Anda di halaman 1dari 0

7

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dinding Penahan Tanah
Asal mula dibuatnya konstruksi dinding penahan tanah adalah akibat bertambah
luasnya kebutuhan kontruksi penahan yang digunakan untuk mencegah agar
tidak terjadi kelongsoran menurut kemiringan alaminya. Sebagian besar bentuk
dinding penahan tanah adalah tegak (vertikal) atau hampir tegak kecuali pada
keadaan tertentu yang dinding penahan tanah dibuat condong ke arah urugan.
2.1.1 Definisi Dinding Penahan Tanah
Dinding penahan tanah adalah struktur yang didesain untuk menjaga dan
mempertahankan dua muka elevasi tanah yang berbeda. (Coduto, 2001)
Bangunan dinding penahan tanah digunakan untuk menahan tekanan tanah lateral
yang ditimbulkan oleh tanah urug atau tanah asli yang labil. Bangunan ini lebih
banyak digunakan pada proyek-proyek: irigasi, jalan raya, pelabuhan, dan lain-
lainnya. Elemen-elemen pondasi, seperti bangunan ruang bawah tanah
(basement), pangkal jembatan (abutment), selain berfungsi sebagai bagian bawah
dari struktur, berfungsi juga sebagai penahan tanah di sekitarnya. (Hardiyatmo,
2002)




8

2.1.2 Macam Dinding Penahan Tanah
Jenis-jenis dinding penahan tanah beraneka ragam, disesuaikan dengan keadaan
lapangan dan aplikasi yang akan digunakan. ORourke dan Jones (1990)
mengklasifikasikan dinding penahan tanah menjadi dua kategori yaitu sistem
stabilisasi eksternal dan sistem stabilisasi internal serta sistem hybrid yang
merupakan kombinasi kedua metode tersebut (lihat gambar 2.1).
Sistem stabilisasi eksternal merupakan sistem yang memanfaatkan berat dan
kekakuan struktur; dan sistem stabilisasi internal yang memperkuat tanah untuk
mencapai kestabilan yang dibutuhkan.
Earth-Retaining Structures
Externally Stabilized Systems Internally Stabilized Systems
In-Situ Walls Gravity Walls
Sheet Pile
- Steel
- Concrete
Soldier Pile
Cast in-situ
- Slurry
- Secant
- Tangent
Soil Cement
Massive
- Stone
- Unreinforced masonry
- Unreinforced concrete
Cantilever
- Reinforced masonry
- Reinforced cement
Counterfort and buttress
Gabion
Crib
Bin
Cellular cofferdam
Reinforced earth
Geotextile
Soil nailing
Reticulated micropiles
Reinforced Soils In-Situ Reinforcement
Cantilevered Braced Tied-Back
Cross-lot
Rakers
Augered
- Straight
- Belled
Pressure-injected
Screw
Deadman
Hybrid System
Tailed gabions
Tailed masonry

Gambar 2.1 Klasifikasi Dinding Penahan Tanah


9


a. Sistem Stabilisasi Eksternal
Sistem stabilisasi eksternal adalah sistem dinding penahan tanah yang menahan
beban lateral dengan menggunakan berat dan kekakuan struktur. Sistem ini
merupakan sistem satu-satunya yang ada sebelum tahun 1960, dan sampai saat
ini masih umum digunakan.
Sistem ini terbagi menjadi dua kategori yaitu dinding gravitasi yang
memanfaatkan massa yang besar sebagai dinding penahan tanah (lihat gambar
2.2); dan In-situ wall yang mengandalkan kekuatan lentur sebagai dinding
penahan tanah misalnya sheet pile wall (lihat gambar 2.3).

Gambar 2.2 Gravity Walls
(Sumber: Earth Retaining Structures Manual, 2010)



10


Gambar 2.3 Sheet Pile Wall
(Sumber: Coduto, 2001)

b. Sistem Stabilisasi Internal
Sistem stabilisasi internal merupakan sistem yang memperkuat tanah untuk
mencapai kestabilan yang dibutuhkan. Sistem ini berkembang sejak tahun 1960
dan dibagi menjadi dua kategori yaitu reinforced soils; dan in-situ reinforcement.
Reinforced soils merupakan sistem yang menambah material perkuatan saat
tanah diurug, sedangkan in-situ reinforcement merupakan sistem yang
menambah material perkuatan dengan cara dimasukkan ke dalam tanah.

Gambar 2.4 Mechanically Stabilized Earth
(Sumber: Earth Retaining Structures Manual, 2010)


11


2.1.3 Kegunaan Dinding Penahan Tanah
Dinding penahan tanah sudah digunakan secara luas dalam hubungannya dengan
jalan raya, jalan kereta api, jembatan, kanal dan lainnya. Aplikasi yang umum
menggunakan dinding penahan tanah antara lain sebagai berikut:
a. Jalan raya atau jalan kereta api yang dibangun di daerah lereng.
b. Jalan raya atau jalan kereta api yang ditinggikan untuk mendapatkan
perbedaan elevasi.
c. Jalan raya atau jalan kereta api yang dibuat lebih rendah agar didapat
perbedaan elevasi.
d. Dinding penahan tanah yang menjadi batas pinggir kanal.
e. Dinding khusus yang disebut flood walls, yang digunakan untuk
mengurangi/menahan banjir dari sungai.
f. Dinding penahan tanah yang digunakan untuk menahan tanah pengisi dalam
membentuk suatu jembatan. Tanah pengisi ini disebut approach fill dan
dinding penahan disebut abutments.
g. Dinding penahan yang digunakan untuk menahan tanah di sekitar bangunan
atau gedung-gedung.
h. Dinding penahan tanah yang digunakan sebagai tempat penyimpanan
material seperti pasir, biji besi, dan lain-lain.


12


Gambar 2.5 Aplikasi Dinding Penahan Tanah
(sumber: Hungtington, 1961)






13


2.2 Mechanically Stabilized Earth (MSE)
2.2.1 Pengertian Umum MSE
Mechanically stabilized earth (MSE) merupakan perkuatan dengan sistem
stabilisasi internal yang memanfaatkan pengalihan atau penyaluran tegangan dari
elemen perkuatan kepada tanah urug yang terjadi melalui gesekan antara
permukaan elemen perkuatan dengan tanah dan tahanan pasif yang timbul antara
bagian elemen perkuatan yang berarah tegak lurus terhadap arah pergerakan
relatif antara tanah dengan perkuatannya.

Gambar 2.6 Mekanisme Transfer Gaya Pada MSE
(Sumber: FHWA, 2009)


14

Konsep ini pertama kali dikembangkan oleh Henri Vidal dari Prancis pada tahun
1969 dengan nama Reinforced Walls. Vidal menggunakan panel-panel beton
yang diikatkan dengan baja strip yang membentang dari panel beton hingga
panjang tertentu ke dalam tanah. Panel-panel beton yang tertekan oleh tanah di
belakangnya akan ditahan oleh baja-baja strip yang memiliki tahanan geser
akibat gaya gesek dengan tanah. Interaksi antara panel beton, baja strip dan tanah
inilah yang bekerja sama menahan tekanan tanah lateral (Gouw, 1996). Sistem
yang ditemukan oleh Vidal ini kemudian berkembang dalam berbagai variasi,
antara lain:
1. Panel muka dengan perkuatan baja strip
2. Panel muka dengan jaring-jaring baja
3. Panel muka dengan jangkar atau angkur
4. Panel muka dengan geosintetik
5. Perkuatan tanah dengan geosintetik

Gambar 2.7 Panel Muka Dengan Perkuatan Baja Strip



15


Gambar 2.8 Panel Muka Dengan Jaring-Jaring Baja


Gambar 2.9 Panel Muka dengan Angkur
(Sumber: Yoo. 2003)



16


Gambar 2.10 Panel Muka Dengan Geosintetik


Gambar 2.11 Perkuatan Tanah Dengan Geosintetik



17


2.2.2 Komponen Utama MSE
Pada dasarnya MSE terdiri dari tiga komponen utama yaitu bagian muka (panel
muka), elemen perkuatan, dan tanah urug.
1. Bagian Muka (Panel Muka)
Panel muka berfungsi untuk menjaga material tanah agar tidak gugur atau
tererosi. Dalam kasus tertentu, panel muka juga dapat berfungsi untuk
mengakomodasi drainase. Umumnya panel muka dapat menggunakan panel
beton pra-cetak, modular blok, gabions, wire-mesh, shotcrete, geotekstil.

Gambar 2.12 Panel Muka Beton Pra-Cetak
(sumber: FHWA, 2009)


18



Gambar 2.13 Panel Muka Modular Blok
(sumber: FHWA, 2009)
2. Elemen Perkuatan


19

Elemen perkuatan yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi dua
kategori yaitu material dengan regangan kecil atau relatif tidak meregang
(inextensible material) misalnya baja; material dengan regangan yang relatif
besar (extensible material) misalnya geosintetik.
Perkuatan Besi Strip
Besi strip berfungsi sebagai perkuatan pada dinding penahan tanah, gaya
gesekan antara besi strip dengan tanah digunakan untuk menahan gaya
pendorong pada dinding penahan tanah. Selain itu perkuatan diberikan
galvanis untuk mencegah korosi. Tebal minimum galvanis untuk
perlindungan korosi terdapat pada tabel 2.1 yaitu:
Tabel 2.1 Tebal Minimum Pelapisan Galvanis (AASHTO-M110 dan
ASTM-A123)
Kategori Ketebalan
Ketebalan Minimum
Galvanis
< 1/4 inch (6,4 mm) 3,4 mils (85 m) Strip
> 1/4 inch (6,4 mm) 3,9 mils (100 m)
Wire* All diameters 3,4 mils (85 m)
*for bar mats fabricated from uncoated steel wire.
Sumber: FHWA, 2009
Kecepatan terjadinya korosi dapat dilihat pada tabel di bawah. Kecepatan
korosi di bawah dapat digunakan untuk konservatif desain. Kecepatan ini
berdasarkan pada tanah urug yang cukup korosif.


20



21


Tabel 2.2 Kecepatan Korosi Besi
Untuk zinc/bidang sentuh: 0,58 mils/yr (15 m/tahun) (untuk 2 tahun
pertama)
0,16 mils/yr (4 m/tahun) (untuk tahun
berikutnya)
Untuk besi/bidang sentuh: 0,47 mils/yr (12 m/tahun)
Sumber: FHWA, 2009
Mengacu pada tabel 2.1 dan 2.2, maka untuk tebal minimum galvanis 85 m
dapat bertahan selama 16 tahun pertama, setelah itu korosi akan terjadi pada
besi.
3. Tanah Urug
Tanah urug umummnya dianjurkan untuk menggunakan tanah granular sebab
tanah granular memiliki kemampuan menyalurkan tegangan, ketahanan dan
drainase yang lebih baik dibandingkan tanah lempung.
Kriteria penggunaan penggunaan tanah urug harus mempertimbangkan
pengaruh jangka panjang keseluruhan struktur dan pengaruh terhadap
material perkuatan.
Tanah urug yang digunakan harus bebas dari material organik dan bahan
merusak lainnya serta harus sesuai kriteria gradasi. Tanah urug harus
memiliki gradasi yang baik, serta hindari penggunaan material tidak stabil


22

dan gradasi tidak merata karena dapat terjadi erosi dan penyumbatan
drainase.
Tabel 2.3 Ketentuan Material Granular Pada MSEW
U.S. Sieve Size Percent Passing
4 in. (102 mm)
(a)
100
No. 40 (0,425 mm) 0-60
Gradation
(AASHTO T-27)
No. 200 (0,075 mm) 0-15
Plasticity Index, PI
(AASHTO T-90)
PI 6
Notes:
(a)
Ukuran maksimum partikel harus disesuaikan dengan penggunaan material
perkuatan yang digunakan. Untuk penggunaan material geosintetik, ukuran
dapat dikurangi menjadi in (19 mm).
Sumber: FHWA (2009)
2.2.3 Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan MSE cukup mudah dan cepat, yang terdiri dari serangkaian
pekerjaan yang berulang yaitu persiapan material, penimbunan, pemadatan,
pemasangan perkuatan, pemasangan elemen panel muka. Dalam pelaksanaan ini
tidak dibutuhkan kemampuan khusus sehingga dapat menggunakan tenaga
pekerja lokal. Metode pelaksanaan dibagi beberapa tahap yaitu:
a. Prakonstruksi


23

Pada tahap ini dilakukan pertimbangan ulang atas desain yang telah dilakukan
dengan mempertimbangkan kondisi lapangan, apakah dapat dilakukan
penggalian sesuai panjang penjangkaran yang dibutuhkan, keadaan pondasi
tanah, ketersediaan material yang sesuai, metode konstruksi (urutan pekerjaan,
proses pemadatan, sambungan, dll)
b. Fabrikasi material
Fabrikasi material dapat dilakukan di lapangan atau di pabrik. Fabrikasi
material berupa pencetakan beton panel untuk keperluan panel muka. Setiap
panel dibuat sesuai desain yang telah ditentukan sehingga saat di lapangan
hanya disusun. Toleransi maksimum untuk dimensi keseluruhan panel adalah
0,5 inch (13 mm).
Selain itu juga fabrikasi material perkuatan yaitu besi. Besi harus diberikan
perlindungan terhadap korosi dengan diberi galvanis.


24


Gambar 2.14 Pencetakan Panel Beton
(Sumber: FHWA, 2009)
c. Konstruksi
1. Pembuatan leveling pad
Dimensi ukuran leveling pad disesuaikan dengan kondisi lapangan dan
desain, umumnya memiliki ketebalan 6 inches (150 mm) dengan lebar 8
inches (200 mm). Kuat tekan beton juga harus memenuhi spesifikasi
minimum yang telah ditentukan. Toleransi untuk kerataan leveling pad
adalah 1/8 inch (3 mm)
2. Pemasangan panel
Pemasangan panel dilakukan dengan alat berat karena dimensi panel yang
cukup besar dan berat. Antar panel dikunci dengan klep sementara, untuk


25

mencegah pergeseran. Hubungan antara panel yang satu dengan yang lain
juga diberi bearing pad sebagai tempat dudukan untuk memberi ruang
gerak antar panel.

Gambar 2.15 Pemasangan Panel
(Sumber: FHWA, 2009)


Gambar 2.16 Bearing Pads
(Sumber: FHWA, 2009)

3. Pengurugan dan pemadatan material


26

Pemadatan dilakukan sampai tingkat kepadatan yang telah ditentukan.
Pada jarak sekitar 3 kaki ( 1 m ) dari facing menggunakan vibrator roller
atau stamper, karena dapat menganggu kemiringan dinding.

Gambar 2.17 Penggunaan Alat Berat Pada Bagian Jauh dari Dinding
(Sumber: FHWA, 2009)


Gambar 2.18 Penggunaan Alat Berat yang Kecil Pada Bagian Dekat Dinding
(Sumber: FHWA, 2009)


4. Pemasangan elemen perkuatan


27

Elemen perkuatan kemudian dipasang ke panel sesuai dengan elevasi yang
telah ditentukan.

Gambar 2.19 Pemasangan Elemen Perkuatan
(Sumber: FHWA, 2009)


Gambar 2.20 Tipe Sambungan Pada Perkuatan Strip dan Jaring
(Sumber: FHWA, 2009)

Kemudian dilakukan secara berulang sampai didapat ketinggian yang telah
ditentukan atau sesuai desain.


28

d. Pengawasan
Setelah konstruksi selesai, maka diperlukan pengawasan selama masa
pemeliharaan atau untuk kepentingan lainnya. Pengawasan yang dilakukan
dapat berupa pergerakan horisontal dan vertikal dinding yang dapat
menggunakan alat tiltmeters, surveying, maupun pengamatan secara visual.



29


2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan MSE
Kelebihan penggunaan MSE adalah:
a. Prosedur konstruksi yang mudah dan cepat, karena tidak membutuhkan
keahlian khusus dan peralatan khusus karena sebagian besar pekerjaan hanya
mencakup pemasangan dan pemadatan.
b. Tidak membutuhkan ruang yang besar di bagian depan struktur untuk
keperluan konstruksi.
c. Tidak membutuhkan pondasi yang dalam karena strukturnya sendiri dapat
menoleransi terhadap deformasi, selain itu lebih tahan terhadap beban gempa
daripada struktur dinding beton.
d. Secara teknik mampu menahan sampai ketinggian lebih dari 30 m (100 kaki).
e. Facing yang dapat dibuat berbagai bentuk dan tekstur untuk pertimbangan
estetika. Susunan batu bata, kayu, dan gabions juga dapat digunakan untuk
menampilkan keselarasan dengan lingkungan.
Kekurangan penggunaan MSE antara lain:
a. Membutuhkan ruang yang cukup besar di bagian belakang dinding untuk
pemasangan penjangkaran.
b. Membutuhkan material timbunan yang granular. Pada beberapa tempat,
ketidaktersediaan bahan timbunan yang granular menjadikan metode ini tidak
ekonomis.


30


2.3 Perencanaan Dinding MSE
Perencanaan dinding MSE terdiri dari beberapa bagian yang direncanakan dan
dianalisa, yaitu:
1. Umur Rencana
2. Facing panel
3. Dimensi levelling pad
4. Kedalaman penanaman struktur
5. Panjang penjangkaran
6. Dimensi perkuatan pelat besi yang meliputi tebal pelat, lebar pelat.
7. Drainase
Levelling Pad
Facing Panel
Length of Reinforcement (L)
H
e
i
g
h
t

o
f

W
a
l
l

(
H
)
S
h
S
v
D
e
p
t
h

o
f

E
m
b
e
d
m
e
n
t

(
d
)
Reinforced Backfill Retained Backfill
Foundation Soil



31

Gambar 2.21 Penampang MSE-Wall Dengan Perkuatan Besi Strip
2.3.1 Umur Rencana
Perencanaan masa layan suatu MSEW didasarkan pada pertimbangan pengaruh
jangka panjang terhadap potensi kerusakan dari material, rembesan dan pengaruh
keadaan lingkungan terhadap kompenen material.
Minimum umur rencana untuk suatu dinding penahan tanah permanen adalah 75
tahun, sedangkan untuk aplikasi sementara biasa dirancang untuk masa layan 36
bulan atau kurang. Untuk struktur yang memiliki fungsi fital bisa memiliki umur
rencana lebih dari 100 tahun.
Kualitas saat melakukan pekerjaan konstruksi memegang peranan penting dalam
umur konstruksi. Struktur dibuat dengan mempertahankan estetika pada tampilan
luarnya dan tidak memerlukan pemeliharaan yang signifikan pada masa layan
mereka.
2.3.2 Panel Muka
Panel muka merupakan bagian dari struktur depan yang terbuat dari beton pra-
cetak, yang saling terkunci dan menyatu. Antara panel yang satu dengan panel
yang lain disatukan dengan dowels bars sehingga bersifat fleksibel dan dapat
menoleransi perbedaan penurunan (differential settlement).
Facing sangat penting dalam unsur estetika karena hanya facing yang satu-
satunya terlihat dari luar setelah konstruksi selesai. Dalam beberapa konstruksi
dapat berfungsi sebagai saluran drainase. Tebal minimum beton facing adalah


32

140 mm (5,5 inch) dan dapat berbentuk persegi, segitiga, bujur sangkar,
heksagonal dan lain-lain. Dimensi panel beton adalah tinggi 1,5 m (5 kaki)
dengan lebar 1,5 3 m (5 10 kaki).
2.3.3 Dimensi Leveling Pad
Leveling pad umumnya terbuat dari beton (umumnya 2500 psi atau 17,2 Mpa).
Mutu beton dan ketebalan harus dapat menahan beban sehingga mengizinkan
terjadinya retak saat terjadi penurunan setempat untuk meredam konsentrasi
tegangan yang terjadi.
Ketebalan leveling pad umumnya 6 inch (150 mm), sedangkan lebarnya harus
lebih besar minimum 3 inch (75 mm) dari ketebalan panel muka. Misalkan
ketebalan panel muka 6 inch (150 mm) maka lebar leveling pad adalah 12 inch
(300 mm). Toleransi untuk kerataan leveling pad adalah 1/8 inch (3 mm) untuk
setiap 10 ft (3 m).

Gambar 2. 22 Potongan Penampang Levelling Pad
(sumber: FHWA, 2009)


33


2.3.4 Kedalaman Penanaman Struktur
Kaki struktur harus ditanam di bawah permukaan tanah untuk menghindari
terjadinya kegagalan lokal. Dengan kondisi tanah dasar yang baik, maka
minimum penanaman (embedment) adalah H/20 (untuk wall) dan H/10 (untuk
pangkal jembatan) dan tidak boleh kurang dari 2 ft (0,6 m). Untuk kondisi tanah
dasar yang lunak, maka kedalaman penanaman dapat ditambahkan, sedangkan
untuk kondisi tanah pondasi yang baik dan kuat, maka embedment tidak
diperlukan.
Tabel 2.4 Kedalaman Minimum Embedment
Kondisi Kemiringan Tanah Di Depan
Dinding
Kedalaman Minimum Embedment dari
Bagian Atas Levelling Pad
Semua Kemiringan 2 ft (0,6 m)
Horisontal (walls) H/20
Horisontal (abutments) H/10
3H : 1V H/10
2H : 1V H/7
1,5H : 1V H/5
Sumber: FHWA (2009)
Ada dua tipe embedment yaitu embedment dengan ketinggian tanah yang rata,
dan dengan kemiringan.


34


Gambar 2.23 Embedment, (a) Embedment dengan ketinggian tanah
yang rata, (b) Embedment dengan ketinggian tanah yang miring.
(sumber: FHWA, 2009)
2.3.5 Panjang Penjangkaran
Penentuan panjang penjangkaran dapat ditentukan dari beberapa cara seperti di
bawah ini. Dari hasil perhitungan panjang penjangkaran di bawah, maka dipilih
hasil yang paling besar.
1. Panjang penjangkaran minimum adalah 0,7 tinggi struktur atau minimal 3
meter. Yang dimaksud tinggi struktur adalah tinggi dari levelling pad sampai
ke atas struktur.
..................................................................... (2.1)


35

2. Stabilitas Geser (Statik)
Stabilitas geser yaitu perbandingan gaya yang menahan dengan gaya-gaya
yang mendorong. Dengan perbandingan gaya penahan dan pendorong, akan
didapat suatu faktor keamanan stabilitas geser. Jika analisa dibalik, dimana
kita menentukan faktor keamanan yang diinginkan, maka akan didapat
panjang penjangkaran minimum sesuai faktor keamanan tertentu.
H
d
L
Reinforced Soil
Retained Fill
Foundation Soil
Rv
F1
F2
q
F3

Gambar 2.24 Gaya Yang Bekerja Pada Kondisi Geser

...................................................................... (2.2)
Gaya yang menahan terjadinya keruntuhan geser adalah gaya berat struktur
sendiri ) dan gaya pasif akibat tanah di depan struktur (F
3
),
sedangkan gaya yang mendorong terjadinya keruntuhan geser adalah


36

tegangan lateral tanah akibat tanah di bagian belakang struktur (F
2
) dan
beban luar tambahan yang bekerja (F
1
).
..................................................................... (2.3)
R
v
= resultan gaya vertikal yang bekerja yaitu beban sendiri tanah (kN)
......................................................................................... (2.4)
F
1
= tegangan lateral aktif akibat beban luar tambahan yang berupa beban
merata (kN)
............................................................................... (2.5)
F
2
= tegangan lateral aktif tanah di bagian belakang struktur (kN)
...................................................................... (2.6)
F
3
= tegangan lateral pasif tanah di bagian belakang struktur (kN)
...................................................................... (2.7)
............................ (2.8)
........................... (2.9)
Jika persamaan 2.4 2.7 disubstitusi ke dalam persamaan 2.3, maka menjadi:
............................................ (2.10)
Jika rumus analisa FK geser di atas dijabarkan, maka akan didapat rumus
panjang penjangkaran minimum sesuai FK yang diinginkan, sebagai berikut:
............................. (2.10)


37

Dalam analisa dinding penahan tanah, gaya pasif tidak diperhitungkan,
sehingga pers. 2.10 menjadi:
.................................................... (2.11)
Keterangan:
= sudut geseran antara dasar dinding dengan tanah pendukung (diambil
yang terkecil antara sudut geser tanah urug yang membentuk dinding
perkuatan dengan sudut geseran tanah dasar)
L = panjang penjangkaran (m)
d = kedalaman penanaman/embedment (m)
3. Stabilitas Guling (Statik)
Stabilitas guling merupakan stabilitas yang ditinjau berdasarkan kondisi
tanah yang terguling. Momen yang menyebabkan terjadinya guling adalah
gaya dorongan aktif tanah dan beban terhadap titik pusat guling. Sedangkan
gaya yang menahan guling adalah gaya beban sendiri tanah dan gaya pasif
bagian depan tanah terhadap titik pusat guling.
Titik pusat guling berada pada ujung bagian bawah dinding penahan tanah.
............................................................. (2.12)
Keterangan:
= momen guling yang disebabkan F
1
dan F
2
terhadap titik pusat
guling yang berjarak H/2 untuk F
1
; H/3 untuk F
2
dan d/3 untuk F
3
.
............................................................... (2.13)


38

= ................................................................. (2.14)
............................................................... (2.15)

H
d
L
Reinforced Soil
Retained Fill
Foundation Soil
Rv
F1
F2
q
H/2
H/3
L/2
F3
d/3

Gambar 2.25 Momen Yang Bekerja Pada Kondisi Guling

Jika persamaan 2.4 2.7 disubstitusi ke dalam persamaan 2.15, maka
menjadi:
...................................... (2.16)
.................................. (2.17)


39

Dalam analisa dinding penahan tanah, gaya pasif tidak diperhitungkan,
sehingga pers. 2.17 dapat juga ditulis:
................................................... (2.18)


40


4. Stabilitas Geser (Seismik)
Dalam kondisi gempa bumi, tanah di belakang struktur tetap memberikan
sebuah gaya dorong horisontal yang dinamis (P
AE
) selain gaya dorong statis,
begitu juga dengan gaya dorong pasif akibat gempa pada tanah bagian depan
struktur. Selain itu, pada struktur sendiri juga terdapat gaya inersia horisontal
P
IR
= M

, di mana M adalah massa dari bagian aktif dari bagian
perkuatan yang lebarnya 0,5H dan

adalah koefisien percepatan
maksimum arah horisontal pada struktur. Gaya P
AE
dapat dievaluasi dengan
analisis pseudo-statis Mononobe-Okabe seperti yang ditunjukkan pada
gambar di bawah dan ditambahkan pada gaya statis yang bekerja pada
struktur.

Gambar 2.26 Eksternal Stabilitas Pada Kondisi Seismik



41




42

............................................................................... (2.19)
Besarnya massa tanah yang dipengaruhi adalah selebar 0,5 H sehingga
persamaan di atas dapat diubah menjadi:
................................................................ (2.20)
Dengan nilai adalah koefisien akselerasi maksimum yang terjadi pada
struktur yang didapat dari koefisien akselerasi maksimum pada tanah dengan
menggunakan persamaan yang direkomendasi oleh Segrestin dan Bastick
(1988).
...................................................................... (2.21)
Persamaan untuk P
AE
dapat menggunakan metode Mononobe-Okabe.
............................................................. (2.22)
..................................................................... (2.23)

(2.24)
adalah sudut kemiringan dinding penahan tanah yaitu 90, sehingga
persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi:
............................. (2.25)
Sedangkan untuk rumus P
PE
(gaya pasif akibat gempa) dapat menggunakan
rumus berikut:


43

............................................................. (2.26)
.................................................................... (2.27)

(2.28)
adalah sudut kemiringan dinding penahan tanah yaitu 90, sehingga
persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi:
............................. (2.29)
Keterangan:
...................................................................................... = sudut geser tanah
= ................................................................. (2.30)
dengan nilai K
h
sama dengan dan K
v
sama dengan nol, sehingga
persamaan di atas menjadi:
= ........................................................................ (2.31)

Berdasarkan FHWA 2001 bahwa gaya horisontal dengan gaya P
AE
dan P
IR

tidak akan mencapai puncak secara simultan, sehingga nilai faktor untuk P
AE

adalah sebesar 50%.
Dengan demikian, total gaya dorong, akibat kondisi seismik adalah sebagai
berikut:


44

.............................. (2.32)
Keterangan:
F
1
: gaya aktif akibat beban (lihat persamaan 2.5)
F
2
: gaya aktif akibat backfill (lihat persamaan 2.6)
Stabilitas eksternal pada struktur perkuatan tanah dihitung berdasarkan
penjumlahan gaya-gaya statik yaitu F
1
dan F
2
dengan gaya-gaya pada
kondisi seismik yaitu P
AE
dan P
IR
. Dan membandingkan dengan gaya
penahannya yaitu beban struktur dan gaya pasif statik (F
3
) dan 50% gaya
pasif seismik (P
PE
)
............................... (2.33)
Stabilitas seismik terhadap stabilitas eksternal ini kemudian dievaluasi.
Dengan minimum faktor keamanan pada seismik adalah 75 persen dari
faktor keamanan pada kondisi statis. (FHWA, 2009)
Faktor keamanan stabilitas geser dihitung dengan membandingkan gaya
horisontal yang mendorong dengan gaya penahan, yaitu sebagai berikut:

................................................... (2.34)

(2.35)


45

....................................................................................................................
........................................................................................................... (2.36)
Jika gaya pasif diabaikan maka, persamaan 2.36 menjadi:

(2.37)
5. Stabilitas Guling (Seismik)
Faktor keamanan stabilitas guling dihitung dengan membandingkan gaya
momen dorong dengan gaya momen penahan, yaitu sebagai berikut:
FS
..................................... (2.38)
Nilai R
v
, F
1
, F
2
dan F
3
disubstitusi dengan persamaan 2.4 samapi 2.7,
sedangkan P
IR
menggunakan persamaan 2.20; P
AE
menggunakan persamaan
2.22; P
PE
menggunakan persamaan 2.26.
.......................................................................................................... (2.39)
....................................................................................................................
........................................................................................................... (2.40)


46

Rumus panjang penjangkaran yang mengabaikan tahanan pasif pada bagian
depan struktur menggunakan persamaan berikut:
(2.41)

6. Eksentrisitas
Eksentrisitas (e) adalah jarak antara resultan gaya dengan titik tengah
struktur. Nilai e dihitung dengan membagi total momen dibagi dengan gaya
vertikal. Nilai minimum e yang disyaratkan adalah L, sedangkan untuk
struktur dengan tanah dasar batuan, nilai minimum e adalah L.

Gambar 2.27 Distribusi Pembebanan Pada Tanah Dasar



47

................................................................ (2.42)
................................................... (2.43)
........................................................................... (2.44)
Jika persamaan 2.43 dan 2.44 dimasukkan ke dalam persamaan 2.42, maka
menjadi:
...................................................... (2.45)
Nilai F
1
, F
2
, F
3
disubsitusi dengan persamaan 2.5 sampai 2.7.
..................... (2.46)
.......................... (2.47)
Jika tahanan pasif diabaikan, maka rumus panjang penjangkaran menjadi:
.................................................. (2.48)

Daya Dukung Pondasi
Daya dukung dihitung berdasarkan distribusi Meyerhof seperti terlihat pada
gambar 2.27.
.................................................................................. (2.49)
Keterangan:


48

q
r
= daya dukung yang bekerja pada bagian dasar dinding penahan tanah
(kN/m
2
)
.............................................................................. (2.50)
R
v
= resultan gaya vertikal yang bekerja lihat pers. 2.44.
L = panjang penjangkaran/perkuatan (m)
e = eksentrisitas (m) yang dihitung dengan persamaan 2.45.
q
ult
= daya dukung batas pada pondasi (kN/m
2
)
Daya dukung pondasi dihitung dengan rumus berikut yaitu:
................................................... (2.51)
Keterangan:
= kohesi tanah dasar (kN/m
2
)
= beban tanah yang dipengaruhi oleh kedalaman penanaman
................................................................................ (2.52)
= berat jenis tanah pada pondasi (kN/m
3
)
d = kedalaman penanaman pada kaki dinding / embedment (m)
= panjang penjangkaran (m)
= faktor daya dukung (after Vesic, 1973)
.......................................................... (2.53)
.................................................................. (2.54)
untuk ............................................................. (2.55)
..................................................................... (2.56)


49

Pada perhitungan dinding penahan tanah, d = 0 karena kedalaman penanaman
struktur tidak diperhitungkan (FHWA, 2009). Sehingga persamaan 2.51 menjadi:
.............................................................. (2.57)
Tegangan pasif pada sisi depan dinding penahan tanah diabaikan untuk antisipasi
kemungkinan bagian ini akan hilang dan sebagai tambahan faktor keamanan.
2.3.6 Dimensi Perkuatan Besi Strip
Dalam penentuan dimensi perkuatan besi strip, maka yang mempengaruhi adalah
bagian dalam struktur tersebut. Struktur perkuatan dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu daerah aktif (yang mendorong) dan daerah yang menahan. Daerah
aktif adalah bagian yang berada tepat di belakang panel muka. Pada daerah ini
tanah berusaha bergerak ke arah luar dinding. Tegangan yang timbul akibat
pergerakan ini mengarah ke luar, dan harus ditahan oleh elemen perkuatan. Gaya
tarik yang bekerja pada elemen perkuatan ini disalurkan ke daerah penahan
dimana tegangan geser tanah termobilisasi dalam arah yang berlawanan untuk
mencegah tercabutnya elemen perkuatan. Gambar berikut memperlihatkan dua
daerah ini. Elemen perkuatan membuat kedua daerah ini menyatu menjadi satu
kesatuan dinding penahan tanah. (Gouw, 1996)
Berdasarkan Federal Highway Administration tentang Mechanically Stabilized
Earth Walls and Reinforced Soil Slopes Design & Construction Guideline
terdapat dua pendekatan model keruntuhan internal struktur yaitu model
keruntuhan bilinier untuk perkuatan tipe inextensible (material perkuatan yang
memiliki regangan yang sangat kecil misalnya besi, lihat gambar 2.28a) dan


50

model Rankine untuk perkuatan tipe extensible (material perkuatan yang
memiliki regangan yang besar, misalnya geotekstil, lihat gambar 2.28b).
Biliniear dikenal juga dengan semiempirical coherent gravity, yang pertama kali
dikenalkan oleh Schlosser yang merupakan metode working stress berdasarkan
pada observasi lapangan dan laboratorium skala nyata. Asumsi mekanisme
pergerakan dinding adalah berpusat pada bagian ujung atas struktur. Garis bidang
keruntuhan diasumsi terbagi menjadi dua bagian.
Metode Rankine disebut juga tie-back wedge karena pola keruntuhan mengikuti
keruntuhan Rankine. Pada metode ini mengasumsi mekanisme pergerakan
dinding adalah berpusat pada ujung tumit bawah struktur. Berg et al.
menyarankan bahwa tie-back wedge lebih mewakili perilaku dinding penahan
tanah dengan perkuatan extensible. (Bonaparte, 1987).


51


Gambar 2.28 Model Keruntuhan Internal Struktur Perkuatan
a) Tipe Inextensible; b) Tipe Extensible


52


Distribusi tegangan tanah lateral untuk setiap lapisan dihitung dengan
menggunakan koefisien tekanan tanah lateral seperti pada gambar di bawah.
Pada permukaan atas struktur sampai kedalaman 20 kaki (6 meter), perbandingan
koefisien tekanan tanah semakin bertambah. Sedangkan untuk kedalaman lebih
dari 20 kaki (6 meter), perbandingan koefisien tekanan tanah yang digunakan
adalah tetap.
Koefisien tekanan tanah lateral yang digunakan adalah hasil pembacaan dari
grafik di bawah yang dikalikan dengan K
a
.

Gambar 2.29 Distribusi Koefisien Tekanan Tanah Lateral
(after AASHTO, 1999)



53

Dengan mengasumsi model keruntuhan dan besarnya koefisien tekanan lateral,
maka tegangan horisontal yang bekerja pada tiap perkuatan di kedalaman tertentu
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
............................................................................................ (2.58)
Keterangan:
K = koefisien tekanan tanah lateral (dihitung berdasarkan gambar 2.29)
= tegangan vertikal yang bekerja pada level ke-i berdasarkan distribusi
Meyerhof.
.......................................................................................... (2.59)
Tensile
Tensile adalah gaya tarik yang bekerja pada tulangan (reinforcing bar) akibat
tekanan vertikal yang bekerja. Tekanan vertikal yang bekerja tidak boleh lebih
besar dari kuat tarik tulangan agak tidak terputus yang dapat menyebabkan
kegagalan struktur.
................................................................................................ (2.60)

Keterangan:
T
d
= kuat tarik perkuatan pelat besi (kN)
............................................................................... (2.61)
T
i
= gaya tarik yang bekerja pada level ke-i (kN)
............................................................................ (2.62)
S
v
= spasi vertikal (m)


54

S
h
= spasi horisontal (m)
Berdasarkan FHWA, 2009 menyarankan agar jarak spasi horisontal dan vertikal
maksimum adalah 0,8 meter (32 inch), hal ini untuk mengakomodasi distribusi
gaya pada daerah perkuatan.
FK = faktor keamanan (FK
putus
> 1)
....................................................................................... (2.63)
Jika persamaan 2.41 yang merupakan analisa tahanan putus (tensile strength)
diubah menjadi persamaan 2.42, maka dapat dicari luas penampang perkuatan
minimum.
.................................................................................. (2.64)
Pull-Out
Pull-out adalah gaya yang bekerja pada permukaan tendon perkuatan yaitu
berupa gaya gesek antara material tanah dengan permukaan tulangan. Gaya pull-
out harus lebih besar dari gaya yang bekerja agar tendon perkuatan tidak tercabut
atau keluar dari struktur yang akan menyebabkan kegagalan pada struktur.
Tahanan Gesek (Pu)
Gaya Tarik (Ti)
L
e
b
a
r

S
t
r
i
p
T
e
b
a
l

S
t
r
i
p



55

Gambar 2.30 Detail Penampang Perkuatan Besi Strip
................................................................................................ (2.65)
............................................................................... (2.66)
Keterangan:
T
i
= gaya tarik pada level ke-i (kN)
P
u
= pull-out resistance (kN)
= koefisien friksi antara material tanah dengan strip besi, yang ditentukan
dari grafik berikut.

Gambar 2.31 Koefisien Friksi Antara Material Tanah Dengan Strip Besi
(sumber: FHWA, 2009)

C
u
= koefisien keseragaman (D
60
/D
10
), jika C
u
tidak diketahui, maka dapat
gunakan C
u
= 4, sehingga pada puncak = 1,8
B
s
= lebar strip besi (m)
= tegangan vertikal yang bekerja pada level ke-i (kN/m
2
)


56

L
ei
= panjang penjangkaran di luar daerah potensi longsor sesuai dengan model
keruntuhan (m)
Nilai Pu (pers. 2.44) dan Ti (pers. 2.40) jika disubstitusi pada persamaan 2.43,
maka akan didapat persamaan Faktor Keamanan (pers. 2.45)
.................................................................................... (2.67)
Pada persamaan 2.45 diganti posisi sehingga dengan memasukkan nilai faktor
keamanan yang diinginkan, maka dapat dihitung lebar minimum perkuatan strip.
....................................................................................... (2.68)
2.3.7 Drainase
Drainase memegang peranan penting dalam kinerja dinding penahan tanah.
Terdapat dua tipe drainase yaitu internal dan eksternal.
Drainase internal mempertimbangkan aliran air permukaan yang meresap ke
dalam struktur dinding penahan tanah maupun aliran air tanah pada belakang
struktur dinding. Drainase internal tergantung pada karakteristik tanah timbunan
yang digunakan.


57


Gambar 2.32 Contoh Penampang Drainase Internal Dengan Geotekstil
(sumber: FHWA, 2009)
Sedangkan drainase eksternal mempertimbangkan aliran permukaan air yang
dapat menyebabkan erosi. Drainase eksternal tergantung pada lokasi struktur dan
faktor hidrogeologi.


58


Gambar 2.33 Contoh Penampang Drainase Eksternal
(sumber: FHWA, 2009)

Tujuan dari drainase adalah mencegah pemampatan aliran sehingga terjadi
penumpukan air pada struktur. Selain itu, drainase berfungsi untuk
mengumpulkan dan membuang air sebelum memasuki struktur. Air yang
terkumpul dalam struktur dapat menyebabkan:
1. Meningkatnya tekanan air sehingga tekanan lateral tanah juga ikut
meningkat.
2. Piping, yaitu erosi air yang mengikis tanah menjadi suatu saluran seperti
pipa, yang semakin lama akan semakin besar dan struktur menjadi
kehilangan tanah pengisinya.
3. Erosi eksternal pada struktur, misalnya pada bagian bawah struktur,
sudut-sudut atau bagian atas struktur.


59


Gambar 2.34 Erosi Pada Bagian Bawah Struktur Dinding
(sumber: FHWA, 2009)

2.4 MSE Dengan Perkuatan Geogrid
Dinding penahan tanah dengan perkuatan geogrid memiliki faktor rangkak yang
cukup tinggi (mencapai 10%), sehingga permukaan dinding penahan tanah tidak
dapat dibuat tegak, melainkan dibuat dengan kemiringan tertentu. Untuk
kemiringan dinding lebih kecil dari 8 derajat terhadap garis vertikal, maka
perhitungan koefisien lateral tanah dapat menggunakan persamaan 2.8.


60


Gambar 2.35 MSE Dengan Perkuatan Geogrid

Variasi nilai distibusi koefisien tegangan lateral sesuai dengan gambar 2.29 untuk
tipe geosintetik, yang memiliki nilai K
r
/K
a
= 1 sehingga koefisien tegangan yang
digunakan adalah K
a
.
Pola kelongsoran menggunakan pola kelongsoran Rankine karena sifat material
yang extensible (gambar 2.28b). Panjang penjangkaran (L
e
) pada daerah penahan
(resistant zone) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut (FHWA,
2009):
...................................................................... (2.69)
Keterangan:
L
e
= panjang penjangkaran pada daerah penahan (m)


61

T
max
= gaya maksimum yang bekerja pada lapisan tersebut (pers. 2.40), dengan
nilai S
h
dihitung per 1 meter lari.
FK = faktor keamanan tahanan cabut
F = koefisien friksi antara material tanah dengan perkuatan
.................................................................................... (2.70)
= faktor koreksi ( = 0,8 untuk geogrid; 0,6 untuk geotekstil)
R
c
= rasio perbandingan material
......................................................................................... (2.71)
Karena tipe geogrid yang digunakan adalah menerus, maka S
h
= b sehingg R
c
= 1.

Gambar 2.36 Rasio Perbandingan Material Perkuatan


62


2.5 Metode Elemen Hingga
Metode elemen hingga merupakan metode perhitungan yang didasarkan pada
konsep diskretasi, yaitu pembagian suatu sistem struktur, massa atau benda padat
menjadi elemen-elemen yang lebih kecil. Pembagian ini memungkinkan sistem
yang memiliki derajat kebebasan tidak terhingga menjadi derajat kebebasan
terhingga, sehingga memudahkan perhitungan masing masing elemen kecil.
Metode elemen hingga juga merupakan metode pendekatan, semakin kecil
pembagian elemen-elemen kecil semakin akurat perhitungan pendekatan melalui
metode elemen hingga. Metode elemen hingga dapat digunakan untuk
menghitungkan distribusi beban yang terjadi pada elemen seperti deformasi dan
tegangan.
PLAXIS 2D
PLAXIS merupakan sebuah program yang diciptakan berdasarkan perhitungan
metode elemen hingga yang digunakan untuk menganalisa deformasi dan stabilitas
struktur geoteknik. PLAXIS dikembangkan pertama kali di Belanda untuk
menganalisa tanggul tanggul yang dibangun di atas tanah lunak di dataran rendah
Belanda. Hingga sekarang, PLAXIS telah dikembangkan dan telah digunakan
dalam perencanaan geoteknik dengan cakupan yang lebih luas.
Permodelan struktur geoteknik pada umumnya di dalam PLAXIS dapat dimodelkan
menjadi model regangan bidang atau model axi-simetri. Pada model regangan
bidang model geometri penampang melintang yang kurang lebih seragam dengan


63

kondisi tegangan dan kondisi pembebanan yang cukup panjang dalam arah tegak
lurus terhadap penampang tersebut (arah z). perpindahan dan regangan dalam arah
z diasumsikan tidak terjadi atau bernilai nol. Walaupun demikian, tegangan normal
pada arah z diperhitungkan sepenuhnya dalam analisa.
Pada model axi-simetri struktur berbentuk lingkaran dengan penampang melintang
radial yang kurang lebih seragam dan kondisi pembebanan mengelilingi sumbu
aksial, dimana deformasi dan kondisi tegangan diasumsikan sama di setiap arah
radial. Koordinat x menyatakan radius dan koordinat y merupakan sumbu simetris
dalam arah aksial. Koordinat x negatif tidak dapat digunakan.
Dalam pembuatan geometri permodelan struktur geoteknik terdapat komponen
komponen pembuat geometri yaitu Titik, Garis dan Cluster. Titik merupakan titik
awal dan akhir dari sebuah garis. Garis digunakan untuk mendefinisikan batasan
batasan geometri dari struktur geoteknik yang dimodelkan. Sedangkan Cluster
merupakan daerah tertutup yang terbuat dari beberapa garis.

Gambar 2.37 Titik, Garis, dan Cluster Pada Sebuah Geometri
Setelah pembuatan geometri, permodelan metode elemen hingga dapat dianalisa,
berdasarkan komposisi cluster dan garis pada permodelan geometri. Komponen
Titik
Garis
Cluster


64

komponen yang terdapat pada bentuk elemen hingga adalah Elemen, Nodal, dan
Titik tegangan. Ketika pembuatan bentuk geometri, cluster dibagi menjadi elemen
elemen segitiga. Elemen elemen segitiga tersebut ada dua macam, yaitu 15
nodal elemen dan 6 nodal elemen. 15 nodal elemen memiliki 15 nodal di dalam
elemen segitiganya dan 6 nodal elemen hanya memiliki 6 nodal. Perhitungan
menggunakan 15 nodal elemen akan lebih teliti dibandingkan 6 nodal elemen,
karena semakin banyak nodal yang dianalisa dalam perhitungan. Namun
perhitungan menggunakan 15 nodal elemen akan memakan waktu analisa yang
lebih lama, karena perhitungan yang dilakukan semakin banyak untuk setiap nodal
di dalam elemen. Tegangan dan regangan yang terjadi pada suatu bentuk
diperhitungkan secara individual dengan menggunakan Gaussian integration points
(titik tegangan) bukan pada titik nodal. Pada 15 nodal elemen terdapat 12 titik
tegangan dan pada 6 nodal elemen terdapat 3 titik tegangan.

Gambar 2.38 Pembagian Elemen Elemen Segitiga Pada Cluster

Gambar 2.39 Titik Nodal Pada Elemen



65


Gambar 2.40 Titik Tegangan Pada Elemen
Perilaku mekanis dari tanah dapat dimodelkan menggunakan berbagai macam jenis
model. Permodelan hubungan tegangan regangan yang paling sederhana adalah
permodelan hukum linear Hooke, elastisitas isotropik, yang hanya memerlukan dua
input yaitu Modulus Young, E, dan poisson rasio, . Namun dengan permodelan
linear hasil yang didapatkan masih terlalu kasar untuk digunakan dalam
perancangan. Oleh sebab itu terdapat juga berbagai macam permodelan yang
digunakan oleh program PLAXIS, antara lain adalah Mohr Coulomb model,
Jointed Rock model, Hardening Soil model, Soft Soil Creep model dan Soft
Soil model.
Pemodelan Besi Strip Dalam PLAXIS
Dalam PLAXIS, tidak terdapat elemen yang dapat memodelkan besi strip. Namun,
praktisi geoteknik mengatakan bahwa pemodelan besi strip dalam PLAXIS dapat
didekati dengan elemen pelat (plate) atau dengan elemen geogrid.
Dalam pemodelan dengan elemen pelat (plate) atau dengan elemen geogrid,
beberapa parameter perlu dikoreksi karena elemen pelat dan elemen geogrid
merupakan elemen yang menerus, sedangkan besi strip dipasang dengan jarak
tertentu. Koreksi yang pertama adalah dengan membagi parameter kekakuan
tarik/tekan (EA), dan parameter kekakuan tekuk (EI) dengan spasi (s) dalam besi
strip).


66

..................................................................................... (2.72)
....................................................................................... (2.73)
Berikutnya adalah mengoreksi luas permukaan yang mengalami gaya friksi, yaitu
luas selimut pada besi strip, dan luas selimut menerus (pada elemen pelat atau
elemen geogrid). Koreksi ini dilakukan dengan memasukkan nila tertentu dalam
parameter antarmuka (Rinterface), yang dihitung dengan persamaan berikut:
............................................................................ (2.74)
A
besi strip
dalam persamaan di atas adalah luas selimut satu besi strip, sedangkan
A
total
adalah luas total per satu meter yang bersinggungan dengan tanah.

Anda mungkin juga menyukai