Anda di halaman 1dari 12

PEMANFAATAN RAGAM HIAS BATIK PADA PERANCANGAN PRODUK SEPATU DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK APLIKASI BORDIR DI IKM ALAS

KAKI
Mohamad Arif W

ABSTRAK Pengembangan desain produk sepatu telah banyak dilakukan baik dalam hal pengembangan bahan, bentuk, hingga elemen estetis yang melekat padanya. Hal ini tidak lepas dari kedudukan produk tersebut yang tidak hanya menjadi produk fungsional, tapi juga berkembang menjadi produk konsumer yang sering kali terikat dengan pengaruh kultur, gaya hidup, mode dan tren. Keragaman desain yang diaplikasikan pada produk alas kaki telah banyak dilakukan sebagi usaha mengeksplorasi gagasan-gagasan baru yang bertujuan untuk mendapatkan nilai inovasi fungsi, bentuk, dan material yang dirasakan semakin progresif. Dukungan teknologi yang berkaitan dengan material dan teknik produksi sangat berpengaruh pada percepatan lahirnya desain-desain baru sesuai dengan tuntutan konsumen sehingga sepatu tidak lagi dinilai sebagai produk alas kaki saja, namun telah menjadi komoditi ekonomi yang cukup strategis. Penelitian ini merupakan usaha eksperimentasi pemanfaatan teknologi yang sedang berkembang pada saat ini yaitu tenik bordir komputer (Embroidery Computerized) dengan memanfaatkan ragam-ragam hias tradisional khususnya motif batik sebagai inspirasi dasar pengembangan motif/ corak pada produk sepatu yang dihasilkan oleh pengrajin/ IKM alas kaki. Pada pelaksanaannya penentuan motif batik yang digunakan akan dieksplorasi melalui pendekatan learning by drawing dan dikembangkan dengan menggunakan perangkat lunak 2 dimensi untuk dianalisis kemungkinan aplikasinya dalam mesin bordir multi kepala (MultiHead Embroidery Computerized Machine). Permasalahan tingkat kerumitan gambar, jumlah tusukan jarum jahit, ukuran dan jumlah warna yang memungkinkan untuk diaplikasikan pada potongan pola sepatu menjadi hal-hal yang sangat berpengaruh terhadap hasil pembuatan ragam hias dengan teknik border tersebut. Kata kunci : Ragam hias, batik, alas kaki, bordir komputer, IKM

I. 1.1 Latar belakang

PENDAHULUAN

Perubahan-perubahan yang terjadi pada dunia fesyen sering kali bersinggungan dengan beragam aspek kehidupan seperti halnya adanya perubahan struktur sosial, jenis industri dan teknologi (manual, masinal, masalisasi), struktur politik (peperangan, kekuasaan, kolonialisme, imperialisme, demokrasi), kebudayaan (gaya hidup, nilai, simbol, faham,

norma), serta agama dan kepercayaan. Hal-hal tersebut kemudian secara langsung maupun tidak langsung turut mempengaruhi keragaman model dalam dunia fesyen itu sendiri termasuk pada produk sepatu yang menjadi bagian daripadanya. Khususnya dalam bidang desain, perubahan dan perkembangan juga dialami selaras dengan kemajuan tatanan sosial terutama adanya pengaruh ilmu pengatahuan dan teknologi. Beberapa teknologi yang mempengaruhi produksi produk-produk fesyen telah menciptakan peluang percepatan inovasi-inovasi dalam desain.

Pada hakikatnya produk sepatu atau alas kaki dibuat sebagai produk yang berfungsi sebagai pelindung kaki. Namun pada perkembangannya sepatu telah bergeser dari produk dengan aspek fungsional dan teknis menjadi produk pelengkap yang lebih dekat dengan faktor emosional sepertu model, corak, bentuk, warna dan karakter.

Pemberian ornamen atau motif yang digunakan untuk menghias sepatu sangat memungkinkan dilakukan mengingat fungsi sepatu selalu dikaitkan dengan faktor teknis dan non teknis seperti material, harga, waktu pakai, status dan latar belakang pemakai dan lainnya sehingga desain sepatu menjadi sangat beragam dasar konsep pengembangannya. Yang menjadi dasar pengembangan desain sepatu pada penelitian ini adalah perkembangan teknologi produksi yang dinilai memiliki peluang untuk diaplikasikan pada IKM sektor industri alas kaki. Teknologi yang menjadi gagasan pengembangan adalah teknologi bordir komputer (Embroidery Computerized) yang pada keyataannya merupakan teknologi yang semakin populer tidak hanya di lingkungan industri pakaian/ garmen tapi sudah dimanfaatkan pula oleh industri alas kaki.

Dalam indutri alas kaki, teknik bordir yang menggunakan komputer sudah lama pula diperkenalkan dan digunakan pada produk alas kaki, namun selama ini hanya diterapkan sebagai teknik pembuatan logo yang nota bene dalam ukuran kecil, dengan gambar

sederhana dan dalam jumlah warna yang terbatas. Namun saat ini setelah proses pembuatan bordir telah melibatkan komputer, hal tersebut membuat teknik bordir memiliki peluang menjadi salah satu ragam hias yang dapat diaplikasikan pada sepatu, yang juga dapat dengan mudah dipelajari dan dikembangkan oleh IKM-IKM alas kaki.

1.2 Tujuan Tujuan dari dilakukannya penelitian ini antara lain : 1.2.1 Menemukan masalah-masalah teknis jika bordir komputer digunakan sebagai ragam hias pada material kulit yang dijadikan bagian upper produk sepatu. 1.2.2 Mengkaji tingkat kesulitan penggunaan teknik bordir komputer sebagai ragam hias jika nantinya disosialisasikan dan digunakan oleh pengrajin IKM alas kaki. 1.2.3 Mencari peluang inovasi desain ragam hias untuk diterapkan pada produk alas kaki melalui pemanfaatan motif batik tradisional sebagai salah satu inspirasinya.

1.3 Pentingnya Penelitian Penelitian ini dianggap penting dilakukan sebagai upaya untuk mencari peluang-peluang pengembangan desain sehingga dapat turut mendorong pertumbuhan industri alas kaki, khususnya yang berada pada sentra-sentra industri kecil. Hal-hal yang mendorong usahausaha pengembangan desain tersebut antara lain : a. Keberadaan mesin-mesin bordir yang berbasis komputer tidak lagi hanya dimiliki oleh industri-indutri manufaktur saja, tapi sekarang sudah banyak usaha-usaha kecil yang bergerak dibidang layanan jasa pembuatan benda bordir yang umumnya dapat mengakomodasi permintan dalam ragam dan jumlah yang tidak dibatasi. Hal ini yang membuka peluang industri kecil alas kaki menggunakan teknik aplikasi motif tersebut untuk digunakan pada bahan kulit. b. Teknik aplikasi bordir memiliki peluang varian desain yang sangat luas sehingga keragaman desain motif yang ingin dibuat dapat realisasikan dengan mudah. c. Motif batik sebagai ragam hias tradisional asli Indonesia memberikan peluang nilai inovasi desain yang cukup baik sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai jual produk alas kaki yang dihasilkan para pengrajin sepatu. d. Pengembangan desain yang menggunakan teknik bordir komputer ini mudah untuk dipelajari khususnya oleh para pelaku usaha kecil di sektor alas kaki.

II.

METODOLOGI

Proses penelitian ini dilakukan melalui pengamatan-pengamatan (observasi) terhadap teknik aplikasi bordir secara langsung dan studi literatur sebagai bahan pengayaan pengetahuan dan

gagasan. Observasi lapangan khususnya pengamatan terhadap langkah-langkah produksi aplikasi ragam hias yang menggunakan mesin bordir tersebut bertujuan untuk mengamati dan menganalisis lebih detail cara kerja mesin dan batasan-batasan teknis yang dimiliki oleh mesin bordir tersebut sehingga mampu menciptakan peluang gagasan desain (inspirasi) yang memungkinkan untuk dikembangkan dari proses tersebut. Pengembangan idea atau gagasan yang didapat akan mengalami percepatan iluminasi jika aktivitas observasi didukung pula oleh pengetahuan dan wawasan yang luas melalui studi literatur disamping pengalamanpengalaman empiris yang didapat melalui studi eksperimentatif.

Selain pemahaman dan pengamatan terhadap proses pembuatan ragam hias bordir, studi pengembangan desain motif-motif ragam hias batik yang akan diaplikasikan pada sepatu dilakukan juga melalui proses studi learning by drawing, yaitu usaha pengembangan desain melalui pencurahan gagasan-gagasan awal dalam bentuk sketsa 2 dimensi untuk kemudian dianalisis aspek visualnya hingga mendapatkan wujud rupa yang paling optimal. Pada proses analisis visual yang dilakukan pada pengembangan desain motif bordir ini, pengalaman dan pengetahuan yang berkaitan dengan teknis pembuatan bordir dan pembuatan sepatu khususnya pembentukan pola upper menjadi hal yang penting untuk dipertimbangkan. Hal ini berkaitan dengan karakter desain dan area potongan kulit yang sudah dipolakan mengingat bentuk pola sepatu yang akan dibuat akan memiliki bentuk dan ukuran yang beragam. Dengan demikian proses pengembangan desain ini nantinya akan mengalami proses analisis lanjutan ketika produk sudah dalam bentuk benda 3 dimensi atau dalam bentuk purwarupa (prototype).

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses desain adalah usaha kreatif untuk menghasilkan sebuah karya yang memiliki nilai lebih dari yang didapat sebelumnya. Untuk memenuhi kriteria tersebut sering kali desainer atau produsen sepatu selalu melibatkan beberapa pertimbangan-pertimbangan desain, yaitu : 1. Dapat dipakai atau digunakan yang berkaitan dengan fungsi, teknis, dan fisik; nyaman, andal, aman, praktis. 2. Dapat dinilai estetis, menyangkut aspek teknologi, bahan baku, ketrampilan, keahlian, manajemen. Daya tarik estetis berkaitan dengan tampilan visual.

3. Dapat dipasarkan, hal ini berhubungan dengan permintaan dan selera pasar, ekonomi, daya beli, persaingan, kondisi produk, dll.

Dengan demikian proses pengembangan sepatu yang dilakukan melalui penelitian terhadap teknik bordir yang berbasis pada peluang gagasan yang didapat dari pengembangan ragam hias tradisional batik ini kemudian dilakukan dalam beberapa tahap desain, yaitu :

3.1 3.1.1

Proses pengembangan desain Brainstorming

Proses brainstorming dilakukan untuk membangun pemikiran bersama dalam menganalisis pengembangan desain dilihat dari faktor desain sepatu sebagai media, teknik pembuatan elemen visual yang akan dilakukan (dalam hal ini teknik bordir), dan desain elemen visual itu sendiri. Proses analisis terhadap masalah dan data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis melalui pembentukan FGD (Focus Group Discussion) yang terdiri dari desainer, operator mesin bordir dan desainer fasyen. Pada proses analisis ini diputuskan ragam hias bordir akan menggunakan motif batik Mega mendung dan Parang rusak sebagai inspirasi bentuknya mengingat kedua motif tersebut dinilai memiliki karakter bentuk dan warna yang khas, populer dimasyarakat dan secara teknis memungkinkan untuk diaplikasikan dengan menggunakan mesin bordir komputer.

http://www.murnis.com/onlineshop/textiles5/

http://www.picstopin.com

Desain elemen hias dengan inspirasi grafik tradisional batik Produk alas kaki yang digunakan sebagai studi kasus pada penelitian ini adalah sepatu wanita jenis boot mid-cab dengan model hak high heel. Pemilihan jenis ini didasari karena wanita memiliki kecenderungan selera yang lebih kuat terhadap adanya ornamen hias pada produk

sepatunya dan pada jenis boot memiliki bidang upper yang lebih lebar dibandingkan jenis alas kaki lainnya sehingga sangat dimungkinkan untuk mengaplikasikan ragam hias batik tersebut.

3.1.2

Proses perancangan elemen hias

Penggunaan ragam hias batik pada alas kaki dengan menggunakan teknik bordir harus memperhatikan beberapa hal yang menjadi batasan dalam proses perancangannya. Hal yang harus diperhatikan tersebut adalah : a. Desain elemen hias yang akan digunakan akan tergantung pada pola sepatu tempat desain elemen hias tersebut diterapkan. Oleh karena itu sebelum menentukan desain dan ukuran elemen hias bordir tersebut, pola-pola yang digunakan pada sepatu harus sudah pasti karena pada pelaksanaan pembordiran nanti bentuk dan ukuran pola tersebut akan menjadi patokan pada ring penjepit material kulitnya. b. Batas ukuran lebar bidang yang dapat dibordir minimal 1 mm2, hal ini menjadi batasan yang harus diperhatikan ketika proses perancangan elemen hias tersebut dilakukan. Keterbatasan mesin bordir akan menjadi pertimbangan sehingga desain-desain yang rumit, detail dengan bidang sempit akan lebih mudah dibuat jika disederhanakan lagi. c. Material yang akan menjadi media bordir harus dipilih, karena tidak semua material yang biasa digunakan pada pembuatan alas kaki dapat dibordir dengan sempurna. Kulit yang dapat digunakan sebagai media pembordiran adalah kulit dengan jenis leather/ hide (kulit utuh hewan besar), skin (kulit utuh hewan kecil), nubuck (kulit yang permukaannya telah dihaluskan), kain (fabrik), dan kulit semi-imitasi (PU split leather). Sedangkan jenis kulit suede tidak dapat langsung dibordir, tapi untuk pembordirannya permukaan belakang kulit tersebut harus diberi pelapis kain kerah agar benang-benang yang ditanam dapat terjerat dilapisan tersebut. d. Bahan media bordir harus memiliki kelenturan dan ketebalan yang memadai untuk dapat dijepit oleh ring bordir. Kulit yang ketebalannya lebih dari 0,5 mm, bahan yang kaku, terlampau lentur dan licin akan menimbul kesulitan ketika dijepit. Untuk itu sebelum proses pembordiran ini dilakukan, sebaiknya dilakukan pengetesan bordir terhadap bahan yang nantinya menjadi bahan dasar pembordiran tersebut.

3.1.3

Penetapan desain sepatu

Desain elemen hias yang akan diterapkan pada produk alas kaki akan bergantung pada desain desain sepatu yang akan dibuat, terutama bentuk dari potongan pola yang terdapat padanya. Oleh karena itu desain alas kaki tersebut akan menjadi patokan ukuran dan desain elemen visual yang akan menghiasinya. Di bawah adalah tahap-tahap pembuatan ragam hias bordir yang akan diimplementasikan pada produk sepatu :
Penentuan desain sepatu Penentuan bagian pola Yang akan dibordir Media bordir Perancangan manual Desain elemen hias

Perancangan digital/ Tracing Converting

Prototyping

Evaluasi Pola terbordir Flow chart proses perancangan ragam hias dengan teknik bordir Proses penggalian gagasan bentuk dan fungsi produk sepatu melalui proses design by drawing yang pada proses pembuatannya, gagasan yang dihasilkan tidak hanya mewujudkan imajinasi menjadi bentuk semata, tapi pada saat yang bersamaan akan didapat pula pemikiran-pemikiran dan pertimbangan-pertimbangan yang berkaitan dengan faktor fungsi, faktor kombinasi material dan asesoris, faktor teknik pembuatan hingga faktor peluangpeluang siapa saja yang akan menjadi target market ketika produk alas kaki tersebut selesai dibuat.

Sumber : Dok pribadi

Quick sketch produk sepatu

3.1.4

Proses perancangan digital & tracing desain elemen hias

Motif Mega mendung dan motif Parang rusak yang dijadikan inspirasi desain ragam hias pada sepatu boot ini pada proses aplikasinya di-stilasi dan disesuaikan dengan batasanbatasan teknis yang dapat dilakukan pada teknik bordir. Kemudian proses selanjutnya adalah merubah gambar-gambar sketsa yang masih belum rapi menjadi gambar-gambar digital yang lebih sempurna dengan pemberian warna dan ukuran dalam skala 1 : 1 sesuai dengan bentuk dan ukuran pola upper.

Sumber : Dok pribadi

Desain ragam hias digital dan aplikasinya pada pola sepatu 8

Penyempurnaan ini dilakukan untuk mendukung proses pembuatan file bordir dan untuk membuat beberapa varian warna pada desain elemen hias tersebut sebagai variannya.

3.1.5

Pembuatan ilustrasi implementasi desain secara digital

Setelah pembuatan quick sketch, maka sketsa-sketsa yang telah dibuat dapat dikembangkan menjadi gambar ilustrasi digital (redering) untuk mendapatkan visualisasi varian desain yang lebih realistis. Pembuatan gambar-gambar rendering tersebut bertujuan untuk memberikan informasi-informasi yang berkaitan dengan alternatif warna, jenis material, bentuk pola dan informasi lainnya yang dianggap perlu diketahui oleh para pengrajin alas kaki.

Sumber : Dok. pribadi

Ilustrasi desain secara digital 3.1.6 Proses Converting

Proses converting bertujuan untuk mengubah gambar-gambar yang telah disempurnakan melalui gambar berbasis vector file menjadi file bordir untuk digunakan pada mesin bordir komputer. Proses ini mirip proses tracing pada program Corel Draw, namun pada aplikasinya pada program ini dapat memvisualkan/ mensimulasikan proses bordir secara digital sehingga seorang operator mesin bordir tersebut dapat mendeteksi kesempurnaan hasil yang akan dicapainya nanti

Sumber : Dok. pribadi

Proses pengubah gambar 2 dimensi ke file bordir 3.1.7 Proses bordir pada pola

Proses bordir diawali dengan uji coba dengan tujuan untuk mengecek kualitas pengerjaan desain yang telah dibuat, Pada proses uji coba pembordiran tersebut, material kulit terlebih dahulu diberi penandaan berbentuk potongan-potongan pola dengan tujuan memberikan patokan area-area yang menjadi bagian pola yang dibordir dan yang tidak. Setelah uji coba pembordiran selesai, maka proses produksi dapat dilakukan sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan.

Sumber : Dok. Pribadi

Proses pembordiran dengan menggunakan mesin bordir komputer

Dari proses pembuatan prototype ini dihasilkan dua buah sepatu yang bentuknya sesuai dengan desain yang telah dibuat sebelumnya. Kemudian setelah itu sepatu-sepatu tersebut masuk dalam proses evaluasi yang dilakukan oleh tim desainer dan didampingi oleh konsultan untuk dikaji bersama hingga didapat produk yang sesuai dengan konsep pengembangan desain yang telah dirumuskan sebelumnya.

10

Sumber : Dok. pribadi

Prototype dengan elemen hias stilasi batik Mega mendung & Parang rusak Produk-produk alas kaki di atas adalah contoh aplikasi teknik bordir dengan inspirasi grafis tradisional batik pada desain-desain yang telah dikembangkan.

IV. 4.1 Kesimpulan a.

KESIMPULAN DAN SARAN

Batik tradisional dapat diaplikasikan pada material kulit dan sangat memungkinkan untuk menjadi salah satu teknik pembuatan ragam hias pada produk alas kaki, khususnya pada jenis boot atau jenis lain yang berbidang lebar seperti sandal pria.

b.

Pemanfaatan bentuk-bentuk batik sebagai ragam hias melalui teknik bordir komputer sangat mungkin dilakukan namun karena umumnya modul gambar pada batik berukuran kecil, maka harus memperhatikan proporsi bentuk dan jumlah tusukan jarum. Hal tersebut dapat diantisipasi pada tahap perancangan digital, yaitu pada pengolahan gambar dalam program vector file.

c.

Proses perancangan ragam hias batik dan proses pembuatan pola sepatu harus dilakukan secara berkaitan karena masing-masing akan mempengaruhi kualitas desain akhir dari produk sepatu yang sedang dibuat.

d.

Proses analisis visual secara digital sangat membantu dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan hal yang berkaitan dengan komposisi warna, proporsi bentuk ragam hias, ukuran dan penempatannya pada sepatu. Hal tersebut dapat mempercepat pengambilan keputusan desain disamping tidak memerlukan usaha untuk membuat prototype sebagai usaha untuk memverifikasi desain akhir dari produk sepatu yang akan dibuat.

11

e.

Proses pembuatan ragam hias dengan menggunakan teknik bordir sangat dimungknkan untuk digunakan oleh IKM alas kaki pada saat ini karena industri layanan pembuatan bordir komputer telah populer dan dapat dengan mudah ditemukan.

4.2 Saran a. Pemanfaatan batik sebagai salah satu ragam hias tradisional dinilai sangat kaya dengan inspirasi-inspirasi visual sehingga perlu terus dikembangkan agar mendapatkan nilai-nilai inovasi pada produk yang menjadi komoditas industri nasional. b. Ekspoitasi ragam hias batik dengan menggunakan teknologi bordir komputer perlu disosialisasikan pada IKM sektor alas kaki sebagai usaha untuk meningkatkan nilai orisinalitas produk mereka. c. Perlu pelatihan-pelatihan teknis untuk IKM alas kaki agar pengembangan desain melalui eksploitasi desain ragam hias batik yang menggunakan teknologi komputer dapat dilakukan oleh IKM.

V. 1. 2. 3.

DAFTAR PUSTAKA

Basuki, asdono., 1984, Teknologi Sepatu, Akademi Teknologi Kulit, Yogyakarta

Hamidin A.S., 2010, Batik : Warisan Budaya Asli Indonesia. Narasi, Yogyakarta.
Judomidjojo, Muljono., 1984, Teknik Penyamakan Kulit untuk Pedesaan, Angkasa Bandung.

4.

Kelley, Tom & Jonathan Littman., 2002, The Art of Innovation, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

5. 6.

Papanek, Victor., 1995, The Green Imperative, C.S. Graphics, Singapore Thorstensen , Thomas C., 1993, Practical Leather Tecnology, Kreiger Publishing Company, Florida

7.

Vass, Laszlo & Magda Molnar., 1999, Hand made Shoe for Men, New Stalling, Oldenburg

8.

Wijaya, Krisna., 2002, Analisis Pemberdayaan Usaha Kecil, Pustaka Wirausaha Muda, Bogor.

12

Anda mungkin juga menyukai