Anda di halaman 1dari 2

CITA-CITA ANAKKU Oleh : Tri Hidayat Dia sudah berumur 10 tahun lebih, duduk di kelas 5 SD dan satu-satunya anak

lelakiku dari 3 bersaudara. Dulu dia pernah bercita-cita menjadi seorang Polisi karena melihat sosok polisi itu gagah dan berwibawa serta mau membantu orang yang sedang kesusahan. Hingga suatu hari pada saat kami berhenti dipersimpangan lampu merah, dia mengamati kegiatan seorang petugas polisi jalan raya yang menyetop pengendara sepeda motor. Anakku bertanya kepadaku apa alasan polisi penyetop dan kujelaskan bahwa pengendara tersebut kemungkinan melanggar aturan lalu lintas, sehingga prosedur standardnya harus ditunjukkan kelengkapan surat-surat izin berlalu lintas seperti SIM dan STNK. Namun kejadian itu tidak hanya sampai disitu saja, ternyata anakku mengamati polisi yang membawa pengendara sepeda motor ke sudut bangunan yang ada di dekat persimpangan, dan terakhir sebelum mobil kami bergerak anakku sempat melihat pengendara sepeda motor mengeluarkan sejumlah uang. Sejurus anakku bertanya lagi kepadaku apa alasan pengendara harus mengeluarkan uang. Sebagai pelajaran awal, aku sampaikan bahwa kemungkinan si pengendara sudah melanggar peraturan lalu lintas dan polisi akan melakukan Tilang (hukuman bagi pelanggar aturan). Tapi sepertinya pengendara keberatan untuk ditilang sehingga dia berusahan menyuap (lagi-lagi kata-kata aneh ini harus aku jelaskan) dengan memberi uang kepada Polisi supaya tidak ditilang. Anakku bertanya apakah itu bukan mencuri atau penipuan?? Trus aku tegaskan singkat itulah salah satu tindakan yang di sebut KORUPSI. Sejak itu anakku menghapus Polisi dari cita-citanya yang luhur di masa depan, hingga satu hari dia menemani Mamanya memeriksakan kehamilan anak kami yang ke-3 ke Praktek Dr. Makmur. Dia terkagum-kagum dengan kendaraan yang dimiliki sang Dokter yang selalu berganti-ganti dengan merek yang cukup mewah dari VMW, Mercedes dan sedan mewah lainnya. Melihat banyaknya pasien yang umummnya ibu-ibu hamil, dia bertanya nomor urut periksa Mamanya karena hari juga sudah menjelang malam. Terus dia pingin tau berapa jumlah pasien si dokter sehari yang dijawab sekitar 80-an orang, juga berapa biaya pemeriksaan juga dijawab sang Mama Rp. 150.000/periksa saja tapi jika gunakan USG bertambah Rp. 400.000,-. Tiba-tiba dia tercenung sejenak dengan kemampuan berhitungnya yang masih pas-pasan dia bilang : kalo pasiennya 80 orang dikali Rp. 200.000 saja (biar gampang menghitung) berarti sehari sang dokter mendapat Rp. 16 juta, jadi kalo sebulan hanya 20 hari saja praktek (lagi-lagi biar gampang hitung) berarti sang dokter sudah berpenghasilan Rp. 320 juta. Terus dia bertanya soal jam praktek dokter yang dimulai sore pukul 18.00 wib, apa yang dikerjakannya pagi hari. Dengan sabar sang Mama menjawab, dokter juga harus hadir di rumah sakit tempat tetapnya bertugas selain harus juga mengajar di universitas. Anakku terkagum-kagum dengan hasil yang diperoleh dokter hingga diapun bercita-cita jadi dokter kandungan kelak kalau dia dewasa. Tapi karena dia lihat kehidupan Bolang (abang neneknya) juga lumayan sejahtera dengan mengurus ladang/kebun dan juga sejumlah ternak, dia juga menambahkan bahwa kelak bila dia sudah menjadi dokter akan berpraktek sore hari saja. Pagi akan dia habiskan waktu untuk mengurus ternak sapi, mulai memberi makan hingga memandikannya. Kami tanya apakah dia tidak malu sudah jadi dokter tapi masih mau mengurusin sapi atau lembu. Dengan ringan dia jawab, sepanjang pekerjaan itu tidak mengambil hak orang lain alias korupsi buat apa malu mengerjakan pekerjaan tersebut. Kini giliran aku dan istriku yang tercenung dengan pernyataannya yang cukup dewasa diusianya yang masih muda. Kami hanya berdoa semoga terwujud semua harapan dan cita-cita baiknya itu. Saat ini, dia sangat terobsesi dengan pesawat terbang, bukan hanya dengan pesawatnya aja tapi juga dengan pekerjaan sebagai pilot yang dia bilang sangat berwibawa dan cukup mewah. Tapi dia jadi tercenung saat kutanya, jika pekerjaan sebagai pilot itu sudah baik apakah tidak kepingin menjadi orang yang membayar pekerjaan pilot atau memiliki sejumlah pesawat sendiri. Dia tanya kembali padaku apa ada pekerjaan yang sebegitu hebat hingga mampu memiliki pesawat dan sekaligus membayar gaji pilot yang tentunya tidak murah. Aku sebut ada jabatan yang bisa lalukan itu yaitu Pengusaha yaitu yang memiliki perusahaan segala jenis produk, baik itu penerbangan maupun kedokteran dengan memiliki rumah sakit yang sekaligus mampu membayar dokternya. Kata-kata Pengusahamasih asing baginya karena biasanya bila

ditanya soal cita-cita biasanya selalu standard : dokter, pilot, tentara, polisi, direktur, dll belum pernah menyinggung soal pekerjaan yang luar biasa ini. Tadi malam dia menunjukkan lukisan berbagai jenis pesawat dengan berbagai tujuan penerbangan dibawah satu nama Cart Air yang saat kutanya artinya dia sendiri gak bisa menjawab. Aku bilang supaya lukisan tangan itu ditempel di dinding kamar yang gampang dilihat supaya selalu mengingatkan dia usaha selalu berusaha dan berdoa untuk mewujudkan cita-cita luhurnya itu. Semoga harapan ini dapat didengar Allah sehingga keinginannya memberikan penerbangan gratis bagi warga yang tidak mampu dapat terwujud di kemudian hari. Insyallah !!

Anda mungkin juga menyukai