnya hormon inilah yang mengakibatkan PMS.
(http://bluishy.blogspot.com/2007/11/tentang-premenstrual-syndrome-pms.html)
Menurut dr Hendra S. Ratsmawan SpOg, RS Haji Surabaya,
Perubahan hormon ini mempengaruhi sistem syaraf pusat otak.
Akibatnya emosi jadi naik turun juga. Jangan lupa, naik turunnya estrogen
dan progesteron memengaruhi hormon-hormon lain di dalam tubuh.
Karena itu, lanjut sebagian orang mengeluh gampang jerawatan
menjelang menstruasi, sebagian lainnya merasa kram pada perut, atau
payudara terasa bengkak dan sakit. Beberapa perempuan juga merasa
tubuhnya menggemuk menjelang menstruasi. Penyebabnya adalah saat
terjadi perubahan hormon, tubuh mengalami retensi air. Artinya, tubuh
lebih mudah menyerap garam (natrium). Padahal, natrium bersifat
mengikat air. Karena itu, lebih baik mengurangi konsumsi garam
menjelang menstruasi.
Tapi, tidak semua perempuan mengalami PMS. Berdasarkan siklus
haidnya, perempuan dibagi menjadi dua, yakni ovulatoar dan unovulatoar.
Ovulatoar adalah kelompok perempuan yang mengalami siklus menstruasi
teratur, sedangkan unovulatoar adalah perempuan yang siklus
menstruasinya tidak teratur. Pada perempuan yang menstruasinya tidak
10
teratur, ovulasinya juga teratur. Jadi, dia cenderung tidak mengalami PMS
.
(http://klipingut.wordpress.com/2008/03/09/)
Biasanya, PMS diderita perempuan yang memang mengalami
ketidakseimbangan hormon. Misalnya, atlet dan penderita obesitas. Atlet
biasanya tidak menyimpan banyak lemak tubuh. Padahal, lemak adalah
penghasil hormon estrogen. Akibatnya, tubuh mereka kekurangan
estrogen. Pada penderita obesitas, sebaliknya, kadar estrogen berlebihan.
Ini juga tidak baik. Selain keduanya, pemakai narkoba dan pecandu
alkohol umumnya mengalami ketidakseimbangan hormon.
Selama pertengahan kedua dari putaran periode haid jumlah
progesterone (hormon perempuan) di dalam tubuh akan meningkat. Lalu
sekitar 7 hari sebelum haid mulai sewaktu PMS mulai menggejala - jumlah
progesterone dan estrogen (homon lain) akan turun secara dramatis.
Sindrom ini biasanya lebih mudah terjadi pada wanita yang lebih
peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid. Saat siklus haid
seorang wanita belum teratur, biasanya cenderung tidak mengalami
gangguan nyeri. Pada wanita yang lebih tua, biasanya akan mengalami
pembengkakan tubuh, berat badan bertambah, dan kecemasan yang lebih
besar dibandingkan wanita yang lebih muda. Namun, secara umum,
sebenarnya gejalanya telah berkurang dibandingkan wanita di bawah usia 30
tahun yang sering mengalami kejang, lelah, payudara sakit, banyak makan,
dan mood yang tidak menentu. Namun, ketika siklus sudah berjalan teratur,
barulah gejala itu muncul. Bila di masa remaja tidak pernah terkena gejala
11
PMS, kemungkinan itu baru akan dimulai pada usia 20 tahun. Akan tetapi
ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya PMS. Pertama,
wanita yang pernah melahirkan (PMS semakin berat setelah melahirkan
beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan
komplikasi seperti toksima). Kedua, status perkawinan (wanita yang sudah
menikah lebih banyak mengalami PMS dibandingkan yang belum). Ketiga,
usia (PMS semakin sering dan mengganggu dengan bertambahnya usia,
terutama antara usia 30 - 45 tahun). Keempat, stres (faktor stres
memperberat gangguan PMS). Kelima, diet (faktor kebiasaan makan seperti
tinggi gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk susu,
makanan olahan, memperberat gejala PMS). Keenam, kekurangan zat-zat
gizi seperti kurang vitamin B (terutama B
6
), vitamin E, vitamin C,
magnesium, zat besi, seng, mangan, asam lemak linoleat. Kebiasaan
merokok dan minum alkohol juga dapat memperberat gejala PMS. Ketujuh,
kegiatan fisik (kurang berolahraga dan aktivitas fisik menyebabkan semakin
beratnya PMS). (http://id.wikipedia.org/wiki/Sindrom_pramenstruasi.)
Menurut Fankenauser (1996), PMS disebabkan karena system
serotonin, estrogen, progestreon, abnormalitas ritme jantung dan
kekurangan vitamin serta mineral. Spelhaug juga menjelaskan fluktuasi
hormone selama siklus menstruasi merupakan penyebab yang penting
pada PMS. Sedangkan Spelhaug juga menjelaskan bahwa fluktuasi
hormone selama siklus menstruasi merupakan penyebab yang penting
pada PMS. Pada beberapa perempuan ada yang menjadi lebih sensitive
12
meskipun level hormone progesteron dalam batas normal sehingga
fluktuasi hormone progesterone dapat menyebabkan oversensivitas dan hal
tersebut dapat nenurunkan jumlah cairan atau zat kimia dalam otak yang
disebut serotonin, dimana serotonin berpengaruh dalam mengontrol mood,
terutama depresi.
Dengan meningkatnya kegiatan para perempuan modern saat ini di
perkotaan, penurunan asupan makanan dan nutrisinya, banyaknya stressor
yang dihadapi saat beraktivitas, dapat meningkatkan angka kejadian gejala
PMS ke arah yang lebih berat, memakan makan yang banyak mengandung
garam yang dapat menyebabkan gangguan tingkat energi dan mood, juga
dapat berpengaruh terhadap terjadinya gejala PMS.
a. Tipe dan Gejala
Penelitian dr. Katharina Dalton dari Inggris didapatkan adanya
tanda-tanda sociological yang berhubungan dengan PMS. Tanda-tanda
sociological yang berat mengakibatkan gangguan tersebut hanya
terjadi pada 40-50 % dari seluruh populasi wanita, sehingga tidak
semua wanita menderita gangguan ini.
Dozer (2003) membagi gejala-gejala PMS menjadi dua yaitu
gejala emosional dan fisik. Emosional yaitu mudah marah dan
menangis, cemas, sensitive, panic, paranoid, perilaku kekerasan,
tegang, mempunyai pikiran untuk bunuh diri, gairah seks meningkat
atau turun.depresi (karena kurangnya asupan vitamin B6 yang dikenal
sebagai vitamin anti depresi karena berfungsi mengontrol produksi
13
serotonin mengontrol produksi serotonin. Serotonin penting sekali bagi
otak dan syaraf, dan kurangnya persediaan zat ini dalam jumlah yang
cukup dapat mengakibatkan depresi yang dapat mengakibatkan
perubahan tingkat kesadaran dan meningkatnya sensitivitas dan
kreativitas. Sedangkan yang termasuk gejala fisik yaitu pembesaran di
daerah perut, pembengkakan di pergelangan kaki dan jaringan,
kenaikan berat badan, kaki terasa berat dan lemah untuk berjalan,
payudara mengeras dan sakit, perut sakit dan kejang seperti
dismenorea spasmodik, produksi urin berkurang serta timbul
gangguan-gangguan pada kulit seperti jerawat, bisul, kepucatan, nafsu
makan dan tidur terganggu retensi cairan, kram perut, penurunan
koordinasi, nyeri sendi, jerawat, intoleransi alcohol, gangguan makan,
sensitive terhadap suara, bau-bauan, mengidam makanan yang manis
dan bergaram, kesulitan berkemih, penambahan berat badan, pingsan
dan tangan mati rasa (Shreeve, http://bachjs.blogspot.com)
Bentuk gangguan sebelum menstruasi lainnya adalah mastodinia
(mastalgia), yaitu terasa pembengkakkan dan pembesaran payudara
sebelum menstruasi. Ini disebabkan oleh peningkatan estrogen sehingga
terjadi retensi air dan garam.
Andrews menjelaskan bahwa selama fase menstruasi juga terjadi
perubahan-perubahan perilaku seperti penurunan aktivitas kerja,
menghindar dari aktivitas sosial, dan tidak masuk kerja/sekolah dan sulit
konsentrasi.
14
Tipe PMS bermacam-macam. Dr. Guy E. Abraham, ahli
kandungan dan kebidanan dari Fakultas Kedokteran UCLA, AS,
membagi PMS menurut gejalanya yakni PMS tipe A, H, C, dan D.
Setiap tipe memiliki gejalanya sendiri. PMS tipe A (anxiety)
ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif, saraf tegang,
perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan
sampai sedang saat sebelum mendapat haid. Gejala ini timbul akibat
ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron: hormon
estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon progesteron.
Pemberian hormon progesteron kadang dilakukan untuk mengurangi
gejala, tetapi beberapa peneliti mengatakan, pada penderita PMS bisa
jadi kekurangan vitamin B
6
dan magnesium. Penderita PMS A
sebaiknya banyak mengkonsumsi makanan berserat dan mengurangi
atau membatasi minum kopi.
PMS tipe H (hyperhydration) memiliki gejala edema
(pembengkakan), perut kembung, nyeri pada buah dada,
pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum
haid. Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe PMS
lain. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan
di luar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada
diet penderita. Pemberian obat diuretika untuk mengurangi retensi
(penimbunan) air dan natrium pada tubuh hanya mengurangi gejala
yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala ini penderita dianjurkan
15
mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan serta
membatasi minum sehari-hari.
PMS tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin
mengkonsumsi makanan yang manis-manis (biasanya coklat) dan
karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20
menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala
hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang
terkadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran
hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap
makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet
makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6), atau
kurangnya magnesium.
PMS tipe D (depression) ditandai dengan gejala rasa depresi,
ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam
mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul
rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Biasanya PMS tipe D
berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A, hanya sekitar 3% dari
selururh tipe PMS benar-benar murni tipe D.
PMS tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon
progesteron dan estrogen, di mana hormon progesteron dalam siklus
haid terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon estrogennya.
Kombinasi PMS tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu stres, kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan
16
penyimpanan timbal di tubuh, atau kekurangan magnesium dan
vitamin B (terutama B
6
). Meningkatkan konsumsi makanan yang
mengandung vitamin B
6
dan magnesium dapat membantu mengatasi
gangguan PMS tipe D yang terjadi bersamaan dengan PMS tipe A.
(http://jenonx.wordpress.com/2008/03/17/pms-what-n-how/)
b. Cara Mengatasi
Sherwen, dkk membagi cara mengatasi PMS dengan 2 cara
yaitu farmakologik dan nonfarmakologik.
Secara farmakologik yaitu :
1) Konsumsi anti depresan: Selective Serotinin Reuptake Inhibitors
(SSRIs), yang terdiri dari fluoxetine (prozat, sarafem), paroxetine
(paxil), sertraline (Zoloft) dan ven lafaxine (effexor) dapat
menurunkan gejala PMS hingga 60-70% (Spelhaug,2002).
2) Diuretik seperti sprinolactone dapat membantu mengurangi retensi
cairan yaitu pembengkakan payudara dan perut terasa kembung,
digunakan seminggu sebelum fase ini. Penggunaan bromoeriptine,
jika masalah utamanya adalah pembengkakan payudara. Namun
obat ini dapat menimbulkan mual dan muntah. Obat anti inflamasi
non steroid atau NSAID, misalnya ibuprofen atau Naproxen
sodium dapat mengurangi kram dan ketidaknyamanan pada
payudara. Yang penting diperhatikan bahwa penggunaan NSAIDs,
dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan perdarahan
17
abdomen atau timbul ulkus, harus hati-hati pada perempuan yang
mempunyai penyakit liver, ginjal, jantung (Spelhaug,2002).
3) Untuk mengatasi PMS, biasanya dokter memberikan pengobatan
diuretika untuk mengatasi retensi cairan atau edema
(pembengkakan pada kaki dan tangan
Pemberian hormon progesteron dosis kecil dapat dilakukan
selama 8 - 10 hari sebelum haid untuk mengimbangi kelebihan relatif
estrogen. Pemberian hormon testosteron dalam bentuk
methiltestosteron sebagai tablet isap dapat pula diberikan untuk
mengurangi kelebihan estrogen
Secara nonfarmakologik yaitu :
1) Modifikasi diet yaitu dengan mengurangi asupan, garam untuk
mengurangi retensi cairan, dan mengurangi makanan manis,
hindari minum alcohol dan kafein karena dapat mengurangi
iritabilitas dan kecemasan, minum dua liter setiap hari.
2) Olahraga misalnya renang, jalan kaki, aerobic atau olahraga
lainnya minimal 20-30 menit sampai 3-5 kali per minggu.Olah raga
yang teratur dapat membantu mengurangi gejala PMS seperti
lemas dan depresi (Spelhaug,2002).
3) Menurunkan stres dengan cara banyak istirahat dan melakukan teknik
relaksasi nafas dalam umtuk mengurangi sakit kepala, cemas,
gangguan tidur. Mengkonsumsi vitamin dan mineral. Vitamin E dapat
mengurangi gejala PMS dengan cara meregulasi produksi
18
prostaglandin yang dapat menurunkan nyeri dan kram perut. Selain
itu peningkatan konsumsi asam lemak esensial seperti evening
primrose oil, blackcurrant seed oil dapat membantu keseimbangan
metabolisme hormone.
4) Dukungan dan pendidikan terhadap remaja putri yang mengalami PMS
Untuk mengurangi hal-hal yang tidak nyaman menjelang PMS,
bisa dilakukan beberapa hal seperti di bawah ini :
1) Batasi konsumsi makanan produk susu dan olahannya (keju, es
krim, dan lainnya) dan gunakan kedelai sebagai penggantinya.
2) Meningkatkan konsumsi sayuran hijau dan makanan yang mengandung
asam lemak esensial linoleat seperti minyak bunga matahari dan
minyak sayuran. http://klipingut.wordpress.com/2008/03/09/.
3) Agar sehat, makanlah sedikit tapi sering. Jika anda menderita
konstipasi konsumsilah bahan makanan yang mengandung serat.
4) Saat sedang minum obat diuretic , biasanya anda akan sering buang
air kecil yang memungkinkan mineral penting ikut terbuang.
Karena itu tambah makanan yang mengandung potassium (buah,
makanan laut, kacang-kacangan), juga makanan, minuman ekstra
atau suplemen yang mengandung vitamin B dan C.
5) Untuk mengurangi terjadinya penumpukkan cairan, sebisa
mungkin kurangi garam dalam makanan karena garam bisa
menyerap air dan hal ini dapat meningkatkan pembengkakan. Juga
19
batasi makanan tinggi gula, daging merah (sapi dan kambing),
alcohol, kopi, teh, coklat serta minuman bersoda.
6) Cobalah lakukan olahraga seperti berenang dan berjalan kaki. Tarik
nafas dalam-dalam lalu buang secara perlahan juga dapat
membantu Anda meringankan rasa tidak nyaman. Juga, tak ada
salahnya mencoba melakukan relaksasi.Buatlah semacam diary
atau jurnal yang mencatat kapan gejala-gejala itu muncul, dengan
demikian anda mempunyai patokan waktu yang tepat untuk
mengatasinya. Perhatikan pula apakah anda sudah dapat mengatasi
PMS pada siklus-siklus datang bulan berikutnya
7) Perbanyak waktu istirahat untuk menghindari kelelahan. Selain itu
cobalah menghindari situasi yang bisa membuat stress.
8) Coba bicarakan perasaan Anda kepada sahabat yang dapat
dipercaya dan dapat mendengarkan keluhan Anda. Pastikan pula
keluarga tahu mengenai kondisi anda (Sonny Wibisono,
http://enlightenment.multiply.com/journal/item/492).
4. Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui atau kepandaian
yang berkenaan dengan berbagai hal.(Kamus Besar Bahasa Indonesia,
1995)
Pengetahuan ialah pengabungan set sintatik dan simantik yang
boleh digunakan untuk menerangkan sesuatu (http://www.suarya.karya-
online.com).
20
Pengetahuan adalah pemberian bukti oleh seseorang melalui proses
pengingatan atau pengenalan informasi, ide, atau fenomena yang diperoleh
sebelumnya.
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang dikeYahui atau
disadari oleh seseorang (http://iid.wikipedia.org). Pengetahuan adalah
berbagai gejala ynag ditemui oleh dan diperoleh manusia melalui
pengamatan inderawi (http://pengetahuan.org).
Benyamin Bloom dalam Notoatmodjo, S (2003), menguraikan
bahwa pengetahuan mempunyai 6 (enam) tingkatan sebagai berikut :
a. Tahu (know) merupakan level terndah dari domain kognitif dan
didefinisikan sebagai mengingat kembali informasi yang dipelajari.
b. Memahami (comprehension), merupakan suatu kemampuan
menuliskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (application) merupakan tingkat kognitif yang lebih tinggi
dimana pada tingkatan ini seseorang mampu untuk menggunakan
informasi yang telah didapat pada situasi / kodisi konkrit (sebenarnya).
d. Analisa (analiysis) merupakan kemampuan untuk menyebarkan materi
(suatu objek ke dalam komponen-komponen).
e. Sintesis (synthesis) menunjukkan kemampuan untuk menghubungkan
bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation) merupakan tingkat kognitif yang paling tinggi,
dimana pada tingkatan ini mampu melakukan penilaian terhadap suatu
21
materi/objek berdasarkan suatu criteria yang ditentukan sendiri/
menggunakan teori yang sudah ada.
Sedangkan menurut Soekijo menerangkan mengenai kriteria
terhadap yang kurang pengetahuan antara lain :
a. Mengungkapan informasi yang tidak adekuat.
b. Adanya salah pengertian atau mispersepsi.
c. Menanyakan kembali informasi yang tidak adekuat.
d. Melakukan instruksi yang tidak adekuat.
e. Hasil yang tidak ssuai dengan apa yang diharapkan.
f. Tidak terampil dalam mendemonstrasikan sesuatu.
5. Pendidikan Seks
Seks adalah kebutuhan dasar manusia yang merupakan bagian dari
kehidupan manusia. Sesuatu yang muncul dan bisa menimbulkan berbagai
masalah apabila tidak dikendalikan, diatur dan diredam dengan baik
Prinsip pendidikan seks yang mengacu pada healthy sexual life, bahwa
seks adalah sesuatu yang alami dan sehat. Pendidikan seks tidak bersifat
porno dan tidak mendorong remaja untuk berhubungan seks tetapi
mendorong remaja untuk dapat bertanggung jawab atas perilaku
seksnya.(Syamsu,2007)
Orang tua seringkali mengatakan bahwa pada jaman dahulu tidak
dikenal pendidikan seks. Orang tua lebih banyak mengetahui dari sumber-
sumber tidak resmi atau dari hasil mengamati proses-proses kematangan
22
yang ada di dalam diri sendiri daripada dari sumber resmi yang sengaja
direncanakan untuk melakukan hal itu. Hal ini disebabkan karena jaman
dahulu pembicaraan mengenai masalah seks secara terbuka, masih
dianggap tabu, misalnya melalui surat kabar atau majalah masih dianggap
sesuatu yang tidak biasa, aneh, bahkan tabu, bahkan mungkin juga porno.
Seakan-akan ada sikap tertutup untuk membahas masalah ini. Dalam
kenyataannya memang masalah-masalah seks yang timbul tidak serumit
seperti sekarang ini.
Pendidikan seks harus dianggap sebagai bagian dari proses-proses
pendidikan, dengan demikian mempunyai tujuan untuk memperkuat dasar-
dasar pengetahuan dan pengembangan kepribadian. Melalui pendidikan
seks diusahakan timbulnya sikap emosional yang sehat dan bertanggung
jawab terhadap seks. Seks tidak dianggap sebagai sesuatu yang kotor, jijik,
tabu, melainkan suatu fungsi yang penting dan luhur dalam kehidupan
manusia. Pendidikan seks diharapkan mengurangi ketegangan-ketegangan
yang timbul karena menganggap seks adalah sesuatu yang kabur, rahasia,
mencemaskan, bahkan menakutkan. Dalam rangka melaksanakan
pendidikan seks hendaknya tidak disempitkan artinya sebagai sekedar
pembicaraan langsung tentang seks saja, melainkan hal-hal lain yang
berhubungan dengan proses-proses perkembangan,.
Orang tua adalah pendidik terbaik dalam memberikan pendidikan
seks. Kesulitan sering timbul karena pengetahuan orang tua (secara teoritis
dan objektif) mengenai seks mungkin kalah jauh dibanding dengan
23
pengetahuan remaja itu sendiri. Dalam hal demikian jelas orang tua harus
mampu mengimbangi pengetahuan anak, karena itu orang tua acap kali
perlu belajar antara lain bisa melalui bacaan , kursus, atau konsultasi
dengan ahli yang memang mengetahui hal tersebut. Hambatan lain yang
juga sering timbul ialah kurang terbukanya antara orang tua dan anak.
Membicarakan masalah seks adalah sesuatu yang sifatnya sangat pribadi
dan karena itu dibutuhkan suasana akrab, terbuka dari hati ke hati antara
orang tua dengan anak. Tentu hal ini lebih mudah diciptakan antara ibu
dengan anak perempuannya atau antara ayah dengan anak laki-lakinya,
sekalipun tidak mustahil hubungan seperti yang dimaksud di atas dapat
tercipta antara orang tua dengan anak yang berlawanan jenis
kelaminnya.Dengan demikian keluhan seperti: tidak tahu bagaimana harus
memulai, merasa kaku, kebingungan dan cepat habis bahannya akan dapat
dikurangi. Karena Pendidikan seks tidak hanya diberikan satu kali,
melainkan berkali-kali, maka peranan orang tua sebagai sumber informasi
mengenai pendidikan seks akan lebih banyak manfaatnya. Meskipun
demikian, peranan guru, ahli atau petugas-petugas yang benar-benar
terlatih dan terampil serta dibekali dasar-dasar pengetahuan dari berbagai
disiplin ilmu pengetahuan dapat saja melaksanakan Pendidikan seks sejauh
ini memang dibutuhkan karena orang tua kurang atau tidak bisa
memberikan pendidikan seks (Syamsu,2007).
24
FAKTOR PEMUNGKIN
Media penyuluhan,
FAKTOR PREDISPOSISI
Teman Sebaya, Guru di sekolah
FAKTOR PENGUAT
Pengalaman orang tua, pengalaman
teman, pengalaman tokoh sekitar.
Pengetahuan PMS
B. Penelitian Terkait
Pada studi Leather et al (1993) terhadap 100% perempuan didapatkan
hasil bahwa PMS mempengaruhi hampir seluruh seluruh rutinitas sehari-hari
perempuan tersebut, dan efek gejala tersebut bertambah besar bila perempuan
tersebut berada di rumah saja. Meskipun dengan kondisi seperti itu masih
banyak yang menganggap lazim. Sebelumnya telah diteliti oleh Kamilah
(2001) di Asrama Putri Wismarini tentang persepsi PMS, hasilnya 77%
responden berpersepsi negative, dan 23% berpersepsi positif. Maksudnya
gejala tersebut merugikan. Hasil penelitian juga menyebutkan bahwa menurut
sebagian besar responden (98%), persepsi negative ini dipengaruhi oleh
tingkat pengetahuan serta rasa malu untuk bertanya.
C. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan ringkasan dari tinjauan teoritis yang dibuat
oleh peneliti yang berhubungan dengan pengetahuan PMS.
Skema 2.1
Kerangka Teori

Anda mungkin juga menyukai