Depresif Pasien Aids
Depresif Pasien Aids
2
PQ
n =
d
2
Z
= Nilai batas bawah dari tabel Z yang besarnya tergantung pada nilai
yang
Ditentukan ; untuk nilai
= 0,05 Z
= 1,96
P = Proporsi depresi pada penderita HIV/AIDS 50%
q = 1-p : 1-0,5 = 0,5
d = ketepatan penelitian (tingkat ketepatan absolut yang dihendaki) =
0,1
33
(1,96)
2
x (0,5) x (0,5)
n =
(0,1)
2
n = 97 n =100
5.7. Cara Kerja
Pemilihan penderita HIV/AIDS dilakukan dengan cara consecutive sampling
dan memenuhi kriteria inklusi mengisi persetujuan secara tertulis untuk ikut
ke dalam penelitian setelah mendapatkan penjelasan yang terperinci dan
jelas dan selanjutnya subjek penelitian mengisi kuesioner BDI. Hasil dari
setiap kuesioner BDI yang diisi oleh penderita kemudian dilihat apakah
memilki nilai tidak ada depresi, depresi ringan, sedang, atau berat.
Selanjutnya melalui uji statistik dilihat apakah terdapat perbedaan antara
sindrom depresif yang dialami penderita dengan usia, jenis kelamin, status
perkawinan, pendidikan, tempat tinggal, pekerjaan, CD4 dan stadium klinis
HIV .
5.8. Identifikasi Variabel
5.8.1. Variabel bebas
Karakteristik demografi (umur, Jenis kelamin, pendidikan, status
perkawinan, tempat tinggal, pekerjaan), CD4, stadium klinis HIV/AIDS.
5.8.2. Variabel tergantung
Sindrom depresif
5.9. Rencana Manajemen dan Analisis Data
Hasil yang didapat disusun dalam tabel distribusi, dilihat proporsi penderita
HIV/AIDS yang memiliki sindrom depresif. Untuk mencari hubungan antara
sindrom depresif dengan karakteristik demografik dan stadium klinis HIV,
CD4 digunakan uji hipotesis chi-square. Selain itu untuk menentukan
perbedaan rata-rata skor BDI menurut demografik, stadium dan CD4
digunakan anova (lebih dari 2 kelompok) dan uji T independen (2
kelompok). Dikatakan bermakna bila p < 0,05.
34
5.10. Definisi Operasional
a. Penderita HIV/AIDS adalah penderita HIV/AIDS yang didiagnosis
berdasarkan anamnese, gejala klinis, laboratorium dan kriteria WHO,
dalam penelitian ini dari stadium HIV I-1V.
b. Depresi adalah suatu sindrom klinis yang terdiri dari sifat mood yang
menurun (perasaan sedih yang menyakitkan), kesulitan dalam berpikir,
dan retardasi psikomotor.
c. Sindrom depresif adalah kumpulan gejala depresif yang dinilai
berdasarkan kuesioner BDI.
d. Beck Depression Inventory adalah suatu kuesioner untuk mengevaluasi
ada tidaknya sindrom depresif pada seseorang, yang terdiri dari
kumpulan 21 pokok, masing-masingnya dengan rentetan 4 pernyataan
yang menjelaskan keparahan simtom dari tidak ada atau ringan (nilai 0)
ke berat (nilai 3), interpretasi nilai keparahan adalah: 0-9, tidak depresi ;
10-16, ringan ; 17-29, sedang ; 30-63, berat.
e. Umur : lamanya hidup sejak lahir yang dinyatakan dalam satuan tahun.
Dikelompokkan dalam 5 kategori, yaitu : 20-29 tahun, 30-39 tahun, 40-49
tahun, 50-59 tahun.
f. Pendidikan : jenjang pengajaran yang telah diikuti atau sedang dijalani
responden melalui pendidikan formal. Pendidikan dibagi atas SD
(Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMU (Sekolah
Menengah Umum), Diploma / Sarjana atau yang lebih tinggi.
g. Status perkawinan : ditentukan apakah subjek masih dalam ikatan
perkawinan (menikah), atau tidak dalam ikatan perkawinan (cerai/tidak
kawin).
h. Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang mendapatkan upah.
i. CD4 adalah jumlah sel darah putih (limfosit) atau disebut juga sel T4
(CD4+) didalam darah yang merupakan indikator untuk memantau
beratnya kerusakan kekebalan tubuh akibat HIV. Di kelompokkan dalam 3
kategori, yaitu : < 200/mm
3
, 200-350/mm
3
, > 300/mm
3
.
j. Stadium klinis HIV : tingkat tahapan untuk pasien yang terinfeksi virus
HIV-1 menurut kriteria WHO.
k. Pendekatan inklusif adalah seluruh simtom-simtom depresi dihitung tanpa
memperhatikan penyebab yang mungkin.
35
l. Mengalami gangguan psikiatrik berat lainnya misalnya skizofrenia, dan
gangguan bipolar.
m. Cedera subkortikal (subcortical injury) adalah cedera otak yang
disebabkan oleh invasi virus HIV yang menghasilkan perubahan
neuropatologis pada otak yang menyebabkan disfungsi dan gangguan
pada mood.
36
BAB 6
KERANGKA OPERASIONAL
Pemeriksaan
Laboratorium
Penderita HIV/AIDS
Kriteria
Inklusi
Kriteria
Eksklusi
Kuesioner Beck Depression Inventory
Sindrom Depresif
(Tidak depresi, Ringan, Sedang dan Berat)
Analisis Data
37
BAB 7
HASIL PENELITIAN
Responden berjumlah 100 orang penderita HIV/AIDS yang datang ke Poliklinik
PUSYANSUS dan rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan. Pengambilan
responden dari bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2008. Penyajian hasil-
hasil penelitian dalam bentuk tabel-tabel distribusi frekuensi.
7.1. KARAKTERISTIK SAMPEL PENELITIAN
Tabel 3. Karakteristik Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Status Perkawinan, Tempat
Tinggal, Pekerjaan, Stadium Klinis HIV dan Jumlah CD4
Karakteristik Responden Jumlah %
Umur 20-29 tahun 44 44
30-39 tahun 44 44
40-49 tahun 11 11
50-59 tahun 1 1
Mean umur = 31,3 tahun (SD=5,9)
Jenis Kelamin Pria 72 72
Wanita 28 28
Pendidikan SD 5 5
SMP 14 14
SLTA 73 73
Akademi/ PT 8 8
Status Perkawinan Kawin 51 51
Tidak kawin 49 49
Tempat Tinggal Medan 54 54
Luar Medan 46 46
Pekerjaan Bekerja 38 38
Tidak bekerja 62 62
38
Sambungan tabel 1....
Stadium Klinis I 3 3
HIV II 15 15
III 38 38
IV 44 44
Jumlah CD4/mm
3
< 200 76 76
200-350 12 12
> 350 12 12
Dari tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa sampel didominasi oleh kelompok
umur 20-29 tahun (44%) dan 30-39 tahun (44%), Jenis Kelamin Pria (72%),
pendidikan tamat SLTA (73%), status kawin (51%), tempat tinggal Medan (54%),
tidak bekerja (62%), stadium IV (44%) untuk stadium klinis HIV dan Jumlah CD4
<200 (76%).
7.2. SINDROM DEPRESIF PADA PENDERITA HIV/AIDS
Tabel 4. Sindrom Depresif pada Penderita HIV/AIDS
Sindrom Depresif Jumlah %
Tidak depresi 26 26
Ringan 28 28
Sedang 34 34
Berat 12 12
Total 100 100
Dari tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa sindrom depresif sedang paling
banyak terjadi pada penderita HIV/AIDS (34%), diikuti oleh sindrom depresif
ringan (28%), tidak depresi (26%) dan sindrom depresif berat (12%).
39
7.3. MEAN, STANDARD DEVIATION (SD) BDI DAN CD4 PENDERITA
HIV/AIDS
Tabel 5. Mean dan Standard deviation (SD) BDI dan CD4 Penderita HIV/AIDS
Variabel n Mean SD
BDI
Tidak depresi 26 6,4 2,2
Ringan 28 12,9 1,6
Sedang 34 22,7 4,0
Berat 12 33,1 2,8
CD4 100 136,5 159,8
Dari tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa mean BDI pada penderita
HIV/AIDS yang mengalami depresi sedang adalah 22,7 (SD 4,0), depresi ringan
adalah 12,9 (SD 1,6), tidak depresi adalah 6,4 (SD 2,2), depresi berat adalah
33,1 (SD 2,8), dan mean CD4 pada penderita HIV/AIDS adalah 136,5 (SD
159,8).
7.4. SEBARAN UMUR PENDERITA HIV/AIDS DENGAN SINDROM DEPRESIF
Tabel 6. Sebaran Umur Penderita HIV/AIDS dengan Sindrom Depresif
Umur Sindrom Depresif
(tahun) Tidak depresi Ringan Sedang Berat
n % mean SD p n % mean SD p n % mean SD p n % mean SD p
20-29 10 38,5 6,4 2,3 0,23 15 53,6 13,2 1,6 0,53 15 44.1 23 3,8 0,66 4 33,3 34,2 4,2 0,37
30-39 10 38,5 5,7 2,4 11 39,3 12.6 1,7 15 44,1 22,2 4,3 8 66,7 32,6 1,9
40-49 6 23,1 7,6 1,2 2 7,1 12,5 2,1 3 8,8 25 4,5
50-59 1 2,9 20
Total 26 100 28 100 34 100 12 100
2
=10,032 p=0,348
Dari tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa sindrom depresif berat paling
banyak adalah umur 30-39 tahun (66,7%), mean BDI 32,6 (SD 1,9). Tidak
terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada penderita HIV/AIDS
berdasarkan kelompok umur.
40
7.5. SEBARAN JENIS KELAMIN PENDERITA HIV/AIDS DENGAN SINDROM
DEPRESIF
Tabel 7. Sebaran jenis kelamin penderita HIV/AIDS dengan Sindrom Depresif
Sindrom Depresif
Jenis Tidak depresi Ringan Sedang Berat
Kelamin n % mean SD p n % mean SD p n % mean SD p n % mean SD p
Pria 18 69,2 6,7 2,2 0,22 21 75 13,1 1,6 0,24 24 70,6 22,7 4,1 0,90 9 75 33 3,2 0,74
Wanita 8 30,8 5,6 2,1 7 25 12,2 1,7 10 29,4 22,9 4,2 3 25 33,6 1,5
Total 26 100 28 100 34 100 12 100
2
= 0,311, p= 0,958
Dari tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa sindrom depresif berat yang paling
banyak adalah pria (75%), mean BDI 33 (SD 3,2). Tidak terdapat perbedaan
bermakna sindrom depresif pada penderita HIV berdasarkan kelompok jenis
kelamin.
7.6. SEBARAN TINGKAT PENDIDIKAN PENDERITA HIV/AIDS DENGAN
SINDROM DEPRESIF
Tabel 8. Sebaran Tingkat Pendidikan penderita HIV/AIDS dengan Sindrom Depresif
Sindrom Depresif
Tingkat Tidak depresi Ringan Sedang Berat
Pendidi-
kan n % mean SD p n % mean SD p n % mean SD p n % mean SD p
SD 1 3,8 9,0 0,9 0,64 2 7,1 12 2,8 0,68 2 5,9 20,5 0,7 0,36
SMP 3 11,5 7,0 2,0 2 7,1 12 1,4 6 17,6 24,6 3,6 3 25 34,6 5,0 0,38
SLTA 20 76,9 6,2 2,2 19 67,9 13,1 1,7 26 76,5 22,5 4,1 8 66,7 33 1,7
D3/ PT 2 7,7 6,5 3,5 5 17,9 12,8 1,3 1 8,3 30
Total 26 100 28 100 34 100 12 100
2
= 9,796 p=0,367
Dari tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa yang mengalami depresi yang
paling banyak adalah tingkat pendidikan SLTA yaitu depresi sedang (76,5%),
mean BDI 22,5 (SD 4,1). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif
pada penderita HIV/AIDS berdasarkan tingkat pendidikan.
41
7.7. SEBARAN STATUS PERKAWINAN PENDERITA HIV/AIDS DENGAN
SINDROM DEPRESIF
Tabel 9. Sebaran Status Perkawinan penderita HIV/AIDS dengan Sindrom Depresif
Sindrom Depresif
Status Tidak depresi Ringan Sedang Berat
Kawin n % mean SD p n % mean SD p n % mean SD p n % mean SD p
Kawin 15 57,7 6,2 2,2 0,22 14 50 12,5 1,6 0,26 17 50 23 3,7 0,74 5 41,7 32,8 1,9 0,72
Tidak 11 42,3 6,7 2,1 14 50 13,2 1,6 17 50 22,5 4,4 7 58,3 33,4 3,5
kawin
Total 26 100 28 100 34 100 12 100
2
= 0,909 p= 0,823
Dari tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa sindrom depresif berat yang
paling banyak adalah tidak kawin (58,3%), mean BDI 33,4 (SD 3,5). Tidak
terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada penderita HIV/AIDS
berdasarkan status perkawinan.
7.8. SEBARAN TEMPAT TINGGAL PENDERITA HIV/AIDS DENGAN SINDROM
DEPRESIF
Tabel 10. Sebaran Tempat Tinggal penderita HIV/AIDS dengan Sindrom Depresif
Sindrom Depresif
Tempat Tidak depresi Ringan Sedang Berat
tinggal n % mean SD p n % mean SD p n % mean SD p n % mean SD p
Medan 14 53,8 6,7 2,1 0,48 13 46,4 13,6 1,4 0,02 19 55,9 23 4,4 0,70 8 66,7 33,3 3,1 0,73
Luar 12 46,2 6,0 2,2 15 53,6 12,2 1,5 15 44,1 22,4 3,6 4 33,3 32,7 2,6
Medan
Total 26 100 28 100 34 100 12 100
2
= 1,470 p= 0,689
Dari tabel 10 diatas dapat dilihat bahwa sindrom depresif berat yang
paling banyak bertempat tinggal di Medan (66,7%), mean BDI 33,3 (SD 3,1).
Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada penderita HIV/AIDS
berdasarkan tempat tinggal.
42
7.9. SEBARAN PEKERJAAN PENDERITA HIV/AIDS DENGAN SINDROM
DEPRESIF
Tabel 11. Sebaran Pekerjaan penderita HIV/AIDS dengan Sindrom Depresif
Sindrom Depresif
Pekerjaan Tidak depresi Ringan Sedang Berat
n % mean SD p n % mean SD p n % mean SD p n % mean SD p
Bekerja 7 26,9 6,4 2,4 0,99 19 67,9 13,1 1,6 0,42 9 26,5 23,6 3,8 0,44 3 25 32 1,0 0,44
Tidak 19 73,1 6,4 2,1 9 32,1 12,5 1,6 25 73,5 22,4 4,1 9 75 33,5 3,2
bekerja
Total 26 100 28 100 34 100 12 100
2
= 14,72 p= 0,002
Dari tabel 11 diatas dapat diamati bahwa sindrom depresif berat yang
paling banyak adalah tidak bekerja (75%), mean BDI 33,5 (SD 3,2). Terdapat
perbedaan bermakna sindrom depresif pada penderita HIV/AIDS berdasarkan
pekerjaan.
7.10. SEBARAN STADIUM KLINIS HIV DENGAN SINDROM DEPRESIF
Tabel 12. Sebaran Stadium Klinis penderita HIV/AIDS dengan Sindrom Depresi
Sindrom Depresif
Stadium Tidak depresi Ringan Sedang Berat
Klinis n % mean SD p n % mean SD p n % mean SD p n % mean SD p
HIV
I 1 3,8 8,0 0,22 1 3,6 12 0,89 1 2,9 20 0,89
II 11 42,3 5,6 2,1 2 7,1 13 2,8 2 5,9 23,5 7,7
III 8 30,8 6,2 2,3 11 39,3 13,1 1,5 15 44,1 22,5 3,5 4 33,3 32,2 2,2 0,45
IV 6 23,1 7,8 1,8 14 50 12,7 1,8 16 47,1 23 4,3 8 66,7 33,6 3,1
Total 26 100 28 100 34 100 12 100
2
= 23,27 p=0,006
Dari tabel 12 diatas dapat dilihat bahwa sindrom depresif berat yang
paling banyak adalah stadium IV (66,7%), mean BDI 33,6 (SD 3,1).Terdapat
perbedaan bermakna sindrom depresif pada penderita HIV/AIDS berdasarkan
stadium klinis HIV.
43
7.11. SEBARAN JUMLAH CD4 PENDERITA HIV/AIDS DENGAN SINDROM
DEPRESIF
Tabel 13. Sebaran jumlah CD4 penderita HIV/AIDS dengan Sindrom Depresif
CD4 Sindrom Depresif
(mm
3
)
Tidak depresi Ringan Sedang Berat
n % mean SD p n % mean SD p n % mean SD p n % mean SD p
<200 9 34,6 7,4 2,0 0,04 23 82,1 13 1,6 0,44 33 97,1 22,5 3,9 0,11 11 91,7 33 2,9 0,52
200-350 6 23,1 7,1 1,9 5 17,9 12,4 2 1 2,9 29
>350 11 42,3 5,1 2,0 1 8,3 35
Total 26 100 28 100 34 100 12 100
2
= 43,07 p=0,001
Dari tabel 13 diatas dapat diamati bahwa sindrom depresif sedang yang
paling banyak adalah jumlah CD4 < 200/mm
3
(97,1%), mean BDI 22,5 (SD 3,9).
Terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada penderita HIV /AIDS
berdasarkan jumlah CD4.
44
BAB 8
PEMBAHASAN
Penelitian Sindrom Depresif pada Penderita HIV/AIDS ini merupakan
suatu penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Tujuan umum dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui sindrom depresif pada penderita-
penderita HIV/AIDS dengan menggunakan kuesioner BDI dan tujuan khususnya
adalah mengetahui apakah sindrom depresif pada penderita HIV/AIDS berbeda
berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan,
tempat tinggal, pekerjaan, stadium klinis HIV, jumlah CD4 dan agar penderita-
penderita HIV/AIDS yang memiliki sindrom depresif dapat dirujuk ke Departemen
Psikiatri untuk mendapatkan penilaian dan perawatan lebih lanjut.
Hipotesis pada penelitian ini yang menyatakan bahwa sindrom depresif
pada penderita HIV/AIDS berbeda berdasarkan kelompok pekerjaan, stadium
klinis HIV dan jumlah CD4 terbukti.
8.1. MEAN DAN STANDARD DEVIATION (SD) BDI PADA PENDERITA
HIV/AIDS
Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa mean BDI pada 100 penderita HIV/AIDS
adalah depresi sedang 22,7 (SD 4,0), depresi ringan 12,9 (SD 1,6), depresi berat
33,1 (SD 2,8), tidak depresi 12,9 (SD 1,6). Sedangkan Evans et al yang
melakukan penelitian terhadap 63 penderita dengan HIV positif, dan 30 dengan
HIV negatif mendapati rerata masing-masing skor Hamilton Rating Scale for
Depression adalah 8,62 (SD 7,26) yaitu depresi ringan dan 5,67 (SD 7,33) yaitu
tidak depresi.
49
Sementara Perry et al yang melakukan penelitian terhadap 129
penderita HIV/AIDS mendapati bahwa sepertiganya mempunyai skor BDI 14 atau
lebih tinggi ( depresi ringan hingga sedang).
15
Hasil dari penelitian ini
menyatakan bahwa berdasarkan skor BDI maka sindrom depresif sedang paling
banyak terjadi pada penderita HIV/AIDS, hal yang sama dengan penelitian Perry
et al yang mendapati bahwa penderita HIV/AIDS paling banyak mengalami
depresi ringan hingga sedang.
15
45
8.2. SINDROM DEPRESIF PADA PENDERITA HIV/AIDS
Dari tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa sindrom depresif sedang paling
banyak terjadi pada penderita HIV/AIDS (34%), diikuti oleh sindrom depresif
ringan (28%), tidak depresi (26%) dan sindrom depresif berat (12%). Secara
keseluruhan juga dapat diamati bahwa dari 100 penderita HIV/AIDS yang
mengalami sindrom depresif berjumlah 74 orang (74%), sementara Stolar et al
menemukan hingga 85% individu dengan HIV positif melaporkan mengalami
gejala-gejala depresi.
14
Penelitian lainnya yang diadakan pada klinik spesialis HIV
pusat perawatan kesehatan tersier (tertiary health care centre) di India Selatan
melaporkan 40% individu HIV seropositif menderita sindrom depresif.
9,14
Bing et
al, menyatakan secara keseluruhan, angka depresi diantara orang-orang dengan
infeksi HIV adalah mencapai 50%,
13
dan Acuff et al menemukan diantara pasien-
pasien yang terinfeksi HIV yang diarahkan untuk evaluasi psikiatrik, rata-rata
mengalami depresi berat berkisar dari 8% - 67%,
14
sedangkan pada penelitian ini
angka depresi berat 12% hal ini tidak berbeda jauh.
Dari penelitian ini depresi yang ada pada penderita HIV/AIDS menurut
literatur dikatakan bahwa hubungan antara depresi dengan HIV/AIDS merupakan
hubungan yang sangat kompleks, di satu sisi depresi dapat timbul karena
penyakit HIV/AIDS itu sendiri, disisi lain depresi yang timbul akan lebih
memperberat perjalanan penyakit HIV/AIDS itu sendiri.
38,39
8.3. SEBARAN UMUR PENDERITA DENGAN SINDROM DEPRESIF
Dari tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa sindrom depresif yang paling
banyak adalah sindrom depresi berat, pada kelompok umur 30-39 tahun (66,7%),
mean BDI 32,6 (SD 1,9). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif
pada penderita HIV/AIDS berdasarkan kelompok umur.
Hasil penelitian yang dilaporkan oleh Christ et al yang menyatakan bahwa
kebanyakan subjek yang terinfeksi HIV/AIDS mengalami sindrom depresif terjadi
pada kelompok umur 25-49 tahun.
17
Sedangkan hasil penelitian ini sindrom
depresif yang paling banyak pada kelompok umur 30-39 tahun, hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan bahwa umur onset untuk gangguan depresif
berat sekitar 40 tahun, dengan 50% dari seluruh penderita memiliki onset antara
20 hingga 50 tahun.
31
46
8.4. SEBARAN JENIS KELAMIN DENGAN SINDROM DEPRESIF
Dari tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa sindrom depresif yang paling
banyak adalah sindrom depresi berat dengan jenis kelamin pria (75%), mean BDI
33 (SD 3,2) dan sindrom depresif ringan (75%), mean BDI 13,1 (SD 1,6).
Sedangkan wanita depresi sedang (29,4%), mean BDI 22,9 (SD 4,2). Tidak
terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada penderita HIV/AIDS
berdasarkan kelompok jenis kelamin.
Penelitian Brown et al mengevaluasi 43 wanita yang terinfeksi HIV dan
mendapat pelayanan di Angkatan Udara Amerika Serikat, hanya 2 pasien (5%)
yang depresi. Pada studi yang ditunjukkan 3 tahun kemudian, peneliti lainnya
mendiagnosa depresi pada sampel wanita HIV positif hanya 1,9%.
18
Dew et al
mengikuti selama 1 tahun dari 113 kelompok pria dengan HIV positif dan 57
kontrol dengan HIV negatif, yang ikut pada setting perawatan primer. Mereka
menemukan bahwa prevalensi depresi berat selama periode follow up adalah
secara signifikan lebih tinggi pada kelompok pria dengan HIV positif.
23
Secara keseluruhan dari penelitian ini didapat jumlah penderita laki-laki
lebih banyak yang menderita depresi. Hal yang sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Lipsitz et al didapatkan angka kejadian depresi pada laki-laki
dengan HIV positif lebih tinggi dibandingkan pada wanita yaitu masing-masing
sebesar 33% dan 26%.
20
8.5. SEBARAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN SINDROM DEPRESIF
Dari tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa yang mengalami depresi yang
paling banyak adalah tingkat pendidikan SLTA yaitu depresi sedang (76,5%),
mean BDI 22,5 (SD 4,1). Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif
pada penderita HIV/AIDS berdasarkan tingkat pendidikan.
Dari literatur mengatakan sindrom depresif lebih sering terjadi pada
tingkat pendidikan rendah dibandingkan tingkat pendidikan lebih tinggi.
31
Ini
berbeda pendapat dengan penelitian diatas dimana tingkat pendidikan SLTA
yaitu depresi sedang (76,5%), mean BDI 22,5 (SD 4,1) lebih tinggi daripada
tingkat pendidikan SMP yaitu depresi berat 25%, mean BDI 34,6 (SD 5,0).
47
8.6. SEBARAN STATUS PERKAWINAN DENGAN SINDROM DEPRESIF
Dari tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa sindrom depresif berat yang paling
banyak adalah tidak kawin (58%), mean BDI 33,4 (SD 3,5). Tidak terdapat
perbedaan bermakna sindrom depresif pada penderita HIV/AIDS berdasarkan
status perkawinan.
Pada hasil penelitian ini didapatkan bahwa penderita HIV/AIDS yang
paling banyak mengalami sindrom depresi berat adalah tidak kawin. Dari literatur
dikatakan bahwa gangguan depresif berat sering dialami individu yang tidak
memiliki hubungan interpersonal yang erat atau yang bercerai dibandingkan
dengan yang menikah. Status perceraian menempatkan seseorang pada risiko
lebih tinggi untuk menderita depresi. Depresi lebih sering pada orang yang
tinggal sendiri bila dibandingkan dengan yang tinggal bersama kerabat
lainnya.
31,48
8.7. SEBARAN TEMPAT TINGGAL DENGAN SINDROM DEPRESIF
Dari tabel 10 diatas dapat dilihat bahwa sindrom depresif berat paling
banyak adalah bertempat tinggal di Medan (66,7%), mean BDI 33,3 (SD 3,1).
Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada penderita HIV/AIDS
berdasarkan tempat tinggal.
Pada penelitian ini penderita HIV/AIDS yang mengalami sindrom depresif
berat paling banyak bertempat tinggal di Medan. Dari literatur dikatakan bahwa
faktor lingkungan seperti pemaparan terhadap peristiwa hidup yang penuh
tekanan tampaknya memainkan peranan untuk menyebabkan timbulnya sindrom
depresif. Ketidakmampuan peranan sosial untuk menyesuaikan diri dengan
stresor sosial mengarah pada berkembangnya depresi pada seseorang. Stresor
psikososial lebih tinggi pada daerah perkotaan dari pada pedesaan.
31
8.8. SEBARAN PEKERJAAN DENGAN SINDROM DEPRESIF
Dari tabel 11 diatas dapat diamati bahwa sindrom depresif berat paling
banyak adalah tidak bekerja (75%), mean BDI 33,5 (SD 3,2). Terdapat
perbedaan bermakna di sindrom depresif pada penderita HIV/AIDS berdasarkan
pekerjaan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Blalock et al yang
melaporkan hasil yang sama pada penilaian cross sectional dari 200 pasien
48
Warga Afrika-Amerika laki-laki dan wanita dengan HIV/AIDS yang mengikuti
suatu pelayanan klinik medik yang pada beberapa waktu mempunyai jumlah CD4
kurang dari 200 cell/mm
3
, 60% adalah tidak mempunyai pekerjaan dan 15%
mempunyai pekerjaan.
20
Sedangkan Lyketsos et al melaporkan hasil yang di
follow up dari 911 laki-laki HIV positif dari The Multicenter AIDS Cohort Study
(MACS), timbulnya semua gejala-gejala depresi yang signifikan, termasuk
prevalensi sindrom depresif dalam waktu 6 bulan sebelum AIDS berkembang.
Adanya depresi sebelumnya, tidak mempunyai pekerjaan, dan laporan gejala-
gejala yang berhubungan dengan AIDS adalah hanya sebagai prediktor dari
peningkatan tersebut.
20
Dari literatur dikatakan bahwa tidak mempunyai
pekerjaan atau menganggur juga merupakan faktor risiko terjadinya depresi.
Suatu survei yang dilakukan terhadap wanita dan laki-laki dibawah 65 tahun yang
tidak bekerja sekitar enam bulan melaporkan bahwa depresi tiga kali lebih sering
pada pengangguran daripada yang bekerja.
48
8.9. SEBARAN STADIUM KLINIS HIV/AIDS DENGAN SINDROM DEPRESIF
Dari tabel 12 diatas dapat dilihat bahwa sindrom depresif berat yang
paling banyak adalah stadium IV (66,7%), menurut kriteria WHO yaitu stadium
klinis yang simtomatik dengan mean BDI 33,6 (SD 3,1). Terdapat perbedaan
bermakna sindrom depresif pada penderita HIV /AIDS berdasarkan stadium klinis
HIV.
Hasil yang sama diperoleh pada penelitian Kelly et al yang menemukan
bahwa stadium klinis infeksi HIV simtomatik pada penderita dengan HIV positif
angka gangguan depresif berat lebih tinggi daripada penderita dengan HIV
positif yang asimtomatik.
15
Penelitian meta analisis yang dipublikasikan, Ciesla
dan Roberts juga menemukan bahwa orang dengan HIV positif, kemungkinan
hampir dua kali lebih banyak didiagnosa dengan depresi berat dan orang dengan
HIV simtomatik dan asimtomatik umumnya adalah sama mengalami depresi.
17
Sementara Lipsitz et al mengeksplorasi prevalensi gangguan-gangguan mental
pada sampel orang-orang pengguna obat-obatan (drug users) secara intra vena
yang tinggal di kota New York, prevalensi gangguan depresif adalah secara
signifikan lebih tinggi pada pria dengan HIV positif daripada kontrol dengan HIV
negatif, dan diagnosis adalah dihubungkan dengan gejala berdasarkan stadium
klinis penyakit HIV.
20
49
Lyketsos et al melaporkan hasil yang di follow up dari 911 laki-laki HIV positif dari
The Multicenter AIDS Cohort Study (MACS), timbulnya semua gejala-gejala
depresi yang signifikan, termasuk prevalensi sindrom depresif dalam waktu 6
bulan sebelum AIDS berkembang.
20
8.10. SEBARAN JUMLAH CD4 DENGAN SINDROM DEPRESIF
Dari tabel 13 diatas dapat dilihat bahwa sindrom depresif sedang paling
banyak adalah jumlah CD4 < 200/mm
3
(97,1%), mean BDI 22,5 (SD 3,9).
Terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada penderita HIV /AIDS
berdasarkan jumlah CD4.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian di Uganda. Hasil
penelitian di Uganda mendapati bahwa dari 1017 penderita yang terinfeksi HIV
yang dinilai gejala-gejala depresinya dengan menggunakan Center for
Epidemiologic Studies Depression Scale (CES-D), 47% dilaporkan mengalami
gejala depresi (CES-D 23) memiliki jumlah CD4 < 50 cells/l.
22
50
BAB 9
KESIMPULAN DAN SARAN
9.1. KESIMPULAN
Penelitian ini mendapati hasil bahwa mean untuk skor BDI pada subjek
dengan sindrom depresif sedang adalah 22,7 (SD 4,0), diikuti sindrom depresif
ringan 12,9 (SD 1,6), tidak depresi 6,4 (SD 2,2) dan sindrom depresif berat 33,1
(SD 2,8) dan mean untuk skor CD4 pada seluruh subjek adalah 136,5 (SD
159,8). Sindrom depresif sedang paling banyak dijumpai (34%), diikuti oleh
sindrom depresif ringan (28%), tidak depresi (26%) dan sindrom depresif berat
(12%). Terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada penderita
HIV/AIDS berdasarkan kelompok pekerjaan, stadium klinis HIV, dan jumlah CD4.
Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada penderita HIV/AIDS
berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan dan tempat
tinggal.
9.2. SARAN
Melihat tingginya angka sindrom depresif pada penderita HIV/AIDS, maka
perlu dipertimbangkan pentingnya penanganan yang bersifat menyeluruh dalam
dampak psikologis. Seperti juga di berbagai negara maju, perlu kiranya
dipertimbangkan keterlibatan Consultation Liaison Psychiatry sedini mungkin.
Perlunya peranan dokter-dokter baik di poliklinik atau di bangsal untuk
lebih menanggapi adanya gejala-gejala depresi pada penderita HIV/AIDS, dan
untuk peningkatan kualitas hidup penderita HIV/AIDS tersebut, perlu
dipertimbangkan adanya kerjasama antara Departemen Penyakit Dalam dengan
Departemen Psikiatri.
Perlu dilakukan penyuluhan lebih lanjut tentang HIV/AIDS dan dengan
ditemukannya sindrom depresif sedang dan berat pada penderita HIV/AIDS agar
dipertimbangkan pemberian obat anti depresan dalam meningkatkan kualitas
hidup pasien.
51
DAFTAR PUSTAKA
1. Pohan HT. Opportunistic Infection of HIV Infected/AIDS Patients in Indonesia
: Problem and Challenge. The Indonesian Journal of Internal Medicine 2006 ;
38 :169-73.
2. Djoerban Z, Djauzi S. HIV/AIDS di Indonesia. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi
B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
III. Edisi 4. Jakarta : Balai Penerbit FK-UI ; 2006. h.1825-29.
3. Wikipedia. AIDS. Available from : http//www.id.wikipedia.org/wiki/HIV/AIDS
4. Fauci AS, Lane HC. Human Immunodeficiency Virus (HIV) Disease : AIDS
and Related Disorders. In : Braunwald E, Fauci AS, et al, eds. Harrisons
Principles of Internal Medicine. Vol.II. 15
th
ed. New York : McGraw-Hill ; 2001.
p. 1852-1911.
5. NIMH. Depression and HIV/AIDS. Available from :http//www.nimh.nih.gov
6. Vaidya SA, Klotman M, Simon V. HIV/AIDS at 25 : History, Epidemiology,
Clinical Manifestations, and Treatment. In : Cohen MA, Gorman JM, eds.
Comprehensive Textbook of AIDS Psychiatry. New York : Oxford University
Press ; 2008. p. 15-24.
7. Depkes RI. Perencanaan dan Penanggulangan HIV/AIDS Perlu Sinergisme
17 Maret 2008. Available from :
http//www.depkes.go.id.index/php?option=news&task
8. Ditjen PPM & PL Depkes RI. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia Dilapor
s/d Maret 2008. Available from : http://www.aids-
ina.org/files/datakasus/jun2008.pdf
9. Chandra PS, Desai G, Ranjan S. HIV & Psychiatric Disorders. Indian J Med
Res 2005 ; 121 : 451-467.
10. Laserman J, Jackson ED, et al. Progression to AIDS : The Effects of Stress,
Depressive Symptoms, and Social Support. Psychosomatic Medicine 1999;
61 : 397-406.
11. Goldenberg D, Boyle BA. HIV dan Psikiatri. Available from :
http//www.spiritia.or.id/cst/php?=10418
12. Fell M, Newman S, Herns M,et al. Mood and Psychiatric Disturbance in HIV
and AIDS : Changes Over Time. British Journal of Psychiatry 1993 ; 162 :
604-610.
52
13. Cournos F,McKinnon K. Epidemiology of Psychiatric Disorders Associated
with HIV and AIDS. In: Cohen MA, Gorman JM, eds. Comprehensive
Textbook of AIDS Psychiatry. New York: Oxford University Press; 2008.p. 39-
46.
14. Vardhana S, Laxminarayana B. Depression in Patients with HIV/AIDS. Kuwait
Medical Journal 2007 ; 39 : 227-230.
15. Olatunji BO, Mimiaga MJ, OCleirigh C, Safren SA. A Review of Treatment
Studies of Depression in HIV. Intenational AIDS Society-USA 2006 ; 14 : 112-
123.
16. Tandiono E, Wibisono S, Darmabrata W. Peran Consultation Liaison
Psychiatry Pada Penatalaksanaan Pasien Dengan HIV/AIDS. Available from :
http://www.tempo.co.id/medika/online/tmp.online.old/hor-1.htm
17. Maj M. Depression and AIDS. In : Robertson MM, Katona CL, eds.
Depression and Physical Ilness. New York : John Wiley & Sons Ltd ;
1997.p.185-205.
18. De Mello VA, Malbergier A. Depression In Women Infected With HIV. Rev
Bras Psiquiatr 2006; 28 : 10-7.
19. Hsu J. Depression. Johns Hopkins POC-IT Center 2008 ; 1-5.
20. Maj M. Depression in Symptomatic HIV Infection. In : Moussaoi D, Ibor JJL,
Okasha A, Maj M,eds. Depression in General Practice 10 year Special Issue.
France : Servier ; 2000. p. 47-49.
21. Rabkin JG, McElhiney M, Ferrando SJ, Gorp WV, Lin AH. Predictors of
Employment of Men With HIV/AIDS : A Longitudinal Study. Psychosomatic
Medicine 2004; 66 : 72-8.
22. Kaharuza FM, Bunnel R, Moss S, et al. Depression and CD4 Cell Count
Amaong Person With HIV Infection in Uganda. AIDS Behav 2006; 10: 105-11.
23. Rabkin J. HIV and Mood Disorders. ACRIA Update 2006 ; 15 : 1-5.
24. JAMA. HIV Infection : The Basics. The Journal of American Medical
Assosiation 2006 ; 296 : 1-3.
25. Lan VM. Virus Imunodefisiensi Manusia (HIV) dan Sindrom Imunodefisiensi
Didapat (AIDS). Dalam : Price SA, Wilson LM, eds. Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit. Vol1. 16
th
ed. Jakarta : EGC ; 2005.p. 225-
241.
53
26. Dubin J. HIV and AIDS. Available from :
http:www.emedicine.com/EMERG/topic253.htm
27. Treisman GJ, Angelino AF, Hutton HE, Hsu J, Lyketsos CG. Neuropsychiatric
Aspects of HIV Infection and AIDS. In : Sadock BJ, Sadock VA, eds. Kaplan
& Sadocks Comprehensive textbook of psychiatry. Vol I. 8
th
ed. Philadelphia :
Lippincot Williams & Wilkins ; 2005. p.426-449.
28. Temesgen Z. HIV Infection. In : Habermann TM, Ghosh AK, eds. Mayo Clinic
Internal Medicine Review 2006-2007. 7
th
ed. Canada : Mayo Clinic Scientific
Press ; 2006. p. 465-481.
29. Yunihastuti E, Djauzi S, Djoerban Z. Infeksi Oportunistik pada AIDS. Jakarta :
Balai Penerbit Fakultas kedokteran UI ; 2005.
30. Kamps BS, Hoffmann C. Introduction. In : Hoffmann C, Rockstroh JK, Kamps
BS, eds. HIV Medicine 2007. 15
th
ed. Paris : Flying Publisher ; 2007. p. 23-29.
31. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry,
Behavioral Sciences / Clinical Psychiatry. 10
th
ed. Philadelphia : Lippincott
Williams & Wilkins ; 2007.
32. Sabatine MS. Pocket Medicine. 3
rd
ed. Philadelphia: Lippincot Williams &
Wilkins ; 2008. p.147-150.
33. Nadler JP, Montero J. Pathophysiology of HIV Infection. Available from :
http://www.faatl.org/pdf/primarycareguide/pathophysiolgy.pdf
34. WHO. Clinical Staging of HIV for Adults and Adolescents With Confirmed HIV
Infection August 2006. Available from : http://womenchildrenhiv.org
35. Campbell RJ. Psychiatric Dictionary. 5
th
. New York : Oxford University Press ;
1981
36. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Berita 21 Juni 2007. Available
from :
http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid= 2846
37. Loosen PT, Beyer JL, Sells SR, et al. Mood Disorders. In : Ebert MH, Loosen
PT, Nurcombe, eds. Current Diagnosis & Treatment in Psychiatry. United
States of America : McGraw Hill ; 2001. p. 290-307.
38. Penzak SR, Reddy YS, Grimsley SR. Depression in Patients With HIV
Infection. American Journal of Health-System Pharmacy 2000 ; 57 : 376-386.
39. Angelino FA. Depression and Adjustment Disorder in Patients with HIV
Disease. Perspective 2002; 10 : 31-35.
54
40. Colibazzi T, Hsu TT, Gilmer W. Human Immunodeficiency Virus and
Depression in Primary Care: A Clinical Review. Prim Care Companion J Clin
Psychiatry 2006 ; 8 : 201-211.
41. Jiminez IM, Goodnick P. Depression in Patients With Diabetes Mellitus.
Psychiatric Disorders & Comorbid Medical Illnesses. New York : The
Hatherleigh Company ; 1998. p. 1-18.
42. Tabrizian S, Mittermeier O. HIV and Psychiatric Disorders. In : Hoffman C,
Rockstroh JK, Kamps BS, eds. HIV Medicine 2007. 15
th
ed. Paris : Flying
Publisher ; 2007. p. 667-677.
43. Creed F. Assessing Depression In The Context of Physical Illness. In :
Robertson MM, Katona CL, eds. Depression and Physical Ilness. New York :
John Wiley & Sons Ltd ; 1997.p.3-17.
44. Beck AT, Steer RA. Beck Depression Inventory (BDI). In : Rush AJ, Pincus
HA, First MB, et al, eds. Handbook of Psychiatric Measures. Washington DC :
American Psychiatric Association ; 2000. p. 519-522.
45. Cruess DG, Douglas SD, et al. Association of Resolution of Major Depression
With Increased Natural Killer Cell Activity Among HIV-Seropositive Women.
AM J Psychiatry 2005; 162 : 2125-30.
46. Sastroasmoro S, Gatot D, Kadri N, Pudjiarto PS. Usulan Penelitian. Dalam
Sastroasmoro S, Ismael S, ed. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Edisi kedua. Jakarta : Sagung Seto, 2002 . h. 24-47.
47. Ghazali MV, Sastromiharjo S, Soedjarwo SR, et al. Studi cross-sectional.
Dalam : Sastroasmoro S, Ismael S, ed. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian
Klinis. Edisi kedua. Jakarta : Sagung Seto, 2002. h. 97-108.
48. Amir N. Depresi Aspek Neurobiologi Diagnosis dan Tata Laksana. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 2005.
49. Evans DL, Ten Have TR, Douglas SD, et al. Association of Depression With
Viral Load, CD8 T Lymphocytes, and Natural Killer Cells in Women With HIV
Infection. Am J Psychiatry 2002; 159 : 1752-59.
55
Lampiran 1
Beck Depression Inventory
Nama :
Umur :
Status Perkawinan :
Pekerjaan :
Pendapatan :
Suku :
Pendidikan :
Stadium Penyakit :
Tanggal Pemeriksaan :
Instruksi : Kuisioner ini terdiri dari 21 kelompok pernyataan. Silakan membaca masing-masing
kelompok pertanyaan dengan seksama, dan pilih satu pernyataan yang terbaik pada masing-
masing kelompok yang menggambarkan dengan baik bagaimana perasaan anda. Lingkari nomor
selain pernyataan yang telah anda pilih. Jika beberapa pernyataan dalam beberapa kelompok
sama bobotnya, lingkari nomor yang paling tinggi untuk kelompok itu. Yakinkan bahwa anda tidak
memilih lebih dari satu pernyataan untuk satu kelompok, termasuk soal nomor 16 (Perubahan Pola
tidur) atau soal nomor 18 (Perubahan Selera Makan).
Pilihlah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan anda
1. A. Saya tidak merasa sedih
B. Saya merasa sedih
C. Saya sedih dan murung sepanjang waktu dan tidak bisa menghilangkan perasaan itu
D. Saya demikian sedih atau tidak bahagia sehingga saya tidak tahan lagi rasanya
2. A. Saya tidak terlalu berkecil hati mengenai masa depan
B. Saya merasa kecil hati mengenai masa depan
C. Saya merasa bahwa tidak ada satupun yang dapat saya harapkan
D. Saya merasa bahwa masa depan saya tanpa harapan dan bahwa semuanya tidak
akan dapat membaik
3. A. Saya tidak menganggap diri saya sebagai orang yang gagal
B. Saya merasa bahwa saya telah gagal lebih daripada kebanyakan orang
C. Saat saya mengingat masa lalu, maka yang teringat oleh saya hanyalah kegagalan
D. Saya merasa bahwa saya adalah seorang yang gagal total
56
4. A. Saya mendapat banyak kepuasan dari hal-hal yang biasa saya lakukan
B. Saya tidak dapat lagi mendapat kepuasan dari hal-hal yang biasa saya lakukan
C. Saya tidak mendapat kepuasan dari apapun lagi
D. Saya merasa tidak puas atau bosan dengan segalanya
5. A. Saya tidak terlalu merasa bersalah
B. Saya merasa bersalah di sebagian waktu saya
C. Saya agak merasa bersalah di sebagian besar waktu
D. Saya merasa bersalah sepanjang waktu
6. A. Saya tidak merasa seolah saya sedang dihukum
B. Saya merasa mungkin saya sedang dihukum
C. Saya pikir saya akan dihukum
D. Saya merasa bahwa saya sedang dihukum
7. A. Saya tidak merasa kecewa terhadap diri saya sendiri
B. Saya kecewa dengan diri saya sendiri
C. Saya muak terhadap diri saya sendiri
D. Saya membenci diri saya sendiri
8. A. Saya tidak merasa lebih buruk dari pada orang lain
B. Saya mencela diri saya karena kelemahan dan kesalahan saya
C. Saya menyalahkan diri saya sepanjang waktu karena kesalahan-kesalahan saya
D. Saya menyalahkan diri saya untuk semua hal buruk yang terjadi
9. A. Saya tidak punya sedikitpun pikiran untuk bunuh diri
B. Saya mempunyai pikiran-pikiran untuk bunuh diri, namun saya tidak akan
melakukannya
C. Saya ingin bunuh diri
D. Saya akan bunuh diri jika saya punya kesempatan
10. A. Saya tidak lebih banyak menangis dibandingkan biasanya
B. Sekarang saya lebih banyak menangis dari pada sebelumnya
C. Sekarang saya menangis sepanjang waktu
D. Biasanya saya mampu menangis, namun kini saya tidak dapat lagi menangis
walaupun saya menginginkannya
11. A. Saya tidak lebih terganggu oleh berbagai hal dibandingkan biasanya
B. Saya sedikit lebih pemarah dari pada biasanya akhir-akhir ini
C. Saya agak jengkel atau terganggu di sebagian besar waktu saya
D. Saya merasa jengkel sepanjang waktu sekarang
57
12. A. Saya tidak kehilangan minat saya terhadap orang lain
B. Saya agak kurang berminat terhadap orang lain dibanding biasanya
C. Saya kehilangan hampir seluruh minat saya pada orang lain
D. Saya telah kehilangan seluruh minat saya pada orang lain
13. A. Saya mengambil keputusan-keputusan hampir sama baiknya dengan yang biasa
saya lakukan
B. Saya menunda mengambil keputusan-keputusan begitu sering dari yang biasa saya
lakukan
C. Saya mengalami kesulitan lebih besar dalam mengambil keputusan-keputusan
daripada sebelumnya
D. Saya sama sekali tidak dapat mengambil keputusan-keputusan lagi
14. A. Saya tidak merasa bahwa keadaan saya tampak lebih buruk dari biasanya
B. Saya khawatir saya tampak lebih tua atau tidak menarik
C. Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang menetap dalam penampilan
saya sehingga membuat saya tampak tidak menarik
D. Saya yakin bahwa saya terlihat jelek
15. A. Saya dapat bekerja sama baiknya dengan waktu-waktu sebelumnya
B. Saya membutuhkan suatu usaha ekstra untuk mulai melakukan sesuatu
C. Saya harus memaksa diri sekuat tenaga untuk mulai melakukan sesuatu
D. Saya tidak mampu mengerjakan apa pun lagi
16. A. Saya dapat tidur seperti biasanya
B. Tidur saya tidak senyenyak biasanya
C. Saya bangun 1-2 jam lebih awal dari biasanya dan merasa sukar sekali untuk bisa
tidur kembali
D. Saya bangun beberapa jam lebih awal dari biasanya dan tidak dapat tidur kembali
17. A. Saya tidak merasa lebih lelah dari biasanya
B. Saya merasa lebih mudah lelah dari biasanya
C. Saya merasa lelah setelah melakukan apa saja
D. Saya terlalu lelah untuk melakukan apapun
18. A. Nafsu makan saya tidak lebih buruk dari biasanya
B. Nafsu makan saya tidak sebaik biasanya
C. Nafsu makan saya kini jauh lebih buruk
D. Saya tak memiliki nafsu makan lagi
58
19. A. Berat badan saya tidak turun banyak atau bahkan tetap akhir-akhir ini
B. Berat badan saya turun lebih dari 2.5 kg
C. Berat badan saya turun lebih dari 5 kg
D. Berat badan saya turun lebih dari 7.5 kg
20. A. Saya tidak lebih khawatir mengenai kesehatan saya dari pada biasanya
B. Saya khawatir mengenai masalah-masalah fisik seperti rasa sakit dan tidak enak
badan, atau perut mual atau sembelit
C. Saya sangat cemas mengenai masalah-masalah fisik dan sukar untuk memikirkan
banyak hal lainnya
D. Saya begitu cemas mengenai masalah-masalah fisik saya sehingga tidak dapat
berfikir tentang hal lainnya
21. A. Saya tidak melihat adanya perubahan dalam minat saya terhadap seks
B. Saya kurang berminat di bidang seks dibandingkan biasanya
C. Kini saya sangat kurang berminat terhadap seks
D. Saya telah kehilangan minat terhadap seks sama sekali
59
Lampiran 2
LEMBAR PENJELASAN UNTUK PENELITIAN
SINDROM DEPRESIF PADA PENDERITA HIV/AIDS
Bapak/Ibu/Sdr/i Yth,
Saya sedang meneliti tentang sindrom depresif pada penderita HIV/AIDS.
Sindrom depresif adalah kumpulan tanda dan gejala yang menggambarkan rasa sedih
yang tidak normal. Seperti yang Bapak/Ibu/Sdr/i ketahui banyak penelitian yang
menyebutkan bahwa para penderita HIV/AIDS umumnya menderita sindrom depresif.
Saat ini diperkirakan 50% penderita HIV/AIDS menderita sindrom depresi.
Pada penelitian saya ini sindrom depresif dinilai dengan cara Bapak/Ibu/Sdr/i
mengisi kuesioner yang saya berikan. Tingkat keparahan dari sindrom depresif diperoleh
setelah Bapak/Ibu/Sdr/i mengisi kuesioner yang saya berikan dan selanjutnya saya
menjumlahkan nilai total dari kuesioner yang telah Bapak/Ibu/Sdr/i isi tersebut. Kemudian
saya akan memberikan informasi mengenai tingkat keparahan dari sindrom depresif yang
Bapak/Ibu/Sdr/i alami bila memang ada.
Partisipasi pasien dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan
maupun tekanan dari siapapun. Seandainya Bapak/Ibu/Sdr/i menolak untuk berpartisipasi
dalam penelitian ini, maka tidak akan terdapat sanksi apapun dan Bapak/Ibu/Sdr/i tetap
tidak akan kehilangan hak sebagai pasien.
Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan
Bapak/Ibu/Sdr/i yang terpilih sebagai sukarelawan pada penelitian ini, dapat mengisi
lembar persetujuan turut serta dalam penelitian, yang telah disiapkan.
Jika selama menjalani penelitian terdapat hal-hal yang kurang jelas sehubungan
dengan penelitian ini, maka Bapak/Ibu/Sdr/i dapat menghubungi saya: dr. Juwita Saragih,
Departemen Psikiatri FK-USU, telepon (061) 77900732 atau telepon genggam
081265840765. Terima kasih.
Medan, Juli 2008
Hormat saya
dr. Juwita Saragih
60
Lampiran 3
SURAT PERSETUJUAN IKUT DALAM PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Jenis kelamin :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai penelitian
Sindrom Depresif Pada Penderita HIV/AIDS dan setelah mendapat kesempatan
tanya jawab tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian
tersebut, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan
bersedia diikutkan dalam penelitian tersebut.
Medan, .. 2008
Yang menyatakan,
(.)
61
48
Juwita Saragih : Sindrom Depresif Pada Penderita HIV/AIDS Di RSUP Haji Adam Malik Medan, 2008
USU Repository 2008