Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN ABSES PARU

A. DEFINISI Abses paru adalah suatu kavitas dalam jaringan paru yang berisi material purulent berisikan sel radang akibat proses nekrotik parenkim paru proses terinfeksi. Abses paru merupakan salah satu penyakit pada paru yang disebabkan oleh infeksi lokal dan ditandai oleh nekrosis jaringan paru-paru dan penyatuan nanah dalam rongga terbentuk di enukleasi tersebut. ( Beddoe AE; Pravikoff D;, 2011 ). Abses paru adalah Infeksi destruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan paru yang terlokalisir sehingga membentuk kavitas yang berisi nanah ( pus ) dalam parenkhim paru pada satu lobus atau lebih ( Rasyid,A.2006 ). B. ETIOLOGI Kuman dan bakteri penyebab terjadinya abses paru bervariasi sesuai dengan teknik penelitian yang digunakan, menurut Finegolal dan Fisliman penyebab abses paru adalah kuman anaerob dari menurut Asher dan Beaudry penyebab Abses paru adalah Stapillococous Auereus. bahwa organisme penyebab abses paru lebih dari 89% adalah kuman anaerob. Asher MI dan Beadry PH (1990) mendapatkan bahwa pada anak-anak kuman penyebab abses paru terbanyak adalah stapillococous aureus. Sedangkan Spektrum isolasi bakteri Abses paru akut menurut Hammond et al (1995) adalah: 1. Anaerob: Provetella sp; Porphyromonas sp; Bacteroides sp; Fusobacterium sp; Anaerobic cocci: Microaerophilic streptococci; Veilonella sp; Clostridium sp; Nonsporing Gram-positive anaerobes. 2. Aerob: Viridans streptococci; Staphylococcus sp; Corynebacterium sp; Klebsiella sp; Haemophilus sp; Gram-negative cocci. Sedangkan menurut Finegold dan Fishmans (1998), Organisme dan kondisi yang berhubungan dengan Abses paru: 1. Bacteria Anaerob; Staphylococcus aureus, Enterbacteriaceae, Pseudomanas aeruginosa streptocicci, Legonella spp, Nocardia asteroides, Burkholdaria pseudomallei. 2. Mycobacteria (often multifocal): M. Tuberculosis, M. Avium complex, M. Kansasii. 3. Fungi: Aspergillus spp, Mucoraceae, Histoplasma capsulatum, Pneumocystis carinii, Coccidioides immitis, Blastocystis homini . 4. Parasit: Entamoeba histolytical, Paragonimus westermani, Stronglyoides stercoralis (post-obstructive) .

C. PATOFISIOLOGI (PATHWAY) Mikroorganisme : bakteri aerob,anaerob,fungi dan parasit Faktor predisposisi : Usia Jenis kelamin Gaya hidup Penyakit penyerta

Infeksi parenkhim paru Proses awal inflamasi Proses nekrotik meluas Abses Paru
Hematogen menyebar ke daerah lain

Demam/ hiperthermi

Abses otak / abses hati

Expansi paru

Abses pecah berupa cairan sputum

Perubahan membran alveoli kapiler

Tekanan pada gaster

Eksudat/sputum

Kerangka pleura

PCO2, PO2

Dipsnoe

Anoreksia mual, muntah

Empiema
Obstruksi bronkhus

G3 pertukaran gas

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

Sputum keluar menuju pleura Batuk produktif

Kelemahan

Hiperven tilasi

Inflamasi pleura Gesekan lapisan paru ( batuk) Bersihan jalan tidak efektif G3 intolerasi aktivitas Pleuritis Jari tabuh Nyeri dada Sianosis G3 pertukaranO2

Iritan

Nyeri dada

Hemaptoe

Gangguan rasa nyaman nyeri

D. TANDA DAN GEJALA 1. Gejala Klinis Gejala klinis yang ada pada abses paru hampir sama dengan gejala pneumonia pada umumnya yaitu: a. Demam . Karakteristik demam pada abses paru merupakan demam yang berulang tidak selalu terus menerus,bisa sampai 3 minggu .Dijumpai berkisar 70% - 80% pada penderita abses paru.Pada beberapa kasus dijumpai dengan temperatur 40C . b. Batuk produktif, purulent, kuning kehijauan Bila terjadi hubungan rongga abses dengan bronkus, batuknya menjadi meningkat dengan sputum yang berbau >

busuk yang khas ( Foetor ex oroe ) . c. Produksi sputum yang meningkat dan Foetor ex oero dijumpai berkisar 40 75% penderita abses paru. d. Nyeri yang dirasakan di dalam dada akibat adanya inflamasi dan adanya perlukaan oleh aktifitas bakteri penyebab . e. Batuk darah .Batuk darah bisa disebabkan oleh iritasi bronchus maupun luka akibat luka di paru sendiri. f. Gejala tambahan lain seperti lelah, penurunan nafsu makan dan berat badan menurun. Hal ini disebabkan akibat adanya desakan pada gaster karena expansi paru yang terkena abses. Pada pemeriksaan dijumpai tanda-tanda proses konsolidasi seperti redup pada perkusi, suara nafas yang meningkat, sering dijumpai adanya jari tabuh serta takikardi. 2. Faktor-faktor predisposisi Faktor predisposisi terhadap timbulnya abses paru adalah lain mempermudah terjadinya aspirasi yaitu : a. Anestesia b. Kelebihan dosis obat c. Penyakit esofagus d. Infeksi gigi e. Epilepss / gangguan kesadaran

E. PENGKAJIAN 1. Pengumpulan Data Identitas klien

Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, dan pekerjaan. Keluhan utama Pada umumnya suhu badan klien tinggi. Adanya pernafasan yang cepat / sesak. Riwayat kesehatan a. Riwayat penyakit sekarang Mula-mula batuk kering kemudian menjadi batuk produktif dengan sputum banyak berbau busuk, purulen, timbul panas disertai nyeri dada. b. Riwayat penyakit dahulu Penurunan daya tahan tubuh / penyakit yang pernah di derita terutama penyakit sama dalam keluarga, kebiasaan hidup, dan pola makan yang kurang sehat. c. Riwayat penyakit keluarga Adanya penyakit yang sama dalam keluarga kebiasaan hidup dari pola makan yang kurang sehat. 2. Pola Fungsi Kesehatan a. Pola nutrisi dan metabolisme Pola makan dan minum pada pasien cenderung menurun karena sesak dan batuk. b. Pola eliminasi Perubahan pola eliminasi, mengalami konstipasi (kadang-kadang) c. Pola istirahat dan tidur Klien mengalami gangguan pola tidur karena batuk dan sesak yang di derita / dialami pasien. d. Pola aktivitas dan latihan Klien tidak bisa beraktivits karena sesak dan batuknya. e. Pola persepsi dan konsep diri Pasien khawatir dengan keadaan karena tidak mengetahui apa yang akan dilakukan. f. Pola sensori dan kognitif Pada pasien abses paru panca inderanya dapat berfungsi dengan baik. g. Pola reproduksi seksual Pasien berjenis kelamin laki / perempuan, apakah ada kelainan sistem produksinya. h. Pola hubungan peran Apakah mengalami gangguan dalam menjalankan perannya sehari-hari.

i.

Pola penanggulangan stress Adanya perasaan stres karena penyakit yang diderita sehingga dukungan keluarga sangat berarti untuk stress.

j.

Pola tata nilai dan kepercayaan Dalam pola ini ada yang mempercayakan diri pada hal-hal yang gaib.

3. Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum Klien lemah, suhu tinggi, pernafasan cepat, sesak nafas, batuk. b. Kulit, rambut, kuku Kulit menurun, rambut normal, kaku bisa cyanosis / pucat c. Kepala dan leher Biasanya pada kasus abses paru kepala dan leher tidak mengalami gangguan d. Mata Mata tampak cowong akibat takipnea. e. Dada dan Thorax Inspeksi seakan tertinggal pada sisi yang sakit. f. Abdomen Terjadinya kelihan dinding abdomen dan adanya pembesaran hepar dan nyeri tekan. g. Ekstremitas Kekuatan otot cenderung melemah. h. Integuman Kulit telinga, turgor menurun.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Laboratorium a. Pada pemeriksaan darah rutin. Ditentukan leukositosis, meningkat lebih dari 12.000/mm3 bahkan pernah dilaporkan peningkatan sampai dengan 32.700/mm3. Laju endap darah ditemukan meningkat > 58 mm / 1 jam. b. Pemeriksaan sputum dengan pengecatan gram tahan asam merupakan pemeriksaan awal untuk menentukan pemilihan antibiotik secara tepat. c. Pemeriksaan kultur bakteri dan test kepekaan antibiotika merupakan cara terbaik dalam menegakkan diagnosa klinis dan etiologis serta tujuan therapi.

d. Pemeriksaan AGD menunjukkan penurunan angka tekanan O2 dalam darah arteri . 2. Radiologi

Gambar 1. Kiri: Foto thorax menunjukkan abses paru di lobus bawah paru, Segment superior.Kanan : Foto thorax pasien dengan bad tasting sputum / Foetor ex oroe yang didiagnosa anaerobic abses paru. Pada foto thorak terdapat kavitas dengan dinding tebal dengan tanda-tanda konsolidasi disekelilingnya. Kavitas ini bisa multipel atau tunggal dengan ukuran f 2 20 cm. Gambaran ini sering dijumpai pada paru kanan lebih dari paru kiri. Bila terdapat hubungan dengan bronkus maka didalam kavitas terdapat Air fluid level. Tetapi bila tidak ada hubungan maka hanya dijumpai tanda-tanda konsolidasi. Sedangkan gambaran khas CT-Scan abses paru ialah berupa Lesi dens bundar dengan kavitas berdinding tebal tidak teratur dan terletak di daerah jaringan paru yang rusak. Tampak bronkus dan pembuluh darah paru berakhir secara mendadak pada dinding abses, tidak tertekan atau berpindah letak. Sisa-sisa pembuluh darah paru dan bronkhus yang berada dalam abses dapat terlihat dengan CT-Scan, juga sisa-sisa jaringan paru dapat ditemukan di dalam rongga abses. Lokalisasi abses paru umumnya 75% berada di lobus bawah paru kanan bawah.

3. Bronkoskopi Fungsi Bronkoskopi selain diagnostik juga untuk melakukan therapi drainase bila kavitas tidak berhubungan dengan bronkus.

G. DIAGNOSA KEPERAWARAN YANG MUNGKIN MUNCUL 1. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronkokonstriksi, peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, batuk tak efektif, dan infeksi bronkopulmonal.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen dan kerusakan alveoli. 3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,mual dan muntah. 4. Hiperthermi berhubungan dengan respon proses inflamasi 5. Nyeri berhubungan dengan Inflamasi parenkhim paru, Reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin, Batuk menetap 6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, Kelemahan umum, Kelelahan yang berhubungan dengan batuk berlebihan dan dipsneu

H. INTERVENSI KEPERAWATAN No. Dx 1 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji /pantau frekuensi pernafasan, catat rasio keperawatan diharapkan inspirasi dan ekspirasi Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

klien dapat jalan nafas paten 2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya dengan bunyi nafas bunyi nafas bronkhial

bersih/jelas, dengan kriteria 3. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, hasil : Menujukkan perilaku untuk Tinggi kepala tempat tidur dan duduk pada sandaran tempat tidur

memperbaiki bersihan jalan 4. Bantu latihan nafas abdomen nafas (batuk yang efektif, dan 5. Observasi karakteriktik batuk dan Bantu mengeluarkan secret). tindakan untuk efektifan upaya batuk 6. Tingkatan masukan cairan sampi 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung serta berikan hangat dan masukan cairan antara sebagai penganti makan 7. Berikan obat sesuai indikasi 8. Awasi AGD, Foto dada 9. Kolaborasi : Bronkodilator, Antibiotika,

Drainase Bronkoskopi

Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan serta keperawatan klien dapat diharapkan menunjukkan ventilasi catat penggunaan otot aksesori,

ketidakmampuan berbincang

perbaikan

dan 2. Tingikan kepala tempat tidur dan bantu untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas, dorong nafas dalam perlahan sesuai

oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala

kebutuhan dan toleransi.

distress pernafasan dengan 3. Kaji / awasi secara rutin kulit dan warna kriteria hasil : membran mukosa untuk pengeluaran sputum/

GDA dalam batas normal, 4. Dorong warna kulit membaik,

penghisapan bila ada indikasi

frekuensi nafas 12- 20x/mt, 5. Awasi tingkat kesadaran / status mental bunyi nafas bersih, tidak ada 6. Awasi tanda vital dan status jantung batuk, frekuensi nadi 60- 7. Berikan oksigen tambahan dan pertahankan 100x/mt, tidak dispneu. 3 ventilasi mekanik dan Bantu intubasi

Setelah dilakukan tindakan 1. Beri motivasi tentang pentingnya nutrisi keperawatan diharapkan 2. auscultasi suara bising usus

kebutuhan nutrisi klien dapat 3. Lakukan oral hygiene setiap hari terpenuhi, hasil : dengan kriteria 4. Sajikan makanan semenarik mungkin
5. Beri makanan dalam porsi kecil tetapi sering.

Konsumsi lebih dari 40 % 6. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian jumlah badan makanan, normal dan Berat hasil diit TKTP.

pemeriksaan normal. 4

laboratorium

Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau suhu pasien (derajat dan pola); keperawatan, diharapkan perhatikan menggigil/diaforesis

suhu tubuh klien dalam batas 2. Pantau suhu lingkungan normal, dengan kriteria hasil 3. Berikan kompres hangat dan ajarkan serta : Suhu tubuh 36 C 37 C Tidak mengalami komplikasi yang berhubungan
o o

anjurkan keluarga 4. Kolaborasi: Antipiretik

Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan karakteristik nyeri: PQRST keperawatan diharapkan 2. Pantau tanda vital

klien dapat menyatakan nyeri 3. Berikan tindakan nyaman: pijatan punggung, hilang/terkontrol, kriteria hasil : - Menunjukkan perilaku rileks - Bisa istirahat/tidur - Peningkatan aktifitas dengan tepat 6 Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau nadi dan frekuensi nafas sebelum dan keperawatan klien dapat diharapkan sesudah aktivitas bantuan sesuai dalam yang melaksanakan diperlukan dan dengan perubahan posisi, relaksasi dan distraksi 4. Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk 5. Kolaborasi: Analgetik

peningkatan 2. Berikan aktivitas

toleransi terhadap aktivitas, dengan kriteria hasil : - Menurunnya keluhan tentang napas pendek dan lemah dalam melaksanakan aktivitas . - Tanda vital dalam batas normal setelah beraktifitas - Kebutuhan ADL terpenuhi

dilakukan secara bertahap 3. Libatkan keluarga dala pemenuhan

kebutuhan pasien serta peralatan yang mudah terjangkau 4. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan

aktivitas dan istirahat .

I. KEPUSTAKAAN Smeltzer, Suzanne C; 2001; Buku ajar keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Sudarth; Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20330/5/Chapter%20I.pdf diakses 15 Maret 2011. Arif Mansjoer. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius Jilid 1, Edisi 3, Balai Penerbit Buku FKUI, Jakarta Doenges Marlyn E. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3, penerbi Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Engran Barbara, 1994, Rencana Asuhan Keperawatan, Medical Bedah, Volume 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hammond JMJ et al; 1995, The Ethiology and Anti Microbial Susceptibility Patterns of Microorganism in acute Commuity Acquired Lung Abscess ; Chest ;; 937 41. Finegold SM, Fishman JA; 1998; Empyema and lung Abcess; in Fishmans Pulmonary Diseases and Disorders 3rded; Philadelphia

Anda mungkin juga menyukai