Anda di halaman 1dari 0

BAB 7

PARKIR


7.1 PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM
Setiap perjalanan yang menggunakan kendaraan diawali dan diakhiri di
tempat parkir, oleh karena itu, ruang parkir tersebar di tempat asal perjalanan
bisa di garasi mobil, di halaman dan di tujuan perjalanan, di pelataran parkir,
gedung parkir ataupun di tepi jalan. Karena konsentrasi tujuan perjalanan lebih
tinggi daripada tempat asal perjalanan, maka biasanya menjadi permasalahan di
tujuan perjalanan. Namun sebelum lebih jauh kita harus mengetahui lebih dahulu
definisi parkir dan stop/berhenti, parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu
kendaraan yang bersifat sementara, sedang berhenti adalah keadaan tidak ber-
gerak suatu kendaraan untuk sementara dengan pengemudi tidak meninggalkan
kendaraannya.
Adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat, baik dalam
perubahan dalam demografi, ekonomi maupun sosial mempunyai implikasi ter-
tentu kepada sektor parkir. Dalam mengatasi masalah transportasi ada beraneka
ragam instrumen yang dapat digunakan oleh pemerintah. Instrumen yang umum
dikenal adalah: peraturan, perizinan lokasi parkir dan pengendalian harga/tarif
parkir.
Pola tata guna lahan merupakan salah satu hal yang penting untuk
diperhatikan dalam menyusun suatu tarif parkir. Semakin mendekati pusat kota,
maka harga lahan juga naik. Dengan demikian harga fasilitas parkir dapat lebih
tinggi di pusat kota dibanding dengan di pinggiran kota. Kebijakan parkir dengan
pembatasan biaya mampu mendistribusikan volume lalu lintas. Jalan-jalan di
sekitar CBD dibebani volume lalu lintas yang besar dapat dialihkan ke pinggiran
kota.
Parkir merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan dan meng-
inginkan kendaraannya parkir di tempat, di mana di tempat mudah untuk
dicapai. Kemudahan yang diinginkan tersebut salah satunya adalah parkir di
badan jalan. Dengan demikian untuk mendesain suatu area parkir di badan jalan
ada 2 (dua) pilihan yakni, pola parkir paralel dan menyudut.
Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang



Parkir VII-2

Dasar pengaturan mengenai parkir adalah Keputusan Menteri Perhu-
bungan Nomor: KM 66 Tahun 1993 tentang Fasilitas Parkir untuk Umum dan
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 4 Tahun 1994 tentang Tata Cara
Parkir Kendaraan Bermotor di Jalan telah diatur fasilitas parkir untuk umum dan
tata cara parkir di jalan, dengan Keputusan Dirjen Darat No. 272/HK.105/
DRJD/96.

7.2 Penyelenggaraan Parkir
Penyediaan tempat-tempat parkir di pinggir jalan pada lokasi jalan ter-
tentu baik di badan jalan maupun dengan menggunakan sebagian dari perke-
rasan jalan, mengakibatkan, turunnya kapasitas jalan, terhambatnya arus lalu
lintas dan penggunaan jalan menjadi tidak efektif.
Bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya pemilikan kendaraan
menambah permintaan akan ruang jalan untuk kegiatan lalu lintas. Fasilitas
parkir untuk umum juga dapat berfungsi sebagai salah satu alat pengendali lalu
lintas. Fasilitas parkir untuk umum seperti ini antara lain dapat berupa gedung
parkir dan taman parkir. Tidak termasuk dalam pengertian ini adalah fasilitas
parkir yang merupakan penunjang dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari kegiatan pokok dari gedung perkantoran, pertokoan dan lain sebagainya.

Sasaran penyelenggaraan parkir
Perparkiran merupakan bagian yang penting dalam manajemen lalu lintas
di kawasan perkotaan. Kebijakan perparkiran harus dilakukan secara konsisten,
sehingga seluruh aspek dari kebijakan tersebut diarahkan pada tujuan yang
sama.
Sasaran utama dari kebijakan parkir sebagai bagian dari kebijakan trans-
portasi adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengendalikan jumlah kendaraan yang masuk kesuatu kawasan,
b. Meningkatkan pendapatan asli daerah yang dikumpulkan melalui retribusi
parkir,
c. Meningkatkan fungsi jalan sehingga sesuai dengan peranannya,
d. Meningkatkan kelancaran dan keselamatan lalu lintas
e. Mendukung tindakan pembatasan lalu lintas lainnya.
Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang



Parkir VII-3

Sasaran tersebut di atas dilakukan secara tersendiri tapi cenderung untuk
saling melengkapi.

Kewenangan penyelenggaraan parkir
Pasal 11 ayat 2 Undang-undang No 14 Tahun 1992 menyebutkan bahwa
fasilitas parkir untuk umum dapat diselenggarakan oleh Pemerintah, badan hu-
kum Indonesia, atau warga negara Indonesia. Dalam KM. Menteri Perhubungan
No. 66 Tahun 1993 pasal 7 ayat 2 dijelaskan bahwa izin penyelenggaraan fasili-
tas parkir untuk umum diberikan oleh Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah
Tinggkat II, oleh Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I Propinsi Riau untuk wilayah
Kotamadya Administratif Batam dan oleh Gubernur/Kepala Daerah Khusus Ibu-
kota Jakarta untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penyelenggaraan fasilitas
parkir umum meliputi pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan. Penye-
lenggaraan fasilitas parkir untuk umum, dapat memungut biaya terhadap peng-
gunaan fasilitas parkir yang diusahakannya. Berbeda dengan ketentuan yang
berlaku sebelum ini di dalam Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 1997 tentang
Retribusi, retribusi parkir hanya dapat dilakukan di pinggir jalan dan pada tempat
khusus parkir yang dimiliki atau dikelola oleh pemerintah daerah sedangkan bagi
pelataran/gedung parkir yang dimiliki atau dikelola oleh swasta retribusi parkir
tidak dapat dipungut oleh Pemerintah Daerah.

Fasilitas parkir untuk umum
Fasilitas parkir untuk umum di luar badan jalan dapat berupa taman par-
kir dan atau gedung parkir. Yang dimaksud dengan di luar badan jalan antara
lain pada kawasan-kawasan tertentu sepeti pusat perbelanjaan, bisnis maupun
perkantoran yang menyediakan fasilitas parkir untuk umum.

Penetapan lokasi fasilitas parkir
Penetapan lokasi fasilitas parkir untuk umum dilakukan oleh Menteri.
Penetapan lokasi dan pembangunan fasilitas parkir untuk umum, dilakukan
dengan memperhatikan:
a. Rencana umum tata ruang daerah;
b. Keselamatan dan kelancaran lalu lintas;
c. Kelestarian lingkungan;
Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang



Parkir VII-4

d. Kemudahan bagi pengguna jasa.
Keberadaan fasilitas parkir untuk umum berupa gedung parkir atau taman
parkir harus menunjang keselamatan dan kelancaran lalu lintas, sehingga pene-
tapan lokasinya terutama menyangkut akses keluar masuk fasilitas parkir harus
dirancang agar tidak mengganggu kelancaran lalu lintas.

Penyelenggara parkir
Penyelenggara fasilitas parkir untuk umum menurut peraturan perunda-
ngan yang berlaku dilakukan oleh:
a. Pemerintah;
b. Badan hukum Indonesia;
c. Warga negara Indonesia.
Penyelenggaran fasilitas parkir yang dilaksanakan oleh Badan hukum atau
warga negara Indonesia, harus dengan izin. Izin diberikan oleh Pemerintah
Daerah. Ketentuan ini dimaksudkan agar fasilitas parkir untuk umum yang
disediakan memenuhi persyaratan keselamatan dan menjamin kelancaran lalu
lintas. Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan fasilitas parkir dapat meng-
usahakannya sendiri dengan membentuk UPTD ataupun dapat diserahkan pada
pihak ketiga. Di beberapa kota besar untuk menyelenggarakan parkir di kawa-
san-kawasan yang dimiliki oleh pengembang sering diserahkan kepada pengelola
parkir profesional seperti Secure Parking. Penyelenggara fasilitas parkir, wajib
menjaga ketertiban, keamanan, kelancaran lalu lintas dan kelestarian lingkungan.

Aspek Pembinaan
Pembinaan di bidang lalu lintas jalan khususnya mengenai parkir meliputi
aspek-aspek sebagai berikut:
Pengaturan,
Pengendalian dan
Pengawasan
Yang ditujukan untuk keselamatan, keamanan, ketertiban, kelancaran lalu
lintas. Di dalam melakukan pembinaan penyelenggaraan parkir juga harus diper-
hatikan aspek kepentingan umum atau masyarakat pemakai jalan, kelestarian
lingkungan, tata ruang, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, hubung-
an internasional serta koordinasi antar wewenang pembina lalu lintas jalan di
Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang



Parkir VII-5

tingkat pusat dan daerah serta antar instansi, sektor dan unsur terkait lainnya.
Dalam pembinaan penyelenggaraan parkir diperlukan penetapan aturan-aturan
umum yang bersifat seragam dan berlaku secara nasional serta dengan meng-
ingat ketentuan-ketentuan lalu lintas yang berlaku secara internasional.
Di samping itu, untuk dapat meningkatkan daya guna dan hasil guna
dalam penggunaan dan pemanfaatan jalan, diperlukan adanya ketentuan-keten-
tuan bagi Pemerintah dalam melaksanakan kegiatan perencanaan, pengaturan,
pengawasan dan pengendalian lalu lintas dan juga dalam melaksanakan kegiat-
an-kegiatan perencanaan, pengadaan, pemasangan, dan pemeliharaan fasilitas
perlengkapan jalan di seluruh jaringan jalan primer dan sekunder yang ada di
tanah air. Maka dalam peraturan pemerintah ini diatur ketentuan-ketentuan
mengenai prasarana lalu lintas dan angkutan jalan yang meliputi antara lain
kelas-kelas jalan, jaringan lintas angkut barang, terminal penumpang dan barang
fasilitas pejalan kaki, fasilitas penyeberangan orang, fasilitas parkir, rambu-
rambu, marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, dan lain sebagainya di mana
merupakan unsur penting dalam menyelenggarakan lalu lintas dan angkutan
jalan yang berdaya guna serta memberikan perlindungan keselamatan, keaman-
an, kemudahan serta kenyamanan bagi para pemakai jalan.

7.3 Satuan Ruang Parkir (SRP)

Dasar Pertimbangan Satuan Ruang Parkir (SRP)
Satuan ruang parkir (SPR) digunakan untuk mengukur kebutuhan ruang
parkir. Demikian juga untuk menentukan satuan ruang parkir (SPR) didasarkan
atas pertimbangan-pertimbangan hal sebagai berikut ini:

Dimensi Kendaraan Standar Untuk Mobil Penumpang
Dimensi Kendaraan Standar Untuk Mobil Penumpang sebagaimana ditun-
jukkan pada Gambar 7.1.

Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang



Parkir VII-6

L
a
b
c
h
B
d
a = jarakgandar
b = depan tergantung (fron overhang)
c = belakang tergantung (rearoverhang)
d = lebarjejak
h = tinggi total
B = lebartotal
L= panjang total

Gambar 7.1 Dimensi Kendaraan Standar untuk Mobil Penumpang

Ruang Bebas Kendaraan Parkir
Ruang bebas kendaraan parkir diberikan pada arah lateral dan longitu-
dinal kendaraan. Ruang bebas arah lateral diterapkan pada saat posisi pintu
kendaraan dibuka, yang diukur dari ujung paling luar ke badan kendaraan parkir
yang ada di sampingya. Ruang bebas ini diberikan agar tidak terjadi benturan
antara pintu kendaraan dan kendaraan yang parkir di sampingnya pada saat
penumpang turun dari kendaraan. Ruang bebas arah memanjang diberikan di
depan kendaraan untuk menghindari benturan dengan dinding atau kendaraan
yang lewat jalur gang (aisle). Jarak bebas arah lateral diambil sebesar 5 cm dan
jarak bebas arah longitudinal sebesar 30 cm.
Ukuran lebar bukaan pintu merupakan fungsi karakteristik pemakai ken-
daraan yang memanfaatkan fasilitas parkir. Dalam hal ini, karakteristik pengguna
kendaraan yang memanfaatkan fasilitas parkir dipilih menjadi tiga seperti yang
ditujukan pada Tabel 7.1 di bawah ini.
Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang



Parkir VII-7


Tabel 7.1. Lebar Bukaan Pintu Kendaraan
Jenis Bukaan Pintu
Penggunaan dan/atau Peruntukan
Fasilitas Parkir
Gol
Pintu depan/ belakang
terbuka tahap awal 55 cm
Karyawan/pekerja kantor
Tamu/pengunjung pusat
Kegiatan perkantoran,
Perdagangan, Pemerintahan,
Uni versitas
I
Pintu depan/ belakang terbuka Pengunjung tempat Olahraga,
pusat hiburan/ Rekreasi, hotel,
pusat perdagangan
eceran/swalayan, Rumah sakit,
bioskop.
II
Pintu depan terbuka penuh dan
ditambah untuk pergerakan kursi
roda
Orang cacat III


Penentuan Satuan Ruang Parkir (SPR)
Berdasarkan Tabel 1.1, penentuan satuan ruang parkir (SPR) dibagi atas
tiga jenis kendaraan dan berdasarkan penentuan SPR untuk mobil penumpang
diklasifikasikan menjadi tiga golongan, seperti pada Tabel 7.2.

Tabel 7.2. Penetuan Satuan Ruang Parkir (SPR)
Jenis Kendaraan
Satuan Ruang
Parkir (m
2
)
1. a. Mobil penumpang untuk golongan I
b. Mobil penumpang untuk golongan II
c. Mobil penumpang untuk golongan III
2. Bus/Truk
3. Sepeda motor
2,30 x 5,00
2,50 x 5,00
3,00 x 5,00
3,40 x 12,50
0,75 x 2,00

Seperti yang diuraikan pada tabel di atas, yakni menunjukkan satuan
ruang untuk masing-masing jenis kendaraan. Satuan ruang parkir Tabel 7.2 di
atas untuk masing-masing jenis kendaraan telah dianalisis sedemikian rupa
dengan beberapa pendekatan. Analisis-analisis yang telah dilakukan secara mate-
matis terhadap masing-masing jenis kendaraan dapat dilihat pada uraian sebagai
berikut:


Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang



Parkir VII-8

Satuan Ruang Parkir untuk Mobil Penumpang
Satuan Ruang Parkir (SPR) untuk Mobil Penumpang ditunjukkan dalam
Gambar 7.2.

B
R
L
O
a1
Bp
Lp
a2
SRP

Gambar 7.2 Satuan Ruang Parkir (SPR) untuk Mobil Penumpang (dalam cm)

Gol I : B = 170 a1 = 10 Bp = 230 = B + O +R
O = 55 L = 470 Lp = 500 = L + a1 + a2
R = 5 a2 = 20
Gol II : B = 170 a1 = 10 Bp = 250 = B + O +R
O = 75 L = 470 Lp = 500 = L + a1 + a2
R = 5 a2 = 20
Gol III : B = 170 a1 = 10 Bp = 300 = B + O +R
O = 80 L = 470 Lp = 500 = L + a1 + a2
R = 50 a2 = 20

Satuan ruang parkir untuk penderita cacat khususnya bagi mereka yang
menggunakan kursi roda harus mendapat perhatian khusus karena diperlukan
ruang bebas yang lebih lebar untuk memudahkan gerakan penderita cacat keluar
dan masuk kendaraan. Untuk itu digunakan SPR dengan lebar 3.6 meter, minimal
3.2 m sedang untuk ambulance dapat disediakan SPR dengan lebar 3.0 m mini-
mal 2.6 m. penempatannya dilakukan sedemikian sehingga mempunyai akses
yang baik ke tempat kegiatan.
Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang



Parkir VII-9

Satuan Ruang Parkir untuk Bus/Truk
Satuan Ruang Parkir (SPR) untuk Mobil bus atau truk, besarnya dipenga-
ruhi oleh besarnya kendaraan yang akan parkir, apakah ukuran kecil, sedang
ataupun besar, dengan ketentuan sebagaimana terdapat pada Tabel 7.3.

Tabel 7.3 Dimensi gambar adalah sebagai berikut:
Bus//Truk kecil B = 170
O = 80
R = 30
a1 = 10
L = 470
a2 = 20
Bp = 300 = B + O + R
Lp = 500 = L + a1 + a2
Bus//Truk sedang B = 200
O = 80
R = 40
a1 = 20
L = 800
a2 = 20
Bp = 320 = B + O + R
Lp = 500 = L + a1 + a2
Bus//Truk besar B = 250
O = 80
R = 50
a1 = 30
L = 1200
a2 = 20
Bp = 380 = B + O + R
Lp = 500 = L + a1 + a2

7.4 Dasar Kebijakan Parkir
Bila permintaan terhadap parkir meningkat dan tidak mungkin untuk
memenuhinya atau bila parkir yang dilakukan di pinggir jalan mengakibatkan
gangguan terhadap kelancaran lalu lintas ataupun untuk membatasi arus lalu
lintas menuju suatu kawasan tertentu maka sudah perlu untuk mempertimbang-
kan penerapan suatu kebijakan parkir untuk mengendalikannya. Kebijakan di
bidang parkir, maka kita membicarakan tentang pemilihan tujuan-tujuan yang
ingin dicapai di bidang parkir, cara-cara mana yang digunakan untuk mencapai
tujuan tersebut.

Pengertian Kebijakan
Kebijakan (policy) pada umumnya menunjukkan kepada prinsip-prinsip
yang mengatur kegiatan yang diarahkan kepada pencapaian suatu tujuan ter-
tentu. Dengan demikian setiap studi tentang kebijakan seharusnya menyangkut
tiga hal pokok yaitu:
a. Apa yang kita inginkan (tujuan)
b. Bagaimana mencapai tujuan tersebut (sarana/cara)
c. Siapa kita ini (jenis organisasi atau kelompok yang bersangkutan)
Kebijakan (public Policy) juga dapat dirumuskan sebagai Suatu kumpulan
keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau oleh kelompok (politisi) dalam
usaha memilih tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan. Untuk men-
Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang



Parkir VII-10

capai tujuan tersebut pihak yang membuat kebijakan mempunyai kekuasaan
untuk melaksanakannya. Dalam rumusan ini kebijakan secara umum ataupun
khusus kebijakan parkir menyangkut 4 (empat) unsur pokok, yaitu:
a. Pemilihan dan penetapan tujuan
b. Pengambilan keputusan;
c. Cara-cara untuk mencapai tujuan;
d. Organisasi/lembaga yang melaksanakan, yang mempunyai kekuasaan untuk
menetapkan kebijakan parkir.

Ruang Lingkup Kebijakan Parkir
Salah satu unsur pokok dari kebijakan adalah penentuan tujuan. Yang
merupakan bukan hal yang mudah, karena berhadapan dengan berbagai golong-
an masyarakat yang kepentingannya berbeda-beda, bahkan dapat saling berten-
tangan. Kita mengenal berbagai kategori tujuan. Ada tujuan umum, tujuan khu-
sus, tujuan jangka panjang, tujuan jangka pendek, tujuan nasional, tujuan sek-
toral, tujuan antara, tujuan akhir dan tujuan yang bersifat regional. Dengan
demikian kita mengenal adanya semacam hirarki dalam tujuan yang ingin
dicapai.

Pemahaman Sistem dalam Kebijakan
Dipandang dari sudut perekonomian secara keseluruhan, transportasi
hanyalah merupakan suatu sub sistem. Ini berarti bahwa perubahan pada sub
sistem transportasi akan berpengaruh kepada sub sistem lainnya. Sebaliknya
perubahan pada sektor ekonomi yang lain sebagai suatu sub sistem akan mem-
bawa perubahan/pengaruh terhadap sub sistem transportasi.
Dengan dasar pemahaman sistem tersebut, maka dalam setiap pengam-
bilan keputusan di bidang parkir perlu mempertimbangkan:
Pengaruh kebijakan terhadap pencapaian sasaran yang ingin dicapai
Dampak atau pengaruh dari kebijakan terhadap manajemen lalu lintas
Dampak atau pengaruh dari kebijakan terhadap sektor-sektor ekonomi yang
lain



Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang



Parkir VII-11

Instrumen Kebijakan Parkir
Adanya berbagai instrumen kebijakan yang tersedia bagi pemerintah,
yang dapat digunakan untuk mempengaruhi penyelenggaraan parkir, atau me-
mecahkan masalah parkir, dalam rangka mencapai tujuan-tujuan yang dinginkan.
Instrumen-instrumen kebijakan di bidang parkir ditunjukkan dalam Tabel 7.4.

Tabel 7.4 Instrumen Kebijakan Parkir
Kebijakan
Di pinggir jalan
(On Street)
Di luar jalan
(off street)
Kebijakan tarif
parkir
Peningkatan tarif
Penggunaan meter
parkir
Izin penggunaan
Pajak terhadap penyediaan ruang
parkir
Struktur tarif untuk
mempengaruhi minat pemarkir
lama untuk parkir
Kebijakan
pembatasan
Melarang parkir
Melarang parkir
dengan pengecualian
kepada penghuni
Relokasi tempat parkir
Membekukan pembangunan
tempat parkir baru
Mengurangi ruang parkir yang
ada
Mengendalikan parkir di masa
mendatang
Variasi waktu buka ruang parkir
Relokasi tempat parkir

Masalah yang timbul dalam penggunaan instrumen-instrumen tersebut
adalah instrumen yang mana yang harus digunakan untuk mencapai suatu
tujuan. Pemilihan instrumen yang akan digunakan tergantung masalah apa yang
dihadapi, tujuan apa yang ingin dicapai, dampak-dampak apa yang mungkin
timbul dan sebagainya.

Pengaturan pembatasan parkir
Peraturan dan ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah
dalam rangka pengendalian dan penyelenggaraan parkir peraturan-peraturan
yang ada menyangkut: peraturan tentang sarana, prasarana, pengemudi, lalu
lintas dan operasi parkir untuk semua pola parkir.

Pengendalian Harga/Tarif Parkir
Penetapan harga/tarif parkir oleh pemerintah dianggap sebagai metode
yang bisa digunakan dalam pengendalian pelayanan parkir. Penetapan harga
dapat diberlakukan secara umum, atau dapat juga untuk jenis pelayanan terten-
Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang



Parkir VII-12

tu. pemerintah juga dapat menetapkan tarif diskriminatif untuk pelayanan yang
sama, dan pemerintah juga dapat mengizinkan beroperasinya parkir dengan
pelayanan yang lebih baik dengan tarif yang lebih tinggi.

Kebijakan Tarif Parkir
Pertimbangan yang perlu diambil oleh pemerintah daerah dari retribusi
parkir ini adalah bagaimana menetapkan tarif parkir yang paling tepat, tidak
terlalu murah ataupun terlalu mahal. Dengan menggunakan pendekatan ekonomi
dapat diterapkan tarip parkir yang paling optimal, sehingga retribusi parkir ini
dapat digunakan sebagai alat untuk mendapatkan pendapatan asli daerah tetapi
juga sebagai alat untuk mengendalikan penggunaan kendaraan pribadi.
Pasal 6 huruf c Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1997 tentang Retri-
busi dikatakan bahwa tarif retribusi parkir di tepi jalan umum yang rawan kema-
cetan dapat diterapkan lebih tinggi dari pada di tepi jalan umum yang kurang
rawan kemacetan dengan sasaran mengendalikan kelancaran lalu lintas. Pera-
turan perundangan yang berlaku mengenai jenis-jenis retribusi yang berhubu-
ngan dengan kepentingan nasional dan memperhatikan pedoman yang ditetap-
kan oleh Menteri dalam Negeri dan atau Menteri Teknis terkait, dalam hal ini
keputusan menteri perhubungan no. 66 Tahun 1993 tentang Fasilitas Parkir
untuk Umum dan Keputusan Menteri Perhubungan No. 4 Tahun 1994 tentang
Tata Cara Parkir Kendaraan Bermotor di Jalan.
Satuan biaya untuk fasilitas penyelenggaraan parkir dapat dihitung berda-
sarkan penggunaan fasilitas per jam, per hari atau perjanjian penggunaan dalam
jangka waktu tertentu. Besarnya biaya penyelenggaraan fasilitas parkir untuk
umum dan pemungutan biaya terhadap penggunaan fasilitas parkir ditetapkan
dengan Peraturan Daerah yang bersangkutan.

Harga dan Tata Guna Lahan Perkotaan
Telah umum diketahui bahwa lahan yang terdapat di pusat kota adalah
lebih mahal dibanding dengan lahan yang terdapat di luar pusat kota. Alasan
utamanya adalah karena lokasi-lokasi di pusat kota mempunyai suatu tingkat
aksesibilitas (kemudahan hubungan) yang tinggi untuk mencapai berbagai akti-
vitas yang terpusat di dalam suatu daerah yang relatif kecil. Dalam istilah yang
Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang



Parkir VII-13

lebih teknis, kemampuan satu kegiatan untuk bersaing dengan aktivitas-aktivitas
tata guna lahan yang lain dikenal sebagai kemampuan sewa (bid rent) .

Harga Fasilitas Parkir
Penetapan tarif parkir diterapkan untuk beberapa tujuan, antara lain
untuk memaksimalkan retribusi parkir. Ataupun untuk mengurangi kegiatan par-
kir suatu daerah dalam kaitannya dengan pembatasan lalu lintas kendaraan pri-
badi. Semakin dekat ke pusat kota dapat diterapkan tarif yang lebih tinggi. Kawa-
san dapat dikelompokkan untuk membentuk zona-zona dengan ciri/karakteristik
parkir yang sama, di mana dapat diterapkan tarip menurut zona. Penetapan tarif
retribusi jasa umum pada dasarnya disesuaikan dengan peraturan perundangan
yang berlaku mengenai jenis-jenisretribusi yang berhubungan dengan kepenting-
an nasional dan memperhatikan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam
Negeri dan atau Menteri Teknis terkait.
Penanganan parkir juga kesulitan untuk menyelenggarakan perparkiran di
tempat-tempat yang tingkat kesibukannya relatif tinggi. Kesulitan tersebut dise-
babkan oleh permintaan parkir dan harga lahan yang tinggi.

Penetapan Harga Jasa Fasilitas Parkir (Tarif)
Penetapan harga jasa fasilitas parkir akan berbeda untuk masing-masing
wilayah. Untuk menetapkan harga jasa fasilitas parkir tersebut adalah tergantung
pada harga fasilitas pakir. Dengan dmikian, para penyelenggara sangat memper-
hatikan biaya yang dikeluarkan seperti pengadaan fasilitas parkir, pemeliharaan,
gaji pekerja parkir, subsidi dan lain sebagainya. Pada kasus ini penetapan harga
jasa fasilitas parkir (tarif) selalu berpedoman kepada hukum penawaran dan per-
mintaan.
Untuk penawaran, semakin besar fasilitas parkir yang disediakan, maka
semakin murah harga jasa fasilitas parkir, sedangkan untuk permintaan adalah
semakin murah harga jasa failitas parkir, maka permintaan parkir semakin besar.

Kebijakan Pembatasan Parkir Dengan Harga (Tarif)
Kegiatan lalu lintas di kota-kota besar sering menimbulkan masalah yang
sulit untuk diatasi. Yang tidak asing lagi permaslahan di kota-kota besar adalah
kemacetan. Pada umumnya semakin mendekati pusat kota, maka kepadatan lalu
Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang



Parkir VII-14

lintas (traffic jam) semakin memprihatinkan. Untuk itu pihak pemerintah sering
menentukan suatu kebijakan untuk mengatasi kemacetan dengan harga tarif
yang tinggi bagi kendaraan yang akan dan sedang parkir.
Dengan diterapkan suatu kebijakan parkir dengan cara harga tarif yang
berbeda antara CBD dengan kawasan lain sesuai dengan jaraknya ke CBD, volu-
me lalu lintas di sekitar CBD akan menurun. Pembatasan parkir dengan tarif yang
lebih tinggi sesuai dengan jaraknya ke CBD, maka teknik seperti ini merupakan
salah satu untuk mendistribusikan beban volume lalu lintas.

Pengendalian Parkir
Salah satu kebijakan parkir adalah menerapkan pembatasan kegiatan par-
kir. Pembatasan kegiatan parkir dilakukan terhadap parkir pinggir jalan ataupun
pada parkir di luar jalan yang diterapkan terutama di jalan-jalan utama dan
pusat-pusat kota. Kebijakan ini sangat efektif untuk meningkatkan tingkat pela-
yanan jaringan jalan. Mobil barang merupakan salah satu moda yang meng-
gunakan prasarana jalan, sangat memperburuk tingkat pelayanan jaringan jalan
baik pada saat melaju ke pusat kota atau tempat-tempat yang tingkat kegiatan-
nya sangat besar maupun pada saat bongkar/muat pada tempat-tempat terse-
but. Pemilihan cara pengendalian parkir di jalan didasarkan pada pembatasan
waktu dan lokasi serta dipengaruhi oleh peraturan jalan, dan sistem pembayaran
parkir.

Jaringan Jalan
Pada umumnya semakin dekat arah pergerakan menuju pusat kota, akan
semakin banyak menemui hambatan-hambatan pada saat mengemudikan kenda-
raan. Hambatan-hambatan tersebut disebabkan oleh semakin besarnya tingkat
kegiatan-kegiatan yang ada, di mana salah satu penghambat yang penting ada-
lah parkir di pinggir jalan. Berbeda halnya dengan pergerakan menuju arah yang
keluar dari pusat kota, yaitu semakin jauh dari pusat kota semakin sedikit pula
hambatan-hambatan yang ditemui.

Pengendalian Permintaan
Bila permintaan parkir telah melampaui penyediaan ruang parkir, yang
ditandai dari banyak pelanggaran terhadap parkir di tempat seharusnya tidak
Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang



Parkir VII-15

boleh parkir, atau banyaknya parkir ganda. Harga dan biaya adalah penting,
mengingat pengendalian tersebut dapat digunakan secara bersama agar pena-
waran ruang parkir yang tersedia dapat disesuaikan dengan permintaan. Parkir
dikendalikan melalui suatu kombinasi atas pembatasan-pembatasan ruang, wak-
tu dan biaya.
Parkir tidak diizinkan pada tempat-tempat di mana merupakan daerah
berbahaya, kapasitas jalan yang lebih besar adalah diperlukan. Pengendalian
dengan waktu dan biaya berkaitan dengan usaha untuk menyeimbangkan pena-
waran dan permintaan, dan pembayaran kembali atas investasi keuangan untuk
pembangunan prasarana dan perawatan.
Pembatasan lokasi/ruang parkir kendaraan, terutama dimaksudkan untuk
mengendalikan arus lalu lintas kendaraan pribadi ke suatu daerah tertentu
atau untuk membebaskan suatu daerah/koidor tertentu dari kendaraan yang
parkir di pinggir jalan karena alasan kelancaran lalu lintas.
Pembatasan waktu parkir pada suatu koridor tertentu karena alasan kelan-
caran lalu lintas, karena parkir di pinggir jalan dapat mengurangi kapasitas
jalan, misalnya pada suatu koridor pada jam sibuk pagi harus bebas parkir
karena ruang parkir tesebut digunakan untuk mengalirkan arus lau lintas.
Penetapan tarif parkir optimal sehingga pendapatan asli daerah dapat diopti-
malkan sedang arus lalu lintas tetap dapat bergerak dengan lancar, sebagai-
mana dibahas dalam bab terdahulu.
Pembatasan waktu parkir biasanya diwujudkan dengan penetapan tarif pro-
gresif menurut lamanya waktu parkir.
Pembatasan-pembatasan pengeluaran izin dan jenis kendaraan.
Pembatasan waktu terhadap akses parkir.

Alat Pengendali Parkir
Pembatasan-pembatasan parkir khususnya di jalan biasanya menurut
lokasi dan waktunya, tetapi hal ini memerlukan penegakan dan penindakan yang
tegas. Metode-metode pengendalian yang utama dan umum dilakukan dengan:

Sistem Karcis :
Para pengemudi yang akan memarkir kendaraannya mendapatkan karcis
dari juru parkir atau pun pada saat masuk kawasan yang dikendalikan parkirnya
Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang



Parkir VII-16

melalui mesin parkir ataupun oleh petugas di gardu parkir, pada karcis dituliskan
jam masuk ke ruang parkir dan nomor kendaraan. Mesin modern yang sekarang
sudah dikembangkan dan sudah digunakan di Jakarta yang menggunakan kartu
mengetik, yang mencatat waktu kendaraan masuk secara otomatis pada saat
kendaraan masuk ke pelataran parkir. Tarif yang berlaku di Bandara Soekarno
Hatta pada saat ini adalah Rp. 1500 untuk jam pertama dan Rp. 1000 untuk
setiap jam berikutnya.
Surat izin ini umumnya berbentuk stiker yang ditempel pada bagian
depan dan belakang kaca kendaraan yang menunjukkan identitas, hal ini ber-
guna untuk menghindarkan adanya parkir liar juga untuk pengendalian dan
keeperluan keamanan penghuni perumahan atau kompleks tertentu.
Jam pengukur waktu, di mana jam berfungsi untuk mengukur lamanya
parkir tersebut berputar sesuai dengan jumlah uang yang dimasukkan. Alat
pengukur tersebut di samping memperhatikan pembatasan waktu, sekaligus
mengumpulkan uang pula, lihat Gambar 7.3. Untuk melaksanakan sistem yang
demikian ini harus dilakukan penegakan hukum yang kontinyu dan kepada
pelanggar yaitu bagi mereka yang melewati waktu atau bagi mereka yang tidak
membayar dikeluarkan surat tilang.

Gambar 7.3 Meter Parkir

Sistem kartu dan disk
Dengan sistem pemilik kendaraan diminta untuk memperagakan kartu
atau disk yang memperlihatkan waktu kedatangan kendaraan pada ruang parkir.
Peraturan setempat akan menentukan batas waktu kendaraan tersebut diizinkan
menunggu (parkir). Kartu dan disk harus disediakan di toko-toko setempat, di
mana dapat dengan tanpa dipungut biaya atau dengan cara membelinya.
Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang



Parkir VII-17

Batas waktu pada dasarnya ditentukan tergantung pada keseimbangan
penawaran dan permintaan yang ada karakteristik-karakteristik dasar yang
mengindikasikan kondisi-kondisi tersebut di atas adalah:
a) Tingginya angka pergantian dan tingkat pemakaian ruang parkir pada batas
waktu yang ada.
b) Angka pergantian parkir rendah dan tingkat pemakaian tinggi di sekitar dae-
rah yang tidak diterapkan batas waktu.
c) Banyak kendaraan berlalu lalang untuk mencari ruang parkir.
d) Parkir ganda.
Daerah yang diberi tanda parkir terbatas biasanya sepanjang 6 m, yang
mewadahi parkir jangka panjang dan parkir jangka pendek dan tersedia ruang
yang kendaraannya tidak boleh parkir.
Petunjuk umum yang dapat digunakan untuk pembatasan waktu (lama-
nya) parkir adalah:
a) 1 (satu) jam untuk daerah perkotaan
b) 2 (dua) jam untuk daerah pinggiran dan sekitarnya
c) 10 20 menit di daerah tertentu, misal Bank, Kantor Pos dsb.

Pembatasan Wilayah Parkir Untuk Kendaraan Berat
Dalam penggunaan ruang jalan pada sistem jaringan jalan, berbeda
antara kendaraan yang satu dengan yang lain. Kendaraan pribadi dan mobil
barang, tentunya kedua jenis kendaraan tersebut memiliki karakteristik tersendiri
dalam penggunaan ruang jalan. Pembatasan wilayah parkir mobil barang pada
saat siang hari, sangatlah efektif untuk meningkatkan tingkat pelayanan. Bagai-
manapun mobil barang pada saat bongkar/muat barang di pusat kota akan
mengakibatkan penggunaan lebar jalan yang sangat besar. Di samping meng-
gunakan lebar yang besar juga berhenti untuk parkir relatif besar dibanding
dengan kendaraan yang lain.

Pembatasan Wilayah Parkir Pada Sistem Jaringan Jalan
Kebijakan parkir dengan pembatasan wilayah akan efektif untuk mening-
katkan tingkat pelayanan. Kebijakan tersebut memiliki keuntungan-keuntungan
sebagai berikut:
mampu mendistribusikan volume lalu lintas secara merata
Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang



Parkir VII-18

kecenderungan menggunakan angkutan umum
mengurangi tingkat penggunaan angkutan pribadi
meningkatkan tingkat pelayanan jaringan jalan
dan lain sebagainya.

Evaluasi Penerapan Kebijakan Parkir
Kebijakan parkir terdiri dari 3 (tiga) aspek yakni kebijakan parkir dengan
pembatasan wilayah, pembatasan dengan tarif, pembatasan dengan waktu. Yang
mana tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan unjuk kerja jaringan jalan.
Dari 3 (tiga) kebijakan tersebut perlu suatu evaluasi untuk memilih yang terbaik
yang sesuai dengan kondisi kota yang bersangkutan. Hasil evaluasi yang ber-
kaitan dengan kebijakan parkir, yang terbaik akan diterapkan untuk menghindari
kemacetan lalu lintas.

Manfaat Penerapan Kebijakan
Untuk mengetahui suatu kebijakan berhasil atau gagal, perlu dilakukan
evaluasi terhadap manfaat yang dihasilkan dari penerapan kebijakan tersebut.
Untuk itu perlu dilakukan pemantauan sebelum dan sesudah kebijakan tersebut
dilaksanakan dan hasil pemantauan selanjutnya dijadikan untuk penyempurnaan
kebijakan lebih lanjut.

Kriteria Identifikasi manfaat penerapan kebijakan
Untuk pemakaian jalan ada empat kriteria yang dijadikan dasar dalam
penilaian, yaitu:
peningkatan efisien lalu lintas yang dicapai
peningkatan keselamatan
penurunan dampak lingkungan sebagai akibat diterapkannya kebijakan.

Peningkatan pendapatan asli daerah dari retribusi parkir
Aksesbilitas untuk para pemakai jalan akan dipengaruhi oleh ruas-ruas
jalan yang hilang dalam jaringan yang bersangkutan, ruas-ruas yang penam-
pilannya buruk dengan kecepatan rendah disebabkan oleh kemacetan, ratio yang
tinggi antara jumlah lalu lintas dan kapasitas ruas dan tindakan manajemen lalu
Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang



Parkir VII-19

lintas yang tidak efisien atau tidak produktif seperti desain sistem satu arah yang
buruk, pembatasan membelok dan lain sebagainya.

Identifikasi Masalah
Pada identifikasi masalah-masalah secara rinci, pada umumnya masalah-
masalah itu akan disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
Parkir dari kendaraan pribadi dan barang
Berhentinya kendaraan angkutan umum (di luar wilayah pemberhentian yang
ditetapkan)
Pejalan kaki, khususnya di mana ada konsentrasi pertokoan, pasar, sekolah,
fasilitas angkutan umum, pabrik-pabrik dan sebagainya.
Tidak cukup akses ke tempat parkir di luar jalan dan terminal, khususnya
dalam pasar-pasar dan terminal bus, yang mengakibatkan antrian.
Berbagai tipe kendaraan bercampur, khususnya kendaraan bermotor dan
tidak bermotor.
Bercampur antara lalu lintas langsung dan yang berhenti
Geometri dan jarak pandang yang kurang baik pada ruas jalan.

Evaluasi Penerapan Kebijakan Parkir
Evaluasi sangatlah penting untuk menerapkan kebijakan, khususnya kebi-
jakan parkir. Dalam menerapkan kebijakan parkir, dapat dipilih alternatif yang
terbaik dari, pembatasan wilayah, biaya dan pembatasan waktu. Dari alternatif
yang terbaik tersebut, akan dinilai keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh
dari hasil kebijakan tersebut. Menilai kebijakan tersebut dapat dilihat dari hasil
unjuk kerja jaringan jalan secara keseluruhan dalam suatu sistem.

Masukan untuk studi sebelum dan sesudah
Masukan yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan studi sebe-
lum dan sesudah seperti ditunjukkan dalam tabel 7.5. di mana ditunjukkan
bahwa aspek yang dinilai meliputi efisien lalu lintas seperti kecepatan, ratio V/C,
aspek kecelakaan, aspek polusi. Aspek yang dianggap penting oleh pemerintah
daerah yaitu Pendapatan Asli Daerah yang dikumpulkan dari retribusi parkir.
Contoh aplikasi form yang disederhanakan yang pernah digunakan di
Jakarta dapat dilihat dalam form Tabel 7.5.
Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang



Parkir VII-20

Tabel 7.5 Aspek yang dinilai dari analisis sebelum dan sesudah
Aspek yang dinilai Sebelum Sesudah Selisih
Efisiensi
- Kecepatan
- V/C

Kecelakan
- Korban meninggal
- Korban LB
- Korban LR
- Kerugian Material

Polusi
- CO
- HC
- NOX
- TSP

Pendapatan Asli
Daerah


Waktu pelaksanaan studi
Studi sebelum biasanya dilakukan sebelum kebijakan diumumkan dan
diterapkan kepada masyarakat, setelah semua informasi diperoleh dapat direkap
dalam formulir sebagaimana contoh di atas. Selanjutnya setelah kebijakan
diterapkan, dan kondisi sudah stabil kembali (+ 3 bulan) maka dapat dilakukan
penilaian terhadap kinerja setelah kebijakan dilaksanakan.

Evaluasi kebijakan yang telah dilaksanakan
Evaluasi terhadap kebijakan yang telah dilaksanakan dilakukan secara
statistik agar dapat diukur dengan pasti bahwa kebijakan yang dilaksanakan
memang betul mengakibatkan perbaikan dan bukan suatu kebetulan. (lihat Tabel
7.6)

Tabel 7.6 Lembar Data Latar Belakang Untuk Jalan Utama Area IRL*
Nama Jalan Jl. H.O.S. Coktoaminoto
Desain hierarkhi jalan Kolektor sekunder
Tata Guna Lahan Dominan Campuran bisnis dan perekonomian
Tipe parkir yang tersedia Serong dan paralel
Proyek Jalur Bis Pelaksanaan TF : - Rencana TF : -
Proyek manajemen lalu lintas Pelaksanaan TF : - Rencana TF : -
Informasi dan data lalu lintas Arus lalu lintas
Pagi dari arah Utara = 2421 SMP /jam
Sore dari arah Utara = 1679 SMP/jam
Pagi dari arah Selatan = 2421 SMP/jam
Sore dari arah Selatan = 1679 SMP/jam
Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang



Parkir VII-21

Kapasitas = 2578 SMP/jam (tiap arah)
Ratio V/C
Pagi dari arah Utara = 0.94
Sore dari arah Utara = 0.65

Pagi dari arah Selatan = 0.35
Sore dari arah Selatan = 0.52
Maka parkir di daerah Keris Galery banyak
menimbulkan masalah dengan arus lalu lintas
yang lewat
Alternatif untuk parkir jalan Larangan parkir
Jalan lokal di luar jalan hos coktoaminoto
digunakan sebagai tempat parkir di pinggir jalan
Stadium Menteng

Jenis Peruntukan Parkir
Parkir merupakan salah satu komponen suatu sistem transportasi yang
perlu dipertimbangkan. Pada kota-kota besar area parkir merupakan suatu kebu-
tuhan bagi pemilik kendaraan. Kebutuhan area parkir berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya yang sesuai dengan peruntukannya. Pada umumnya ada 2
(dua) jenis peruntukan kebutuhan parkir, yakni sebagai berikut:
a. Kegiatan parkir tetap
1) Pusat perdagangan
2) Pusat perkantoran swasta atau pemerintahan
3) Pusat oerdagangan eceran atau pasar swalayan
4) Pasar
5) Sekolah
6) Tempat rekreasi
7) Hotel dan tempat penginapan
8) Rumah sakit
b. Kegiatan parkir yang bersifat sementara
1) Bioskop
2) Tempat pertunjukkan
3) Tempat pertandingan olahraga
4) Rumah ibadah



Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang



Parkir VII-22

Standar Kebutuhan Ruang Parkir
Standart kebutuhan luas area kegiatan parkir berbeda antara yang satu
dengan yang lain, tergantung kepada beberapa hal antara lain pelayanan, tarif
yang diberlakukan, ketersediaan ruang parkir, tingkat pemilikan kendaraan ber-
motor, tingkat pendapatan masyarakat. Berdasarkan hasil studi Direktorat Jen-
dral Perhubungan Darat, kegiatan dan standar-standar kebutuhan parkir adalah
sebagai berikut:

Kegiatan parkir tetap
Parkir di pusat perdagangan dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu
pekerja yang bekerja di pusat perdagangan tersebut dan pengunjung. Pekerja
umumnya parkir untuk jangka panjang dan pengunjung umumnya jangka pen-
dek. Karena tekanan penyediaan ruang parkir adalah untuk pengunjung maka
kriteria yang digunakan sebagai acuan penentuan kebutuhan ruang parkir adalah
luas areal kawasan perdagangan. (lihat Tabel 7.7)

Tabel 7.7 Kebutuhan SRP di pusat perdagangan.
Luas Areal
Total (100 m
2
)
10 20 50 100 500 1000 1500 2000
Kebutuhan
(SRP)
59 67 88 125 415 777 1140 1502

Parkir di pusat perkantoran mempunyai ciri parkir jangka panjang, oleh
karena itu penentuan ruang parkir dipengaruhi oleh jumlah karyawan yang
bekerja di kawasan perkantoran tersebut. (Lihat Tabel 7.8)

Tabel 7.8 Kebutuhan SRP di pusat perkantoran.
Jumlah Karyawan (orang) 1000 1500 2000 2500 3000 4000
Kebutuhan
(SPR)
Administrasi
Pelayanan
Umum
235
288
237
290
239
291
240
293
242
295
246
298


Seperti halnya di pusat perdagangan, pasar swalayan mempunyai karak-
teristik kebutuhan ruang parkir yang sama. (lihat Tabel 7.9)

Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang



Parkir VII-23

Tabel 7.9 Kebutuhan SPR di pasar swalayan
Luas Areal
Total (100 m
2
)
50 75 100 150 200 300 400 500 1000
Kebutuhan
(SRP)
225 250 270 310 350 440 520 600 1050

Pasar juga mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan pusat
peradagangan ataupun pasar swalayan, walaupun kalangan yang mengunjungi
pasar lebih banyak dari golongan dengan pendapatan menengah ke bawah.
(lihat Tabel 7.10)

Tabel 7.10 Kebutuhan SRP dan pasar
Luas Areal
Total (100 m
2
)
40 50 75 100 200 300 400 500 1000
Kebutuhan
(SRP)
160 18
5
240 300 520 750 970 1200 2300

Parkir sekolah/perguruan tinggi dikelompokkan dalam dua kelompok,
yaitu pekerja/dosen/guru yang bekerja di sekolah/perguruan tinggi tersebut dan
mahasiswa/siswa. Pekerja/dosen/guru umumnya parkir untuk jangka panjang
dan siswa/mahasiswa umumnya jangka pendek bagi mereka yang diantar-jem-
put dan jangka panjang bagi mereka yang memakai kendaraannya sendiri. Jum-
lah kebutuhan ruang parkir tergantung kepada jumlah siswa/mahasiswa. (lihat
Tabel 7.11)

Tabel 7.11 Kebutuhan SRP di sekolah/perguruan tinggi
Jumlah
Mahasiswa (100
orang)
30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
Kebutuhan
(SRP)
60 80 100 120 140 160 180 200 220 240

Kebutuhan parkir di tempat rekreasi dipengaruhi oleh daya tarik tempat
tersebut. Biasanya pada hari-hari minggu libur kebutuhan parkir meningkat dari
hari kerja. Perhitungan kebutuhan didasarkan pada luas area tempat rekreasi.
(lihat Tabel 7.12)


Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang



Parkir VII-24

Tabel 7.12 Kebutuhan SRP tempat rekreasi
Luas Areal
Total (100 m
2
)
50 100 150 200 400 800 1600 3200 6400
Kebutuhan
(SRP)
103 109 115 122 146 196 295 494 892

Kebutuhan ruang parkir di hotel dan penginapan tergantung kepada tarip
sewa kamar yang diberlakukan dan jumlah kamar serta kegiatan-kegiatan lain
seperti seminar, pesta kawin yang diadakan di hotel tersebut. (lihat Tabel 7.13)

Tabel 7.13 Kebutuhan SRP hotel/tempat penginapan
Jumlah Kamar
(buah)
100 150 200 250 350 400
550 550 600
Tarip
Standar
($)
< 100
100
150
150
200
200 -
250
154
300
300
300
155
450
450
450
156
476
600
600
158
477
798
900
161
480
799
1050
162
481
800
1119
165
484
803
1122
166
485
804
1124
167
487
806
1425

Seperti halnya hotel kebutuhan ruang parkir di rumah sakit tergantung
kepada tarip rumah sakit yang diberlakukan dan jumlah kamar. (lihat Tabel 7.14)

Tabel 7.14 Kebutuhan SRP rumah sakit
Jumlah Tempat
tidur (buah)
50 75 100 150 200 300 400 500 1000
Kebutuhan
(SRP)
97 100 104 111 118 132 146 160 230

Kegiatan parkir yang bersifat sementara
Ruang parkir di bioskop/gedung pertunjukan sifatnya sementara dengan
durasi antara 1,5 sampai 2 jam dan keluarnya bersamaan sehingga perlu kapa-
sitas pintu keluar yang besar. Besarnya kebutuhan ruang parkir tergantung
kepada jumlah tempat duduk. (lihat Tabel 7.15)

Tabel 7.15 Kebutuhan SRP bioskop/gedung pertunjukan
Jumlah Tempat
duduk (buah)
300 400 500 600 700 800 900 1000 1000
Kebutuhan
(SRP)
198 202 206 210 214 218 222 227 230
Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang



Parkir VII-25


Ruang parkir di gelanggang olahraga sifatnya sementara dengan durasi
antara 1.5 sampai 2 jam dan keluarnya bersamaan sehingga perlu kapasitas
pintu keluar yang besar. Besarnya kebutuhan ruang parkir tergantung kepada
jumlah tempat duduk. (lihat Tabel 7.16)

Tabel 7.16 Kebutuhan SRP gelanggang olahraga
Jumlah Tempat
duduk (buah)
40 50 60 70 80 90 100 150
Kebutuhan
(SRP)
235 290 340 390 440 490 540 790

Berdasarkan ukuran ruang parkir yang dibutuhkan yang belum tercakup di atas
dapat dilihat pada Tabel 7.17.

Tabel 7.17 Ukuran Kebutuhan Ruang Parkir
Peruntukan
Satuan
(SRP untuk mobil penumpang)
Kebutuhan Ruang Parkir
Pusat perdagangan
Pertokoan
Pasar swalayan
pasar

SRP / 100 m
2
luas lantai
efektif
SRP / 100 m
2
luas lantai
efektif
SRP / 100 m
2
luas lantai
efektif

3,5 7,5
3,5 7,5
3,5 7,5
Pusat perkantoran
Pelayanan bukan
umum
Pelayanan umum

SRP / 100 m
2
luas lantai
efektif
SRP / 100 m
2
luas lantai
efektif

1,5 3,5
1,5 3,5
Sekolah
Hotel/Tempat
Penginapan
Rumah Sakit
Bioskop
SRP / mahasiswa
SRP / kamar
SRP / tempat tidur
SRP / tempat duduk
0,7 1,0
0,2 1,0
0,2 1,3
0,1 0,4


7. 10 Desain Parkir di Badan Jalan
Parkir merupakan salah satu bagian dari sistem transportasi dan juga
merupakan suatu kebutuhan. Parkir dibagi 2 (dua) yakni, parkir di badan jalan
dan di luar jalan. Parkir di badan jalan relatif lebih besar permasalahannya
dibanding parkir di luar jalan. Karena bagaimana pun jika parkir di badan jalan
Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang



Parkir VII-26

penataannya kurang baik, akan menimbulkan kemacetan bagi arus lalu lintas
yang menggunakan jalan tersebut.
Dengan perencanaan kebutuhan ruang yang baik dan dengan memper-
hatikan kondisi lalu lintas yang ada, maka desain parkir di badan jalan akan
diimplementasikan tentunya memberikan hasil yang baik pula.

Penentuan Sudut Parkir
Bermacam-macam hal yang perlu diperhatikan pada suatu badan jalan, di
mana hal-hal tersebut menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan sudut
parkir. Bahan-bahan yang menjadi pertimbangan secara umum digunakan adalah
sebagai berikut:
a) Lebar jalan;
b) Volume lalu lintas pada jalan yang bersangkutan;
c) Karakteristik kecepatan;
d) Dimensi kendaraan;
e) Sifat peruntukan lahan sekitarnya dan peranan jalan yang bersangkutan.
Dalam penentuan sudut parkir pada suatu bagian jalan berbeda antara
satu dengan yang lainnya. Di mana perbedaan tersebut dikarenakan oleh fungsi
jalan dan arah gerak lalu lintas pada jalan yang bersangkutan. Pada Tabel 7.18,
yaitu sudut parkir untuk jalan lokal primer serta gerak lalu lintasnya adalah satu
arah.

Tabel 7.18 Lebar Minimum Jalan Lokal Primer Satu Arah untuk Parkir pada Badan Jalan
Kriteria Parkir Satu Jalur Dua Jalur
Sudu
t
Parki
r
Lebar
Ruan
g
Parki
r A
(m)
Ruan
g
Parkir
Efekti
f
D
(m)
Ruang
Manuve
r

M
(m)
D +
M
(E)


(m)
D + M-
J



(m)
Lebar
Jalan
Efektif
L
(m)
Leba
r
Total
Jalan
W
(m)
Lebar
Jalan
Efektif
L
(m)
Lebar
Total
Jalan
W
(m)
0
30
45
60
90
2,3
4,5
2,5
2,5
2,5
2,3
4,5
5,1
5,3
5,0
3,0
2,9
3,7
4,6
5,8
5,3
7,4
8,8
9,9
10,8
2,8
4,9
6,3
7,4
8,3
3
3
3
3
3
5,8
7,9
9,3
10,
11,
6,0
6,0
6,0
6,0
6,0
8,8
10,
12,
13,
14,
Keterangan : J = lebar pengurangan ruang manuver (2,5 meter)

Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang



Parkir VII-27

Demikian pula hanyalah untuk jalan lokal sekunder yang gerak lalu lintas-
nya adalah satu arah, maka standar-standar sudut yang direkomendasikan dapat
dilihat pada Tabel 7.19.

Tabel 7.19 Lebar Minimum Jalan Lokal Sekunder Satu Arah Untuk Parkir Pada Badan
Jalan

Kriteria Parkir Satu Jalur Dua Jalur
Sudu
t
Parki
r
Lebar
Ruan
g
Parki
r A
(m)
Ruan
g
Parkir
Efekti
f
D
(m)
Ruang
Manuve
r

M
(m)
D +
M
(E)


(m)
D + M-
J



(m)
Lebar
Jalan
Efektif
L
(m)
Leba
r
Total
Jalan
W
(m)
Lebar
Jalan
Efektif
L
(m)
Lebar
Total
Jalan
W
(m)
0
30
45
60
90
2,3
4,5
2,5
2,5
2,5
2,3
4,5
5,1
5,3
5,0
3,0
2,9
3,7
4,6
5,8
5,3
7,4
8,8
9,9
10,8
2,8
4,9
6,3
7,4
8,3
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
5,3
7,4
8,8
9,9
10,8
5,0
5,0
5,0
5,0
5,0
7,8
9,9
11,3
12,4
13,3
Keterangan : J = lebar pengurangan ruang manuver (2,5 meter)

Angka-angka yang tertera pada Tabel 7.18 dan Tabel 7.19 tentunya ber-
beda, yang mana perbedaan tersebut dikarenakan oleh perbedaan fungsi jalan
tersebut. Bagaimanapun juga perbedaan fungsi akan menciptakan kondisi yang
berbeda pula.
Demikian pula halnya untuk jalan kolektor satu arah, standar-standarnya
dapat dilihat pada Tabel 7.20 seperti berikut:

Tabel 7.20 Lebar Minimum Jalan Kolektor Satu Arah untuk Parkir pada Badan Jalan
Kriteria Parkir Satu Jalur Dua Jalur
Sudu
t
Parki
r
Lebar
Ruan
g
Parki
r A
(m)
Ruan
g
Parkir
Efekti
f
D
(m)
Ruang
Manuve
r

M
(m)
D +
M
(E)


(m)
D + M-
J



(m)
Lebar
Jalan
Efektif
L
(m)
Leba
r
Total
Jalan
W
(m)
Lebar
Jalan
Efektif
L
(m)
Lebar
Total
Jalan
W
(m)
0
30
45
60
90
2,3
4,5
2,5
2,5
2,5
2,3
4,5
5,1
5,3
5,0
3,0
2,9
3,7
4,6
5,8
5,3
7,4
8,8
9,9
10,8
2,8
4,9
6,3
7,4
8,3
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5
6,3
8,4
9,8
10,9
11,8
7,0
7,0
7,0
7,0
7,0
9,8
11,9
13,3
14,4
15,3
Keterangan : J = lebar pengurangan ruang manuver (2,5 meter)
Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang



Parkir VII-28




Sebagai salah satu contoh parkir kendaraan yang disertai dengan dimensi
yang ada dapat dilihat pada Gambar 7.4.


Keterangan : A = lebar ruang parkir (m)
D = ruang parkir efektif (m)
M = ruang manuver (m)
J = lebar pengurangan ruang manuver (m)
W = lebar total jalan
L = lebar jalan efektif

Gambar 7.4 Ruang Parkir Pada Badan Jalan

Pola Parkir
Untuk melakukan suatu kebijakan yang berkaitan dengan parkir, terlebih
dahulu perlu dipikirkan pola parkir yang akan diimplementasikan. Pola parkir
yang telah berkembang adalah sebagai berikut :

Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang



Parkir VII-29

Pola parkir paralel (lihat Gambar 7.5)
Gambar 7.5 Tata cara parkir paralel

Pola parkir menyudut:
Lebar ruang parkir, ruang parkir efektif, dan ruang manuver berlaku untuk
jalan kolektor dan lokal.
Lebar ruang parkir, ruang parkir efektif, dan ruang manuver berbeda
berdasarkan besar sudut berikut ini:

Sudut = 30
o

Gambar 7.6 Tata cara parkir membentuk sudut 30 derajat

A B C D E
Golongan I
Golongan II
Golongan III
2,3
2,5
3,0
4,6
5,0
6,0
3,45
4,30
5,35
4,70
4,85
5,0
7,6
7,75
7,9
Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang



Parkir VII-30

Sudut = 45
o

Gambar 7.7 Tata cara parkir membentuk sudut 45 derajat
A B C D E
Golongan I
Golongan II
Golongan III
2,3
2,5
3,0
3,6
3,7
4,5
2,5
2,6
3,2
5,6
5,56
5,75
9,3
9,35
9,45


Sudut = 60
o

d
Gambar 7.8 Tata cara parkir membentuk sudut 60 derajat

A B C D E
Golongan I
Golongan II
Golongan III
2,3
2,5
3,0
2,9
3,0
3,7
1,45
1,5
1,85
5,95
5,95
6,0
10,55
10,55
10,6


Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang



Parkir VII-31

Sudut = 90
o

12 m
E
9 m
B
90
D
Gambar 7.9 Tata cara parkir tegak lurus

A B C D E
Golongan I
Golongan II
Golongan III
2,3
2,5
3,0
2,3
2,5
3,0
-
-
-
5,4
5,4
5,4
11,2
11,2
11,2
Keterangan :
A = lebar ruang parkir (m)
B = lebar kaki ruang parkir (m)
C = selisih panjang ruang parkir (m)
D = ruang parkir efektif (m)
M = ruang manuver (m)
E = ruang parkir efektif ditambah ruang manuver (m)

Parkir Dekat Tikungan
a. Sepanjang 25 meter sebelum dan sesudah tikungan tajam dengan radius
kurang dari 500 m (lihat Gambar 7.10)

Gambar 9.10 Tata cara parkir dekat tikungan

Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang



Parkir VII-32

Desain Rambu Dan Marka Parkir
Rambu adalah perlengkapan jalan yang berfungsi untuk memberikan
informasi kepada pengguna jalan baik berupa petunjuk, peringatan maupun
larangan. Untuk menyeragamkan pengertian dan pemahaman rambu dan marka,
maka didesain sedemikian rupa dan diatur berdasarkan ketentuan-ketentuan.

Rambu parkir
Rambu larangan parkir dan larangan berhenti
Untuk menyatakan larangan berhenti dan larangan parkir bagi semua
kendaraan dan pemakai jalan dinyatakan dengan rambu sebagaimana secara
skematis terdapat pada Gambar 7.11.
F
C
D
E
A

Gambar 7.11 Dimensi rambu larangan parkir

Tabel 5.1. Ukuran Rambu Larangan Parkir
Ukuran
(mm)
A B C D E F
Sangat
Kecil
450 45 45 56 244 180
Kecil 600 60 60 75 325 240
Sedang 750 75 75 95 406 300
Besar 900 90 90 113 488 360

Rambu larangan berhenti dan larangan parkir berlaku sampai dengan
jarak 15 m dari tempat pemasangan rambu menurut arah lalu lintas, kecuali
dinyatakan lain dengan papan tambahan.

Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang



Parkir VII-33


Marka petunjuk tempat parkir
Ukuran dan bentuk marka ditunjukkan dalam gambar berikut:
a) Parkir parallel (Gambar 7.12)

Gambar 7.12 Marka untuk parkir parallel

b) Parkir menyudut (Gambar 7.13)
Pada prinsipnya ukuran marka parkir menyudut tidak berbeda dengan
parkir paralel, tetapi yang berbeda hanyalah susunan posisi kendaraan.

Gambar 7.13. Marka untuk parkir menyudut

Maka untuk satuan ruang parkir yang disediakan bagi penderita cacat
ditunjukkan pada gambar berikut, marka dilengkapi dengan simbol kursi roda.
(lihat Gambar 7.14)
Diktat Kuliah : Rekayasa Lalu lintas Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang



Parkir VII-34



Gambar 7.14 Marka simbol untuk menunjukkan tempat parkir bagi penderita
cacat.

Anda mungkin juga menyukai