Bakteri
Jamur
Virus
Kandidosis vulvovaginalis
Moluskum kontangiosum
infeksi pada genital yang disebabkan oleh virus Herpes simplex virus (HSV) tipe II tetapi juga dapat pada tipe I dengan gejala yang berkelompok dengan dasar eritema dan bersifat rekurens.
Epidemiologi
Penelitian di Amerika 2005 -2008: 1% 14-19 tahun 10,5% 20-29 tahun 20% 30- 39 tahun 26% 40- 49 tahun 21% perempuan 12% laki - laki
Transmisi
Kontak langsung kulit ke kulit, kulit ke mukosa
Etiologi
Herpes Simpleks Virus tipe II tetapi ditemukan juga pada HSV I pada genital
http://www.stanford.edu/group/ virus/herpes/2000/herpes2000.h tml
Pathogenesis
Manifestasi Klinis
Infeksi primer Fase laten Infeksi sekunder
Infeksi primer
Infeksi Rekuren
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tes Tzank Kultur jaringan. Pemeriksaan serologik:
Menentukan jenis antibodi spesifik Imunofluresensi untuk menentukan antigen virus dan jenis immunoglobulinnya
Pemeriksaan histopatologik
Tes Tzank
menghindari faktor- faktor pencetus konsultasi psikiatrik membantu faktor psikis untuk mencegah terjadinya serangan
Medikamentosa
Komplikasi
Herpes genitalis pada permulaan kehamilan bisa menimbulkan abortus/ malformasi kongenital berupa mikrosefali. Bayi yang baru lahir yang menderita herpes genitalis pada waktu kehamilan dapat ditemukan kelainan berupa hepatitis, infeksi berat, ensefalitis, keratokonjungtivits, erupsi kulit beruapa herpetiformis dan bahkan bisa lahir mati.
Prognosis
Baik
Kondiloma Akuminata
Infeksi menular seksual yang disebabkan oleh virus papiloma humanus (VPH) tipe tertentu dengan kelainan berupa fibroepitelioma pada kulit dan mukosa
Etiologi
VPH adalah virus DNA yang menginfeksi epitel.
Manifestasi Klinis
Predileksi
Pada Pria
Sulkus koronarius Glans penis Labia Klitoris
Pada Wanita
Vagina
Serviks
Laboratorium
Acetowhitening
Tes ini menggunakan larutan asam asetat 3-5% dalam akuades, dapat menolong mendeteksi infeksi HPV subklinis atau untuk menentukan batas pada lesi datar
Diagnosa Banding
Veruka vulgaris Kondiloma lata Karsinoma sel skuamosa Nodul skabies Moluskum kontangiosum
Penatalaksanaan
Kemoterapi
Tinktura podofilin. 10%-25% Podofilotoksin 0,5% (podofiloks) Asam trikloroasetat 50-90% Krim 5-fuorourasil 1-5% Bedah skalpel Bedah listrik Bedah beku (N2 cair, N2 O cair) Bedah laser (CO2 laser)
Tindakan Bedah
Interferon Imunoterapi
Pencegahan
melakukan hubungan seksual dengan satu orang
melakukan hubungan seksual yang lebih aman.
PROGNOSIS
Baik, walaupun sering mengalami residif Faktor predisposisi perlu dicari misal
higiene, adanya fluor albus, kelembaban pada pria akibat tidak disirkumsisi.
sindrom dg gejala penyakit infeksi oportunistik atau kanker tertentu akibat menurutnya sistem kekebalan tubuh oleh infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus)
Etiologi
AIDS disebabkan oleh virus yg disebut HIV. Ditemukan oleh montaigner (LAV) Gallo (National Institute of Health, USA 1984) menemukan virus HTL-III (Human T lymphotropic Virus) Pada tahun 86 ditemukan HIV-2
Patogenesis
Darah, semen, sekret vagina Infeksi oportunistik dan keganasan Sistem kekebalan
Tubuh manusia
Menghancurkan limfosit
Replikasi
Sel tubuh yang mempunyai antigen permukaan CD-4 terutama limfosit T4 mengkode gen virus
Menginfeksi monosit, makrofag, sel langerhans kulit, sel dendrit folikuler kelenjar limfe, ,akrofag alveoli paru, sel retina, sel serviks uteri, sel mikroglia otak
Manifestasi Klinis
Sesuai klinis oenderita HIV dewasa dibagi 4 stadium: Stadium 1 Asimptomatis PGL
Stadium 2 Penurunan berat badan <10% berat badan Manifestasi mukokutaneus minor (misal ulserasi oral, infeksi jamur kuku) Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir Infeksi saluran napas atas rekuren (misal sinusitis bakterial)
Stadium 3 Penurunan berat badan > 10% berat badan Diare kronis yang tidak jelas sebabnya selama lebih dari 1 bulan Demam lama yang tidak jelas sebabnya selama lebih dari 1 bulan Kandidiasis oral Oral hairy leukoplakia TB paru Infeksi bakterial berat (pneumonia, piomiositis)
Stadium 4 HIV wasting syndrome Pneumocysitic carinii pneumonia Toksoplasmosis otak Kriptosporodiasis dengan diare lebih dari 1 bulan Kriptotokosis, ekstrapulmoner
Progressive multifocal leukoencephalopaathy Infeksi jamur endemik diseminata yang lain Kandidiasis esofagus, trakea, bronkus, atau paru paru Mikobakteriosis atipikal, diseminata
Infeksi CMV pada organ selain hati, limpa, kelenjar getah bening Infeksi virus herpes, mukokutan selama lebih dari 1 bulan atau pada organ viseral berapapun lamanya
Septisemia salmonella non typhoid TB ekstrapulmoner Limfoma Sarkoma Kaposi Ensefalopati HIV
Gejala neurologis: kelemahan otot, kesulitan berbicara, gangguan keseimbangan, disorientasi, halusinasi, mudah lupa, Psikosis sampai koma (gejala radang otak)
Gejala infeksi: Infeksi oportunistik merupakan kondisi dimana daya tahan tubuh penderita sangat lemah sehingga tidak ada kemampuan melawan infeksi sama sekali .
Infeksi yang sering ditemukan adalah: Pneumocystic carinii pneumonia (PCP), tuberkulosis, toksoplasmosis, infeksi mukokutan
Diagnosis
Dewasa Paling sedikit mempunyai 2 gejala mayor dan 1 gejala minor dan tidak terdapat sebab- sebab penekanan imun yang lain yang diketahui, seperti kanker, malnutrisi berat Gejala mayor: Penurunan berat badan > 10% berat badan Diare kronis lebih dari 1 bulan Demam lebih dari 1 bulan
Gejala minor: Batuk- batuk selama lebih dari 1 bulan Pruritus dermatitis menyeluruh Infeksi umum yang rekuren (misal herpes zoster) Kandidiasis orofaringeal Infeksi herpes simpleks kronis progresif atau yang meluas Limfadenopati generalisata
Anak Paling sedikit 2 tanda mayor dan 2 tanda minor dan tidak terdapat sebab- sebab penekanan imun yang lain diketahui, seperti kanker, malnutrisi berat Gejala mayor: Berat badan turun atau pertumbuhan lambat yang abnormal Diare kronis lebih dari 1 bulan Demam lebih dari 1 bulan
Gejala minor: Limfadenopati generalisata Kandidiasis orofaringeal Infeksi umum yang rekuren (misal herpes zoster) Batuk- batuk selama lebih dari 1 bulan Ruam kulit yang menyeluruh Infeksi HIV pada ibu
DIAGNOSIS
Keadaan terinfeksi HIV AIDS
ELISA
sensitivitas tinggi 98,1%-100%, memberi hasil positif 2-3bulan sesudah infeksi, hasil positif dikonfirmasi dg pemerikasaan western bolt Menggunakan recombinant antigen (spesifik dg envelope dan core)
WESTERN BOLT
Spesifisitas tinggi 99,6%-100% Sulit Mahal Lama Mutlak dilakukan untuk konfirmasi pemeriksaan ELISA positif
PCR
Tes pada bayi Menetapkan status individu yg seronegatif pd kelompok resiko tinggi Tes pada kelompok risiko tinggi sebelum terjadi serokonversi Tes untuk HIV-2
PENATALAKSANAAN
Infeksi dini AIDS
Infeksi dini
Zidovudin (500-600mg/hari, pemberian setiap 4 jam@ 100mg) Didanosin (DDI) : bila tidak toleran pd ZDV D: 2x100mg, setiap 12jam (bb<60kg) 2x125mg, setiap 12jam (bb>60kg) Dideoxycitidine (DDC, zalcitabine) dikombinasi dg ZDV, D: 0,03 mg/kgBB, diberi setiap 4jam
Terapi kombinasi
Triple ( saquinavir 1800mg/hr, ZDV 600mg/hari, DDC 2,5mg/hri) Double ( DDC+ ZDV)/ (DDC+ Saquinavir)
Profilaksis
Terutama untuk PCP Indikasi pemberian profilaksis untuk PCP
CD4<200ml Kandidasis oral >2mg Demam yg tidak jelas >2mg Infeksi PCP dimasa lalu
Stadium HIV
ZDV ( dg BB 70kg, 1000mg, 4-5x pemberian) Pengobatan infeksi oportunistik
Fase terminal
Sampai saat ini AIDS dinyatakan belum ada obatnya, oleh karena itu biasanya pasien yg dirawat akan sampai pada fase ini. Pada fase ini penyakit sudah tidak dapat diatasi, pengobatan hanya bersifat simptomatik dg tujuan agar pasien merasa cukup enak.
Pencegahan
Dari penjelasan diatas belum ditemukan vaksin atau obat2 yg efektif, sehingga untuk menghindari terinfeksi HIV dan menekan penyebarannya cara yg utama adalah dengan perubahan perilaku, pencegahan penularan ditujukan thd kontak perorangan melalui hub seksual, darah,perinatal dan melalui jarum suntik.
Hepatitis B
Hepatitis
Hepatitis karena virus telah dikenal sejak lama, tetapi baru sejak tahun 70-an diketahui lebih banyak tentang jenis virus penyebabnya, setelah menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, dimana ratusan juta penduduk dunia terinfeksi virus-virus ini.
Virus hepatitis yang saat ini ditemukan dan pathogen pada manusia adalah: Virus hepatitis A (VHA) Virus hepatitis B (VHB) Virus hepatitis C (VHC) Virus hepatitis D (VHD) Virus hepatitis E (VHE)
Definisi
Virus hepatitis B (VHB) adalah virus DNA beruntai ganda yang penularannya melalui darah, produk darah dan seksual. Masa inkubasi hepatitis B bervariasi antara 1 sampai 6 bulan
Epidemiologi
Hepatitis karena virus merupakan masalah endemik di seluruh dunia termasuk Indonesia. Asia Tenggara adalah wilayah yang memiliki tingkat endemisitas tinggi untuk hepatitis B. Pada penelitian terhadap donor darah sukarela di 11 kota besar Indonesia didapatkan angka pembawa VHB sebesar 2,1 9,5%, bahkan sebanyak 17,5% di Jayapura.
Di afrika dan Asia, infeksi sering terjadi perinatal HBV adalah penyebab utama karsinoma hepatoseluler dan juga dapat menyebabkan gagal hati dan sirosis.
Gejala klinis
Hepatitis B akut sering tidak menunjukkan gejala ikterik dan asimtomatik, walaupun pada keadaan yang sangat parah dapat timbul penyakit kuning, serta kegagalan hepar akut. Infeksi akut HBV dikaitkan dengan anoreksia, mual, nyeri kuadran kanan atas, dan malaise.
20 - 30% dari orang dengan infeksi HBV akut memiliki serum penyakit seperti penyakit dengan urtikaria, arthralgia, dan kadangkadang arthritis, glomerulonefritis, atau vaskulitis.
Penularan
Penularan hepatitis B terjadi secara parenteral melalui:
jarum suntik, transfusi darah, hemodialisa, hubungan seksual.
Virus hepatitis B dapat juga melalui lesi kulit, mukosa konjungtiva dan dapat ditularkan secara langsung dari ibu ke anak.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan serologis:
HBsAg, anti-BHs, anti-Hbe, IgM anti HBc anti HBc.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hepatitis B meliputi diagnosis yang tepat, dan pencegahan, karena hingga saat ini belum ditemukan cara pengobatan yang efektif. Pada penderita yang belum memiliki kekebalan terhadap VHB ini dan tidak dalam keadaan infeksi (HBsAg negative, anti-HBs negative) perlu pemberian vaksinasi.
Terapi dengan -interferon-2b menghasilkan respons terhadap virus dan perubahan histologik pada penderita hepatitis B kronik atau dengan VHB replikasi aktif.
suatu penyakit infeksi kulit dan membran mukosa yang disebabkan oleh Muluskum Kontangiosum Virus (MKV) yang bersifat jinak atau benigna yang sering menyerang anak-anak dan dapat pula terjadi pada dewasa
ETIOLOGI
EPIDEMIOLOGI
Dewasa
Anak
seksual
KLASIFIKASI
Berdasarkan kelompok yang terkena
ANAK Predileksi di daerah yang terpapar, seperti wajah, tungkai atas dan tungkai bawah Sembuh spontan
DEWASA Predileksi di daerah genital Tranmisi penularan melalui aktivitas seksual Sembuh spontan
PENDERITA HIV/AIDS Predileksi umumnya di wajah, tersebar melalui pisau cukur Tanpa terapi yang adekwat, moluskum dapat membesar
DIAGNOSIS
Menemukan lesi khas : papul padat dengan umbilikasi sentral, distribusi tertentu pada anak dan dewasa
GAMBARAN KLINIS
papul sferikal permukaan halus konsistensi kenyal umbilikasi pada bagian sentral Diameter rata-rata 3 5 mm Lesi berwarna putih seperti lilin, kuning muda, atau seperti warna kulit Berbentuk kubah,di tengahnya terdapat lekukan (delle). Jika dipijat tampak ke luar massa yang berwarna putih seperti nasi Jumlah lesi biasanya kurang dari 30 buah, tetapi dapat mencapai ratusan buah
GAMBARAN KLINIS
Lesi yang teriritasi menjadi bentuk pustul dan kadang berkrusta, yang menstimulasi terjadinya infeksi bakteri sekunder. Lokalisasi penyakit ini di daerah muka (daerah yang sering terkena), badan, ekstremitas. Pada orang dewasa di daerah pubis dan genitalia eksterna.
DIAGNOSIS BANDING
veruka vulgaris veruka plana kondiloma akuminata liken planus dermatitis atopik
PENATALAKSANAAN
Non-Farmakologi Memperbaiki higiene perorangan/keluarga/kelompok Tidak bertukar pakaian/handuk dengan orang lain Tidak melakukan olah raga yang berkontak badan Sebaiknya pasien kontrol kembali 2-4 minggu setelah pengobatan Menyarankan pasangan seksual juga berobat
PENATALAKSANAAN
Farmakologi
KOMPLIKASI
Dapat terjadi infeksi sekunder, dermatitis moluskum (ektimasi), atau menjadi diseminata.
PROGNOSIS
Dengan pengobatan yang efektif dan bersih, umumnya baik, dan tidak ada kekambuhan, kecuali ada reinfeksi. Pada kasus dengan gangguan imunitas, moluskum kontangiosum menjadi sukar sembuh (rekalsitran).1
Moluskum kontangiosum di perineum dan bokong pada pasien penerima transplantasi paru
DAFTAR PUSTAKA
6. Buxton PK, Jones RM. ABC of Dermatology. Fifth Edition. UK : BMJ ; 2009 : 103 7. James, William D., Berger, Timothy G., Elston, Dirk M. Andrews Disease of The Skin : Clinical Dermatology. Tenth Edition. USA : Saunders Elsevier ; 2006 : 394-396 8. Wolff Klaus, Johnson RA. Fitzpatricks Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. New York : 2009 ; Mc Graw Hill : 772-775